ANALISIS PELAKSANAAN KEBIJAKAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH DI KOTA METRO

(1)

ABSTRACT

ANALYSIS OF POLICY IMPLEMENTATION COLLECTING RETRIBUTION IN METRO CITY

By Marliana Ulfa

Retribution is one source of revenue for the province in accordance with Law No.33 of 2004 on Financial Balance between Central and Local Government Section 5. Just as with taxes, levies also has two functions namely as cash charger (bugeter) and as a regulator (usually) in the economy. Outposts of retribution in Metro City continues to be improved by government to implement a dynamic development of one area at a cost of other cost headings.

Observation is estimated there are five groups of postal costs a lot to contribute revenue to the local revenue. Postage costs associated with the Department of Health Health Service Levy, the Department of Transportation, Communication and Information related to the Parking Levy on Public Road Banks and Special Parking Levy. Market Office Market levies related, Department of Urban Planning and Housing related to the Levy Building Permit (IMB), and finally the Office of Civil Registration-related levies Print ID card, Family Card and the Law on Population and Civil Registration.

The problems posed in this research is intensifying and extending the policy of what has been implemented by the Government of Metro City to retribution user charges to increase revenue potential in the five largest in Metro City and How to achieve revenue target (actual) levy after the implementation of policies by the Government of the intensification and extension of Metro City into five largest potential user charges in Town Metro.

The aim of research is to examine the intensification and extensification policies that have been implemented by the Government of Metro City to raise revenue in the five largest potential retribution Metro City and to determine the achievement of revenue target (actual) levy after the implementation of policies by the Government of the

intensification and expansion of Metro City into five largest potential retribution in Metro City.

The results of analizing by using descriptive analysis shows that the efforts made by the five largest postal costs in Metro City to raise levies are two approaches to Intensification and extensification. Intensification of efforts made by the policy target, deployment, changes in regulatory policy areas, strengthen the collection process, improve the quality


(2)

and quantity of labor. Increased controlling and expanding revenue base through intensification of new objects/potential objects. While extensive efforts carried out by using the new local regulations to formulate policy in order to explore the potential retribution. Looking for a new object with the potential to areas not yet regulated in the Act or the Regulations.

In implementing the policy of intensification and extensification in the five headings levy, the achievement of set targets and revenue increase from the previous year. Seen from the year 2008 with the realization Rp.11.031.656.174 increased to

Rp.13.213.589.996 Health Services Levy in 2009 in Metro City. Realization in the year 2009 amounted to Rp.487.969.100, - an increase from the previous year which amounted to Rp. 485 565 000, - for the Special Parking Levy with 100.70% growth and the

realization of the 2008 General Levy Parking for Rp.32.823.500 increased to

Rp.36.475.000 in the year 2009. Market levies that reached 100.79%, with the realization Rp.618.589.738, - for the year 2009, revenues increased from the previous year

Rp.435.984.100, -. Achievements Levy IMB with 278.68% growth. From year 2008 revenue of Rp.515.561.244, - in the year 2009 has been increased. A very significant achievement for Rp.965.592.000, - in the year 2009 from the previous year

Rp.66.266.500, - on the Print Cost Recovery Levies identity card, family card and Civil Law.

Levy implementation of policies determined by the five largest postal costs in Metro City is expected to increase regional income. From the implementation of new policies and facilitate the achievement of objectives of regional development as the regional autonomy Metro City.


(3)

ABSTRAK

ANALISIS PELAKSANAAN KEBIJAKAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH DI KOTA METRO

Oleh Marliana Ulfa

Retribusi merupakan salah satu sumber penerimaan bagi daerah menurut Undang-undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah pasal 5. Sebagaimana halnya pajak, retribusi juga mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pengisi kas (bugeter) dan sebagai pengatur (reguler) dalam perekonomian. Pos-pos Retribusi Daerah di Kota Metro terus ditingkatkan oleh pemerintah guna menjalankan pembangunan secara dinamis antara satu bidang pos retribusi dengan retribusi yang lain. Hasil pengamatan diperkirakan ada lima kelompok pos retribusi yang banyak

menyumbangkan penerimaannya bagi Pendapatan Asli Daerah. Pos retribusi yang terkait dengan Dinas Kesehatan yaitu Retribusi Pelayanan Kesehatan, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika terkait dengan Retribusi Parkir di Tepi Jalan dan Retribusi Parkir di Tempat Khusus. Dinas Pasar terkait dengan Retribusi Pasar, Dinas Tata Kota dan Perumahan terkait dengan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dan terakhir Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil terkait dengan Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga dan Akta Catatan Sipil.

