PENGARUH PEMBERIAN JENIS BAHAN ORGANIK DAN PUPUK ORGANIK CAIR PADA PERTUMBUHAN VEGETATIF PISANG AMBON KUNING (Musa paradisiaca L.)

(1)

Pengaruh Pemberian Jenis Bahan Organik dan Pupuk Organik Cair pada Pertumbuhan Vegetatif Pisang Ambon Kuning

(Musa paradisiaca l.

)

Oleh Tambat Arifin

ABSTRAK

Produksi buah pisang yang optimal dipengaruhi oleh pertumbuhan vegetatif pisang yang digunakan. Pemupukan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman pisang Ambon Kuning.

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui pengaruh jenis bahan organik pada pertumbuhan vegetatif tanaman pisang Ambon Kuning. (2) mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair pada pertumbuhan vegetatif tanaman pisang

Ambon Kuning. (3) mengetahui pengaruh interaksi jenis bahan organik dan pupuk organik cair pada pertumbuhan vegetatif tanaman pisang Ambon Kuning. Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Universitas Lampung Gedong Meneng, dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2011. Perlakuan disusun secara faktorial (3x2) dalam rancangan kelompok teracak sempurna (rkts). Faktor pertama adalah jenis bahan organik, terdiri dari tanpa bahan organik, bahan

organik kotoran ayam, bahan organik baglog. faktor kedua adalah pemberian POC terdiri dari dua taraf, yaitu tanpa pupuk organik cair dan dengan pupuk organik cair 10 ml/l. Homogenitas ragam diuji dengan uji Barlett dan kemenambahan ragam diuji dengan uji Tukey. Pemisahan nilai tengah antar perlakuan dilakukan dengan bnt beda nyata terkecil (bnt) pada taraf 5 %.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jenis bahan organik hanya meningkatkan bobot spesifik daun tanaman pisang Ambon Kuning dan jenis yang terbaik adalah pupuk organik dari kotoran ayam. Pemberian pupuk organik cair 10 ml tidak mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman pisang Ambon Kuning pada semua variabel pengamatan, kecuali pada peningkatan bobot spesifik daun. Tidak ada pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan

vegetatif tanaman pisang Ambon Kuning pada masing-masing jenis bahan oganik yang diberikan.


(2)

Effect of Kind Organic Materials and Liquid Organic Fertilizer on the Growth of Vegetative Yellow Ambon Banana

(Musa paradisiaca l.)

By

Tambat Arifin

ABSTRACT

Optimal production of bananas are affected by the use of vegetative growth. Fertilization is one way to increase the vegetative growth of Yellow Ambon banana seedlings.

The purpose of this study is (1) knowing the type of organic material effect on vegetative growth of banana plants Ambon Yellow. (2) knowing the influence of liquid organic fertilizer on the vegetative growth of banana plants Ambon Yellow. (3) knowing influence the type of organic material and a liquid organic fertilizer on the vegetative growth of banana plants Ambon Yellow.

The research was conducted at the University of Lampung House Garden Experiments meneng, from October to December 2011. The treatments are arranged in a factorial (3x2) in a randomized complete design group (rkts). The first factor is the type of organic material, consisting of no Organic Materials, Organic Materials Cages Chicken, Organic Materials Baglog, the second factor consists of two levels, ie without liquid organic fertilizer and liquid organic fertilizer with 10 ml / l. Homogeneity range tested with Bartlett test and

kemenambahan range tested with Tukey test. The data separation were anale of variance between the treatment with least significant difference (LSD),

α = 0,05.

The results showed that the type of organic material only increases the specific weight of Ambon Yellow leaves of banana plants and the best kind of manure is an organic fertilizer organic fertilizer liquid ayam.Pemberian 10 ml did not affect the vegetative growth of banana plants Ambon Yellow observations on all variables, except for an increase specific leaf weight.

There was no effect of liquid organic fertilizer for vegetative growth of banana plants Ambon Yellow on each type of material oganik given.

Key words: Organic Materials, Pisang Ambon Yellow, Organic Liquid Fertilizer (POC).


(3)

(4)

PENGARUH PEMBERIAN JENIS BAHAN ORGANIK DAN PUPUK ORGANIK CAIR PADA PERTUMBUHAN

VEGETATIF PISANG AMBON KUNING (Musa paradisiaca L.

)

(Skripsi)

Oleh Tambat Arifin

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(5)

PENGARUH PEMBERIAN JENIS BAHAN ORGANIK DAN PUPUK ORGANIK CAIR PADA PERTUMBUHAN

VEGETATIF PISANG AMBON KUNING (Musa paradisiaca L.

)

Oleh Tambat Arifin

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(6)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bibit pisang dan bahan organik yang digunakan. ... 19 2. Pemberian NPK 50 g sebagai pupuk dasar. ... 21 3. Pembuangan anakan pisang Ambon Kuning. ... 22

4. Pengaruh pemberian bahan organik pada bobot spesifik daun

tanaman pisang Ambon Kuning. ... 27 5. Pengaruh pemberian pupuk organik cair pada bobot spesifik daun

tanaman pisang Ambon Kuning. ... 28 6. Tata letak percobaan. ... 50 7. Kondisi bibit pisang Ambon Kuning pada akhir penelitian. ... 51


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Landasan Teori ... 4

1.4 Kerangka Pemikiran ... 8

1.5 Hipotesis . ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Pisang ... 10

2.1.1 Akar ... 11

2.1.2 Batang ... 11

2.1.3 Daun ... 12

2.1.4 Bunga ... 12

2.1.1 Buah ... 12

2.2 Tanaman Pisang ... 13

2.3 Manfaat dan Kandungan Gizi ... 14

2.4 Bahan Organik ... 15

2.5 Bahan Organik Kotoran Ayam ... 16

2.6 Pupuk Organik Limbah Media Tanam Jamur Tiram (baglog) ... 17


(8)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

3.2 Bahan dan Alat ... 20

3.3 Metode Percobaan ... 21

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 22

3.4.1 Persiapan Penelitian ... 22

3.4.2 Aplikasi Bahan organik Kandang ayam dan Baglog ... 22

3.4.3 Pemeliharaan Tanaman ... ... 23

3.5 Variabel Pengamatan ... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan ... 27

4.1.1 Penambahan Jumlah Daun ... 28

4.1.2 Panjang Daun ... 28

4.1.3 Lebar Daun ... 29

4.1.4 Bobot Spesifik Daun ... 29

4.1.5 Penambahan Tinggi Tanaman ... 30

4.1.6 Penembahan Lingkar Batang ... 31

4.1.7 Jumlah Anakan ... . 31

4.2 Pembahasan ... 31

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 38

5.2 Saran ... 38 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Tabel 1—26 ... 5—53 Gambar 1—7 ... 20—52


(9)

iv

Bila kita melakukan sesuatu dengan kemampuan terbaik, kita tidak

pernah tahu keajaiban apa yang akan hadir dalam kehidupan kita atau

orang lain (Hellen Keller)

Saya percaya bahwa hidup diberikan kepada kita agar kita dapat

tumbuh dalam kasih dan saya percaya bahwa allah berada dalam diri

saya seperti matahari dalam warna dan kesemerbakan bunga. Dialah

cahaya dalam kegelapan saya, dan suara dalam kebisuan saya

(hellen Keller)


(10)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Rugayah, M.P.

Sekretaris : Ir. Sri Ramadiana, M.Si.

