Latar Belakang Tinjauan Yuridis Terhadap Pertanggungjawaban Atas Hilangnya Objek Jaminan Fidusia (Studi Kasus Pada Pt. Bank) Muamalat Indonesia, Kantor Cabang Medan-Sudirman)

DosenFakultasHukumUniversitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu masalah hukum yang masih belumtuntas penanganannya dan memerlukan perhatian sampai sekarang adalah bidang hukum jaminan.Hukum jaminan memiliki kaitan yang erat dengan bidang hukum benda dan perbankan. Di bidang perbankan kaitan ini terletak pada fungsi perbankan yakni sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat dalam bentuk kredit.Selain itu, bagi pembangunan ekonomi negara, kredit merupakan tulang punggung bagi pembangunan bidang ekonomi.Ini berarti perkreditan mempunyai arti penting dalam berbagai aspek pembangunan seperti bidang perdagangan, perindustrian, perumahan, transportasi,dan sebagainya. 1 Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut mengenai lembaga jaminan fidusia Secara garis besar, dikenal dua macam bentuk jaminan yaitu jaminan perorangan dan jaminan kebendaan.Jaminan yang paling popular dilakukan oleh bank adalah jaminan kebendaan.Salah satu jenis jaminan kebendaan yang dikenal dalam hukum positif adalah jaminan fidusia.Sebagai lembaga jaminan atas benda bergerak, jaminan fidusia banyak dipergunakan oleh masyarakat bisnis.Dahulu eksistensi fidusia didasarkan kepada yurisprudensi.Sekarang jaminan fidusia sudah diatur dalam undang-undang tersendiri.Dalam perjalanannya sebagai lembaga jaminan yang dibutuhkan masyarakat, fidusia dapatmenimbulkan persoalan hukum. 1 Tan Kamello, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, Alumni, Bandung, 2014, hal. 1 menjadi semakin penting. Setidaknya karena beberapa hal, antara lain kejelasan konsep mengenai objek jaminan fidusia, masih kaburnya karakter fidusia, belum sinkronnya prinsip-prinsip perundang-undangan yang mengatur lembaga jaminan, kesimpangsiuran hak kreditur manakala nasabah debitur wanprestasi, kewenangan pemberi fidusia dan perlindungan hukum bagi pihak ketiga, dan jika terjadi likuidasi bank atau kepailitan nasabah debitur. 2 a. Fiducia cum creditora zaman Romawi Para pengarang menyebut lembaga fidusia ini dengansebutan bermacam- macam, tergantung pada penekanannya, yaitu : b. Bezitloos pand gadai tanpa bezit, karena yang menguasai benda gadai tetap Debitur, tetapi tidak sebagai eigenaar dan tidak sebagai bezitter hanya sebagai houder atau detentor c. Een verkapt pandrecht gadai yang terselubung d. Uitbow perluasan dari gadai e. Zekerheidseigendom hak milik hanya sebagai tanggungan atau Fiduciaire eigendom hak milik atas kepercayaan atau Uitgeholde eigendom hak milik yang sudah dikurangi f. Bezitloos zekerheidsrecht hak jaminan tanpa penguasaan g. Verruimd pandbegrip pengertian gadai yang diperluas h. Eigndomsoverdracht tot zekerheid penyerahan hak milik sebagai jamian i. Voorraadpand j. Pandrechtverruiming gadai yang diperluas 2 Ibid, hal.3 k. Hypotheek of roerend goed Bezitloos pandrecht Jaminan fidusia telah digunakan di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda sebagai suatu bentuk jaminan yang lahir dari yurisprudensi, yang semula berasal dari zaman Romawi.Di negeri asalnya tersebut, selain bentuk jaminan juga lembaga titipan. Dalam hukum Romawi lembaga fidusia ini dikenal dengan namafiducia cum creditore contracta artinya janji kepercayaan yang dibuat kreditur. Isi janji yang dibuat oleh debitur dengan krediturnya adalah debitur akan mengalihkan kepemilikan atas suatu benda sebagai jaminan utangnya dengan kesepakatan bahwa debitur akan tetap menguasai secara fisik benda tersebut dan kreditur akan mengalihkan kembali kepemilikan tersebut kepada debitur bilamana utangnya sudah dibayar lunas. 