Lasedana menjura lalu tinggalkan ruangan segi enam dengan cepat Tak selang berapa lama dia kem-

Lasedana menjura lalu tinggalkan ruangan segi enam dengan cepat Tak selang berapa lama dia kem-

bali bersama seorang pemuda bertubuh tegap tinggi, berwajah gagah tapi berkulit sangat hitam, berkilat dan licin, menyerupai Hantu Lintah Hitam. Pemuda ini bernama Lakembangan dan adalah putera tunggal Hantu Lintah Hitam.

Sampai di hadapan Hantu Muka Dua Lakembangan segera hendak menjura. Namun pandangannya

membentur sosok yang tergeletak di lantai ruangan. Pemuda ini tersurut ngeri. Tapi begitu menyadari bah- wa orang itu adalah ayahnya, Lakembangan langsung menggerung dan jatuhkan diri.

"Apa yang terjadi dengan ayahku! Wahai! Siapa berbuat sekejam ini?!" Berurai air mata tapi tubuh

menggeletar dan dua tangan terkepal Lakembangan bangkit berdiri. Dia memandang tak berkedip pada Lasedana, melirik pada Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Sesaat dia menatap ke arah Luhkinki gadis cantik kesayangan Hantu Muka Dua. Selama ini tak satu orangpun di dalam Istana Kebahagiaan menge- tahui kalau antara Lakembangan dan Luhkinki telah terjalin satu hubungan cinta. Mereka tidak berani mem- perhatikan kasih sayang berterus terang dan selalu berhati-hati. Karena sekali Hantu Muka Dua tahu kalau menggeletar dan dua tangan terkepal Lakembangan bangkit berdiri. Dia memandang tak berkedip pada Lasedana, melirik pada Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Sesaat dia menatap ke arah Luhkinki gadis cantik kesayangan Hantu Muka Dua. Selama ini tak satu orangpun di dalam Istana Kebahagiaan menge- tahui kalau antara Lakembangan dan Luhkinki telah terjalin satu hubungan cinta. Mereka tidak berani mem- perhatikan kasih sayang berterus terang dan selalu berhati-hati. Karena sekali Hantu Muka Dua tahu kalau

Dengan tangan kirinya Hantu Muka Dua pegang bahu si pemuda lalu berkata. "Lakembangan, aku turut sedih

atas kematian ayahmu. Tapi ketahuilah. Dia mati dalam melaksanakan satu tugas besar. Dia berhasil melaksanakan tugas itu. Berarti dia berjasa besar terhadap diriku dan Istana Kebahagiaan! Dia berhasil mendapatkan Sendok Pemasung Nasib yang sangat sakti ini walau untuk itu dia harus menebus dengan nyawanya sendiri. Betapa gagahnya perbuatan ayahmu! Aku Hantu Muka Dua, Raja Diraja Segala Hantu di Negeri Latanahsilam ini tidak bisa membalas jasa dan budi besarnya. Untuk itu aku akan mengangkatmu pada satu jabatan tinggi sebagai pengganti ayahmu! Dan kau berhak menyandang ju- lukannya yaitu Hantu Lintah Hitam!"

"Terima kasih Sang Junjungan. Terima kasih..." kata Lakembangan dengan kepala tertunduk dan air

mata jatuh bercucuran.

Diantara suara isaknya, dia kemudian bertanya de- ngan parau. "Sang Junjungan, mohon kau memberi

tahu. Siapa yang telah membunuh ayahku begini rupa;' "Yang punya perbuatan adalah seorang nenek

berjuluk Hantu Selaksa Angin dan seorang anak dari negeri seribu dua ratus tahun mendatang bernama Naga Kuning...."

"Aku pernah mendengar nama ke duanya. Aku bahkan tahu dimana harus mencari nenek keparat itu!

Sang Junjungan, izinkan aku mencari ke dua orang itu untuk menuntut balas!"

Hantu Muka Dua menyeringai. "Kau anak baik! Yang tahu bagaimana membalas budi orang tua! Tapi

kau tak usah bersusah diri menghabiskan waktu dan kau tak usah bersusah diri menghabiskan waktu dan

Mendengar ucapan Hantu Muka Dua itu Lakem- bangan tak bisa berbuat apa-apa walau niatnya mem-

balas dendam saat itu seperti hendak membakar diri- nya. Pemuda ini tundukkan kepala, kepalkan dua tinju- nya lalu saking geramnya dia hantamkan tangan ka- nannya ke dada sendiri seraya berteriak keras seolah berusaha melepas bendungan amarah!