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001


(11)

This is the one of my achievement this is not a luxury present,

this is just a form of devotion which I dedicated for mother, father,


(12)

Judul Skripsi : PENGARUH PEMBERIAN JENIS BAHAN ORGANIK DAN PUPUK ORGANIK CAIR PADA

PERTUMBUHAN VEGETATIF PISANG AMBON KUNING (Musa paradisiaca L.).

Nama Mahasiswa : Tambat Arifin

Nomor Pokok Mahasiswa : 0714012065

Program Studi : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Ir. Rugayah, M.P. Ir. Sri Ramadiana, M.Si.

NIP 19611107 198603 2002 NIP 196912051994032002

2. Ketua Program Studi Agroteknologi

Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P. NIP 19641118 198902 1 002


(13)

iv

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Sumber Agung, Kecamatan Ngambur, Kabupaten Lampung Barat, pada tanggal 19 Agustus 1987. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Selamat dan Ibu Jumilah.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 1 Sumber Agung Kecamatan Ngambur pada tahun 1999. Pada tahun 2002, penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMPN 1 Bengkunat Kabupaten Lampung Barat, pendidikan menengah atas diselesaikan di SMA 1 Pesisir Selatan Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2005. Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Hortikultura, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiwa Baru (SPMB) dan pada tahun 2008 diintegrasikan menjadi Program Studi Agroteknologi yang sekarang telah menjadi jurusan Agroteknologi.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Sukapura Kecamatan Seragi Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2010. Selama kuliah penulis pernah menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Agroteknologi pada tahun 2008―2010.


(14)

iv

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Pemberian Jenis Bahan Organik dan Pupuk Organik Cair pada Pertumbuhan Vegetatif Pisang Ambon Kuning (Musa paradisiaca L.)”.

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Ibu Ir. Rugayah, M.P., selaku Pembimbing Utama sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran, bimbingan, motivasi dan pengarahan selama penelitian hingga selesainya penulisan skripsi. 2. Ibu Ir. Sri Ramadiana, M.Si., selaku Pembimbing Kedua yang telah

memberikan saran, bimbingan, motivasi dan pengarahan selama penelitian dan penulisan skripsi.

3. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku dosen Penguji sekaligus sebagai Ketua Jurusan Agroteknologi Universitas Lampung yang telah

memberikan masukan dan pengarahan selama penelitian dan penulisan skripsi. 4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abas Zakaria, M. S., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

5. Bapak, Ibu, Kakak dan adikku Susila Julida dan Ely Nurfitri atas dukungan moral maupun material dan doa yang selalu diberikan kepada penulis


(15)

v

6. Saudara/i ku tercinta, Yahzanun, Melya Septiana, Novisha Kurnia Utami, S.P., Levia Ratna Sari, Mutakin, Fery Adi Satria, Septianaldo, Rozikin, atas

motifasi dan dorongan semangatnya.

7. Keluarga besar Persatuan Pemuda Pelajar Ngambur (PERDAPENA), atas kerjasama dan motivasi selama kuliah.

8. Agustina Budi Astri, S.P., Susiwi Hayatina, S.P., Ayu Septika, S.P., Fitri Mayasari, S.P., Enggalih Melratri, S.P., Akhmad Komarudin, S.P., atas bantuan selama melaksanakan penelitian.

9. Annisa Ayu Fitri, S.P., Suvi Etika Sari, S.P,. Neli Merina, Yunita Ayu Saputri, S.P., Rahmi Nur Yanti, S.P., Purdiana, S.P., Khusnul Khotimah, S.P., Arum Jayanti, S.P., Prita Wulansari, S.P., Sumarmi, S.P., Dian Wahyu Kusuma, Bagus Prambudi, S.P., Echa Desta Sagita, S.P., Anggi Stiawan, S.P., Ridho Hardian, atas kerjasama dan motivasi selama kuliah.

10.Seluruh warga Hortikultura Universitas Lampung, terima kasih atas bantuannya.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka dan semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 30 Agustus 2012 penulis


(16)

1

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat alternatif karena memiliki kandungan karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi. Pisang merupakan salah satu buah tropis yang berkembang di Indonesia, buahnya lezat, harganya terjangkau dan bermanfaat bagi kesehatan manusia.

Pisang memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap, antara lain menyediakan energi yang cukup tinggi, kaya akan mineral seperti kalium, magnesium, besi, fosfor dan kalsium, mengandung vitamin B6 dan C. Kandungan gizi yang terdapat dalam setiap 100 g buah pisang terdiri dari kalori 115 kalori, 1,2 g protein, 0,4 g lemak, 26,8 g karbohidrat, 0,4 g serat, 11 mg kalsium, 43 mg posfor, 1,2 mg besi, B 0,1 mg vitamin, dan 70,7 g air (Nuryadin, 2008).

Di Indonesia banyak jenis pisang yang dibudidayakan, salah satu jenis pisang yang banyak dikonsumsi dalam bentuk segar adalah pisang Ambon Kuning. klasifikasi budidaya pisang menggunakan nama-nama kombinasi genom sebagai nama kelompok budidaya (cultivar group). Pisang Ambon Kuning termasuk dalam kelompok AAA (triploid partenokarp). Pisang ini termasuk dalam jenis


(17)

2

pisang meja, yang artinya pisang dikonsumsi dalam bentuk segar setelah masak di pohon atau melalui pemeraman (Rukmana, 1999).

Pisang pisang Ambon Kuning memiliki kulit kuning keputihan dan memiliki keunggulan yang terletak pada rasa buah yang manis dan beraroma harum. Panjang buahnya antara 15―20 cm, satu pohon dapat menghasilkan 7―10 sisir

dengan jumlah buah 100―150. Bentuk buah melengkung dengan pangkal meruncing. Daging buah berwarna putih kekuningan. Umumnya buah pisang ini tidak mengandung biji (Redaksi AgroMedia Pustaka, 2009).

Menurut Badan Pusat Statistik (2010), setiap tahun produksi pisang di Indonesia terus meningkat. Pada tahun 2006 produksi pisang sebesar 5.037.472 ton, tahun 2007 sebesar 5.454.226 ton, tahun 2008 sebesar 5.741.351 ton dan tahun 2009 produksi pisang mencapai 6.373.533 ton. Provinsi Lampung menyumbang 535.700 ton pisang atau sekitar 10,6% dari total produksi pisang nasional. Namun demikian, secara umum produktivitas pisang yang dikembangkan petani Lampung masih sangat rendah, hanya 10—15 ton/ha, padahal potensi

produktivitasnya bisa mencapai 35—40 ton/ha (Mulyani dan Suprapto, 2008). Salah satu penyebab rendahnya produktivitas pisang yaitu budidaya pisang yang dilakukan oleh petani belum diikuti dengan penanganan yang tepat dan benar, terutama pada fase vegetatifnya. Hal ini yang menyebabkan produktivitas pisang relatif rendah, fase vegetatif tanaman pisang yang baik diharapkan dapat


(18)

3

Pemupukan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penggunaan pupuk organik dapat memberikan tambahan bahan organik, hara, memperbaiki sifat fisik tanah, serta mengembalikan hara yang terangkut hasil panen. Selain itu juga pupuk organik dapat mencegah kehilangan air dalam tanah dan laju infiltrasi air.

Pupuk oganik bukan hanya berbentuk padat dapat berbentuk cair seperti pupuk anorganik. Salah satu pupuk yang dapat digunakan adalah pupuk organik cair (POC). Selain mengandung unsur hara yang diperlukan tanaman, POC juga banyak mengandung mikroorganisme yang mampu mendekomposisi bahan organic sehingga unsure hara lebih mudah tersedia untuk pertumbuhan tanaman. Penggunaan pupuk cair dapat memudahkan dan menghemat tenaga, selain itu aplikasi pemupukan lebih cepat, penggunaanya sekaligus melakukan perlakuan penyiraman sehingga dapat menjaga kelembaban tanah, aplikasinya bersama pestisida organik berfungsi sebagai pencegah dan pemberantas penggangu tanaman.

