Pendekatan ilmiah dalam Pembelajaran Tematik Terpadu

B. Pendekatan ilmiah dalam Pembelajaran Tematik Terpadu

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa pembelajaran Tematik Terpadu merupakan suatu penyajian pembelajaran yang menyatukan beberapa mata pelajaran dengan Tema sebagai pemersatunya. Sementara karakteristik keilmuan dari setiap materi pelajaran tidaklah sama maka Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa pembelajaran Tematik Terpadu merupakan suatu penyajian pembelajaran yang menyatukan beberapa mata pelajaran dengan Tema sebagai pemersatunya. Sementara karakteristik keilmuan dari setiap materi pelajaran tidaklah sama maka

1. Mengamati

Dalam penyajian pembelajar mbelajaran, guru dan peserta didik (Kelas I Sekolah Da olah Dasar) perlu memahami apa yang hendak dicatat, m icatat, melalui kegiatan pengamatan. Mengingat peser at peserta didik masih dalam jenjang Sekolah Dasar, mak sar, maka pengamatan akan lebih banyak menggunakan ggunakan media gambar, alat peraga yang sedapat mungk at mungkin bersifat kontekstual. Berikut contoh Tema Tema Kegiatanku. Peserta didik diajak mengamati ga ati gambar, kemudian mereka diajak mengidentifikasi, te tifikasi, tentang ciri-ciri rumah. Apakah termasuk rumah ya umah yang bersih, dan apa syaratnya atau kriteriany riterianya rumah yang sehat. Dengan mengamati gambar, gambar, peserta didik akan dapat secara langsung dapat ng dapat menceritakan kondisi sebagaimana yang di tuntut di tuntut dalam kompetensi dasar dan indikator, dan ma , dan mata pelajaran apa saja yang dapat dipadukan deng an dengan media yang tersedia. Kegiatan apa yang ha yang harus dilakukan dengan kondisi rumah yag diamati. iamati.

2. Menanya

Peserta didik yang masih d masih duduk di kelas I Sekolah Dasar tidak mudah d udah diajak bertanya jawab apabila tidak dihadapkan d dapkan dengan media yang menarik. Guru yang efekti g efektif seyogyanya mampu menginspirasi peserta didik u ta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah an ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula di pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab enjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi peny jadi penyimak dan pembelajar yang baik.

Berbeda dengan penugasan nugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaa rtanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan ver apan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam be alam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam pat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya men nya menginginkan tanggapan verbal. Dengan media gamb dia gambar peserta didik diajak bertanya jawab kegiatan kegiatan apa saja yang harus dilakukan peserta didik aga didik agar rumah dan lingkungannya menjadi bersih bersih dan sehat sekaligus membedakan rumah yang be h yang bersih dan yang tidak bersih. (Eksplorasi)

Bentuk pertanyaan, misalnya misalnya: Apakah ciri-ciri rumah yang sehat?

Pada saat siswa mengamati dan menjawab pertanyaan guru, maka sudah memadukan dan mengakomodasi mata pelajaran Bahasa Indonesia, (untuk aspek mendengarkan, dan berbicaranya, membaca gambar serta menulis hasil identifikasi ciri-ciri rumah bersih dan sehat). Bagi peserta didik yang masih duduk di kelas I Sekolah Dasar yang belum lancar membaca tulisan akan diganti dengan membaca gambar. Sedangkan konten yang yang sedang dibahas merupakan substansi dari mata pelajaran Bahasa Indonesia/di dalamnya memuat IPA. Lebih lanjut dapat dipadukan dengan mata pelajaran Matematika tentang bangun datar dan bangun ruang.

3. Menalar

Apabila dikaitkan dengan contoh yang disajikan diatas, maka Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 adalah untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.

Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari perspektif psikologi, asosiasi merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan antara pikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu. (Eksplorasi dan Elaborasi)

Contoh untuk kegiatan menalar ini bisa dengan gambar-gambar sebagai berikut:

Kegiatan di

Kegiatan di

Kegiatan di lingkungan

No

Gambar

rumah

sekolah

masyarakat

Peserta didik akan mengama engamati dan mengerjakan tugas dari guru dengan ca ngan cara memberikan tanda cek ( √ )

4. Mencoba

Untuk memperoleh hasil b hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik ta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terut an, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. sesuai. Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, (Kelas I S Kelas I SD/MI) misalnya, peserta didik harus memaham emahami konsep-konsep IPA yang ada di dalam Bahasa I Bahasa Indonesia dan kaitannya dengan kehidupan seh pan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keteram i keterampilan proses untuk mengembangkan penget pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu men pu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmi p ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihad ng dihadapinya sehari-hari.

Aplikasi metode eksperimen sperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengemba ngembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, u sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pem itas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) mene 1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompe n kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) me ; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan baha dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mem (3) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan h dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan elakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fen catat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajika enyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percoba percobaan; dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasi munikasikan hasil percobaan. (Eksplorasi dan elabora aborasi)

Contoh: Peserta didik bisa diajak ber iajak berdiri di tengah lapangan untuk mencoba dan me a dan mempraktekkan apakah

bayang-bayang tubuh manusi h manusia bisa berjalan?

Dan pada pukul berapa bayang-bayang manusia menyatu dengan tubuh manusia?

5. Mengolah

Pada tahapan mengolah ini peserta didik sedapat mungkin dikondisikan belajar secara kolaboratif. Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah peribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkinkan peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama. Peserta didik secara bersama-sama, saling bekerjasama, saling membantu mengerjakan hasil tugas terkait dengan materi yang sedang dipelajari (Kegiatan Elaborasi).

Hasil tugas dikerjakan bersama dalam satu kelompok untuk kemudian dipresentasikan atau dilaporkan kepada guru

6. Menyimpulkan

Kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah, bisa dilakukan bersama- sama dalam satu kesatuan kelompok, atau bisa juga dengan dikerjakan sendiri setelah mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi.

7. Menyajikan

Hasil tugas yang telah dikerjakan bersama-sama secara kolaboratif dapat disajikan dalam bentuk laporan tertulis dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk portofolio kelompok dan atau individu. Yang sebelumnya di konsultasikan terlebih dulu kepada guru. Pada tahapan ini kendatipun tugas dikerjakan secara berkelompok, tetapi sebaiknya hasil pencatatan dilakukan Hasil tugas yang telah dikerjakan bersama-sama secara kolaboratif dapat disajikan dalam bentuk laporan tertulis dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk portofolio kelompok dan atau individu. Yang sebelumnya di konsultasikan terlebih dulu kepada guru. Pada tahapan ini kendatipun tugas dikerjakan secara berkelompok, tetapi sebaiknya hasil pencatatan dilakukan

8. Mengkomunikasikan

Pada kegiatan akhir diharapkan peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan mengkomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar supaya peserta didik akan mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki. Hal ini dapat diarahkan pada kegiatan konfirmasi sebagaimana pada Standar Proses.

Dokumen yang terkait

PELATIHAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF ORANG TUA KEPADA ANAK

8 135 22

PENGAJARAN MATERI FISIKA DASAR UNTUK MAHASISWA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

9 106 43

RANGKUMAN MATERI PEMBELAJARAN INEZ

2 50 4

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA KONSEP KELISTRIKAN BERBASIS VIDEO LIVE

8 69 67

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI LUAS BANGUN DATAR MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY DI KELAS VB SD NEGERI 5 SUMBEREJO KECAMATAN KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

7 63 30

EFEKTIVITAS MODEL LEARNING CYCLE 6E PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN MENGKOMUNIKASIKAN

2 37 45

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Waway Karya Lampung Timur Tahun Pela

7 98 60