PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN TERHADAP PRODUK PANGAN YANG TIDAK BERSERTIFIKAT HALAL LEGAL PROTECTION TO THE CONSUMER ON NON HALAL- CERTIFICATE PRODUCTS
16 IuS Kajian hukum dan Keadilan
A s r i| Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Produk Pangan Yang Tidak Bersertifikat.......... dalam berbagai tahap, baik mengenai
ayat (2) huruf a dilaksanakan bahan, cara produksi, lingkungan
oleh lembaga pemerintah yang produksi, pengangkutan dan lain-lain,
menyelenggarakan urusan sehingga apabila berbagai ketentuan
pemerintah di bidang pangan; tersebut dilaksanakan dengan baik maka
b. Persyaratan keamanan pangan, konsumen akan terlindungi. Pengawasan
mutu pangan dan gizi pangan, yang demikian itu sangat penting bagi
serta persyaratan label dan iklan konsumen, karena persyaratan keamanan
pangan sebagaimana dimaksud minimal menurut pandangan konsumen
pada ayat (2) huruf b, untuk pangan adalah menyangkut masalah kesehatan
olahan dilaksanakan oleh lembaga yang terdiri dari sanitasi bahan baku dan
pemerintah yang melaksanakan proses pengolahan, pencemaran bahan
tugas pemerintahan di bidang kimia atau bahan berbahaya lainnya, bahan
pengawasan obat dan makanan; dan tambahan dan lain-lain. 39
c. Persyaratan keamanan pangan, Pengawasan pangan dimaksudkan
mutu pangan dan gizi pangan, untuk memberikan jaminan keamanan
serta persyaratan label dan iklan pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat.
pangan sebagaimana dimaksud Pemerintah melakukan fungsi
pada ayat (2) huruf b, untuk pengawasan terhadap produk pangan yang
pangan segar, dilaksanakan beredar, yang dituangkan dalam Pasal 108
oleh lembaga pemerintah yang Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012
menyelenggarakan urusan yaitu sebagai berikut:
pemerintahan di bidang pangan.
1) Dalam melaksanakan penyelenggaraan
menyelenggarakan pangan, pemerintah berwenang
4) Pemerintah
program pemantauan, evaluasi dan melakukan pengawasan,
pengawasan secara berkala terhadap
2) Pengawasan sebagaimana dimaksud kegiatan atau proses produksi, pada ayat (1) dilakukan terhadap
penyimpanan, pengangkutan, dan/ pemenuhan :
atau peredaran pangan oleh pelaku usaha pangan.
a. Ketersediaan dan/atau kecukupan pangan pokok yang aman, bergizi,
Jadi perlindungan hukum terhadap dan terjangkau daya beli masyara-
produk pangan yang tidak bersertifikat kat: dan
halal ini mendapat pengawasan dari lembaga-lembaga yang berwenang seperti
b. Persyaratan keamanan pangan, mutu pangan dan gizi pangan ser-
Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM. Fungsi utama dari badan yang
ta persyaratan label dan iklan pan- gan
berkaitan dengan sertifikasi halal adalah melakukan pengawasan terhadap produk
3) Pengawasan terhadap : yang dikeluarkan oleh produsen apakah sudah mencantumkan label halal atau
a. Ketersediaan
dan/atau
kecukupan pangan pokok belum dalam kemasan produknya. BPOM
akan mengeluarkan label halal terhadap sebagaimana dimaksud pada
sebuah produk berdasarkan sertifikat
halal yang telah dimiliki oleh produsen
39 Ramlan Zoebir, Penerapan Ketentuan Sstandari-
sasi Produk Dalam Hubungannya Dengan Sistem Jami-
atau pelaku usaha. Dengan adanya label
nan Mutu, makalah, disampaikan pada diklat Analisa Perdagangan Internasional, Jakarta, November 1996,
halal yang dicantumkan di kemasan
hlm. 5
suatu produk, akan memudahkan seorang
Kajian hukum dan Keadilan IuS 17
J urnal IuS | Vol IV | nomor 2 | Agustus 2016 | hlm,
18 IuS Kajian hukum dan Keadilan
konsumen yang ingin membeli suatu produk melihat dan mengetahui bahwa komposisi yang terkandung dalam produk tersebut adalah halal, sehingga konsumen tidak perlu lagi merasa khawatir dan menduga-duga mengenai komposisi yang terkandung dalam produk tersebut apakah halal atau tidak. 40
Sinergi pengawasan oleh produsen, konsumen (masyarakat) dan pemerintah akan memberikan kepastian perlindungan terhadap konsumen dalam menjamin konsumsi produk pangan yang halal. Hal ini akan memberikan jaminan bagi penegakan perlindungan konsumen khususnya konsumen muslim di Indonesia.
b. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal (JPH)
Undang-Undang Jaminan Produk Halal (UU JPH) memperkuat adanya kepastian hukum dan pengawasan produk halal yang beredar di Indonesia. Pemerintah memiliki kewenangan memberikan pelayanan, perlindungan dan jaminan kepada seluruh rakyat Indonesia, khususnya adanya kepastian hukum dan jaminan halal bagi umat Islam sebagai konsumen terbesar di Indonesia. Kesadaran pelaku usaha akan pentingnya produk yang bersertifikat halal akan memberikan kemanfaatan bagi mereka dalam menjual produk yang dihasilkan. Indonesia sebagai negara yang berpenduduk muslim terbesar menjadi pasar potensial bagi produk dalam negeri dan produk impor. Undang-Undang JPH menegaskan, produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di Indonesia wajib bersertifikat halal. Pengaturan sertifikasi halal adalah wajib (mandatory)
40 Muthia Sakti, Dwi Aryanti R, Yuliana Yuli W. Perlindungan konsumen terhadap beredarnya Makan- an Yang Tidak bersertifikat halal, Jurnal Yuridis Vol.2 No.1 Juni 2015:62-72, FH UPN “Veteran” Jakarta ISSN 1693448,
dengan tenggang waktu 5 Tahun setelah diundangkan nya.
Setelah UU JPH ditetapkan, kewenangan pengurusan sertifikasi halal bukan lagi menjadi kewenangan LPPOM tetapi menjadi kewenangan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH). Namun kewenangan tersebut masih tetap dilaksanakan oleh LPPOM sampai terbentuknya BPJPH. Hal ini disebutkan dalam Pasal 59 UU JPH yaitu “ Sebelum Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) terbentuk, seluruh proses pendaftaran maupun perpanjangan sertifikasi halal dilaksanakan sesuai prosedur yang berlaku sebelum pemberlakuan UU JPH.” Proses pendaftaran dan perpanjangan sertifikasi halal tetap dijalankan oleh LPPOM MUI. Peran LPPOM MUI kemudian menjadi salah satu Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) dengan ketentuan wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan Pasal 13 UU JPH paling lama 2 Tahun terhitung sejak BPJPH dibentuk.
Dalam rangka menjamin pelaksanaan penyelenggaraan Jaminan Produk Halal (JPH) sesuai Pasal 50 Undang-Undang Nomor 33 tentang Jaminan Produk Halal (JPH), Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) melakukan pengawasan terhadap: LPH (Lembaga Pemeriksa Halal); Masa berlaku sertifikat Halal; Kehalalan Produk; Pencantuman Label Halal; Pencantuman keterangan tidak halal; Pemisahan lokasi, tempat, dan alat pengolahan, penyimpanan, pengemasan, pendistribusian,penjualan serta penyajian antara Produk Halal dan tidak halal; Keberadaan penyelia Halal, dan/atau Kegiatan lain yang berkaitan dengan JPH.
Selain peran pengawasan oleh BPJPH, masyarakat juga memiliki peran pengawasan dalam penyelenggaraan
A s r i| Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Produk Pangan Yang Tidak Bersertifikat..........