Penambahan pupuk organik cair akan memberikan dampak positif bagi

kesuburan tanah karena mikro organisme yang terdapat pada pupuk organik cair tersebut dapat mempercepat pelapukan bahan organik, bakteri yang terkandung di dalam pupuk organik cair mampu memberikan dampak positif bagi kesuburan tanah. Pupuk organik cair yang beredar di pasaran biasanya pupuk organik cair buatan pabrik yang mengandung banyak mikroorganisme tanah seperti Rhizobium sp, Azospirillum sp, Azotobacter sp, bakteri pelarut fosfat, Pseudomonas sp, dan Bacillus sp, yang mempercepat ketersediaan unsur hara (Novizan, 2007).


(19)

4

Penelitian ini ditujukan untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah jenis bahan organik akan memberikan pengaruh yang berbeda pada pertumbuhan vegetatif tanaman pisang Ambon Kuning?

2. Apakah pemberian pupuk organik cair memberikan pengaruh yang berbeda pada pertumbuhan vegetatif tanaman pisang Ambon Kuning?

3. Apakah pengaruh jenis bahan organik pada pertumbuhan vegetatif tanaman pisang Ambon Kuning bergantung pada pemberian pupuk organik cair yang digunakan.

1.2 Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan:

1. Mengetahui pengaruh jenis bahan organik pada pertumbuhan vegetatif tanaman pisang Ambon Kuning.

2. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair pada pertumbuhan vegetatif tanaman pisang Ambon Kuning.

3. Mengetahui pengaruh jenis bahan organik pada pertumbuhan vegetatif tanaman pisang Ambon Kuning pada masing-masing pemberian pupuk organik cair.

1.3Landasan Teori

Bahan organik merupaka bahan-bahan yang dapat diperbaharui, di daur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh


(20)

5

tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan organik yang dalam keadan mengalami pelapukan aktif menjadi makanan bagi jasad mikro. Sebagai

akibatnya bahan organik tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang.

Menurut Mulyani dan Suprapto. (2008), pisang memerlukan kalium dalam jumlah besar untuk satu hektar, pisang memerlukan 207 kg nitrogen, 138 kg superfospat, 608 kg KCl, dan 200 kg batu kapur sebagai sumber kalium hara. Sebagai

gambaran kebutuhan pupuk pada tanaman pisang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kebutuhan pupuk tanaman pisang setiap tahun dalam satu hektar.

Pupuk Jumlah Keterangan

Urea 207 kg/ha diberikan 2x setahun dalam larikan yang mengitari rumpun

SP-36 138 kg/ha diberikan 6 bulan setelah tanam (2x setahun) KCL 608 kg/ha diberikan 6 bulan setelah tanam (2x setahun) Pupuk kandang 0,8-10 kg/ha pemberian pupuk dasar, dicampur dengan

tanah galian bagian atas

Dolomit 200 kg/ha pemberian pupuk dasar, dicampur dengan tanah galian bagian atas

POC Nasa 20 botol/ha diberikan dengan cara penyiraman setiap 3 bulan sekali

Sumber: Mulyani dan Suprapto (2006).

Selanjutnya dikemukakan bahwa, tanaman pisang yang baru ditanam diberi pupuk 3 kali yaitu 1/4 saat tanam dan sisanya dibagi dua yaitu umur 3 bulan dan 6 bulan. Pupuk diletakkan pada alur yang berjarak 60-70 cm dari tanaman dan


(21)

6

ditutup tanah. Pada tanaman yang berumur 1 tahun atau lebih, pupuk diberikan 2 kali yaitu pada awal musim hujan dan menjelang akhir musim hujan.

Walaupun pemberian pupuk cukup tetapi jika tanaman pisang mengalami

kekurangan air maka pertumbuhan tetap tidak maksimal. Tanaman pisang sangat membutuhkan air karena jika suatu daerah mempunyai bulan kering berturut-turut melebihi 3 bulan maka tanaman pisang memerlukan tambahan pengairan agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.

Berawal dari ketidakpahaman petani dalam budidaya pisang yang tepat, maka dalam membudidayakan tanaman pisang petani belum menerapkan teknik budidaya yang tepat terutama pemupukan pada fase vegetatif sebagai persiapan pertumbuhan yang baik pada fase generatif, sehingga produksi buah pisang yang dihasilkan oleh petani masih rendah. Teknik budidaya yang tepat terutama pemupukan pada fase vegetatif akan memaksimalkan produksi buah pisang pada fase generatif tanaman pisang. Pemupukan pada tanaman merupakan satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi ketersedian unsur hara tanah yang dibutuhkan tanaman. Dengan adanya pemupukan baik pupuk organik maupun anorganik, tanaman dapat tumbuh optimal dan berproduksi optimal (Redaksi AgroMedia, 2007).

Jenis pupuk yang sering digunakan oleh petani adalah pupuk anorganik, namun ketersediaan pupuk anorganik terbatas dan harga yang tinggi, sehingga pemberian pupuk organik lebih efisin untuk pemupukan. Pupuk organik ada yang berbentuk padatan dan cair. Pupuk organik cair dapat berfungsi sebagai sumber zat makanan


(22)

7

bagi tanaman yang lengkap dengan kadar hara yang tepat untuk kebutuhan tanaman dan penggunaanya lebih efektif dan efisien. Penggunaan pupuk organik cair merupakan salah satu usaha menyuplai unsur hara yang tidak tersedia dalam media tanam (Lingga, 1999).

Pupuk organik cair yang dapat digunakan untuk tanaman pisang adalah pupuk yang mengandung populasi mikroba penambat N, pelarut P, K, Ca dan unsur hara lainnya, menghasilkan zat perangsang tumbuh organik untuk memacu percepatan proses keluarnya akar, pertumbuhan dan keluarnya bunga serta buah.

Menurut Ginting dkk. (2010), penggunaan mikroorganisme pelarut fosfat dapat mensubstitusi sebagian atau seluruhnya kebutuhan tanaman akan pupuk fosfor, tergantung pada kandungan P-tanahnya dan memberikan hasil yang positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Selain pupuk organik cair penggunaan bahan organik juga sangat membantu dalam proses pertumbuhan tanaman. Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman. Sedangkan pupuk hayati merupakan inokulan

berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau mempasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman (Musnamar, 2007; Yuliarti, 2009).

Usaha mempercepat proses pengomposan dapat dilakukan dengan memberikan mikroorgnisme ke tanah atau bahan organik yang akan dikomposkan untuk meningkatkan kandungan nitrogen dan fospat (Sutanto, 2002).


(23)

8

1.4 Kerangka Pemikiran

Salah satu cara untuk memacu pertumbuhan tanaman pisang untuk menjadi tanaman yang siap berbuah dan berproduksi yaitu dengan pemberian pupuk. Pemberian pupuk dapat berupa pupuk organik atau anorganik. Pemberian pupuk organik dapat meningkatkan pertumbuhan pisang karena pupuk organik

mengandung beraneka ragam unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman baik unsur hara mikro maupun makro. Semakin banyak bahan organik yang di berikan, maka akan semakin baik pertumbuhan tanaman pisang yang di budidayakan, sehingga pupuk organik dapat di jadikan pengganti pupuk kimia buatan.