3 3 Rachmadi Usman., Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal.151 Dengan demikian berbeda dari pignus gadai yang mengharuskan penyerahan secara fisik benda yang digadaikan.Dalam hal fiducia cum creditore pemberi fidusia tetap menguasai benda yang menjadi objek fidusia.Dengan tetap menguasai benda tersebut, pemberian fidusia dapat menggunakan benda dimaksudkan dalam menjalankan usahanya. Fidusia ini berasal dari kata fiduciair atau fides, yang artinya kepercayaan, yakni penyerahan hak milik atas benda secara kepercayaan sebagai jaminan agunan bagi pelunasan piutang kreditur. Penyerahan hak milik atas benda ini dimaksudkan hanya sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, di mana memberikan kedudukanyang diutamakan kepada penerima fidusia kreditur terhadapkreditur lainnya. 4 1. Perjanjian Fidusia Merupakan Perjanjian Obligator. Ketentuan dalam Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 199 tentangJaminan Fidusia menyebutkan yang dimaksud dengan jaminan fidusia sebagai berikut: Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberian fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya. Berdasarkan pengertian di atas, jaminan fidusia merupakan lembaga jaminan agunan yang bersifat kebendaan zakelijk zekerheid, security right in rem yang memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahului kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya.Sebagai hak kebendaaan yang memberikan jaminan, dengan sendirinya sifat dan ciri-ciri hak kebendaan juga melekat pada jaminan fidusia.Dia bukan perjanjian obligatoir yang bersifat perorangan persoonlijk. Perjanjian fidusia menimbulkan hak-hak yang bersifat zakelijk, merupakan pendapat yang banyak diikuti oleh pengarang, sesuai dengan pertumbuhan kehidupan perkreditan modern sekarang ini. Sesuai dengan pertumbuhan sistem Anglo Amerika, dalam hal ini menurut sistem equity, di mana analog dengan pinjaman dengan hipotek, pemegang hipotek morgagee memperoleh hak-hak jaminan yang bersifat zakelijk dan tidak memperoleh hak eigendom atas benda- 4 Ibid, hal.151 benda jaminan. Demikian juga menurut pertumbuhan hukum di Inggris, Amerika Utara, Belgia, Prancis, dan Nederland. Di Inggris di dalam law of property Act 1925 mulai diintrodusir change by way of legal morgagee yang secara teoretis dikonstruksikan sebagai zakelijkrecht. Di Amerika Serikat dalam pertumbuhan hukumnya juga mulai memberi tempat pada lien theory yang memberikan hak yang bersifat zakelijk. Pertumbuhan hukum di Nederland, menurut sebagian besar pengarang, yurisprudensi maupun Nieuw Burgerlijk Wetboek, mengakui perjanjian fidusia itu sebagai perjanjian yang melahirkan hak-hak zakelijk, yang dirumuskan dengan bezitloospandrecht, yakni perjanjian penjaminan yang bersifat zakelijk yang diatur dalam rangka jaminan gadai. 5 5 Ibid, hal 163 Perjanjian fidusia bersifat zakelijk berarti hak yang diperoleh penerima fidusia kreditur, merupakan hak kebendaan yang terbatas, sehingga dapat dipertahankan terhadap siapa pun juga, karenanya pasal-pasal gadai dapat diterapkan terhadapnya. Selanjutnya perjanjian fidusia tidak menimbulkan hak milik sepenuhnya bagi kreditur, karena ia tidak menguasai bendanya, tidak berwenang untuk menikmati bendanya, hanya mempunyai kewenangan terhadap benda tersebut sesuai dengan tujuan yang telah diperjanjikan, yaitu sebagai jaminan. Jika debitur tetap memenuhi kewajibannya, ia tetap dapat memakai dan menguasai bendanya, tetap dapat mempertahankan bendanya, juga terhadap pihak ketiga, yaitu terhadap kreditur dari penerima fidusia,jika seandainya terjadi penyitaan terhadap penerima fidusia. Bahkan debiturtetap dapat mempertahankan haknya terhadap kurator jika terjadi kepailitan kreditur. 