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah Kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi apa saja yang telah diterapkan oleh Pemerintah Kota Metro untuk

meningkatkan penerimaan retribusi di lima potensi retribusi terbesar di Kota Metro dan Bagaimanakah ketercapaian target penerimaan (realisasi) retribusi setelah

dilaksanakannya kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi oleh Pemerintah Kota Metro atas lima potensi retribusi terbesar di Kota Metro.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi apa saja yang telah diterapkan oleh Pemerintah Kota Metro untuk meningkatkan penerimaan retribusi di lima potensi retribusi terbesar di Kota Metro dan untuk mengetahui

ketercapaian target penerimaan (realisasi) retribusi setelah dilaksanakannya kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi oleh Pemerintah Kota Metro atas lima potensi retribusi terbesar di Kota Metro.

Dari hasill pembahasan yang menggunakan analisis deskritif menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan oleh 5 pos retribusi terbesar di Kota Metro untuk meningkatkan retribusi


(4)

adalah dengan dua cara yakni : Intensifikasi dan Ekstensifikasi. Upaya Intensifikasi dilakukan dengan melakukan kebijakan target, sosialisasi, kebijakan perubahan peraturan daerah, memperkuat proses pemungutan, meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kerja, meningkatkan pengawsan serta memperluas basis penerimaan melalui intensifikasi objek baru/potensial. Sedangkan upaya ekstensifikasi dilakukan dengan menggunakan kebijakan merumuskan peraturan daerah baru dalam rangka menggali potensi Retribusi Daerah. Mencari objek-objek baru yang potensial bagi daerah yang belum diatur dalam UU maupun Peraturan.

Dalam implementasi kebijakan Intensifikasi dan Ekstensifikasi Retribusi Daerah pada lima pos Retribusi Daerah, tercapainya target yang ditetapkan dan mengalami

peningkatan penerimaan dari tahun sebelumnya.

Terlihat dari tahun 2008 dari Rp.11.031.656.174 ke Rp.13.213.589.996 meningkat sebesar 114,86% pada Retribusi Pelayanan Kesehatan. Pada Retribusi Parkir Khusus tahun 2008 dari Rp. 485.565.000 ke Rp.487.969.100 meningkat sebesar 100,7% pada tahun 2009, sedangkan untuk Retribusi Parkir Umum dari tahun 2008 naik dari

Rp.32.823.500 ke Rp.36.475.000 meningkat sebesar 113,98% pada tahun 2009. Retribusi Pasar tahun 2008 sebesar Rp.611.900.000 ke Rp.618.589.738 meningkat dengan

perkembangannya sebesar 100,79%. Pencapaian Retribusi IMB tahun 2008 sebesar Rp.198.241.740 ke Rp.552.367.517 meningkat dengan perkembangan sebesar 278,68%. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga dan Akta Catatan Sipil pada tahun 2008 dari Rp.66.266.500 ke Rp.965.592.000 pada tahun 2009 dengan perkembangan sebesar 327,65%.

Pelaksanaan kebijakan Retribusi Daerah dilakukan oleh 5 pos retribusi terbesar di Kota Metro diharapkan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Dari pelaksanaan kebijakan-kebijakan ini tercapainya target dan memperlancar pembangunan daerah Kota Metro sebagai daerah otonom. Kebijakan-kebijakan ini dapat direkomendasikan bahwa masih banyak retribusi-retrribusi potensial di Kota Metro yang dapat dikenakan


(5)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dan analisa pada bab-bab terdahulu maka dapat disimpulkan : 1. Dalam meningkatkan penerimaan Retribusi Daerah di Kota Metro, Pemerintah Kota

Metro melakukan kebijakan Retribusi Daerah. Kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Metro yakni dengan melakukan Intensifikasi Retribusi Daerah dan Ekstensifikasi

Retribusi Daerah.

Salah satu bentuk intensifikasi adalah melalui kebijakan perubahan peraturan daerah, kebijakan sosialisasi yaitu melakukan penyuluhan kepada masyarakat, mengoptimalkan atau perbaikan administrasi pemungutan, kebijakan penetapan target, serta kebijakan pengendalian dan ketertiban pelayanan terhadap objek Retribusi Daerah.

Dalam pelaksanaan Retribusi Daerah Pemerintah Kota Metro juga melakukan

Ekstensifikasi Retribusi Daerah. Ekstensifikasi ini dilakukan dengan cara mencari atau menemukan Retribusi Daerah yang baru dan berkoordinasi dengan instansi-instansi atau dinas-dinas daerah yang berkaitan dengan objek Retribusi Daerah yang dipungut.

2 Implementasi pada pelaksanaan kebijakan telah berjalan dengan sangat baik. Hal ini dapat dilihat pada penerimaan dari 5 pos retribusi yang mengalami peningkatan.

