Metode Laparotomi dan Gambaran Persembuhan Pasca Bedah Reproduksi untuk Koleksi Oosit dalam Upaya Produksi Embrio In Vitro pada Kucing Lokal (Felis domestica)

I .

METODE LAPARdTOMl DAN GAMBARAN PERSEMBUHAN

PASCA BEDAH REPRODUKSI UNTUK KOLEKSl OOSlT
DALAM UPAYA PRODUKSI EMBRIO IN VllRO
PADA KUCING LOKAL (Felis domestica)

Oleh :

GUNANTI
SVT 965684

FAKULTASPASCASARJANA
IMSTITUT PERTANllAN BOGQR

2001

GUNANTI. Metode Laparotomi dan Gambaran Persembuhan Pasca Bedah
Reproduksi untuk Koleksi Oosit dalam Upaya Produksi Ernbrio In l'itro pada Kucing
Lokal (Fells domesficn). (Dibawah bimbingan Mozes R. Toelihere sebagai Ketua,

Masduki Partadireja (alm), Sunarja Prawiradisastra, Arief Boediono dan I Wayan
Teguh Wibawarl sebagai Anggota).
Kucing lokal ( f i l i s domesticn) merupakan salah satu jenis hewan kesayangan
yang sering digemari dan dipelihara orang. Jenis kucing ras tertentu seperti ras
Persian, Anggora, Chincila dan Abyssinian mempunyai nilai ekonomis tersendiri.
Populasi kucing Iokal sangat banyak dan mudah didapat khususnya di Indonesia,
daya adaptasinya cukup baik dan memiliki kemampuan reproduksi yang cukup tinggi
(multipara). Hewan ini tergolong ke dalam Ordo Carnivora dan Famili Fellidae
seperti harimau. Bentuk fisik, fisiologi dan biologi reproduksinya mempunyai
banyak kesamaan
sehingga dapat. dipakai sebagai hewan model dalam upaya
penelitian sebagai salah satu upaya ke arah konservasi satwa langka. Harimau,
khususnya hariniau Sumatera merupakan satwa langka yang dilindungi pemerintah.
Ui Indonesia ada tiga Sub Spesies harimau (Panthera tigris) yaitu Panthem tzgris
Ncrlicn di Bali, I'cnzthern figris So~zclnicadi Jawa dan Panthera figris Sumnfera di
sumatera. Harimau di Bali dan Jawa sekarang sudah tidak dapat diketemukan lagi
(punah), hamya di Sumatera yang masih dapat hidup (PHPA 1994).
Koleksi oosii melalui bedah pada hewan hidup dapat dilakukan beberapa kali,
sehingga dari satu hewan, dapat dihasilkan cukup banyak oosit. Penerapan teknologi
bedah reproduksi dalam upaya pemanfaatan oosit seperti ini dapat diterapkan baik

pada ternak atau hewan langka yang dilindungi. Untuk mengetahui sejauh mana
terjadi persembuhan pasca bedah sehingga produksi oosit melalui bedah dapat
dilakukan kembali, maka diperlukan evaluasi terhadap pemeriksaan klinis, gambaran
darah termasuk dalam ha1 ini adalah konsentrasi glukosa dan gambaran histopatologi
persembuhan luka pasca bedah.
Koleksi oosit dengan beberapa metode bedah (laparotomi medianus dan
paramedianus) telah dilakukan dalam penelitian ini serta pemakaian serum dalam
media kultur (bktcrl Bovine Sel-urn dan C a f serzrnz) untuk maturasi, fe~tilisasidan
kultur embrio in v i h o dalam rangka produksi embrio.
Rolfilw Senmi
Sulitnya mendapatkan bahan-bahan biologis seperti F~ILIZ
(FBS) merupakan kendala dalam melakukan penelitian di bidang bioteknologi
reproduksi khususnya pada fertilisasi in vifro (FIV). Penggunaan serum asal kucing
(C.'ut Semm/CS) yang diproduksi sendiri merupakan alternatif teknologi untuk
menghindari ketergantungan akan bahan kimia asal pabrik.
Untuk mendapatkan oosit kucing dalam jumlah banyak dengan kualitas baik
digunakan metode induksi hormonal yaitu dengan menyuntikkan kombinasi hormon
FSH + hCG dan eCG + hCG.
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) memperoleh metode laparotomi yang
mudah dilakukan dengan sedikit efek samping selama persembuhan luka pasca bedah

