PENGARUH JENIS BONGGOL DAN KONSENTRASI BA (BENZILADENIN) TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca Linn) KEPOK KUNING

ABSTRAK
PENGARUH JENIS BONGGOL DAN KONSENTRASI BA
(BENZILADENIN) TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF
TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca Linn) KEPOK KUNING

Oleh
REZA UTAMA SAPUTRA

Pisang (Musa paradisiaca) merupakan salah satu komoditas buah unggulan
Indonesia yang hampir semua lapisan masyarakat Indonesia mengenalnya, karena
penyebarannya sangat luas dari dataran rendah sampai dataran tinggi, baik yang
dibudidayakan di lahan khusus maupun yang ditanam sebagai pengisi pekarangan.
Lebih dari 200 jenis pisang terdapat di Indonesia, dengan keragaman jenis yang
tinggi. Kondisi ini memberikan peluang untuk dapat memanfaatkan dan memilih
jenis pisang komersial yang dibutuhkan oleh konsumen. Penelitian ini bertujuan
untuk (1) Mengetahui konsentrasi BA yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
bibit pisang Kepok Kuning asal bonggol (2) Mengetahui perbedaan pertumbuhan
bibit pisang asal bonggol anakan dan bonggol produksi (3) Mengetahui pengaruh
konsentrasi BA terhadap pertumbuhan bibit pisang asal bonggol anakan dan
bonggol produksi.
Penelitian ini sudah dilaksanakan pada bulan September sampai bulan Desember

2013 di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3

kali ulangan yang sekaligus buat uji sebagai kelompok. Pengelompokan
dilakukan berdasarkan waktu pengamatan dan ukuran bonggol. Rancangan
perlakuan disusun secara faktorial ( 2 x 4 ) yang terdiri dari dua faktor; faktor
pertama adalah jenis bonggol yaitu bonggol anakan dan bonggol produksi. Faktor
kedua adalah konsentrasi Benziladenin (BA) terdiri dari 4 taraf konsentrasi yaitu:
0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm.
Hasil penelitin ini menunjukkan bahwa : (1) Jenis bonggol produksi menghasilkan
pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan bonggol anakan dilihat pada variabel
jumlah daun, panjang akar, jumlah akar, dan diameter batang (2) Penggunaan BA
dengan berbagai konsentrasi tidak menunjukkan adanya pengaruh pada semua
variabel pengamatan kecuali pada jumlah akar (3) Pengaruh konsentrasi BA pada
pertumbuhan tanaman pisang asal bonggol anakan berbeda dengan asal bonggol
produksi. Pada bonggol produksi, penggunaan BA 50 ppm – 100 ppm sudah
mempengaruhi tinggi tunas, tetapi pada bonggol anakan BA yang dibutuhkan 150
ppm.
Kata kunci: pembibitan, Benziladenin, bonggol produksi, bonggol anakan


PENGARUH JENIS BONGGOL DAN KONSENTRASI BA
(BENZILADENIN)TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF
TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca Linn) KEPOK KUNING
(Skripsi)

Oleh

Reza Utama Saputra

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016

ABSTRAK
PENGARUH JENIS BONGGOL DAN KONSENTRASI BA
(BENZILADENIN) TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF
TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca Linn) KEPOK KUNING

Oleh
REZA UTAMA SAPUTRA


Pisang (Musa paradisiaca) merupakan salah satu komoditas buah unggulan
Indonesia yang hampir semua lapisan masyarakat Indonesia mengenalnya, karena
penyebarannya sangat luas dari dataran rendah sampai dataran tinggi, baik yang
dibudidayakan di lahan khusus maupun yang ditanam sebagai pengisi pekarangan.
Lebih dari 200 jenis pisang terdapat di Indonesia, dengan keragaman jenis yang
tinggi. Kondisi ini memberikan peluang untuk dapat memanfaatkan dan memilih
jenis pisang komersial yang dibutuhkan oleh konsumen. Penelitian ini bertujuan
untuk (1) Mengetahui konsentrasi BA yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
bibit pisang Kepok Kuning asal bonggol (2) Mengetahui perbedaan pertumbuhan
bibit pisang asal bonggol anakan dan bonggol produksi (3) Mengetahui pengaruh
konsentrasi BA terhadap pertumbuhan bibit pisang asal bonggol anakan dan
bonggol produksi.
Penelitian ini sudah dilaksanakan pada bulan September sampai bulan Desember
2013 di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3

kali ulangan yang sekaligus buat uji sebagai kelompok. Pengelompokan
dilakukan berdasarkan waktu pengamatan dan ukuran bonggol. Rancangan
perlakuan disusun secara faktorial ( 2 x 4 ) yang terdiri dari dua faktor; faktor

pertama adalah jenis bonggol yaitu bonggol anakan dan bonggol produksi. Faktor
kedua adalah konsentrasi Benziladenin (BA) terdiri dari 4 taraf konsentrasi yaitu:
0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm.
Hasil penelitin ini menunjukkan bahwa : (1) Jenis bonggol produksi menghasilkan
pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan bonggol anakan dilihat pada variabel
jumlah daun, panjang akar, jumlah akar, dan diameter batang (2) Penggunaan BA
dengan berbagai konsentrasi tidak menunjukkan adanya pengaruh pada semua
variabel pengamatan kecuali pada jumlah akar (3) Pengaruh konsentrasi BA pada
pertumbuhan tanaman pisang asal bonggol anakan berbeda dengan asal bonggol
produksi. Pada bonggol produksi, penggunaan BA 50 ppm – 100 ppm sudah
mempengaruhi tinggi tunas, tetapi pada bonggol anakan BA yang dibutuhkan 150
ppm.
Kata kunci: pembibitan, Benziladenin, bonggol produksi, bonggol anakan

PENGARUH JENIS BONGGOL DAN KONSENTRASI BA
(BENZILADENIN) TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF
TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca Linn) KEPOK KUNING

