Kontinuitas-Diskontinuitas dalam Perkembangan

D. Kontinuitas-Diskontinuitas dalam Perkembangan

Dalam proses perkembangan terjadi perubahan. Perubahan ini bisa kuantitatif dan bisa kualitatif. Sesuatu yang tumbuh dari kecil menjadi besar adalah perubahan kuantitatif, yang bisa diukur. Tinggi badan dan berat badan bertambah secara kuantitatif. Sesuatu yang berkembang dari sederhana menjadi sesuatu yang lebih majemuk menunjukkan adanya perubahan kualitatif. Misalnya dorongan yang timbul karena adanya kebutuhan dapat berubah secara kualitatif menjadi lebih banyak dan majemuk.

Jika perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung terus pada tahapan-tahapan perkembangan berikutnya dengan cara-cara yang sama, maka hal ini disebut kontinuitas. Apa yang ada pada perkembangan sebelumnya diteruskan pada tahapan perkembangan berikutnya. Kalau perubahan mengenai hal-hal yang kualitatif dan berlangsung terus pada tahapan berikutnya, hal ini disebut kontinuitas kualitatif. Tetapi hal ini biasanya tidak akan terus menerus terjadi dalam perkembangan ontogenetis, misalnya yang mengenai tinggi dan berat badan, sebab sampai pada usia tertentu akan terjadi diskontinuitas. Kalau perubahannya mengenai hal-hal yang kualitatif maka sebenarnya tidak terdapat kontinuitas, karena ada hal-hal yang baru.

H.Werner (1957) menyebutkan “emergence” atau “epigenesis”. Jadi perubahan-perubahan kulitatif selalu diskontinuitas karena tidak ada aspek atau factor yang “diteruskan.” Dalam hubungannya dengan konsep perkembangan orthogenetic yang dikemukakan oleh Werner, maka perubahan-perubahan kearah terorganisasi dan terintegrasinya sesuatu aspek menunjukkan adanya kontinuitas. Sedangkan perubahan kearah diferensial yang tinggi, timbulnya sesuatu karakteristik baru yang berasal dari sesuatu yang global sebelumnya adalah diskontinuitas.

Perkembangan adalah sintesa antara keduanya yakni diferensiasi yang bersifat diskontinuitas dan proses hierarki yang bersifat kontinuitas. Kontinuitas dan diskontinuitas juga terjadi pada proses belajar baik secara filogenetis maupun ontogenetis. Bitterman banyak menyelidiki proses-proses belajar pada hewan. Bitterman menyimpulkan bahwa hukum-hukum proses belajar yang berlaku pada jenis hewan (species) hewan tidak berlaku pada jenis hewan yang lain. Cara-cara belajar yang terjadi pada jenis hewan tertentu tidak bisa diamalkan pada jenis hewan yang lain. Adanya perubahan proses belajar secara filogenetis ini menyimplkan pula bahwa sifatnya secara ontogenetic hewan juga terdapat Perkembangan adalah sintesa antara keduanya yakni diferensiasi yang bersifat diskontinuitas dan proses hierarki yang bersifat kontinuitas. Kontinuitas dan diskontinuitas juga terjadi pada proses belajar baik secara filogenetis maupun ontogenetis. Bitterman banyak menyelidiki proses-proses belajar pada hewan. Bitterman menyimpulkan bahwa hukum-hukum proses belajar yang berlaku pada jenis hewan (species) hewan tidak berlaku pada jenis hewan yang lain. Cara-cara belajar yang terjadi pada jenis hewan tertentu tidak bisa diamalkan pada jenis hewan yang lain. Adanya perubahan proses belajar secara filogenetis ini menyimplkan pula bahwa sifatnya secara ontogenetic hewan juga terdapat