reproduksi dalam upaya koleksi oasit. (2) mengetahui masa proses persembuhan luka

pasca bedah reproduksi pada koleksi oosit melalui pemeriksaan klinis, gambaran
darah dan konsentrasi ylukosa darah dan gambaran histopatologi. (3) mengetahui
metode induksi hormonal pada kucing, (4) mengetahui pengaruh induksi mekanik
terhadap tingkat folikel ovulasi dan (5) mengetahui tingkat keberhasilan kematangan
inti oosit, fertilisasi dan perkembangan embrio secara in vitro di dalam medium
dengan suplementasi FBS atau CS.
Penelitian dilakukan di Laboratotium Bedah Bagian Klinik Veteriner,
Laboratorium Embriologi Bagian Anatomi dan Laboratorium Patologi Bagbn
Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan lnstitut Pertanian Bogor
selama 20 bulan dari bulan April 1999 sampai Februari 2001.
Percobaan ini menggunakan kucing lokal dewasa umur (dua sampai tiga)
tahun, dengan berat badan 2 sampai 3,5 kg. Sebelum penelitian, hewan diadaptasikan
selama sebulan terhadap perlakuan penelitian dan memperoleh pakan segar berupa
campuran nasi, hati sapi dan ikan tongkol. Hewan dikandangkan secara individu di
dalam kandang yang berukuran 45 x 60 cm serta memperoleh minum nu' libitum dan
pengobatan profilaktik terhadap parasit cacing. Untuk mengetahui kucing betina tidak
bunting maka dilakukan pemeriksaan palpasi dan Ultra Sono Grafi (USG).
Untuk mengetahui proses persembuhan pasca bedah laparotomi paramedianus

dibandingkan dengan medianus digunakan 36 ekor kucing betina lokal yang
dikelompokkan menjadi empat kelompak perlakuan masing-masing sembilan ekor
yaitu, (1) laparotomi medianus dengan ovariektomi, (2) laparotomi medianus tanpa
ovariektomi, (3) laparamedianus dengan ovariektomi dan (4) laparamedianus tanpa
ovariektomi. Parameter yang diamati meliputi a) pemcriksaan klinis; a) gambaran
darah; c) glukosa darah dan d) gambaran histopatologi persembuhan jahitan kulit.
Untuk mengetahui ovulasi akibat perlakuan induksi mekanik menggunakan
metode vagztzaI smear pada kucing yang mendapat perlakuan dengan atau tanpa
induksi hormonal akibat perlakuan kombinasi hormon digunakan 24 ekor h c i n g
yang dikelompokkan menjadi enam kelompok perlakuan masing-masing empat ekor
sebagai berikut : (1) induksi hormonal dengan FSH + hCG dengan induksi mekanik,
( 2 ) induksi hormonal dengan FSH + hCG tanpa induksi mekanik, (3) induksi
hormonal dengan eCG + hCG dengan induksi mekanik, (4) induksi hormonal dengan
eCG + hCG tanpa induksi mekanik, (5) tanpa induksi hormonal dengan induksi
mekanik, dan ( 6 ) tanpa induksi hormonal dan tanpa induksi mekanik. Parameter
yang diamati untuk mengetahui pengaruh pengarh induksi mekanik adalah folikel
ovulasi dan corpus luteum.
Untuk mengetahui pengaruh induksi hormonal terhadap kualitas oosit,
kematangan 'oosit, fertilisasi dan perkembangan embrio in v i m , digunakan 24 ekor
kucing yang dikelompokkan ke dalam tiga kelompok perlakuan masing-masing

terdiri atas delapan ekor sebagai berikut : (1) induksi hormonal dengan FSH + hCG;
( 2 ) induksi hormonal dengan eCG + hCG dan (3) tanpa induksi hormonal. Parameter
yang diamati untuk mengetahui pengaruh induksi hormonal adalah diameter folikel,
Adapun parameter yang diamati untuk mengetahui kualitas oosit adalah dengan
melihat keadaan korona radiata dan jumlah sel kumulus dan sitoplasma.