Oleh
REZA UTAMA SAPUTRA


Skripsi
sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
pada
Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang Kota Bandar Lampung pada tanggal 31 Juli
1991, penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak
Syamsuddin dan Ibu Elitapuri S.Pd. Pada tahun 2002 penulis menyelesaikan
pendidikan di SD Kartika II-6 Bandar Lampung, tahun 2006 di SMP Kartika II-2
Bandar Lampung, dan tahun 2009 di SMA Perintis 1 Bandar Lampung. Pada

tahun 2009 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi setrata satu
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Batu Ketulis, Kecamatan
Sekincau, Kabupaten Lampung Barat pada bulan Juli–Agustus 2012. Penulis juga
melaksanakan Praktik Umum di PT. Sinar Abadi Cemerlang, Cianjur, Jawa Barat
pada bulan Januari-Febuari 2012.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi Ketua Bidang Eksternal
Persatuan Mahasiswa Agroteknologi (PERMA AGT) Fakultas Pertanian
Universitas Lampung periode 2010─2011. Penulis juga pernah menjadi Staf
Propaganda Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Lampung (BEM-U) periode
2010-2011.

PERSEMBAHAN

Segala puji syukur milik Allah SWT, Tuhan Semesta Alam.
Dengan segala kerendahan hati ku persembahkan skripsi ini kepada
Kedua orang tua ku tercinta,
yang tak pernah berhenti mendoakan ku untuk menjadi orang yang berguna.
Dan adik adikku tersayang,

yang selalu memberikan dorongan semangat untuk keberhasilanku,
serta seluruh keluarga tersayang yang tidak pernah berhenti menyemangati
maupun menasihati.

“Selalu bersyukur atas apa yang kita dapat”

SANWACANA

Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Pengaruh Jenis Bonggol dan Konsentrasi BA (Benziladenin) Terhadap
Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Pisang (Musa paradisiaca Linn) Kepok
Kuning”, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian pada
Jurusan Agroteknologi Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa skripsi
ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1.

Bapak Ir. Kushendarto M.S., selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya
untuk memberikan bimbingan, nasihat, kritik, dan saran yang membangun

kepada penulis selama pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi;

2.

Ibu Ir. Rugayah, M.P., selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya untuk
memberikan bimbingan, nasihat, kritik, dan saran yang diberikan kepada
penulis dalam proses penyelesaian skripsi;

3.

Ibu Ir. Tri Dewi Andalasari, M.Si., selaku Pembahas atas segala kritik dan
saran yang membangun dalam proses penyelesaian skripsi;

4.

Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung;

5.


Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan
Agroteknologi dan Pembimbing Akademik, untuk bimbingan dan pengarahan
yang diberikan selama penulis menjadi Mahasiswa di Universitas Lampung;

6.

Keluarga tercinta, Papa ( Syamsuddin), Mama (Elitapuri S.Pd.) dan adikku
Meta Mutiara Putri Amd.AK serta Aqshal Raihan Syahrindra untuk kasih
sayang, dukungan, dan doa yang diberikan kepada penulis;

7.

Teman-teman AGT’09 yang selalu menemani dalam suka dan duka, Saede
Nerotama, S.P., Dharma Mahardika, S.P., Ahmad Fajar Apriyaldi, S.P.,
Anggita Cheriany Tanjungan, S.P., Angga Sukowardana, S.P., Panji Perwira,
I Gusti Putu Setiawan S.P., Rizki Amelia, S.P.,dan teman teman semua yang
tidak bisa disebutkan satu per satu;

8.


Kiyai Udin, Mas Rico, Mas Iwan selaku staf jurusan Agroteknologi serta
seluruh pihak yang membantu penulis selama melaksanakan penelitian;

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan agar skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandar Lampung, Januari 2016
Penulis

Reza Utama Saputra

i

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................

iii


DAFTAR GAMBAR ...............................................................................

ix

I. PENDAHULUAN ...............................................................................

1

1.1 Latar Belakang dan Masalah .........................................................

1

1.2 Tujuan Penelitian ...........................................................................

5

1.3 Landasan Teori ..............................................................................

5

1.4 Kerangka Penelitian .....................................................................

7

1.5 Hipotesis ........................................................................................

8

II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................

9

2.1 Tanaman Pisang ............................................................................

9

2.2 Penyedian Bibit .............................................................................

10

2.3 Zat Pengatur Tumbuh ....................................................................

10

III. BAHAN DAN METODE ................................................................

14

3.1 Tempat dan Waktu penelitian .......................................................

14

3.2 Bahan dan Alat ..............................................................................

14

3.3 Metode Penelitian ..........................................................................

14

3.4 Pelaksanaan Penelitian ..................................................................

15

3.5 Variabel Pengamatan ....................................................................

17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................

19

4.1 Hasil Penelitian .............................................................................
4.1.1 Waktu Muncul Tunas, Jumlah Mata Tunas ........................

19
20

ii

Tinggi Tunas .......................................................................
Jumlah Daun .......................................................................
Panjang Daun ......................................................................
Lebar Daun ..........................................................................
Diameter Batang .................................................................
Jumlah Akar.........................................................................
Panjang Akar ......................................................................

20
21
22
23
23
24
25

4.2 Pembahasan ...................................................................................

25

V. KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................

28

5.1 Kesimpulan ..................................................................................

28

5.2 Saran .............................................................................................

28

PUSTAKA ACUAN ..................................................................................

29

LAMPIRAN ..............................................................................................

31

4.1.2
4.1.3
4.1.4
4.1.5
4.1.6
4.1.7
4.1.8

Tabel 5 – 29 .........................................................................................

32-40

Gambar 7 - 11......................................................................................

41-43

iii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Produksi tanaman pisang di Indonesia dari tahun 2002 sampai tahun
2012 .........................................................................................................