Hantu Muka Dua berpaling pada Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab. "Jangan membuang waktu. Kau

boleh pergi sekarang. Cari sahabatmu bernama La- wungu. Kita butuh tenaganya di Istana ini...."

"Atas perintahmu aku berangkat wahai Sang Jun- jungan!" kata Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab.

Setelah menjura terlebih dulu dia segera tinggalkan tempat itu.

Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab kemudian ber- kata pada Lakembangan. "Lakembangan, panggil be-

berapa pengawal untuk membawa mayat ayahmu. Tanam di tanah tinggi sebelah selatan Istana Kebaha-

giaan! Jangan lupa memerintahkan beberapa pelayan membersihkan tempat ini!"

Tak lama setelah Lakembangan pergi bersama pengawal membawa jenazah Hantu Lintah Hitam, Han-

tu Muka Dua berkata pada Luhkinki. "Antarkan aku ke Ruang Penyimpanan Senjata Pusaka. Sendok emas ini harus segera kusimpan!"

Gadis jelita bernama Luhkinki menjura. Dia mem- buka lipatan kipas besar. Lalu sambil melangkah

mengikuti dia mulai mengipasi Sang Junjungan.

Di bagian belakang Istana Kebahagiaan ada satu tangga batu pualam putih menuju ke sebuah lorong Di bagian belakang Istana Kebahagiaan ada satu tangga batu pualam putih menuju ke sebuah lorong

Di hadapan sebuah pintu batu jauh di ujung lorong Hantu Muka Dua berhenti. Dengan tangan kanannya dia

menekan pintu batu. Terdengar suara berdesir halus. Pintu batu bergeser ke samping sampai setengahnya.

"Kau tunggu di sini!" kata Sang Junjungan pada Luhkinki. Lalu seorang diri dia masuk ke dalam.

Selama ini memang tidak pernah ada orang lain yang diperbolehkan masuk ke ruang rahasia yang terletak di balik pintu batu itu. Termasuk Luhkinki walau Hantu Muka Dua sangat menyayanginya. Konon dalam ruangan ini Hantu Muka Dua menyimpan berbagai macam senjata pusaka sakti mandraguna. Kebanyakan dari senjata itu adalah hasil rampasan atau curian.

Begitu Hantu Muka Dua menginjakkan kakinya di lantai ruangan penyimpanan senjata, pintu batu kem-

bali menutup dengan sendirinya. Luhkinki menoleh ke belakang. Dua belas pengawal di ujung lorong sebelah sana semua dilihatnya berdiri tegak, tak ada yang bicara atau bergerak, juga tak ada yang me-

mandang ke arahnya. Begitu dirasakannya aman de- ngan cepat gadis ini lipat kipasnya. Lalu sebelum pintu batu menutup rapat, Luhkinki selipkan ujung kipas ke celah antara pintu dan dinding batu. Dari selah kecil itu dia masih mampu melihat ke dalam ruang pe- nyimpanan benda-benda pusaka.

Luhkinki memperhatikan bagaimana Hantu Muka Dua melangkah ke arah dinding ruangan sebelah kanan. Dinding itu merupakan petak-petak segi empat berjumlah tujuh menyamping tujuh ke bawah. Berarti

ada empat puluh sembilan petak. Masing-masing petak diberi angka mulai dari angka 1 sampai 49.

Hantu Muka Dua tekankan telapak tangan kirinya ke petak berangka 21. Secara aneh batu rata petak Hantu Muka Dua tekankan telapak tangan kirinya ke petak berangka 21. Secara aneh batu rata petak

Di depan pintu ruangan Luhkinki melihat jelas semua apa yang dilakukan Hantu Muka Dua. Dia mengingat-ingat nomor petak dimana tadi Hantu Muka

Dua memasukkan sendok emas sakti, lalu cepat-cepat menarik ujung kipas dari celah pintu. Tanpa suara pintu batu itu bergerak perlahan lalu menutup rapat.

