Sistem Pendidikan Pesantren Pabelan Lama

53 BAB III SISTEM PENDIDIKAN BALAI PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN PABELAN Sejak awal berdiri Pondok Pabelan mengalami berapa kali perubahan dalam tata cara pendidikan dan pengajaran. Perubahan yang dilakukan adalah untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman. Dengan adanya perkembangan dan perubahan sistem pendidikan tersebut maka Pondok Pesantren Pabelan dapat terus eksis hingga masa sekarang. Seperti institusi lain, Pabelan juga mengalami pasang surut dalam proses perkembangannya, ada masa dimana Pabelan menjadi jaya dengan jumlah santri dan prestasi yang diperolehnya dengan cukup besar sehingga mengantarkan Pabelan menjadi identik dengan desa santri dan pejuang, namun pernah juga mengalami kevakuman dan nyaris tidak melakukan aktivitas pendidikan di pesantren.

A. Sistem Pendidikan Pesantren Pabelan Lama

Pada masa awal berdiri, pesantren pabelan menggunakan sistem atau pola pendidikan yang tidak jauh berbeda dengan pesantren lain di Indonesia pada umumnya. Pondok Pabelan muncul, tumbuh dan berkembang bersama dengan munculnya desa Pabelan sehingga keberadaan desa Pabelan tidak bisa lepas dari keberadaan Pesantren Pabelan. Keberadaan pesantren di Pabelan telah membentuk 54 dan memberikan corak nilai kehidupan masyarakat Pabelan yang senantiasa tumbuh dan berkembang. Seperti pesantren pada umumnya, Kyai merupakan elemen paling esensial dari Pesantren Pabelan dan perkembangan pesantrenpun tergantung pada kepiawaian Kyai dalam menyampaikan dan mengajarkan pengetahuan agama. Kyai dengan kelebihan pengetahuan dalam Islam sering dilihat sebagai orang yang senantiasa dapat memaknai keagungan Tuhan dan rahasia alam, hingga dengan demikian mereka memiliki kedudukan yang tidak terjangkau dimata orang awam dan kekhususan itu ditunjukkan dengan bentuk pakaian yang merupakan simbol dari statusnya. Kyai dimata masyarakat Pabelan dan masyarakat umum merupakan sosok yang tidak hanya menguasai pengetahuan dibidang agama namun juga merupakan sosok yang rendah hati, menghormati semua orang, dan mampu memimpin dalam masyarakat. Kyai merupakan perintis, pendiri, pemgelola, pengasuh, pemimpin dan juga pemilik dari pesantren Pabelan. Kyai merupakan model atau teladan yang baik Uswah Kahasanah bagi santri dan komunitas di sekitar Pabelan. Karena dari awal terbentuknya Pabelan berdiri bersama dengan desa Pabelan maka santri yang belajar di Pabelan bermukim di Pabelan Saat itu pengajaran yang digunakan adalah sistem pengajaran tradisional, dengan materi pengajaran menggunakan kitab-kitab klasik yang sering disebut sebagai kitab kuning. Sebagai pusat dari berbagai kegiatan keagamaan baik yang berupa kegiatan ibadah maupun kegiatan belajar mengajar adalah masjid yang terletak di tengah 55 kompleks Pabelan. Bagi sebuah pesatren, masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dengan pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek Sholat lima waktu, khutbah, sembayang jum’at, dan pengajaran kitab-kitab klasik. Kyai mengajar di Masjid dan menganggap masjid sebagai tempat yang paling tepat untuk menananmkan disiplin para santri dalam mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan ibadah. Untuk membelajarkan agama Islam kepada masyarakat yang masih awam terhadap Islam karena masyarakat jawa ada masa awal berdiri Pesantren merupakan penganut aliran animisme maupun dinamisme, dan tidak jarang pula penganut agama Hindhu atau Budha maka metode pengajaran yang dipilih oleh Kyai adalah dengan metode klasikal yaitu dengan : 1. Metode Wetonan atau Bandongan. Pengajaran dengan menggunakan metode ini adalah, Kyai menyampaikan atau mengajarkan kitab kuning dengan membaca dan kemudian menjelaskan isi kitab kuning sementara santri mendengarkan, memaknai dan menerima. Weton adalah pengajian yang inisiatifnya berasal dari Kyai sendiri, baik dalam menentukan tempat, waktu maupun kitab-kitabnya Nurcolish Madjid, 1997:28 2. Metode Sorogan Dalam metode ini santri yang menyodorkan kitab yang akan dibahas dan sang guru mendengarkan, setelah santri tersebut selesai 56 membaca kemudian sang Kyai memberi komentar, dan bimbingan yang dianggap perlu bagi santri. Sistem sorogan ini memungkinkan seorang guru mangawasi, menilaidan membimbing secara maksimal kemampuan sseorang murid dalam menguasai bahasa Arab Zamakhsyari Dhofier, 1982: 29 Sorogan adalah pengajian yang merupakan permintaan dari seorang atau beberapa santri kepada kyainya untuk diajari kitab tertentu. Pengajian sorogan biasanya diberikan kepada santri-santri yang cukup maju, khususnya kepada yang berniat menjadi Kyai Nurcolish Madjid, 1997:28 3. Metode Hafalan Dalam metode ini biasanya setiap santri diwajibkan untuk menghafalkan Al-Qur’an maupun hadits dan kemudian melakukan muraja’ah mengulang hafalan dihadapan Kyai, sementara Kyai mengoreksi Murajaah santri dan memberi pancingan hafalan jika santri merasa kesulitan mengingat. System ini dimaksudkan agar santri termotivasi untuk menghafal Al-Qur’an dan hadits karena diantara para santri sering terjadi persaingan tentang banyaknya hafalan yang dimiliki. 4. Metode Diskusi musyawarahmunazharahmudzakarah Dalam metode ini, santri diberi suatu topik mengenai masalah tertentu yang terdapat dalam kitab kuning yang kemudian dibahas secara bersama-sama sementara peran Kyai atau guru adalah sebagai moderator. 57 Melalui metode ini diharapkan tumbuh nilai-nilai pemikiran kritis, analitis dan logis. 5. majelis ta’lim Metode ini digunakan oleh kyai untuk menyampaikan ajaran agama kepada masyarakat diluar pondok dengan mengadakan ceramah keagamaan seperti kegiatan tabligh akbar. Kegiatan ini biasanya diadakan secara rutin seperti satu atau dua kali dalam satu minggu.

B. Sistem Pendidikan Pesantren Modern