2

2. Rekapitulasi hasil analisis ragam untuk pengaruh berbagai macam
konsentrasi BA dan jenis bonggol terhadap pertumbuhan vegetative
tanaman pisang Kepok Kuning ................................................................

21

3. Hasil pengukuran penggunaan BA dengan berbagai macam
Konsentrasi dan jenis bonggol pada waktu muncul tunas dan jumlah
mata tunas bibit pisang Kepok Kuning ....................................................

22

4. Hasil pemisahan nilai tunas dengan uji BNT pengaruh konsentrasi BA
dan jenis bonggol pada tinggi tunas bibit pisang Kepok Kuning ..........

23

5. Hasil pemisahan nilai tunas dengan uji BNT pengaruh konsentrasi BA
dan jenis bonggol pada jumlah akar bibit Pisang kapok Kuning ............

27

6. Pengaruh jenis bonggol terhadap waktu muncul tunas pada
Perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning ......................................................... 32
7. Analisis ragam untuk rata-rata waktu muncul tunas pada pembibitan
pisang Kepok Kuning ...............................................................................

32

8. Pengaruh jenis bonggol terhadap jumlah mata tunas pada perbanyakan
tunas pisang Kepok Kuning ......................................................................

33

9. Analisis ragam untuk rata-rata jumlah mata tunas pada pembibitan
pisang Kepok Kuning ...............................................................................

33

10. Pengaruh jenis bonggol terhadap tinggi tunas(cm) pada perbanyakan
Tunas pisang Kepok Kuning ...................................................................

34

11. Uji Homogenitas ragam untuk tinggi tunas (cm) pada pembibitan
pisang Kepok Kuning .............................................................................

34

iv

12. Analisis ragam untuk rata-rata tinggi tunas (cm) pada pembibitan
pisang Kepok kuning .............................................................................

34

13. Pengaruh jenis bonggol terhadap jumlah daun (helai) pada
perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning .............................................

35

14. Uji homogenitas ragam untuk rata-rata jumlah daun (helai) pada
pembibitan pisang Kepok Kuning .........................................................

35

15. Analisis ragam untuk rata-rata jumlah daun (helai) pada pembibitan
pisang Kepok Kuning .............................................................................

35

16. Pengaruh jenis bonggol terhadap panjang daun (cm) pada
Perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning ...............................................

36

17. Uji homogenitas ragam untuk rata-rata panjang daun (cm) pada
pembibitan pisang Kepok Kuning ..........................................................

36

18. Analisis ragam untuk rata-rata panjang daun (cm) pada pembibitan
pisang Kepok Kuning ..............................................................................

36

19. Pengaruh jenis bonggol terhadap lebar daun (cm) pada perbanyakan
tunas pisang Kepok Kuning ....................................................................

37

20. Uji homogenitas ragam untuk rata-rata lebar daun (cm) pada
Pembibitan pisang Kepok Kuning .........................................................

37

21. Analisis ragam untuk rata-rata lebar daun (cm) pada pembibitan
pisang Kepok Kuning ...............................................................................

37

22. Pengaruh jenis bonggol terhadap lingkar batang (cm) pada
perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning .................................................

38

23. Uji homogenitas ragam untuk rata-rata lingkar batang (cm) pada
pembibitan pisang Kepok Kuning ...........................................................

38

24. Analisis ragam untuk rata-rata lingkar batang (cm) pada pembibitan
pisang Kepok Kuning ..............................................................................

38

25. Pengaruh jenis bonggol terhadap jumlah akar (helai) pada
perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning ................................................

39

26. Uji homogenitas ragam untuk rata-rata jumlah akar (helai) pada
pembibitan pisang Kepok Kuning ............................................................

39

v

27. Analisis ragam untuk rata-rata jumlah akar (helai) pada pembibitan
pisang Kepok Kuning .............................................................................

39

28. Pengaruh jenis bonggol terhadap panjang akar (cm) pada
perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning ...............................................

40

29. Uji homogenitas ragam untuk rata-rata panjang akar (cm) pada
pembibitan pisang Kepok Kuning .........................................................

40

30. Analisis ragam untuk rata-rata panjang akar (cm) pada pembibitan
pisang Kepok Kuning .............................................................................

40

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Rumus bangun benziladenin (BA)..........................................................

7

2. Pengaruh jenis bonggol terhadap jumlah daun pada perbanyakan
tunas pisang Kepok Kuning. Nilai yang diikuti huruf yang sama
tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 0,05 = 0,10..............................

24

3. Pengaruh jenis bonggol terhadap panjang daun pada perbanyakan
tunas pisang Kepok Kuning. Nilai yang diikuti huruf yang sama
tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 0,05 = 0,13..............................

25

4. Pengaruh jenis bonggol terhadap lebar daun pada perbanyakan
tunas pisang Kepok Kuning. Nilai yang diikuti huruf yang sama
tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 0,05 = 0,12..............................

25

5. Pengaruh jenis bonggol terhadap lingkar batang pada perbanyakan
tunas pisang Kepok Kuning. Nilai yang diikuti huruf yang
sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 0,05 = 0,43......................

26

6. Pengaruh jenis bonggol terhadap panjang akar pada perbanyakan
tunas pisang Kepok Kuning. Nilai yang diikuti huruf yang
sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 0,05 = 3,83......................