Di dalam ruangan Hantu Muka Dua menyeringai. Dalam hati dia berkata. "Aku suka berbuat baik pada

banyak orang. Tetapi mengapa orang selalu saja ber- niat dan berbuat jahat terhadapku?! Luhkinki, kau adalah gadis pembantu paling aku sayangi. Tapi kau berlaku khianat. Mengintai apa yang aku lakukan di ruangan ini. Aku memang belum tahu apa yang ada di hati culas dan di otak kotormu. Tapi jangan mengira aku tidak tega menjatuhkan tangan jahat padamu!"

MALAM itu hujan turun cukup lebat. Di atas bukit batu, Istana Kebahagiaan baik di dalam maupun di sebelah luar terbungkus oleh hitamnya kegelapan. Sesekali jika kilat menyambar baru kelihatan istana itu dalam bentuknya yang putih angker. Udara dingin di luaran menembus masuk sampai ke dalam istana.

Di satu sudut gelap halaman belakang Istana Kebahagiaan seseorang berpakaian hijau pekat ber-

jalan cepat melewati sebuah gapura kecil. Dengan gerakan enteng dia melompati temboki setinggi dada lalu menyelinap ke balik sebuah patung batu berbentuk seekor singa berkepala dua.

Di balik patung singa ini rupanya telah menunggu seorang berpakaian hitam. Dari wajah serta lekuk

tubuhnya jelas dia adalah seorang gadis. Di Negeri Latanahsilam gadis ini dikenal dengan nama Luhtinti. Dulunya dia merupakan seorang pembantu yang di- jadikan mata-mata oleh Hantu Muka Dua. Dalam Epi- sode berjudul "Peri Angsa Putih" diceritakan bagai- mana Peri Angsa Putih mendapat perintah untuk mem- benam dengan lahar panas dari Gunung Latinggimeru tempat kediaman Hantu Muka Dua yang terletak di bawah Telaga Lasituhitam.

Luhtinti dan empat orang temannya berusaha melarikan diri dari malapetaka dahsyat yang dijatuh-

kan oleh Peri Angsa Putih itu. Dirinya dan kawan- kawannya kemudian ditemui dan diselamatkan oleh Lakasipo alias Hantu Kaki Batu.

Luhtinti kemudian membantu Lakasipo menun- jukkan jalan ke Goa Pualam Merah tempat kediaman

Luhjelita. Ternyata Hantu Muka Dua datang pula ke tempat ini. Karena menganggap Luhtinti telah meng- khianati dirinya, Hantu Muka Dua menganiaya gadis Luhjelita. Ternyata Hantu Muka Dua datang pula ke tempat ini. Karena menganggap Luhtinti telah meng- khianati dirinya, Hantu Muka Dua menganiaya gadis

Riwayat lain mengenai Luhtinti dapat pembaca ikuti dalam Episode "Hantu Santet Laknat" dimana

gadis ini bertemu dengan Pendekar 212 Wiro Sableng di dalam rimba belantara Lasesatbuntu.

Tak jauh dari tempat Luhtinti berdiri ada sebuah pohon besar. Di balik pohon ini kelihatan bayangan

seorang berpakaian serba putih, tegak rangkapkan tangan di depan dada, sesekali memandang berkeliling penuh waspada.

"Lama sekali aku menunggu," Luhtinti keluarkan suara tapi perlahan hampir berbisik, begitu orang

berpakaian hijau sampai di hadapannya. "Lihat, pakai- anku sudah basah kuyup. Kau datang membawa berita baik?"

Orang yang datang mengangguk. Ternyata dia adalah Luhkinki, gadis cantik kesayangan Hantu Muka

Dua.

"Aku harus berhati-hati. Kau tahu apa yang akan "terjadi atas diriku kalau sampai ada yang mengetahui.

Benda yang kau cari itu memang ada dalam Istana Kebahagiaan. Hantu Muka Dua mendapatkannya dua hari lewat, diambilnya dari dalam perut Hantu Lintah Hitam! Kini benda itu disimpannya di dalam ruang

penyimpanan barang pusaka." "Kau bisa mengambilnya?" tanya Luhtinti. "Akan aku usahakan...."

"Kapan?!" Luhtinti mendesak. "Malam ini juga. Secepatnya setelah seorang kera-

bat menyerahkan Bubuk Penjungkir Syaraf padaku."