Pada anak prasekolah dan pada anak taman kanak-kanak nampak diskontinuitas sedangkan kelompok umur yang lebih besar sampai dengan mahasiswa menunjukkan kontinuitas. Diatas telah dikemukakan bahwa dalam proses perkembangan terjadi perubahan. Sejak permulaan terjadinya manusia baru melalui konsepsi; manusia tidak pernah diam (statis) sampai mati tentu saja. Pada setip saat manusia sedang dalam proses berubah. Apa yang ada sekarang, sebentar lagi mungkin berubah. Mungkin bertambah secara cepat dan banyak serta majemuk, mungkin juga berubah sedikit, bertambah sedikit, bahkan dalam perubahan ini sesuatu juga bisa berubah, menjadi berkurang. Misalnya pada usia lanjut ketika terjadi penurunan seluruh perubahan yang terjadi. Pada permulaan kehidupan proses perubahan terjadi melalui suatu satuan waktu yang cepat dengan penambahan-penambahan yang banyak, misalnya yang terlihat pada bayi dan anak- anak dan pada masa remaja. Perubahan bisa pula terjadi dalam sutuan waktu yang cepat dengan penambahan-penambahan yang banyak, misalnya yang terlihat pada bayi dan anak-anak dan pada masa remaja. Perubahan bisa pula terjadi dalam satuan waktu yang agak tenang, dengan penambahan yang relative sedikit, misalnya pada masa dewasa.

Perubahan-perubahan ini meliputi beberapa aspek, baik fisik maupun psikis. Perubahan psikis terlihat pada perkembangan kognitif, perkembangan emosi, perkembangan moral dll. Beberapa kategori perubahan yakni:

1. Perubahan dalam ukuran

Yaitu perubahan dengan pertambahan dalam ukuran tinggi maupun berat. Berat sekitar 3 kg ketika dilahirkan menjadi sekian kg pada umur 6 bulan. Panjang 50 cm ketika dilahirkan menjadi tinggi sekian cm pada umur 1 tahun. Organ-organ tubuh juga mengalami perubahan ukuran antara lain volume otak dengan akibat terjadi perubahan dalam kemampuan.

Jumlah sukukata yang pada mulanya sedikit semakin bertambah umur semakin bertambah sehingga pada umur 1 – 1,5 tahun anak sudah bisa mengucapkan rangkaian sukukata-sukukata menjadi perkataan-perkataan yang mulai bermakna dan ada hubungannya dengan objek tertentu.

Kemampuan mengenal obejek-objek di lingkungannya bertambah sedikit demi sedikit. Kesemua perubahan diatas menunjukkan adanya perbedaan kuantitatif yang bisa diukur.

2. Perubahan dalam perbandingan

Dilihat dari sudut fisik terjadi perubahan proporsional antara kepala, anggota badan dan anggota gerak. Misalnya perbandingan antara besarnya kepala dan anggota badan, semakin bertambah umur, semaki bertambah besar. Sampai pada umur tertentu perbandingan akan menetap, yakni pada usia akhir belasan tahun.

Perubahan secara proporsional juga terjadi pada perkembangan mental. Perbandingan antara yang tidak riil, yang khayal, dengan hal-hal yang rasional semakin lama semakin besar. Artinya anak-anak masih banyak mengkhayal dan sedikit terdapat realitas pada mereka, semakin lama akan berubah sebaliknya, yakni banyak realitas dan sedikit mengkhayal.

Dalam perkembangan social mereka juga sedikit demi sedikit berubah, dari bermain sendiri, bermain dengan saudara, dengan anak-anak tetangga dan kemudian dengan anak-anak lain, yang lebih luas lagi.

3. Perubahan untuk mengganti hal-hal yang lama

Pada bayi terdapat kelenjar buntu yang disebut gl. Thymus pada daerah dada yang sedikit demi sedikit mengalami atrophy (penyusutan) dan menghilang ketika sudah dewasa. Pada bayi juga terdapat rambut-rambut bayi yang lama kelamaan akan menghilang. Bahasa bayi yang tidak jelas dan kadang-kadang berbicara cadel semakin menghilang dan