jaminan produk halal41. Peran serta Berdasarkan hasil pembahasan, maka tersebut dapat berupa sosialisasi mengenai
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, JPH dan mengawasi produk-produk halal yaitu; yang beredar. 42 Selain itu, masyarakat
1. Perlindungan hukum bagi konsumen juga dituntut aktif dalam melakukan
muslim dari produk pangan tidak pengaduan atau pelaporan terkait produk-
bersertifikat halal di atur dalam Undang- produk ke Badan Penyelenggara Jaminan
Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk halal (JPH). Sertifikasi
Produk Halal (BPJPH). 43
Pemerintah harus memaksimalkan halal bersifat wajib (mandatory) sehingga pengawasan di semua tingkatan, mulai
produk pangan yang tidak bersertifikat dari bahan yang digunakan, proses pen-
halal dan tidak berlabel halal tidak bisa lagi golahan produknya, memeriksa dan meng-
beredar di Indonesia baik yang diproduksi kaji sistem penyembelihan nya, meneliti
di dalam negeri maupun yang di berasal lokasi produk, meneliti peralatan, ruang
dari luar negeri.
produksi, dan penyimpanan, memeriksa
2. Pelaku usaha yang telah memperoleh pendistribusian dan penyajian produk,
sertifikat halal wajib mencantumkan memeriksa sistem jaminan halal pelaku
label halal pada kemasan produk, bagian usaha dan melaporkan hasil pemeriksaan
tertentu dari produk dan/atau tempat dan/atau pengujian.
tertentu pada produk. Jika pelaku usaha Selain aspek pengawasan, pemerintah
mencantumkan label halal tidak sesuai
juga harus melakukan sosialisasi ketentuan maka dapat dikenai sanksi dan advokasi ke pelaku usaha untuk
administrasi berupa: teguran lisan, melakukan labelisasi produk, mediasi
peringatan tertulis atau pencabutan pelaku usaha dan konsumen, memberikan
sertifikasi halal. Pelaku usaha yang tidak penerangan mengenai pengertian halal,
menjaga kehalalan produk yang telah melakukan sosialisasi mengenai JPH,
memperoleh sertifikat halal yaitu dipidana mengawasi produk halal yang beredar
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) dan mengurus sertifikasi halal apabila ada
Tahun atau pidana denda paling banyak produsen yang memakai sertifikat halal
Rp. 2.000.000.000,00 (2 milyar). palsu atau tidak berlaku lagi. Demikian
3. Peran pemerintah dalam melakukan pula pelaku usaha yang produknya
pengawasan terhadap beredarnya produk menggunakan bahan haram, wajib
pangan yang tidak bersertifikat halal diatur mencantumkan label haram. Negara
dalam UU Pangan dan UU JPH. Dalam UU wajib hadir dalam memberikan jaminan
Pangan pengawasan terhadap persyaratan dan kepastian kehalalan serta keharaman
keamanan pangan, mutu pangan dan gizi suatu produk.
pangan serta persyaratan label dan iklan
sImPulAn
pangan dilakukan oleh BPOM. Sedangkan dalam UU JPH, Pengawasan dilakukan
41 Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang No.33 Tahun
oleh Badan Penyelenggara Jaminan
2014 tentang Jaminan Produk Halal, (Lembaran Negara
Produk Halal (BPJPH), Kementerian
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 295), (Tamba- han Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5604)
dan/atau lembaga terkait (lembaga yang
42 Pasal 53 ayat (2) Undang-Undang No.33 Tahun
menyelenggarakan urusan pemerintahan
2014 tentang Jaminan Produk Halal, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 295), (Tamba-
dibidang perindustrian, perdagangan,
han Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5604)
kesehatan, pertanian, standarisasi, dan
43 Pasal 53 ayat (3) Undang-Undang No.33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, (Lembaran Negara
akrediatasi, koperasi dan usaha mikro,
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 295), (Tamba-
kecil dan menengah) dan masyarakat
han Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5604)
Kajian hukum dan Keadilan IuS 19
J urnal IuS | Vol IV | nomor 2 | Agustus 2016 | hlm, 20~21 dAFTAR PusTAKA
LP POM MUI, ______________________ , BUKU :
No.62/X/2006
Al Qordawi, Yusuf, 2004, Halal Haram Mansyur, M. Ali, 2007, Penegakan Hukum dalam Islam, Akbar media Eka
Tentang Tanggung Gugat Produsen Sarana, Jakarta.