27

7. Bibit pisang bonggol produksi (a) dan bonggol anakan (b)....................

41

8. Perendaman bonggol pisang dalam larutan fungisida...............................

41

9. Penyemprotan benziladenin pada bonggol pisang ...................................

42

10. Pertumbuhan tunas pisang dari bonggol anakan.......................................

42

11. Pertumbuhan tunas pisang dari bonggol produksi...........................................

43

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pisang (Musa paradisiaca) merupakan salah satu komoditas buah unggulan
Indonesia yang hampir semua lapisan masyarakat Indonesia mengenalnya, karena
penyebarannya sangat luas dari dataran rendah sampai dataran tinggi, baik yang
dibudidayakan di lahan khusus maupun yang ditanam sebagai pengisi pekarangan.
Lebih dari 200 jenis pisang terdapat di Indonesia, dengan keragaman jenis yang
tinggi. Kondisi ini memberikan peluang untuk dapat memanfaatkan dan memilih
jenis pisang komersial yang dibutuhkan oleh konsumen, salah satunya pisang
Kepok Kuning (Satuhu dan Supriyadi, 2000). Pisang Kepok Kuning memiliki
kulit yang tebal dan warna yang kuning jika sudah matang. Satu tandan terdiri
dari 10-16 sisir dengan berat 14-22 kg. Kandungan nutrisi pada pisang Kepok
Kuning kalori 79 kkal, karbohidrat 21,2 gram, protein 1,1 gram, lemak 0,2 gram,
vitamin A 0,022 gram dan vitamin C.
Di Indonesia, produksi tanaman pisang dari tahun 2002 hingga 2012 selalu
menduduki tempat pertama di antara jenis buah buahan lainnya. Hal itu dapat
dilihat dari total hasil produksi yang mencapai 4.384.384 ton pada tahun 2002
dan 6.071.043 ton pada tahun 2012 (Tabel 1). Dari total produksi tanaman pisang
Indonesia pada tahun 2012 Lampung menyumbang 696.840 ton atau 8,7%

2

menempati peringkat ketiga setelah Jawa Barat dan Jawa Timur (Badan Pusat
Statistik, 2013).
Tabel 1. Produksi pisang di Indonesia dari tahun 2002 sampai tahun 2012
Tahun Pisang (ton)

Jeruk (ton)

Pepaya (ton)

Nanas (ton)

2002

4,384,384

968,132

605,194

555,588

2003

4,177,155

1,529,824

626,745

677,089

2004

4,874,439

2,071,084

732,611

709,918

2005

5,177,607

2,214,019

548,657

925,082

2006

5,037,472

2,565,543

643,451

1,427,781

2007

5,454,226

2,625,884

621,524

1,395,566

2008

6,004,615

2,467,632

717,899

1,433,133

2009

6,373,533

2,131,768

772,844

1,558,196

2010

5,755,073

2,028,904

675,801

1,406,445

2011

6,132,695

1,818,949

958,251

1,540,626

2012*

6,071,043

1,609,482

899,365

1,749,817

Sumber

: Badan Pusat Statistik (2013)

Secara umum produktivitas pisang yang dikembangkan masyarakat masih rendah,
seperti di Lampung produksi pisang hanya 10-15 ton/ha, padahal potensi
produksinya bisa mencapai 35-40 ton/ha. Perbedaan hasil produksi ini
disebabkan oleh minimnya pengetahuan petani dalam mengembangkan tanaman
pisang, serta adanya serangan hama dan penyakit (Sunarjono, 2002).

3

Tanaman pisang termasuk tanaman yang serbaguna. Selain buahnya, bagian
lainnya juga dapat dimanfaatkan. Bonggol pisangdapat dijadikan soda sebagai
bahan baku sabun dan pupuk kalium. Batangnya dapat digunakan sebagai
penghasil serat bahan baku kain dan makanan ternak, serta daunnya
dapat digunakan sebagai pembungkus makanan tradisional (Rukmana, 1999).
Salah satu pengembangan tanaman pisang perlu adanya dukungan oleh
ketersediaan bibit yang berkualitas. Ketersediaan bibit pisang bermutu perlu
dilakukan dengan teknik perbanyakan yang tepat. Perbanyakan bibit pisang yang
dilakukan selama ini dengan cara pemisahan anakan. Jika pengembangan
mengandalkan bibit yang berasal dari anakan saja maka kebutuhan tidak akan
terpenuhi, karena membutuhkan waktu yang lama untuk memperoleh bibit dalam
jumlah yang banyak. Di samping itu, cukup riskan untuk mengambil anakan
dalam rumpun pisang karena dapat mengganggu pertumbuhan tanaman utama,
juga dapat menimbulkan penyakit dari luka akibat pemotongan anakan.
Selain anakan, pengembangan bibit tanaman pisang dapat dilakukan dengan cara
kultur jaringan akan tetapi perlu ketrampilan khusus dalam menerapkannya dan
harganya relatif mahal di tingkat petani. Untuk itu perlu adanya cara lain dalam
pengembangan pembibitan pisang yang sehat dalam jumlah yang banyak dengan
waktu yang relatif singkat dengan biaya yang terjangkau. Salah satunya dengan
menumbuhkan tunas dari bonggol yang sudah berproduksi. Diharapkan dengan
menggunakan metode seperti ini petani dapat melakukan pembibitan sendiri dan
mendapatkan bibit dengan mata tunas yang banyak. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian perbanyakan pisang dengan menggunakan bonggol yang

4

sudah berproduksi atau anakan dengan menggunakan ZPT untuk memacu
pertumbuhan tunas sehingga dapat menghasilkan bibit dalam jumlah yang banyak.
Beberapa percobaan menyebutkan bahwa pemberian berbagai zat pengatur
tumbuh (ZPT) penting dalam perbanyakan tanaman karena mampu merangsang
pembentukan akar maupun tunas . ZPT yang digunakan untuk menumbuhkan
tunas adalah dari golongan sitokinin. Salah satu sitokinin yang paling banyak
digunakan adalah benziladenin (Zulkarnain, 2009).
Pengaruh aplikasi BA konsentrasi 0 ppm – 200 ppm pada pisang Ambon Kuning
dengan belahan bonggol tidak menunjukkan perbedaan dalam menghasilkan mata
tunas, namun pada BA konsentrasi 50 ppm – 100 ppm dapat menghasilkan tunas
yang lebih banyak (Rugayah dan D. Hapsoro, 2010).
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam
pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah pertumbuhan bibit pisang asal bonggol anakan berbeda dengan bibit
asal bonggol produksi?
2. Apakah pemberian berbagai konsentrasi BA memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan bibit pisang?
3. Apakah pengaruh konsentrasi pemberian BA pada pertumbuhan bibit pisang
bonggol anakan berbeda dengan bonggol produksi?