Spermatozoa yang digunakan untuk fertilisasi berasal dari kircing ,jantan lokal
diperoleli dari testes hasil
urnur dua ttthun dcngan bcrat badan 3 kg. Sper~~latozoa
kastrasi dengan metode tertutup.
Untuk mengetahui pertumbuhan oosit dan perkembangan embrio kucing
secara in vitro di dalam Tissue Culture Medium (TCM) 199 dan C R l a a yang
disuplementasi dengan Fetal Bovine Serum(FBS) dibandingkan dengan Cat Serum
(CS) digunakan oosit dari masing-masing kelompok perlakuan ovulasi. Parameter
yang diamati untuk mengetahui kualitas setiap tahap kematangan inti oosit adalah a)
Germinal Vesicle (GV), b) Ger~ninafVeszcb Break D o w n (GVBD); c) Metafase-I
(M-I) dan d) Metafase-I1 (M-11). Sedangkan parameter yang diamati untuk
menentukan keberhasilan fertilisasi adalah dengan adanya dua pronukleus atau lebih.
Adapun parameter yang diamati untuk mengetahui tingkat keberhasilan
perkembangan embrio secara i j r vitro adalah dengan mengetahui jurnlah

perkembangan sel dan terbentuknya morulafblastosis.
Hasil pemeriksaan klinis yang meliputi keadaan luka jahitan, frekuensi nafas,
frekuensi nadi dan suhu tubuh pra dan pasca laparotomi medianus dengan atau tanpa
ovariektomi dan paramedianus dengan atau tanpa ovariektomi secara umum tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0.05), variasi terjadi pada hari ke-dua dan
ke-empat pasca laparotomi walaupun masih berada pada arnbang fisiologis.
Gambaran klinis tersebut kembali ke kondisi awal pada hari ke-delapan pasca
laparotomi medianus dengan atau tanpa ovariektomi dan paramedianus dengan atau
tanpa ovariektomi. Gambaran darah yang meliputi jumlah eritrosit total, nilai
hematokrit, konsentrasi hemoglobin, indeks eritrosit, jumlah leokosit total,
diferensiasi leukosit dan konsentrasi glukosa darah pra dan pasca laparotomi
medianus dengan atau tanpa ovariektomi dan paramedianus dengan atau tanpa
ovariektomi secara umum tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0.05), variasi
tejadi pada hari ke-dua dan ke-empat pasca laparotomi walaupun masih dalam
ambang fisiologis. Gambaran darah tersebut kembali ke kondisi awal pada hari ke14. Dilihat dari gambaran histopatologi persembuhan luka baik pada laparotomi
medianus atau paramedianus tidak berbeda, variasi terjadi pada jumlah buIuh darah,
akumulasi sel radang, neokapiler dan jaringan yang mengalami nekrosa lebih banyak
ditemukan pada laparotomi paramedianus dibandingkan medianus dengan hasil yang
berbeda nyata (P(0.05). Secara umum persembuhan luka pasca bedah jika dilihat
dari gambaran histopatologi kembali ke kondisi awal pada hari ke-14 baik pada

laparotomi medianus atau paramedianus.
Folikel ovuiasi dapat diperoleh hanya dengan induksi mekanik pada folikel
yang sudah matang (hasil induksi hormonal) baik pada induksi hormonal dengan
kombinasi hormon FSH + hCG atau eCG + hCG dengan hasil yang berbeda nyata
(P