Faktor Penghambat Motivasi Kerja Guru Tidak Tetap

sangat dihargai oleh lingkungannya. Selain itu, kepuasan responden ini timbul dari tercapainya target atau tujuan yang responden inginkan, seperti pengakuan dari seorang responden R4 berikut ini: “...Saya itu sebetulnya kok tidak mengukur sesuatu dengan uang gitu lho, tapi dengan kepuasan, jika anak siswa saya bisa, saya itu puasnya tidak pernah mengukur sedikitpun dengan uang..” Kepuasan kerja berhubungan erat dengan faktor sikap para responden terhadap pekerjaannya. Sebagaimana dikemukakan oleh Tiffin dalam Prasetyo, 2004, Kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaannya sendiri, situasi kerja, kerjasama antara pimpinan dengan sesama karyawan. Sejalan dengan itu, Martoyo dalam Prasetyo, 2004 juga mengamukakan bahwa kepuasan kerja job satisfaction adalah keadaan emosional karyawan dimana terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dari perusahaan atau organisasi dengan tingkat balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan. Balas jasa kerja karyawan ini, baik berupa finansial maupun non-finansial.

8.4.4. Faktor Penghambat Motivasi Kerja Guru Tidak Tetap

Faktor utama penghambat motivasi Guru Tidak Tetap GTT adalah minimnya kesejahteraan yang diperoleh, sehingga menimbulkan persepsi negatif para responden. Seorang guru tidak dapat bekerja optimal karena minimnya kesejahteraan yang diperoleh untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhannya, seperti yang diungkapkan oleh salah seorang narasumber R6: “...namanya guru juga kepengen mengajar yang bagus, punya cara mengajar yang bagus, sarana ngajar yang baik... itu tuntutan guru seperti itu, saya juga kepengennya mengajar yang ideal... yang ideal yaa alatnya mengikuti teknologi, kreatifitasnya harus dikembangkan, nah sekarang kalo gaji aja tigaratus, empatratus ribu, makan aja lapar, masa guru lapar suruh kreatif, ya gak mungkin tho?” Hal ini didukung oleh pernyataan Dessler 1997 yakni motivasi terjadi pada saat individu melihat adanya insentif atau ganjaran yang dapat memenuhi kebutuhan yang timbul. Keputusasaan bisa juga terjadi apabila ada hambatan diantara individu dengan insentif dan ganjaran. Jika motivasi tersebut terhambat, maka proses kegiatan belajar mengajar- pun tidak bisa optimal. Padahal tugas guru selain mengajar, juga perlu melakukan inovasi-inovasi dalam metode pembelajaran untuk para siswanya. Menurut Mulyana 2006, guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar KBM, memiliki peran yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama guru ialah merancang, mengelola, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran.

4.5. Validasi Data

Dalam penelitian yang menggunakan metode kualitatif, kriteria utama terhadap data hasil penelitian adalah valid, reliabel, dan objektif. Menurut Sugiyono 2008, validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti.dengan demikian, data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan peneliti dengan data yang sesungguhnya yang terjadi pada objek penelitian. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua macam validasi, yakni validasi internal dan validasi eksternal. Validasi internal data penelitian dilakukan melalui teknik memberchek oleh responden setelah peneliti menuliskan hasil