5

1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan
sebagai berikut:
1. Mengetahui perbedaan pertumbuhan bibit pisang asal bonggol anakan dan
bonggol produksi.
2. Mengetahui konsentrasi BAyang berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit
pisang Kepok Kuning asal bonggol.
3. Mengetahui perbedaan pengaruh konsentrasi BA terhadap pertumbuhan bibit
pisang asal bonggol anakan dan bonggol produksi.
1.3 Landasan Teori
Untuk meningkatkan produktivitas pisang salah satu teknik budidaya yang
digunakan pada umumnya adalah dengan cara penggunakan bibit berkualitas.
Bibit pisang dapat diproduksi dengan berbagai cara antara lain pemisahan anakan,
pembelahan bonggol, dan kultur jaringan.
Perbanyakan bibit pisang secara konvesional dengan pembelahan bonggol dapat
menghasilkan bibit yang seragam dalam jumlah yang relatif banyak, namun masih
kurang seragam dan kurang banyak dibandingkan dengan perbanyakan bibit
pisang dengan kultur jaringan. Kelebihan dari perbanyakan bibit pisang dengan
menggunakan belahan bonggol yaitu biaya yang digunakan tidak terlalu besar
dan tidak membutuhkan keahlian khusus dalam kegiatan budidaya, sehingga
metode tersebut lebih mudah diterapkan oleh petani.

6

Dalam beberapa pembibitan tanaman pisang disebutkan bahwa pemberian zat
pengatur tumbuh dapat menghasilkan bibit pisang yang baik dan berkualitas.
Sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh yang memacu pertumbuhan tunas.
Beberapa macam sitokinin merupakan sitokinin sintetik. Sitokinin alami
dihasilkan pada jaringan yang tumbuh aktif pada akar, embrio dan buah. Sitokinin
yang diproduksi pada akar selanjutnya diangkut melalui pembuluh xilem menuju
sel sel batang (Wattimena, 1988).
Menurut George (2008), untuk merangsang pembentukan dan perkembangan
tunas, ZPT yang sangat berperan adalah sitokinin. Sitokinin yang sering
digunakan adalah BA karena memiliki efektivitas yang cukup tinggi dalam
merangsang pembentukan dan perkembangan tunas.
Menurut Wuryaningsih (2010), benziladenin merupakan ZPT jenis sitokinin yang
berfungsi memacu pembelahan sel dan pembentukan tunas. Pemberian BA akan
diangkut oleh xilem menuju sel target pada batang kemudian mengakibatkan
sitokinin endogen yang berada dalam tanaman meningkatkan sehingga
pertumbuhan tunas aksilar dari potongan eksplan tunas apikal dapat dipacu.
Benziladenin pada konsentrasi tertentu dapat mempengaruhi proses pembelahan
sel, proliferasi tunas ketiak, penghambatan pertumbuhan akar tanaman dan
induksi umbi mikro (Widyastuti dan Tjokrokusumo,2001). Zat tersebut memiliki
karakteristik struktur bentuk basa bebas yang bersifat sangat aktif dengan rumus
bangun yang terdiri dari basa adenin dengan rantai karbon dan hidrogen yang
menempel pada nitrogen yang menonjol dari puncak cincin purin (Gambar 1).

7

Gambar 1.Rumus bangun benziladenin (BA)
1.4 Kerangka Pemikiran
Tanaman pisang merupakan tanaman lokal yang banyak digemari oleh masyarakat
luas khususnya Indonesia, pisang merupakan buah yang sangat bergizi dan
merupakan sumber vitamin, mineral karbohidrat yang harganya yang relative
murah. Oleh karena itu permintaan masyarakat terhadap pisang meningkat dari
tahun ketahunnya. Akan tetapi produktivitas pisang yang dikembangkan di
masyarakat masih rendah, hal ini terjadi di karenakan oleh teknik budidaya yang
kurang tepat serta tingginya gangguan hama dan penyakit. Kendala tersebut dapat
diatasi dengan penerapan teknologi teknik budidaya salah satunya penggunaan
bibit yang berkualitas.
Bibit pisang dapat diperoleh dari hasil perbanyakan secara vegetatif. Perbanyakan
dengan menggunakan cara vegetatif tersebut mempunyai kelemahan dan
kekurangnnya masing masing.Pada penelitian ini akan dilakukan pembibitan
secara konvensional yaitu dengan menggunakan bonggol anakan dan bonggol
produksi. Bonggol anakan merupakan bonggol yang didapat dari anakan tanaman

8

pisang tersebut sedangkan bonggol produksi merupakan bonggol yang didapat
dari tanaman pisang yang sudah menghasilkan.
Untuk menghasilkan bibit pisang dapat dilakukan dengan menumbuhkan tunas
pada bonggol baik bonggol anakan maupun produksi. Untuk memacu tumbuhnya
tunas dari bonggol tersebut maka perlu dilakukan penelitian, salah satunya perlu
dicoba penggunaan zat pengatur tumbuh yang dapat merangsang pertumbuhan
tunas. Zat pengatur tumbuh yang biasa digunakan untuk memacu pertumbuhan
tunas adalah golongan sitokinin salah satunya, benziladenin (BA). Penelitian
yang dicoba adalah penggunaan konsentrasi BA dengan berbagai konsentrasi
untuk memacu pembentukan tunas pada tanaman pisang Kepok Kuning baik pada
bonggol anakan maupun bonggol produksi. Diharapkan hasil penelitian ini akan
diperoleh informasi tentang konsentrasi BA yang baik untuk bonggol anakan atau
bonggol produksi dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman pisang Kepok
Kuning.
1.5 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan pertumbuhan bibit pisang asal bonggol anakan dengan
bonggol produksi.
2. Pemberian berbagai konsentrasi BA berpengaruh terhadap pertumbuhan
vegetatif tanaman pisang Kepok Kuning.
3. Pengaruh berbagai macam konsentrasi BA terhadap pertumbuhan bibit pisang
asal bonggol anakan berbeda dengan bibit pisang asal bonggol produksi.

