Pendahuluan Perpustakaan Pasca Terbitnya Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan

PERPUSTAKAAN PASCA TERBITNYA UNDANG-UNDANG RI NOMOR 43 TAHUN 2007 TENTANG PERPUSTAKAAN Oleh Nurdin Salmi

1. Pendahuluan

Dengan terbitnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan, maka tidak ada alasan lagi bagi kita bangsa indonesia untuk tidak mendukung undang-undang ini, karena selama ini masih adanya diskriminasi layanan kebutuhan akan informasi, misalnya sebagai contoh masyarakat yang tinggal di perkotaan lebih banyak memperoleh jasa informasi daripada masyarakat yang tinggal di pedesaan, karena sumber informasi seperti perpustakaan yang ada hanya di perkotaan. Undang-Undang Nomor 43 tanggal 1 Nopember 2007 mengatur hak antara lain dalam Masyarakat mempunyai hak yang sama untuk memperoleh layanan serta memanfaatkan dan mendayagunakan fasilitas perpustakaan. Masyarakat berkewajiban menjaga dan memelihara kelestarian koleksi perpustakaan; menyimpan, merawat, dan melestarikan naskah kuno yang dimilikinya dan mendaftarkannya ke Perpustakaan Nasional; menjaga kelestarian dan keselamatan sumber daya perpustakaan di lingkungannya; mendukung upaya penyediaan fasilitas layanan perpustakaan di lingkungannya. Masyarakat diajak untuk bertanggung jawab, berkewajiban memelihara, mendaftarkan naskah- naskah kuno dan menjaga serta memanfaatkan keberadaan perpustakaan. Pemerintah berkewajiban: mengembangkan sistem nasional perpustakaan sebagai upaya mendukung sistem pendidikan nasional; menjamin kelangsungan penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar Universitas Sumatera Utara masyarakat; menjamin ketersediaan layanan perpustakaan secara merata di tanah air. Pemerintah pusat dan daerah berkewajiban dan menjamin ketersediaan layanan perpustakaan yang merata di seluruh wilayah Republik Indonesia. Pemerataan akan kebutuhan informasi bagi seluruh masyarakat Indonesia baik yang tinggal diperkotaan maupun pedesaan sudah barang tentu pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk membangun sarana perpustakaan, karena perpustakaan adalah sebagai agen yang tepat untuk diberikan tugas mencari, mengumpulkan, mengolah, mendokumentasikan dan menyebarluaskan informasi kepada masyarakat seperti yang diamanahkan oleh undang-undang. Supaya misi ini berhasil mencapai tujuan tentu harus ditunjang dengan pendanaan, dalam hal ini pemerintah dan pemerintah daerah harus mengalokasikan anggaran perpustakaan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara APBN dan anggaran pendapatan dan belanja daerah APBD. Dengan undang-undang tentang perpustakaan sebagai payung hukum, mari kita bersama-sama membangun Negara ini dalam bidang perpustakaan sebagai tempat informasi dimana masyarakat dapat mencari dan mendapatkannya, karena tugas kita meningkatkan sumber daya manusia lewat belajar mandirimelalui sarana perpustakaan. Undang-Undang tentang perpustakaan untuk mendorong kita untuk berbuat, kalau kita sebagai pustakawan tidak pro aktif untuk mendorong masyarakat dan pemerintah mustahil cita-cita undang-undang dapat terwujud. Sebagaimana kita ketahui banyak perpustakaan-perpustakaan layaknya seperti kerakap tumbuh di batu hidup segan mati tak mau, dengan kata lain kurangnya dana yang diberikan pemerintah untuk menunjang pengadaan bahan- Universitas Sumatera Utara bahan pustaka, kurangnya biaya operasional peningkatan layanan, dan pegawai yang tidak mempunyai dasar ilmu pengetahuan tentang perpustakaan, dokumentasi, dan informasi sehingga pengelolaan perpustakaan ditangani dengan tidak profesional.

2. Persepsi Masyarakat tentang Perpustakaan