2. Sifat Accessoir dari Perjanjian Jaminan Fidusia Undang-undang fidusia menyatakan bahwa pembebanan jaminan fidusia diperuntukkan sebagai agunan bagi pelunasan utangnya debitur pemberi fidusia yang berarti perjanjian jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan, butut, atau ekor dari perjanjian pokoknya. 6 3. Sifat Droit de Suite dari Fidusia: Fidusia sebagai Hak Kebendaan Ketentuan dalam Pasal 4 Undang-Undang Jaminan Fidusia beserta penjelasannya menegaskan, bahwa jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi yang berupa memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu, yang dapat dinilai dengan uang. Dengan demikian ini berarti adanya perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban dan sekaligus tanggungjawab para pihak untuk memenuhi suatu prestasi sebagai akibat terjadinya suatu perikatan. Sifat droit de suite, juga dianut jaminan fidusia di samping jaminan hipotek dan hak tanggungan. Hal ini ditegaskan oleh ketentuan dalam Pasal 20 Undang- Undang Jaminan Fidusia menentukan: Jaminan fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam tangan siapa pun benda tersebut berada, kecuali pengalihan atas benda persediaan yang menjadi objek jaminan fidusia. Penjelasan atas Pasal 20 Undang-Undang Jaminan Fidusia menyatakan: Ketentuan inimengakui prinsip “droit de suite” yang telah merupakan 6 Ibid, hal.164 bagian dari peraturan peraturan perundang-undangan Indonesia dalam kaitannya dengan hak mutlak atas kebendaan in rem. Pemberian sifat hak kebendaan di sini dimaksudkan untuk memberikan kedudukan yang kuat kepada pemegang hak kebendaan.Hal ini berangkat dari pikiran, bahwa benda jaminan tetap menjadi milik pemberi jaminan dan pemberi jaminan pada asasnya selama penjaminan berlangsung tetap berwenang untuk mengambil tindakan pemilikan atas benda jaminan miliknya. Dengan memberikan sifat droit pada fidusia, maka hak kreditur tetap mengikuti bendanya ke dalam siapapun ia berpindah, termasuk terhadap pihak ketiga pemilik baru, yang berkedudukan sebagai pihak ketiga pemberi jaminan. 7 4. Fidusia Memberikan Kedudukan Diutamakan Sifat Droit de Preference Sifat droit de preference atau diterjemahkan sebagai hak mendahului atau diutamakan juga melekat pada jaminan fidusia. Sifat droit de preference ini dapat kita baca dari perumusan pengertian yuridis jaminan fidusia yang disebutkan dalam ketentuan Pasal 1 angka 22 Undang-Undang Jaminan Fidusia dan lebih lanjut diatur dalam Pasal 27 dan Pasal 28 Undang-Undang Jaminan Fidusia. Ketentuan dalam Pasal 27 Undang-Undang Jaminan Fidusia menyatakan: a. Penerima fidusia memiliki hak yang didahulukan terhadap kreditur lainnya. b. Hak yang didahulukan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 adalah hak penerima fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi objek jaminan fidusia. c. Hak yang didahulukan dari penerima fidusia tidak hapus karena adanya kepailitan danatau likuidasi pemberi fidusia. Dari ketentuan Pasal 27 Undang-Undang Jaminan Fidusia di atas, dapat diketahui bahwa penerima fidusia memiliki hak yang didahulukan atau 7 Ibid, hal.166 diutamakan terhadap krediturnya lainnya, yaitu hak penerima fidusia untuk mengambil pelunasan piutang ini mendahului dari kreditur lainnya yang tidak dijamin dengan