Lampung merupakan salah satu sentra produksi dan pengolahan pisang di

Indonesia. Produksi pisang Lampung tidak seluruhnya diangkut ke Jakarta dalam bentuk segar, karena di Lampung terdapat banyak industri keripik pisang yang telah berkembang dengan baik dan tiap tahunnya mampu menyerap pisang ambon mentah sampai 1.780 ton. Disamping dapat di jadikan makanan olahan, buah pisang juga merupakan alternatif pengganti beras karena pisang merupakan tanaman buah-buahan yang tidak mengenal musim, buahnya dapat dijumpai kapan saja dan memiliki nilai gizi yang tinggi dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, sehingga tingkat permintaan pasar terus meningkat. Walau demikian, pengembangan pisang yang dilakukan oleh petani belum diikuti dengan penerapan teknik budidaya tanaman pisang yang tepat dan benar, terutama pada fase


(24)

9

Pertumbuhan pada fase vegetatif sangat mempengaruhi fase genaratif tanaman pisang. Apabila tanaman pisang memiliki fase vegatatif yang kurang baik maka akan menyebabkan produksi pisang yang relatif rendah. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya produksi pisang di Lampung adalah kurangnya tingkat pengetahuan petani, terutama mengenai pemupukan. Pemberian pupuk di tingkat petani masih sangat bervariasi dan belum semuanya memahami penggunaan pupuk organik maupun anorganik. Untuk memaksimalkan produksivitas tanaman pisang, maka pada saat fase vegetatif tanaman pisang perlu dilakukan pemupukan yang yang tepat.

Selain pemberian pupuk padat, pemberian pupuk organik cair dapat menyuplai unsur hara yang tidak tersedia di dalam tanah secara cepat serta dapat

meningkatkan aktivitas mikroorganisme di dalam tanah, sehingga tanah menjadi subur dan pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif menjadi optimum.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut :

1. Pemberian jenis bahan organik yang berbeda akan menghasilkan pertumbuhan vegetatif tanaman pisang Ambon Kuning yang berbeda.

2. Pemberian pupuk organik cair akan memberikan pengaruh yang lebih bagus pada pertumbuhan vegetatif tanaman pisang Ambon Kuning dibandingkan tanpa diberi pupuk organik cair

3. Pengaruh jenis bahan organik pada pertumbuhan vegetatif tanaman pisang Ambon Kuning bergantung pada pemberian pupuk organik cair.


(25)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Botani dan Morfologi Pisang

Tanaman pisang merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara yang kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Hampir seluruh wilayah Indonesia cocok untuk pertumbuhan tanaman pisang. Tanaman pisang tersebar mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, baik yang dibudidayakan di lahan khusus maupun ditanam tanpa beraturan baik di kebun maupun di halaman. Hampir setiap pekarangan rumah di Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat menghasilkan, dapat berlangsung lama, mudah ditanam dan mudah dipelihara (Suyanti dan Supriyadi, 2008).

Menurut Mulyani dan Suprapto (2008), berdasarkan taksonominya, tanaman pisang diklasifikasikan sebagai berikut.

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Suku (famili) : Musaceae

Marga (genus) : Musa


(26)

11

Tanaman pisang telah ada sejak manusia ada. Namun, saat itu masih banyak tanaman pisang yang merupakan tanaman liar yang tidak dibudidayakan. Hal itu karena manusia di awal kebudayaan hanya berperan sebagai pengumpul makanan dari alam (food gathering) tanpa merasa perlu untuk menanam kembali. Namun, pada saat kebudayaan pertanian menetap dimulai, pisang termasuk dalam

golongan tanaman yang dipelihara

Banyak jenis pisang yang populer, di antaranya pisang Ambon Kuning. Pisang Ambon Kuning memiliki kulit yang berwarna kuning keputihan. Keunggulannya dibandingkan dengan jenis pisang yang lain adalah terletak pada rasa buah yang manis dan beraroma harum. Pisang ini dimakan sebagai buah segar, namun dapat juga diolah menjadi berbagai makanan cemilan seperti, keripik, selai, dan dodol pisang.

Menurut Rukmana (1999), tanaman pisang secara umum terdiri dari bagian-bagian utama, yaitu:

2.1.1 Akar.

Sistem perakaran tanaman pisang keluar (tumbuh) dari bonggol (corm) bagian samping dan bawah, berakar serabut, dan tidak memiliki akar tunggang. Pertumbuhan akar pada umumnya berkelompok menuju ke arah samping (mendatar) di bawah permukaan tanah, dan ke arah dalam (bawah) mencapai panjang 4―5 m, namun daya jangkau akar hanya menembus sampai kedalaman tanah antara 150―200 cm


(27)

12

2.1.2 Batang.

Batang pisang dibedakan atas dua macam, yaitu batang asli yang disebut bonggol (corm) dan batang palsu atau batang semu. Bonggol terletak di bawah permukaan tanah dan mempunyai beberapa mata (pink eye) sebagai bakal anakan, dan

merupakan tempat melekatnya akar. Batang semu tersusun dari pelepah daun yang saling menutupi, tumbuh tegak dan kokoh di atas permukaan tanah. 2.1.3 Daun.

Bentuk daun pisang umumnya panjang lonjong dengan lebar tidak sama, bagian ujung daun tumpul dan tepinya rata. Letek daun terpencar dan tersusun roset dengan tangkai berukuran relatif panjang dengan helai daun yang mudah robek. 2.1.4 Bunga.

Bunga pisang yang disebut “jantung” atau ontong tumbuh dari ujung batang. Susunan bunga terdiri atas daun-daun pelindung yang saling menutupi dan bunga-bunganya terletak pada ketiak di antara daun pelindung membentuk sisir. Bunga pisang termasuk bunga berumah satu. Letak bunga betina di bagian pangkal, sedangkan bunga jantan di bagian tengah dan bunga sempurna di bagian ujung. 2.1.5 Buah.

Buah pisang tersusun dalam tandan. Tiap tandan terdiri atas beberapa sisir, dan

tiap sisir terdapat 6―22 buah pisang, atau tergantung dari varietasnya. Buah

pisang umumnya tidak berbiji atau disebut 3n (triploid), kecuali pada pisang batu (klutuk) bersifat diploid 2n. Ukuran buah pisang bervariasi, panjang buahnya


(28)

13

antara 15—20 cm. Satu pohon dapat menghasilkan 7—10 sisir dengan jumlah buah 100—150 dengan diameter 2,5 cm―4,5 cm. Daging buah (mesocarpa) tebal dan lunak, kulit buah (epicarpa) yang masih muda berwarna hijau, namun jika sudah tua (matang) berubah menjadi kuning dan strukrturnya tebal sampai tipis.

2.2 Tanaman Pisang

Pisang dapat tumbuh di daerah tropik yang hangat dan lembab baik di dataran rendah maupun dataran tinggi dengan ketinggian tidak lebih dari 1.600 m di atas permukaan laut (dpl). Di sentra-sentra produksi utamanya suhu udara tidak pernah turun sampai di bawah 15°C dengan jangka - waktu yang cukup lama. Suhu optimum untuk pertumbuhan adalah 27°C, dan suhu maksimumnya 38°C, dengan keasaman tanah (pH) 4,5—7,5.

