Kedudukan Tanah Ulayat dalam UUPA

perkembangan pembangunan yang dilakukan baik oleh swasta maupun pemerintah serta perkembangan sosial ekonomi masyarakat pada umumnya.

1. Kedudukan Tanah Ulayat dalam UUPA

Kedudukan tanah ulayat dalam UUPA UU Nomor 5 Tahun 1960 dalam Pasal 3 berbunyi : “Dengan mengingat ketentuan Pasal 1 dan 2 pelaksanaan hak ulayat dan hak yang serupa itu dari masyarakat hukum adat sepanjang menurut kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan nasional dan Negara yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan Undang-undang dan peraturan lain” . Menurut Pasal 22 ayat 1 UUPA adalah : Terjadinya hak milik menurut hukum adat diatur dengan peraturan pemerintah”. Selama undang-undang mengenai hak milik menruut Pasal 50 ayat 1 belum terbentuk maka selama itu masih berlaku ketentuan-ketentuan hukum adat setempat dan peraturan-peraturan lainnya mengenai hak atas tanah yang memberi wewenang sebagaimana atau mirip dengan yang dimaksud dalam Pasal 20. sepanjang tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan Undang-undang ini, hak ini diatur dalam Pasal 56 UUPA. Jelaslah bahwa tanah hak ulayat atau hak-hak serupa itu diakui oleh UUPA sebagai kepunyaan masyarakat-masyarakat hukum adat. Pembentukan hak milik dari tanah ulayat diatur dengan peraturan pemerintah. Dimana tanah adat juga dimungkinkan untuk dikonversikan menjadi Hak Milik, Hak Pakai, Hak Guna Bangunan dan Hak Guna Usaha. Sebagaimana kita ketahui bahwa hak ulayat merupakan hak yang bersumber pada hukum adat, dimana masyarakat hukum adat yang bersangkutan tidak boleh menghalangi pelaksanaan pembangunan. Sehingga dalam pelaksanaan hak ulayat tersebut boleh digunakan selama tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan negara artinya jika kepentingan negara dan kepentingan umum menghendaki maka masyarakat hukum adat mengerahkan dan masyarakat hukum adat harus tunduk kepada kepentingan nasional dan negara mengenai pelaksanaan hak ulayat ini diatur dalam Pasal 5 UUPA yang berbunyi : “Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa,dengan peraturan yang tercantum dalam Undang-Undang ini dan dengan peraturan perundangan lainnya, segala sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada hukum agama”. Dalam penjelasan disebutkan, tidaklah dibenarkan didalam bernegara dewasa ini suatu masyarakat hukum masih mempertahankan isi dan pelaksanaan hak ulayat secara mutlak, seakan-akan terlepas dari hubungan dengan masyarakat hukum dan daerah-daerah lainnya didalam lingkungan negara sebagai suatu kesatuan.

2. Bentuk-Bentuk Tanah Ulayat di Sumatera Barat