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Pisang
Klasifikasi botani tanaman pisang kepok menurut Tjitrosoepomo (1991) adalah
sebagai berikut :
Regnum

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Classis

: Monocotyledoneae

Ordo

: Musales

Familia

: Musaceae

Genus

: Musa

Spesies

: Musa paradisiaca L

Pisang merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara, yaitu berasal dari Semenanjung
Malaysia dan Filipina. Tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa pisang berasal
dari Brasil dan India. Dari sini kemudian menyebar hingga ke daerah Pasifik.
Saat ini, hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah penghasil pisang.
Tumbuhan pisang banyak terdapat dan tumbuh baik di daerah tropis dan sub
tropis.

0

Pisang adalah salah satu jenis buah-buahan yang dapat tumbuh di daerah
yang beriklim, yang banyak mengandung vitamin A, B1, B2,B6 dan C. Pisang
merupakan tanaman terna yang tidak mengenal musim. Pisang merupakan salah
satu tanaman unggulan lokal. Pengembangan pisang secara komersial dihadapkan
pada kesulitan mendapatkan bibit yang bermutu baik dalam jumlah besar dan
dalam waktu singkat. Secara konvensional pisang ini dapat diperbanyak dengan
teknik pemisahan anakan dan perbanyakan bonggol (Satuhu dan Supriyadi 2000).
Tanaman pisang merupakan tanaman herba tahunan yang mempunyai sistem
perakaran dan batang di bawah tanah. Pohon pisang berakar rimpang yang
berpangkal pada umbi batang. Batang yang berdiri tegak di atas tanah dan
terbentuk dari pelepah daun yang saling menelungkup dan disebut batang semu.
Tinggi batang semu berkisar antara 3,5 – 7,5 meter (Satuhu dan Supriyadi 2000).
Daun pisang letaknya tersebar dengan helaian daun berbentuk lanset memanjang,
dan mudah sekali robek oleh hembusan angin yang keras karena tidak mempunyai
tulang-tulang pinggir yang menguatkan lembaran daun. Bunga berkelamin satu,
berumah satu dan tersusun dalam tandan. Daun pelindung berukuran panjang 10 –
25 cm, berwarna merah tua, berlilin, dan mudah rontok. Bunga tersusun dalam
dua baris yang melintang. Bakal buah berbentuk persegi, sedangkan bunga jantan
tidak ada. Setelah bunga keluar, bunga membentuk sisir pertama, kedua
danseterusnya (Satuhu dan Supriyadi, 2000).

✁✁

2.2 Penyedian bibit
Perbanyakan tanaman pisang biasanya dilakukan secara vegetatif yaitu dengan
pemisahan anakan (sucker) yang tumbuh dari bonggolnya, dan dengan bonggol
tanaman pisang. Bibit anakan yang digunakan adalah bibit anakan dewasa karena
paling cepat menghasilkan buah diikuti bibit anakan sedang, anakan muda, dan
tunas anakan. Bibit pisang dipilih yang sehat dan baik (Satuhu dan Supriyadi
2000).
Pembibitan dengan menggunakan bonggol mempunyai keuntungan-keuntungan,
antara lain :
1. Dalam waktu singkat bisa didapatkan bibit yang seragam dalam jumlah banyak.
2. Mudah pengiriman dan biayanya lebih murah.
3. Dapat memanfaatkan bonggol sisa tebangan.
2.3 Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)
Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian
tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain , dan pada konsentrasi yang sangat
rendah mampu menimbulkan suatu respon fisiologis, dan sampai sekarang ada
lima kelompok zat pengatur tumbuh yang paling dikenal, walaupun masih banyak
lagi yang sudah pasti akan ditemukan. Kelima kelompok yang sudah dikenal itu
meliputi auksin, giberelin, sitokinin, asam absisat dan etilen (Salisbury and Ross,
1995).
Peranan zat pengatur tumbuh (ZPT) dalam pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan sebagai sinyal kimia interseluler untuk pertama kali ditemukan pada

✂✄

tumbuhan. Konsentrasi yang sangat rendah dari senyawa kimia tertentu yang
diproduksi oleh tanaman dapat memacu pertumbuhan atau diferensiasi pada
berbagai macam sel-sel tumbuhan dan dapat mengendalikan perkembangan
bagian-bagian yang berbeda pada tumbuhan (Hendaryono dan Wijayani, 1995).
Menurut George (2008), untuk merangsang pembentukan dan perkembangan
tunas, ZPT yang sangat berperan adalah sitokinin. Sitokinin yang sering
digunakan adalah BA karena memiliki efektifitas yang cukup tinggi dalam
merangsang pembentukan dan perkembangan tunas.
Sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh yang diperlukan dalam merangsang
inisiasi dan perbanyakan tunas karena dapat mendorong pembelahan sel. Jenis
sitokinin yang sering digunakan dalam kultur tanaman pisang secara in vitro
karena efektifitasnya yang tinggi adalah benziladenin (Wetherell,1982)
Sitokinin pada umumnya ada secara alami sebagai konjugasi gula dan ion
fosfat. Sitokinin alamiah di dalam tanaman adalah zeatin (Gardneret al., 1985).
Sitokinin alamiah yang lain adalah dihirozeatin dan isopentenil adenin (IPA).
Sitokinin sintetik terdiri dari zeatin sintetik, BA tau BAP, 2-ip, PBA, dan kinetin
(Armini et al., 1991).
Pengaruh aplikasi BA konsentrasi 0 ppm – 200 ppm pada pisang Ambon Kuning
dengan belahan bonggol tidak menunjukkan perbedaan dalam menghasilkan mata
tunas, namun pada BA konsentrasi 50 ppm – 100 ppm dapat menghasilkan tunas
yang lebih banyak (Rugayah dan D. Hapsoro, 2010).