fidusia, walaupun penerima termasuk orang yang pailit atau dilikuidasi. Hak utama dari penerima fidusia tidak dihapus karena adanya kepailitan danatau likuidasi dan pemberi fidusia, berhubung benda yang menjadi objek jaminan fidusia tidak termasuk dalam budel kepailitan pemberi fidusia.Ketentuan ini berhubungan dengan ketentuan bahwa jaminan fidusia merupakan hak agunan atas kebendaan bagi pelunasan utang. Hal ini sejalan dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang sebagaimana diterangkan di atas, yang menentukan bahwa benda yang menjadi objek jaminan kebendaan, termasuk jaminan fidusia berada di luar kepailitan danatau likuidasi. 8 Fidusia. Pasal 2 Undang-Undang Fidusia menentukan ruang lingkup berlakunya Undang-Undang Fidusia. Bunyi ketentuan dalam Pasal 2 Undang-Undang Fidusia sebagai berikut: Undang-undang ini berlaku terhadap setiap perjanjian fidusia yang bertujuan untuk membebani benda dengan jaminan fidusia. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 2 Undang-Undang Jaminan Fidusia sepanjangperjanjian itu bertujuan untuk membebani benda dengan jaminan fidusia, perjanjian tersebut tunduk pada dan mengikuti Undang-Undang Jaminan 9 Sebagaimana telah disebutkan bahwa yang dimaksud dengan benda 8 Ibid,hal.172 9 Ibid, hal.175 bergerak roerende zaken, movable goods adalah setiap benda yang karena sifatnya memang bergerak, dapat bergerak atau dapat digerak-gerakkan atau karena undang-undang digolongkan kedalam benda-benda bergerak, kecuali benda yang karena sifatnya dapat bergerak atau digerakkan tetapi oleh undang- undang telah dikategorikan sebagai benda tidak bergerak. Kapal laut yang besar yang volumenya minimal 20 meter kubik hakikatnya adalah benda bergerak, tetapi oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai benda tidak bergerak, sehingga hukum tentang benda tidak bergerak yang harus diterapkan kepada benda berupa kapal laut tersebut.Mesin-mesin atau rumah sebenarnya merupakan benda bergerak, tetapi oleh Hukum Perdata sesuai KUH Perdata telah dianggap sebagai benda yang menyatu dengan tanah sehingga karenanya dikategorikan sebagai benda tidak bergerak. Akan tetapi, binatang, sebesar apa pun binatang itu tetap dianggap sebagai benda bergerak. Di samping itu, hak atas benda bergerak oleh undang-undang juga dikategorikan sebagai benda bergerak. Kemudian, saham-saham dalam sebuah perusahaan terbatas atau badan hukum lainnya, maupun surat berharga lainnya, oleh undang-undang KUHPerdata juga dikategorikan sebagai benda bergerak. Terkadang dalam bahasa Inggris untuk benda bergerak ini disebut juga dengan istilah movable goods atau personal property, sementara untuk benda tidak bergerak berup tanah disebut dengan istilah immovablegoods atau real property. Kemudian, setiap hak atas benda pada umumnya dapat juga dilekatkan ke atas benda bergerak, kecuali hak-hak yang oleh undang-undang memang tidak dimaksudkan sebagai benda bergerak.Misalnya, tidak ada Hak Guna Usaha atau Hak Guna Bangunan untuk benda bergerak, karena oleh undang-undang kedua hak tersebut memang dimaksudkan khusus untuk benda tidak bergerak berupa tanah saja. Sebaliknya, terhadap benda bergerak dikenal hak-hak seperti Hak Milik, Hak Pakai, Hak Bagi Hasil, Hak Sewa, Hak Penguasaan Bezit, Hak Jaminan dalam bentuk Gadai dan Fidusia, dan sebagainya. Sama seperti hak atas tanah benda tidak bergerak, maka yang paling kuat di antara hak-hak atas benda bergerak tersebut adalah hak milik. 