Curah hujan yang dibutuhkan 2000—2500 mm/tahun atau paling tidak 100 mm/bulan dan kelembapan tanahnya jangan kurang dari 60-70% dari kapasitas lapangan, jadi sebagian besar lahan memerlukan pengairan tambahan. Apabila suatu daerah mempunyai bulan kering berturut-turut melebihi 3 bulan maka tanaman pisang memerlukan tambahan pengairan agar dapat tumbuh dan

berproduksi dengan baik. Dengan pertumbuhannya yang sangat cepat dan terus-menerus, akan mengakibatkan hasil yang tinggi. Tetapi pada kondisi cuaca berawan atau di bawah naungan ringan, pertumbuhannya akan lambat dan tandan yang terbentuk lebih kecil.


(29)

14

Tanah yang paling baik untuk pertumbuhan pisang adalah tanah liat yang dalam dan gembur, yang memiliki pengeringan dan aerasi yang baik. Kesuburan yang tinggi akan sangat menguntungkan dan kandungan bahan organiknya. hendaknya 3% atau lebih (Suyanti dan Supriyadi, 2008).

2. 3 Manfaat dan Kandungan Gizi Buah Pisang

Pisang dimanfaatkan baik dalam keadaan mentah, maupun dimasak, atau diolah menurut cara-cara tertentu. Pisang dapat diproses menjadi tepung, kripik, salai, dan dodol pisang. Bagian-bagian vegetatif beserta buah-buah yang tidak

termanfaatkan digunakan sebagai pakan ternak. Dalam pengobatan, daun pisang yang masih tergulung digunakan sebagai obat sakit dada dan sebagai tapal dingin untuk kulit yang bengkak atau lecet. Air yang keluar dari pangkal batang yang ditusuk digunakan untuk disuntikkan ke dalam saluran kencing untuk mengobati penyakit raja singa, disentri, dan diare, air ini juga digunakan untuk menyetop rontoknya rambut dan merangsang pertumbuhan rambut. Cairan yang keluar dari akar bersifat anti-demam dan memiliki daya pemulihan kembali. Dalam bentuk tepung, pisang digunakan untuk penderita anemia dan rasa letih pada umumnya, serta untuk yang kekurangan gizi. Buah yang belum matang merupakan sebagian dari diet bagi orang yang menderita penyakit batuk darah (haemoptysis) dan kencing manis. Dalam keadaan kering, pisang bersifat antisariawan usus (Nuryadin, 2009).


(30)

15

Buah pisang juga banyak kandungan gizinya, sehingga baik untuk kesehatan tubuh. Di dalam 100 g buah pisang kandungan gizi yang dapat kita peroleh disajikan pada Tabal 2.

Tabel 2. Kandungan gizi dalam 100 gram pisang

Nutrisi

Jumlah per 100 gram dapat dimakan

Pemenuhan

kecukupan/hari (%)

Vitamin B6 0,68 mg 34,0

Vitamin C 10, 74 mg 17,9

Kalium 467, 28 mg 13,4

Serat 2.830 mg 11,3

Mangan (Mn) 0,18 mg 9,0

Sumber : Redaksi AgroMedia Pustaka (2009).

2. 4 Bahan Organik

Bahan organik adalah bahan alami yang mengandung unsur karbon yang dapat terdekomposisi oleh mikro organisme baik yang berupa sisa-sisa hewan maupun tanaman. Menurut Indranada (1994), bahan organik tidak mutlak dibutuhkan sebagai sumber nutrisi tanaman, tetapi untuk efisiensi nutrisi tanaman, peranannya sangat penting untuk perbaikan sifat fisik tanah. Sumbangan bahan organik terhadap pertumbuhan tanaman merupakan peranannya dalam mempengarihi sifat fisika, kimia, dan biologis dari tanah. Peranan fisika dalam memperbaiki struktur tanah dan lainnya, peran kimia dalam penyediaan unsur N, P, dan S bagi tanaman, serta peran biologis dalam mempengarihi aktivitas organisme mikroflora dan mikrofauna.


(31)

16

Menurut Murbandono (2001), bahan organik yang telah terdekomposisi sempurna berperan untuk:

(1) memperbesar daya ikat tanah yang berpasir (memperbaiki struktur tanah berpasir) sehingga tanah tidak terlalu berderai;

(2) memperbaiki struktur tanah liat atau berlempung sehingga tanah yang semula berat akan menjadi ringan;

(3) memperbesar kemampuan tanah menampung air sehingga tanah akan menyediakan air lebih banyak bagi tanaman;

(4) memperbaiki drainase dan atau tata udara tanah (terutama tanah yang berat) sehingga kandungan air mencukupi dan suhu tanah lebih stabil;

(5) meningkatkan pengaruh positif dari pupuk buatan (bahan organik menjadi penyeimbang dila pupuk buatan membawa efek yang negatif);

(6) mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara sehingga tanah menjadi lebih perkasa tidak mudah larut oleh air pengairan atau curah hujan;

2.5 Bahan Organik Kotoran Ayam

Kotoran ayam adalah campuran kotoran padat dengan kotoran cairnya. Umumnya kandungan unsur hara pada urine lebih tinggi daripada kotoran padat. Kotoran ayam juga lebih cepat mengalami dekomposisi daripada jenis pupuk kandang lain. Kotoran ayam yang masih baru (bau) mempunyai perbandingan karbon dan nitrogen rendah sehingga tidak diperlukan waktu yang lama untuk melakukan proses penguraian (Sutedjo, 2008). Kualitas pupuk kandang tergantung dari jenis ternak; jenis pakan ternak; usia ternak; cara pemeliharaan / penyimpanan pupuk;


(32)

17

serta perbandingan antara kotoran, jerami, sisa pakan, dan urine ternak (Suhardi, 1983).

Menurut hasil penelitian Endriani (2006), respon tanaman lidah buaya berbeda di antara jenis pupuk kandang. Perbedaan itu diduga berkaitan dengan kandungan unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang dan tanah dan tingkat kematangan pupuk kandang. Hasil analisis tanah awal menunjukkan bahwa terdapat

kandungan hara C, N, P, K, Ca dan Mg (Tabel 3).

Tabel 3. Kandungan unsur hara pada beberapa jenis pupuk kandang.

Jenis Pupuk Kandang C % N % P mg/100g K me/100g Ca me/100g Mg me/100g

Ayam 13,51 1,17 4,93 1,40 14,58 0,81

Kambing 12,76 0,80 0,63 1,06 1,30 0,47

Kascing 12,17 1,23 0,96 0,37 1,28 0,30

Pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam termasuk jenis pupuk dingin, yaitu yang penguraian oleh jasad renik berjalan lambat dan tidak terbentuk panas. Pupuk kandang ayam mengandung ± 1,0% nitrogen; 0,8% fospor; 0,4% kalium; serta 55% air (Lingga, 1999)

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari alam yaitu sisa-sisa organisme hidup baik makro maupun mikro yang dibutuhkan oleh tanaman supaya dapat tumbuh dengan subur. Pupuk organik terbagi menjadi dua, yaitu pupuk organik padat dan cair. Pupuk organik cair adalah larutan yang mudah larut berisi satu atau lebih pembawa unsur yang dibutuhkan tanaman. Kelebihan dari pupuk cair adalah dapat memberikan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman. Selain itu, pemberiannya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman (Hadisuwito, 2008).


(33)

18

2. 6 Bahan Organik Limbah Media Tanam Jamur Tiram (Baglog)

Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang budidaya jamur tiram, baik dalam skala industri rumahan maupun dalam skala pabrik yang besar biasanya menghasilkan produk sampingan (limbah) yang apabila dikelola dengan baik dapat bermanfaat, baik untuk manusia maupun ternak. Limbah tersebut dapat di olah (didekomposisi) dengan cara tertentu untuk menghasilkan bahan organik (kompos) yang berguna bagi pertumbuhan tanaman.