☎✆

Ahmed dan Sagar dalam Avivi dan Dewanti (2005) menyatakan bahwa
pemberian BA (sitokinin) dan NAA (auksin) melalui daun atau akar dapat
menambah bobot dan jumlah umbi walaupun pemberiannya dilakukan setelah saat
inisiasi umbi dan semakin tinggi konsentrasi sitokinin yang ditambahkan pada
media kultur, maka jumlah tunas yang terbentuk semakin bertambah, tetapi
masing-masing pertumbuhan tunasnya terhambat.

1✝

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini sudah dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas
Lampung pada bulan September sampai bulan Desember 2013.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah 24 bonggol pisang kepok kuning yang terdiri dari
bonggol anakan dan bonggol produksi, pasir, arang sekam, kompos, benziladenin
(BA),HCl, fungisida, aquades. Alat- alat yang digunakan adalah cangkul, polibag
handspayer, pipet tetes, meteran, ember, labu erlenmeyer, timbangan,mistar dan
alat tulis.
3.3 Metode Penelitian
Rancangan perlakuan yang digunakan adalah rancangan faktorial 4x2 dengan
factor pertama dalam percobaan ini adalah konsentrasi BA (P) yang terdiri dari 4
taraf yaitu P0 (0 mg/l), P1 (50 mg/l), P2 (100 mg/l), P3 (150 mg/l). Faktor kedua
adalah jenis bonggol (B) yaitu B1 (bonggol anakan) dan B2 (bonggol produksi).

1✞

Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), dengan
waktu pengamatan dan ukuran bonggol sebagai dasar pengelompokan. Setiap
kombinasi perlakuan diulang tiga kali.
Setelah data terkumpul,kesamaan (homogenitas) ragam antar perlakuan diuji
dengan uji Barlett dan kemenambahan model (aditivitas) diuji dengan uji Tukey.
Jika asumsi terpenuhi, maka data dianalisis ragam, kemudian dilanjutkan dengan
uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5% .
3.4 PelaksanaanPenelitian
3.4.1 Penyiapan Bahan Tanam
Bahantanam yang akan digunakan yaitu bonggol pisang, bonggol pisang yang
digunakan adalah bonggol anakan dan bonggol produksi. Bonggol anakan
merupakan bonggol yang di dapat dari anakan tanaman pisang tersebut sedangkan
bonggol produksi merupakan bonggol yang di dapat dari tanaman pisang yang
sudah menghasilkan. Setelah bonggol pisang tersedia kemudian dibersihkan
hingga bersih dari tanah. Kemudian bonggol pisang direndam dengan
menggunakan larutan fungisida berbahan Mangkozep dengan merek dagang
Dithane M-45 dengan konsentrasi 2g/l. Perendaman dalam larutan fungisida untuk
mencegah timbulnya penyakit karena cendawan dan jamur.
3.4.2 Pembuatan Larutan Benziadenin
Konsentrasi BA yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0, 50, 100 dan 150
ppm. Hal pertama dalam pembuatan laurtan BA yaitu menimbang sesuai
konsentrasi BA yang akan digunakan. Pada 0 ppm hanya menggunakan larutan

16

aquades, sedangkan untuk konsentrasi BA 50 ppm digunakan bubuk BA sebanyak
50 mg/L, untuk larutan BA konsentrasi 100 ppm digunakan bubuk BA 0,1 g/l dan
untuk larutan BA konsentrasi 150 ppm digunakan bubuk BA 0,15 g/l.
Setelah itu masing masing bubuk BA dilarutkan dengan menggunakan larutan
HCl.Larutan HCl yang digunakan yaitu 1,5 ml HCl untuk BA 50 ppm, 3 ml untuk
BA 100 ppm dan 4,5 ml untuk BA 150 ppm. Bubuk BA yang telah larut kemudian
diencerkan dengan menambahkan aquades hingga volume larutan mencapai 1
liter.
3.4.3 Pengaplikasian Benziladenin
Aplikasi zat pengatur tumbuh dilakukan satu kali sebelum tanam dengan cara
disemprot sebanyak 50 ml dengan 4 kali penyemprotan pada semua belahan
bonggol.
3.4.4 Penanaman
Setelah bonggol diberi benziladenin dan fungisida lalu bonggol tersebut ditanam.
Media tanam yang digunakan adalahpasir, arang sekam, dan kompos dengan
perbandingan 1:1:1. Ketiga bahan tersebut dicampur secara merata kemudian
dimasukkan kedalam polibag bervolume 10 kg.
3.4.5 Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan rutin setiap hari meliputi penyiraman, penyiangan gulma
dan pengendalian hama. Untuk mencegah gangguan dan menanggulangi serangan
hama dilakukan pemeriksaan dan pemberantasan hama secara manual dengan cara
membunuh langsung hama yang terlihat pada tanaman. Pengendalian gulma

1✟

dilakukan dengan cara penyiangan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman dan
lokasi penelitian.
3.5 Variabel Pengamatan
Untuk menguji kesahihan kerangka pemikiran dan hipotesis dilakukan
pengamatan terhadap komponen pertumbuhan. Variabel yang diamati adalah
sebagai berikut:
1. Waktu muncul tunas
Perhitungan waktu muncul tunas didasarkan pada waktu yang dibutuhkan sejak
menanam bonggol hingga tunas tersebut sudah muncul dan berukuran lebih
dari atau sama dengan 2 cm.
2. Jumlah tunas
Jumlah tunas yang muncul dihitung pada setiap polibag.
3. Tinggi tunas
Tinggi tunas diukur dari pangkal batang sampai sela daun terakhir.
4. Jumlah daun
Jumlah daun dihitung sebagai daun apabila daun telah membuka sempurna.
5. Lebar daun
Lebar daun diukur pada daun yang ukurannya terbesar dengan cara mengukur
bagian tengahnya.
6. Panjang daun
Pengukuran panjang daun dilakukan pada daun yang ukurannya terbesar
dengan cara mengukur panjang daun dari pangkal sampai ujung daun.
7. Diameter batang
Diameter batang diukur 2 cm dari pangkal batang paling bawah.