10 10 Munir Fuady I, Konsep Hukum Perdata, Divisi Buku Perguruan Tinggi Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hal. 33 Kemudian, sistem hukum seperti yang diatur dalam KUHPerdata mengenal apa yang disebut Hak Penguasaan Bezit. Seperti juga telah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan hak bezit adalah suatu penguasaan atas benda untuk menikmati hasil dari benda tersebut yang oleh hukum dianggap benda tersebut seolah-olah sebagai miliknya sendiri sehingga haknya tersebut dapat dipertahankan kepada setiap orang, tanpa mempersoalkan siapa sebenarnya secara yuridis yang memiliki benda tersebut. Pemegang bezit ada yang beritikad baik dan ada juga yang tidak beritikad baik. Seorang pemegang bezit dikatakan beritikad baik jika benda objek hak bezit tersebut diperolehnya seperti memperoleh hak milik tanpa mengetahui jika sebenarnya dalam hak tersebut atau dalam tata cara perolehan hak tersebut terdapat cacat hukum. Sebaliknya, seorang pemegang bezit dikatakan sebagai pemegang yang beriktikad tidak baik jika dia sesungguhnya mengetahui bahwa sebenarnya benda objek hak bezit tersebut bukan miliknya, atau karena ada putusan hakim yang menyatakan bahwa dia bukanlah pemilik benda tersebut. 11 1. Setelah berlakunya masa kadaluwarsa, sehingga benda tersebut telah resmi menjadi milik dari pemegang bezit tersebut, asalkan pemegang bezit tersebut beritikad baik. Hak penguasaan bezit atas benda bergerak berakhir manakala terjadi salah satu di antara hal-hal sebagai berikut: 2. Setelah adanya putusan pengadilan yang menetapkan siapa sebenarnya pemilik benda tersebut. 3. Jika benda tersebut lepas dari kepemilikan dan kekuasaannya, misalnya karena dicuri orang lain. 4. Jika benda tersebut hilang sehingga tidak diketahui lagi keberadaannya. 5. Prinsip-prinsip yuridis dalam hukum jaminan. Ada beberapa prinsip yuridis yang berlaku terhadap suatu jaminan utang, prinsip mana bervariasi, bergantung kepada jenis jaminan utang atau kredit itu sendiri. Di antara prinsip-prinsip yuridis dari suatu jaminan kredit dapat disebutkan sebagai berikut: 1. Prinsip territorial 2. Prinsip acessoir 3. Prinsip hak prefrensi 4. Prinsip nondistribusi 5. Prinsip disclosure 6. Prinsip eksistensi benda 11 Ibid,hal.34 7. Prinsip eksistensi kontrak pokok 8. Prinsip larangan eksekusi untuk diri sendiri 9. Prinsip formalisme 10. Prinsip ikutan objek mengikuti benda atau mengikuti orang 11. Prisip ikutan piutang 12 Fidusia sebagai lembaga perjanjian yang menjamin benda bergerak yang jadi jaminan khususnya di lembaga keuangan yaitu bank.Bank dalam menjalankan kredit membutuhkan jaminan untuk menjamin pembayaran terhadap kredit tersebut, oleh karena itu lembaga penjaminan hak tanggungan, fidusia, gadai, hipotik diperlukan untuk menjadi perlindungan hukum. Dalam perbankan ingin memberikan pembiayaan atau kredit untuk benda bergerak atau pada saat perbankan mendapatkan jaminan berupa benda bergerak maka bank membutuhkan fidusia untuk mengikat jaminan tersebut agar memiliki landasan hukum. Namun permasalahannya di dalam jaminan fidusia objek tidak dikuasai, berbeda dengan gadai objek barang dikuasai penerima gadai.Oleh karena itu objek jaminan tidak dikuasai oleh penerima fidusia.Hal tersebut menimbulkan konsekuensi hukum apabila sewaktu-waktu objek jaminan hilang, dimana pada saat yang bersamaan debitur wanprestasi. Pada saat tersebut maka objek jaminan fidusia dibutuhkan untuk dapat dijual sebagai suatu pengembalian hutang, namun di sini timbul permasalahan 12 Muhammad Djumhana, HukumPerbankan di Indonesia, Citra AdityaBakti, Bandung, 2002, hal. 5 apabila objek tersebut hilang.

B. Permasalahan

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25