Perusahaan yang bergerak di bidang budidaya jamur tiram biasanya menghasilkan limbah berupa baglog yang tidak terpakai lagi, baik yang terkontaminasi oleh jamur yang lain, maupun baglog yang sudah tidak dapat digunakan untuk media tanam kembali (Prihmantoro, 2007). Oleh karena itu untuk pemanfaatan limbah ini dapat dicobakan sebagai campuran media tanam pada penanaman pisang.

2.7 Pupuk Organik Cair

Salah satu jenis pupuk organik cair yang merupakan pupuk hayati majemuk cair yaitu dengan merek dagang Bio-Extrim. Manfaat dari pupuk hayati Bio-Extrim adalah memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kadar unsur hara makro dan mikro secara alami, menghasilkan fitohormon atau zat perangsang tumbuh

berbahan organik dengan proses alami, memacu percepatan proses keluarnya akar, pertumbuhan, pembungaan, dan pembuahan, menekan biaya produksi,

meningkatkan hasil produksi, menjaga kelestarian lahan, dan hasil produksi lebih sehat untuk dikonsumsi.


(34)

19

Kandungan mikroorganisme yang ada dalam Bio-Ekstrim adalah sebagai berikut: 1. Rhizobium sp : 7,2 x 105 Cuf/ml

2. Azospirillum sp : 2,4 x 108 Cuf/ml 3. Azotobacter sp : 3,2 x 108 Cuf/ml 4. Bakteri pelarut fosfat : 4,0 x 107 Cuf/ml 5. Pseudomonas sp : 5,0 x 106 Cuf/ml 6. Bacillus sp : 2,7 x 105 Cuf/ml

7. Salmonella : 0 Mpn/ml

8. E. colli : 0 Mpn/ml

9. Patogenitas : negatif

10. N = 885 ppm; P = 1.390 ppm; K = 1.085 ppm; Ca = 445 ppm, dan pH 5—7. (Bioekxrim, 2009).

Unsur fospat (P) adalah unsur esensial kedua setelah N yang berperan penting dalam fotosintesis dan perkembangan akar. Ketersediaan fospat dalam tanah jarang yang melebihi 0,01 % dari total P. Sebagian besar fospat terikat oleh koloid tanah sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Tanah dengan kandungan organik rendah seperti banyak terdapat di Indonesia kandungan fospat dalam organik berfariasi dari 20—80%. Maka diperlukan organisme tambahan untuk membantu mengurai fospat yang ada dalam koloid tanah yang dapat menyediakan populasi mikroba penambat N dan pelarut P & K yang bermanfaat untuk

memperbaiki struktur tanah dengan cara menambah jumlah populasi mikroba penambat N, pelarut P, K dan unsur hara lainnya sehingga dapat meningkatkan


(35)

20

kadar unsur hara makro dan mikro secara alami yang sangat dibutuhkan oleh tanaman dan lingkungan (Bioextrim, 2009).

Banyak unsur hara makro fosfat dan kalium yang susah larut sehingga tidak bisa diserap oleh tanaman untuk dimanfaatkan dalam pertumbuhannya. Ada beberapa mikroba yang mampu melarutkan fosfat dan kalium, seperti mikroba pelarut fosfat dan pelarut kalium seperti Pseudomonas sp dan Bacillus sp.

Mikroba-mikroba tersebut merupakan sumber nitrogen, fosfat, dan kalium. Mikroba dalam jumlah yang banyak mampu menghasilkan hormon alami, seperti Auksin, Sitokinin, Giberellin, Etilen, dan Asam Absisat. Hormon ini sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk memacu keluarnya akar, memacu pertumbuhan vegetatif, dan memacu pembungaan serta pembuahan. Mikroba dalam jumlah banyak terbukti bisa menjadi pestisida organik (Sutanto, 2002).


(36)

21

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Universitas Lampung, dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2011.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang akan digunakan adalah bibit pisang ambon kuning yang telah berumur 9 bulan, pupuk organik cair Bio-Extrim, bahan organik kotoran ayam, bahan organik limbah media tanam jamur tiram (baglog), pita, dan label

pengamatan.

(a) (b)

Gambar 1. Bahan penelitian yang digunakan: (a) bibit pisang (b) bahan organik Alat yang digunakan adalah linggis, sprayer punggung, ember, koret, gelas ukur, gunting, pisau, meteran, timbangan analitik, gembor, kamera digital, dan alat tulis.

Bahan organik kotoran ayam

Bahan organik baglog


(37)

22

3.3 Metode Percobaan

Rancangan perlakuan disusun secara faktorial (3x2) dalam rancangan kelompok teracak sempurna (rkts). Faktor pertama adalah jenis bahan organik (B), terdiri dari tiga taraf, yaitu tanpa bahan organik (b0), bahan organik dari kotoran ayam (b1), dan bahan organik dari limbah penanaman jamur tiram (b2). Faktor kedua adalah pupuk organik cair Bio-Extrim (P) yang terdiri dari dua taraf, yaitu tanpa pupuk organik cair (p0) dan dengan pupuk organik cair 10 ml/l/tanaman (p1). Pengelompokan berdasarkan jumlah daun tanaman, yang sekaligus berfungsi sebagai ulangan. Kelompok pertama memiliki 6 helai daun, kelompok dua 5 helai daun dan kelompok tiga 4 helai daun. Untuk setiap perlakuan ditanam 2 tanam yang diamati sehingga jumlah bibit secara keseluruhan berjumlah 36. Denah tata letak percobaan dapat dilihat pada Gambar 6 (lampiran).

Homogenitas ragam antarperlakuan diuji dengan uji Bartlet, ragam dan nilai tengah perlakuan tidak berkolerasi diuji dengan uji korelasi, dan pengaruh-pengaruh utama bersifat aditif (menambah) diuji dengan uji Tukey dan bila asumsi terpenuhi maka analisis data dilanjutkan dengan sidik ragam dan bila perlakuan nyata maka dilakukan pemisahan nilai tengah dengan uji beda nyata terkecil (bnt). Semua pengujian dilakukan pada taraf 5%.


(38)

23

3.4Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan Penelitian

Tanaman pisang berumur 9 bulan setelah tanam yang terdapat di kebun percobaan terlebih dahulu dilakukan perawatan yang meliputi, pembersihan gulma di sekitar tanaman, penyiraman tanaman, daun tanaman di seragamkan berdasarkan

kelompok tanam, pemberian pupuk majemuk NPK (15:15:15) sebanyak 50 g/tanaman sebagai pupuk dasar (Gambar 2), dengan cara ditabur mengelilingi batang tanaman dengan jarak 20 cm dari pangkal batang. Bibit pisang Ambon Kuning yang digunakan untuk penelitian masih pada kondisi yang baik.

Gambar 2. Pemberian NPK 50 g sebagai pupuk dasar.

3.4.2 Aplikasi Bahan Organik Kotoran Ayam dan Baglog

Pupuk Organik Cair (POC) yang digunakan adalah Bio-Extrim. yang

diaplikasikan sebanyak tiga kali yaitu, aplikasi pertama POC dilakukan bersamaan dengan pemberian masing-masing bahan organik dengan cara penyiraman 0 ml/tanaman dan 10 ml/tanaman. Aplikasi kedua dilakukan 2 minggu setelah


(39)

24

aplikasi pertama dengan jumlah dan konsentrasi yang sama dengan aplikasi pertama. Aplikasi ketiga dilakukan 2 minggu setelah aplikasi kedua dengan jumlah dan konsentrasi yang sama dengan aplikasi pertama dan kedua. Pemberian bahan organik dilakukan hanya pada awal pelaksanaan penelitian sebanyak 7,5 kg bahan organik/tanaman atau dengan dosis 15 ton/ha dengan jarak tanam (2 x 3) m². Aplikasi dilakukan pada tanaman dengan cara menabur bahan organik melingkar mengelilingi batang tanaman dengan jarak 30 cm dari pangkal batang.