Dalam Perwujudan Perlindungan Asshiddiqie, Jimly & M. Ali syafa’at, 2012,
Konsumen, Cetakan Pertama, teori Hans Kelsen tentang hukum,
Genta Press, Yogyakarta. Konstitusi press (Konpress), Mashudi, 2015, Konstruksi Hukum dan
Jakarta. Respons Masyarakat Terhadap Anggriani, Jum, 2012, Hukum Administrasi
Sertifikasi Produk Halal: Studi Socio-legal Terhadap Lembaga
Negara, Graha Ilmu, Yogyakarta. Pengkajian Pangan, Obat-obatan,
Burhanuddin S, 2011, Hukum Perlindungan dan Kosmetik Majelis Ulama Konsumen Dan Sertifikasi Halal,
Indonesia, Seri Desertasi, Cetakan UIN_Maliki Pres, Malang.
I, Pustaka Pelajar bekerjasama Dellyana, Shant, 1988, Konsep Penegakan
dengan LP2M UIN Walisongo, . Hukum, Liberty, Yogyakarta.
Phillipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Fajar, Mukti dan Yulianto Achmad, 2010,
Hukum bagi Rakyat Indonesia, PT. Dualisme Penelitian Hukum
Bina Ilmu, Surabaya. Normatif & Empiris, Pustaka Rahardjo, Satjipto, 2012, Ilmu Hukum,
Pelajar, Yogyakarta. cetakan ketujuh, PT. Citra Aditya HS, Salim dan Nurbani, Erlies Septiana,
Bakti, Bandung.
2013, Penerapan Teori Hukum Pada ______________, 1996, Ilmu Hukum, PT Penelitian Tesis Dan Disertasi, PT.
Citra Aditya Bakti, Bandung. Raja grapindo Persada, Jakarta.
______________, 2000, Ilmu Hukum, PT. Hasan, KN Sopyan, 2014, Sertifikasi Halal
Citra Aditya Bakti, Bandung. dalam Hukum Positif: Regulasi
dan Implementasi di Indonesia, Soekanto, Soerjono, 1996, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Press,
ASWAJA Presindo, Cetakan I,
Bandung.
Hadjon, Philipus M, dkk. 2008, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Sopa, 2008, Sertifikasi Halal Majelis Ulama Gadjah Mada University Press,
Indonesia: Studi Atas Fatwa Halal Cetakan 10, Yogyakarta,
MUI terhadap Produk Makanan, Obat-obatan dan Kosmetika,
Kurniawan, Budi Sutrisno, dan Dwi Naskah disertasi S3 pada Sekolah Martini, 2014, Tanggungjawab
Pasca Sarjana Universitas Islam Pelaku Usaha Terhadap Pemberian
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Label Halal pada Produk Makanan
Jakarta.
dan Minuman Perspektif Hukum perlindungan Konsumen, Jurnal _______________, 1982, Sosiologi Hukum Penelitian Unram Vol 18 No.1
dalam Masyarakat, CV. Rajawali, Jakarta.
LP POM MUI, Jurnal Halal Menentramkan Ummat, No.56/X/2005
Zoebir, Ramlan, 1996, Penerapan Ketentuan Standarisasi Produk
LP POM MUI, ____________________ , Dalam Hubungannya Dengan No.72 Juni-Juli 2008, Th. XI. 2008
Sistem Jaminan Mutu, Makalah,
20 IuS Kajian hukum dan Keadilan
A s r i| Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Produk Pangan Yang Tidak Bersertifikat.......... Disampaikan Pada Diklat Analisa Perdagangan Internasional,
Jakarta.
Perundang-undangan :
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, 1999, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42), (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821).
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227), (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360).
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 295), (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5604).
Peraturan Pemerintah No 69 Tahun 1999 tentang Label Dan Iklan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 131), (Tambahan Pengumuman Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3867).
sITus WebsITe :
Muthia Sakti,Dwi Aryanti R, Yuliana Yuli W. Perlindungan konsumen terhadap beredarnya Makanan Yang Tidak bersertifikat halal, Jurnal Yuridis Vol.2 No.1 Juni 2015:62-72, FH UPN “Veteran” Jakarta ISSN 1693448, library.upnvj.ac.id>jy-vol2-no 1-jun2015
Kajian hukum dan Keadilan IuS 21