diganti denghan perkataan yang jelas artinya. Kebiasaan untuk merangkak kalau mengambil sesuatu akan menghilang sesuai dengan meningkatnya kemampuan-kemampuan motorik dan berganti dengan berjalan. Dari sudut emosi terjadi perubahan-perubahan kearah kemampuan menunda emosi secara lebih cepat. Kebiasaan untuk melakukan sesuatu bisa menahan diri dan menunda mosi secara bertingkat akan menghilang. Kebiasaan mengompol akan mnghilang dan diganti denghan perkataan yang jelas artinya. Kebiasaan untuk merangkak kalau mengambil sesuatu akan menghilang sesuai dengan meningkatnya kemampuan-kemampuan motorik dan berganti dengan berjalan. Dari sudut emosi terjadi perubahan-perubahan kearah kemampuan menunda emosi secara lebih cepat. Kebiasaan untuk melakukan sesuatu bisa menahan diri dan menunda mosi secara bertingkat akan menghilang. Kebiasaan mengompol akan mnghilang dan

4. Berubah untuk memperoleh hal-hal yang baru

Banyak hal yang baru diperoleh selama perkembangan sejak dilahirkan dan sesuai dengan keadaan dan tingkatan tahapan-tahapan perkembangannya. Ketika dilahirkan bayi belum mempunyai gigi dan beberapa waktu kemudian kalau sudah sampai waktunya atau umurnya akan tumbuh gigi-gigi. Bayi memperoleh dan menambah sesuatu jelang usia remaja terjadi penambahan bulu-bulu ketiak, sekitar alat-alat kelamin, timbullah kumis pada laki-laki akibat mulai berfungsinya kelenjar-kelenjar kelamin. Tanda-tanda ini dikenal dengan istilah tanda-tanda kelamin sekunder.

Dilihat dari segi mental bertambah perbendaharaan kata dan kekayaan bahasa, nilai dan norma moral yang semakin meningkat, berbagai pengetahuan yang diperoleh terutama dari pendidikan formal dan yang berhubungan dengan kematangan kelenjar kelamin dan yang dialami ketika masih anak-anak, yakni munculnya dorongan seks.

Selama perkembangannya manusia masih tetap menerima dan memperoleh hal-hal yang baru, teutama yang berhubungan dengan kehidupan psikis. Pada manusia terdapat kebutuhan untuk memperoleh dan mengetahui hal-hal baru. Tertutupnya kemungkinan untuk memperoleh hal ini akan menimbulkan kekecewaan dan penderitaan secara psikis. Contoh dalam hal ini adalah berita, Koran, majalah dan pengalaman yang baru. Baru pada usia lanjut intensitas dan dorongan ini pada umumnya mulai berkurang. Belajar disekolah merupakan kegiatan untuk mengetahui, memperoleh sesuatu yang baru secara bertahap dan direncanakan. Sebagian besar kegiatan pada anak adalah kegiatan untuk memperoleh hal-hal baru sebagaimana dapat dilihat pada anak-anak yang setiap hari harus kesekolah dan setelah pulang sekolah masih harus belajar. Dari ini terlihat bahwa proses perkembangan untuk memperoleh hal-hal baru ini, sebagian besar dan untuk waktu yang lama (sekolah dan kuliah sebagai kegiatan belajar yang formal) adalah mengenai kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan mental. Kehidupan pikis anak merupakan kegiatan yang maju, yang meningkat seperti yang sering terliaht: seorang anak yang mencampakkan alat permainan yang baru diberikan kepadanya beberapa hari yang lewat. Pada anak timbul perasaaan bosan dan alat permainan itu tidak menarik lagi. Ia ingin alat permainan yang baru. Pada remaja sering terlihat sifat pembosan dan ingin selalu melakukan atau memperoleh yang baru. Baik mengenai benda ataupun kegiatan yang berhubungan dengan kepuasan secara psikis. Mengikuti mode merupakan perwujudan keinginan mengikuti dan memperoleh sesuatu yang dianggap baru ini menjadi sangat relative dan merupakan fungsi dari perubahan waktu, bisa lama dan bisa cepat. Kebutuhan anak memperoleh dan mencari sesuatu yang baru merupakan dorongan yang menjadi sebagian ciri kepribadiannya secara pribadi yang berbeda-beda pada setiap orang dan pada setiap tingkatan tahapan perkembangannya.