3.4.3 Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi:

Penyiraman tanaman hanya satu kali pagi atau sore hari, penyiraman pada pagi hari dilakukan pada pukul 08.00 WIB dan sore hari pukul 16.30 WIB. Penyiraman bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman dan menjaga kelembaban tanah.

Pembuangan daun kering dan anakan dilakukan jika terdapat daun yang layu dan anakan yang muncul pada awal penelitian. Pembuangan daun kering dengan menggunakan gunting dan anakan dilakukan dengan meggunakan cangkul dan dicatat jumlah daun kering dan anakan yang dibuang. Pembersihan gulma dengan menggunakan koret dibawah tajuk dan di sekitar tanaman disajikan pada Gambar 3.


(40)

25

Gambar 3. Pembuangan anakan pisang Ambon Kuning.

3.5 Variabel Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada awal dan akhir penelitianyang meliputi : 1. Penambahan jumlah daun

Jumlah daun dihitung dengan cara menghitung seluruh daun yang muncul pada batang pisang setelah aplikasi perlakuan.

2. Panjang daun

Pengukuran panjang daun dilakukan dengan mengukur panjang daun

dari pangkal daun sampai ujung daun diukur dengan menggunakan meteran, daun diambil pada urutan ke-2 yang telah mekar.

3. Lebar daun

Pengukuran lebar daun dilakukan dengan mengukur bagian tengah daun yang terlebar diukur dengan menggunakan meteran, daun diambil pada urutan ke-2 yang telah mekar.


(41)

26

4. Penambahan tinggi tanaman

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur tanaman dari atas permukaan tanah sampai pertemuan 2 daun terakhir yang muncul, penambahan tinggi tanaman merupakan hasil pengurangan antara tinggi tanaman awal dikurangi tinggi tanaman akhir.

5. Penambahan lingkar batang

Pengukuran lingkar batang dengan cara melingkarkan meteran pada batang tanaman pisang dengan jarak 20 cm dari atas permukaan tanah. Penembahan lingkar batang merupakan selisih antara pengukuran pada awal dan akhir pengamatan.

6. Bobot spesifik daun

Bobot spesifik daun dalam satuan gram, diukur dengan menimbang bobot kering dengan luasan 10 cm x 10 cm. Luasan daun yang diukur berada pada posisi kedua dari pucuk yang telah mekar dan dikeringkan selama 3 hari atau 72 jam pada suhu 60—70 0C.

7. Jumlah anakan tanaman pisang

Jumlah anakan tanaman pisang dalam satuan tunas, dihitung jumlah anakan yang tumbuh dari awal sampai akhir pengamatan.


(42)

37

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil simpulan sebagai berikut :

1) Jenis bahan organik hanya meningkatkan bobot spesifik daun tanaman pisang Ambon Kuning dan jenis yang terbaik adalah pupuk organik dari kotoran ayam.

2) Pemberian pupuk organik cair 10 ml tidak mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman pisang Ambon Kuning pada semua variabel pengamatan, kecuali pada peningkatan bobot spesifik daun.

3) Pengaruh pemberian jenis bahan organik pada masing-masing pemberian pupuk organik cair tidak mempengaruhi pertumbuhan vegetatip pisang Ambon Kuning pada semua variabel Pengamatan

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian disarankan pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan pengamatan pada fase ganeratif dan mencoba aplikasi POC dengan berbagai konsentrasi.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Agista, R. C. 2011. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair dan Fosfat Alam terhadap Pertumbuhan Bibit Pisang Ambon Kuning (Musa paradisiaca L.). (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 51 hlm.

Arisandhi, J. 2007. Pengaruh Cara Aplikasi Pupuk Organik Cair dan Media Tanam terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Gelombang Cinta (Anthurium plowmanii Croat). (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 58 hlm.

Astri. A.B. 2011. Pengaruh Konsentarasi Pupuk Organik Cair dan Pemberian Pupuk NPK (16:16:16) terhadap Pertumbuhan Tanaman Pisang Ambon Kuning (Musa Paradisiaca L.) pada Fase Vegetatif. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 58 hlm.

Badan Pusat Statistik. 2010. Produksi Buah-Buahan di Indonesia.

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=55 &notab=2. Diakses pada tanggal 17 September2011.

Bioekxtrim, 2009. Pupuk Hayati Majmuk Cair. Bioextrim wordpress.com.html. Diakses 29 Oktober 2011

Endriani. 2006. Pengaruh Naungan dan Jenis Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan Lidah Buaya (Aloe vera var. Chinensis). (Tesis). Institut Pertanian Bogor. Bogor. 66 hlm.

Djuarnanai, N., Kristian, dan B,S. Setiawan. 2002. Cara Cepat Membuat Kompos. PT. Agromedia Pustaka: Jakarta.117 hlm.

Ginting, R. C. B., R. Saraswati, dan E. Husen. 2010. Mikroorganisme Pelarut Fosfat. http://balittanah.litbang.deptan.go.id/ dokumentasi/buku/ pupuk/pupuk7.pdf. Diakses pada tanggal 25 Februari 2011.

Hadisuwito, S. 2008. Membuat Pupuk Kompos Cair. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 56 hlm.

Hakim, N., M. Y. Nyakpa., A. M. Lubis., S. G. Nugroho., M. R. Saul., M. A. Diha., G. B. Hong., H. H. Bailey., 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 488 hlm.


(44)

Indrakusuma. 2000. Proposal Pupuk Organik Cair Supra Alam Lestari. PT Surya Pratama Alam. Yogyakarta.77 hlm

Indranada, H.K. 1994. Pengolahan Kesuburan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta. 90 hlm.

Lingga, P. 1999. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 163 hlm.

Mulyani, N. dan Suprapto. 2008. Teknologi Budidaya Pisang. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Bogor. 28 hlm.

Musnamar. E.I. 2007. Pupuk Organik. Penebar Swadaya: Jakarta.73 hlm Nuryadin, A. 2008. Budidaya Pisang Ambon Kuning.

http://featikabsinjai.blogspot.com/2009/04/pengembangan-pisang-sebagai-bahan.html. Diakses pada tanggal 20 September 2011.

Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta. 130 hlm.

Parman, S. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap

Pertumbuhan dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.). Jurnal Buletin Anatomi dan Fisiologi, XV(2):21 – 31.

Prihmantoro, H. 2007. Memupuk Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta. 74 hlm.

Redaksi AgroMedia Pustaka. 2007. Petunjuk Pemupukan. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta. 100 hlm.

Redaksi AgroMedia Pustaka. 2009. Buku Pintar Budi Daya Tanaman Buah Unggul Indonesia. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta. 296 hlm.

Rukmana, R. 1999. Usaha Tani Pisang. Kanisius. Yogyakarta.12 hlm

Salisbury, F. B. dan W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Jilid 1 terjemahan Diah R Lukman dan Sunaryono. Bandung. ITB. 239 hlm.

Sari. Nurma. 2010. Pengaruh Pembaerian Pupuk Organik Cair dan Pupuk SP-36 terhadap Pertumbuhan Pisang ambon Kuning (Musa Paradisiaca L.). Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 57 hlm.