18

8. Jumlah akar
Jumlah akar dihitung dengan cara menghitung jumlah akar utama pada
tanaman pisang.
9. Panjang akar
Panjang akar diukur dengan cara mengukur panjang akar utama dari pangkal
akar sampai ujung akar.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah:
1. Jenis bonggol produksi menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik
dibandingkan bonggol anakan dilihat pada variabel jumlah daun, panjang
akar, jumlah akar, dan diameter batang.
2. Penggunaan BA dengan berbagai konsentrasi tidak menunjukkan adanya
pengaruh pada semua variabel pengamatan kecuali pada jumlah akar.
3. Pengaruh konsentrasi BA pada pertumbuhan tanaman pisang asal bonggol
anakan berbeda dengan asal bonggol produksi. Pada bonggol produksi,
penggunaan BA 50 ppm – 100 ppm sudah mempengaruhi tinggi tunas, tetapi
pada bonggol anakan BA yang dibutuhkan 150 ppm.
5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka disarankan untuk melakukan
penelitian lanjutan dengan cara perendaman bonggol pisang dalam larutan BA
pada berbagai konsentrasi dan sebaiknya dilakukan di rumah kaca untuk
meminimalisir faktor-faktor yang akan mengganggu pertumbuhan bibit.

PUSTAKA ACUAN

Armini, Wattimena, dan L. W. Gunawan. 1991. Perbanyakan tanaman, hal. 17-149. Dalam G.
A.Wattimena (Ed). Bioteknologi Tanaman. Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian
Bogor.
Avivi, S, dan P. Dewanti. 2005. Teknologi produksi benih melon (CucumismeloL.)
dengan teknik in-vitro. Jurnal Ilmu Dasar. 6 (1) : 33-40.
Badan Pusat Statistik . 2013. Produksi Buah di Indonesia. http//www.bps.go.id. [10 September
2013]
Gardner, F. 1985. Phisiology of Crop Plants. Universitas Indonesia. Jakarta.426 hal.
George, E.F., M.A. Hall, and G.J. De-Klerk, Jr. 2008. Plant Propagation by Tissue Culture.
Thrid edition. Vol. 1. Exegetics Limited. Edington Wilts, England.
Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. CV Akademika Pressindo. Jakarta. 288 hal.
Hendaryono, D. dan Wijayani.1995. Teknik Kultur Jaringan.Yogyakarta. 12 hal.
Motiq, F.W. 2011. Pengaruh Konsentrasi Benziladenin (BA) dan Pembelahan Bonggol
Terhadap Pertumbuhan Tunas Pada Perbanyakan Pisang Ambon Kuning Secara
Konvensional. (Skripsi). Universitas Lampung. 72 hlm.
Rabani, B. 2009. Aplikasi Teknik Toping Pada Perbanyakan Benih Pisang (Musa paradisiacal
L) dari Benih Anakan dan Kultur jaringan. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. 56 hlm.
Robbiani, D. 2004. Pengaruh kombinasi naphthalene acetic acid (NAA) dan kinetin pada kultur
in vitro eksplan daun tembakau (Nicotiana tabacum L. var. Prancak 95).Jurnal
Penelitian Program Studi Biologi 8 (2) : 5 – 15.

Rugayah, D. Hapsoro, A. Ulumudin, dan F.W. Motiq. 2011. Kajian teknik perbanyakan vegetatif
pisang Ambon Kuning dengan pembelahan bonggol (Corm). Jurnal Agotropika 17 (2):
58-65. Universitas Lampung
Rukmana R. 1999. Usaha Tani Pisang. Yogyakarta : Kanisius. 201 hlm.
Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2 (diterjemahkan dari : Plant
Physiology, penerjemah : D.R. Lukman dan Sumaryono). Penerbit ITB. Bandung. 343
hal.
Satuhu, S. dan Supriyadi A. Pisang Budidaya, Pengolahan, dan Prospek Pasar. Jakarta: Penebar
Swadaya; 2000. Hlm. 1-41, 116-124
Taiz, L. dan E. Zeiger. 2002. Plant Physiology. Sinnuer Associates, Massachuset.
Tjitrosoepomo, G. 1991. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta. 266 hal.
Sunarjono, H. 2002. Budidaya Pisang dengan Bibit Kultur Jaringan. Penebar Swadaya.
Jakarta.115 hal.
Wattimena, G. A. 1998. Zat Pengatur Tumbuh. Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 247 hal.
Wetherell, D. F. 1982. Pengantar Propagasi Tanaman secara in Vitro. IKIP Semarang Press.
Semarang. pp. 102.
Widiastuti, N.dan D. Tjokrokusumo. 2001. Peranan beberapa zat pengatur tumbuh (ZPT)
Tanaman pada Kultur In Vitro. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia 3(5):55-63.
Wuryaningsih. 2010. Respon Beberapa Varietas Gladiol terhadap Pemupukan N . Balai
Penelitian Tanaman Hias. Cianjur. 148 – 156 hlm.
Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman : Solusi Perbanyakan Tanaman Budi Daya. Jakarta
: Bumi Aksara.