Suhardi, 1983. Dasar-dasar Bercocok tanam. Kanisius. Yogyakarta. 218 hlm. Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. 105 hlm


(45)

Sutedjo, M. M. 2008. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. 17 hlm.

Suyanti dan A. Supriyadi. 2008. Pisang, Budidaya, Pengolahan, dan Prospek Pasar. Penebar Swadaya. Jakarta. 127 hlm.

Yuliarti, N. 2009. 1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik. PT Surya Pratama Alam. Yogyakarta. 70 hlm.


(1)

25

Gambar 3. Pembuangan anakan pisang Ambon Kuning.

3.5 Variabel Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada awal dan akhir penelitianyang meliputi : 1. Penambahan jumlah daun

Jumlah daun dihitung dengan cara menghitung seluruh daun yang muncul pada batang pisang setelah aplikasi perlakuan.

2. Panjang daun

Pengukuran panjang daun dilakukan dengan mengukur panjang daun

dari pangkal daun sampai ujung daun diukur dengan menggunakan meteran, daun diambil pada urutan ke-2 yang telah mekar.

3. Lebar daun

Pengukuran lebar daun dilakukan dengan mengukur bagian tengah daun yang terlebar diukur dengan menggunakan meteran, daun diambil pada urutan ke-2 yang telah mekar.


(2)

26

4. Penambahan tinggi tanaman

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur tanaman dari atas permukaan tanah sampai pertemuan 2 daun terakhir yang muncul, penambahan tinggi tanaman merupakan hasil pengurangan antara tinggi tanaman awal dikurangi tinggi tanaman akhir.

5. Penambahan lingkar batang

Pengukuran lingkar batang dengan cara melingkarkan meteran pada batang tanaman pisang dengan jarak 20 cm dari atas permukaan tanah. Penembahan lingkar batang merupakan selisih antara pengukuran pada awal dan akhir pengamatan.

6. Bobot spesifik daun

Bobot spesifik daun dalam satuan gram, diukur dengan menimbang bobot kering dengan luasan 10 cm x 10 cm. Luasan daun yang diukur berada pada posisi kedua dari pucuk yang telah mekar dan dikeringkan selama 3 hari atau 72 jam pada suhu 60—70 0C.

7. Jumlah anakan tanaman pisang

Jumlah anakan tanaman pisang dalam satuan tunas, dihitung jumlah anakan yang tumbuh dari awal sampai akhir pengamatan.


(3)

37

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil simpulan sebagai berikut :

1) Jenis bahan organik hanya meningkatkan bobot spesifik daun tanaman pisang Ambon Kuning dan jenis yang terbaik adalah pupuk organik dari kotoran ayam.

2) Pemberian pupuk organik cair 10 ml tidak mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman pisang Ambon Kuning pada semua variabel pengamatan, kecuali pada peningkatan bobot spesifik daun.

3) Pengaruh pemberian jenis bahan organik pada masing-masing pemberian pupuk organik cair tidak mempengaruhi pertumbuhan vegetatip pisang Ambon Kuning pada semua variabel Pengamatan

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian disarankan pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan pengamatan pada fase ganeratif dan mencoba aplikasi POC dengan berbagai konsentrasi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agista, R. C. 2011. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair dan Fosfat Alam terhadap Pertumbuhan Bibit Pisang Ambon Kuning (Musa paradisiaca

L.). (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 51 hlm. Arisandhi, J. 2007. Pengaruh Cara Aplikasi Pupuk Organik Cair dan Media

Tanam terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Gelombang Cinta (Anthurium plowmanii Croat).(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 58 hlm.

Astri. A.B. 2011. Pengaruh Konsentarasi Pupuk Organik Cair dan Pemberian Pupuk NPK (16:16:16) terhadap Pertumbuhan Tanaman Pisang Ambon Kuning (Musa Paradisiaca L.) pada Fase Vegetatif. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 58 hlm.

Badan Pusat Statistik. 2010. Produksi Buah-Buahan di Indonesia.

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=55 &notab=2. Diakses pada tanggal 17 September2011.

Bioekxtrim, 2009. Pupuk Hayati Majmuk Cair. Bioextrim wordpress.com.html. Diakses 29 Oktober 2011

Endriani. 2006. Pengaruh Naungan dan Jenis Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan Lidah Buaya (Aloe vera var. Chinensis). (Tesis). Institut Pertanian Bogor. Bogor. 66 hlm.

Djuarnanai, N., Kristian, dan B,S. Setiawan. 2002. Cara Cepat Membuat Kompos. PT. Agromedia Pustaka: Jakarta.117 hlm.

Ginting, R. C. B., R. Saraswati, dan E. Husen. 2010. Mikroorganisme Pelarut Fosfat. http://balittanah.litbang.deptan.go.id/ dokumentasi/buku/ pupuk/pupuk7.pdf. Diakses pada tanggal 25 Februari 2011.

Hadisuwito, S. 2008. Membuat Pupuk Kompos Cair. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 56 hlm.

Hakim, N., M. Y. Nyakpa., A. M. Lubis., S. G. Nugroho., M. R. Saul., M. A. Diha., G. B. Hong., H. H. Bailey., 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 488 hlm.


(5)

Indrakusuma. 2000. Proposal Pupuk Organik Cair Supra Alam Lestari. PT Surya Pratama Alam. Yogyakarta.77 hlm

Indranada, H.K. 1994. Pengolahan Kesuburan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta. 90 hlm.

Lingga, P. 1999. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 163 hlm.

Mulyani, N. dan Suprapto. 2008. Teknologi Budidaya Pisang. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Bogor. 28 hlm.

Musnamar. E.I. 2007. Pupuk Organik. Penebar Swadaya: Jakarta.73 hlm Nuryadin, A. 2008. Budidaya Pisang Ambon Kuning.

http://featikabsinjai.blogspot.com/2009/04/pengembangan-pisang-sebagai-bahan.html. Diakses pada tanggal 20 September 2011.

Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta. 130 hlm.

Parman, S. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap

Pertumbuhan dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.). Jurnal Buletin Anatomi dan Fisiologi, XV(2):21 – 31.

Prihmantoro, H. 2007. Memupuk Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta. 74 hlm.

Redaksi AgroMedia Pustaka. 2007. Petunjuk Pemupukan. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta. 100 hlm.

Redaksi AgroMedia Pustaka. 2009. Buku Pintar Budi Daya Tanaman Buah Unggul Indonesia. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta. 296 hlm.

Rukmana, R. 1999. Usaha Tani Pisang. Kanisius. Yogyakarta.12 hlm

Salisbury, F. B. dan W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Jilid 1 terjemahan Diah R Lukman dan Sunaryono. Bandung. ITB. 239 hlm.

Sari. Nurma. 2010. Pengaruh Pembaerian Pupuk Organik Cair dan Pupuk SP-36 terhadap Pertumbuhan Pisang ambon Kuning (Musa Paradisiaca L.). Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 57 hlm.

Suhardi, 1983. Dasar-dasar Bercocok tanam. Kanisius. Yogyakarta. 218 hlm. Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. 105 hlm


(6)

Sutedjo, M. M. 2008. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. 17 hlm.

Suyanti dan A. Supriyadi. 2008. Pisang, Budidaya, Pengolahan, dan Prospek Pasar. Penebar Swadaya. Jakarta. 127 hlm.

Yuliarti, N. 2009. 1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik. PT Surya Pratama Alam. Yogyakarta. 70 hlm.