Pos pertama yaitu Retribusi Pelayanan Kesehatan yang mengalami perkembangan sebesar 114,86%. Penerimaan Retribusi Parkir Khusus sebesar 100,70% sedangkan

perkembangan Retribusi Parkir di Jalan Umum sebesar 102,60%. Penerimaan pada pos Retribusi Pasar pun mengalami peningkatan dengan realisasi terhadap target sebesar 100,79%. Pos Retribusi Izin Mendirikan Bangunan memiliki realisasi penerimaan yang cukup baik yakni sebesar 278,68% dan pos terakhir yaitu Retribusi Penggantian Biaya Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga dan Akta Kelahiran memiliki perkembangan yang sangat baik yaitu sebesar 327,65%.


(6)

5.2 Saran

Berdasarkan pembahasan serta simpulan di atas, maka sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Kota Metro khususnya Dinas-dinas yang terkait dengan 5 potensi retribusi terbesar di Kota Metro adalah :

1. Pelayanan yang optimal, akuntabilitas, dan transparansi terhadap masyarakat dan wajib retribusi sehingga wajib retribusi tidak merasa dirugikan dan dihambatbahkan sebaliknya mereka merasa berkewajiban untuk melunasi kewajibannya sebagai wajib bayar.

2. Sebaiknya menumbuhkan kesadaran baik itu petugas pemungut dan masyarakat akan pentingnya retribusi. Baik dari petugas pemungut harus melakukan pemungutan sesuai dengan peraturan dan meminta pembayaran retribusi sesuai dengan tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kota Metro dan sebaliknya pemakai jasa retribusi juga harus membayar sesuai dengan tarif dan tepat waktu.

3. Perlu adanya sistem pengawasan yang intensif pada pungutan di luar pungutan retribusi untuk menghindari pungutan-pungutan liar yang merugikan masyarakat. Oleh sebab itu, dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk lebih waspada dan tidak enggan untuk

melaporkan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada saat membayar pungutan retribusi.

4. Rekomendasi bagi Dinas-dinas terkait bahwa masih banyak pos-pos retribusi potensial yang dapat dikenakan pungutan guna meningkatkan Pendapatan Asli daerah di Kota Metro seperti Retribusi Tempat Pengobatan Alternatif, Retribusi Rumah Potong Hewan, Retribusi Terminal Barang dan Pos retribusi lainnya dengan masing-masing potensi yang dimiliki.


(7)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia terus berupaya melakukan pembangunan di segala sektor baik secara fisik maupun material yang ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat sekaligus mendukung

terciptanya suatu tujuan nasional. Pembangunan nasional mempunyai tujuan umum untuk meningkatkan dan mewujudkan kesejahteraan rakyat serta kemakmuran yang adil dan merata bagi publik.

Secara umum pembangunan diartikan sebagai suatu proses terencana dari situasi nasional ke situasi nasional yang lebih baik, dalam hal ini pembangunan merupakan konsep yang dinamis artinya selalu berubah-ubah sesuai dengan situasi kerangka sistem sosial yang menyertainya. Pelaksanaan pembangunan diharapkan seimbang, dinamis, selaras dan saling menunjang antara satu bidang dengan bidang yang lainnya, sehingga tidak timbul adanya kesenjangan.

Sejak diberlakukannya UU Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan menjadi UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menyebabkan seluruh daerah-daerah tingkat II yang ada di Indonesia harus mempunyai pembangunan daerahnya masing-masing. Pembangunan daerah ditujukan untuk memberikan kesempatan bagi masing-masing daerah untuk meningkatkan kesejahteraannya sebagai daerah otonom dan daerah tersebut

mempunyai wewenang dan tanggungjawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat dan pertanggung jawabannya kepada masyarakatnya sendiri tanpa menunggu bantuan dari pemerintah pusat.

Otonomi daerah dalam pelaksanaannya diharapkan dapat mendorong peningkatan partisipasi dan kreativitas masyarakat dalam pembangunan, serta mendorong pemerataan pembangunan diseluruh daerah dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang tersedia di


(8)

masing-masing daerah. Tujuan pemberian otonomi kepada daerah yaitu peningkatan ekonomi masyarakat setempat, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan sosial budaya masyarakat.

Kota Metro itu sendiri dalam menjalankan otonomi daerahnya yaitu melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, tidak dapat terlepas dari masalah-masalah pembiayaan sebagai faktor utamanya. Anggaran penerimaan daerah merupakan faktor pendukung utama dalam realisasi pembangunan.

Faktor keuangan daerah tidak bisa dipungkiri adalah faktor yang paling penting bagi daerah dalam melaksanakan otonomi. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali sumber-sumber keuangan untuk dapat memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya. Berdasarkan Undang-undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah pasal 5, menyatakan bahwa sumber Penerimaan Daerah terdiri dari :

1. Pendapatan Asli Daerah terdiri dari : a. Hasil Pajak Daerah :

- Pajak Hotel - Pajak Restoran - Pajak Hiburan

- Pajak Penerangan Jalan

- Pajak Pengambilan dan Pengelolaan Bahan Galian Golongan C - Pajak Parkir

b. Hasil Retribusi Daerah : - Retribusi Jasa Umum - Retribusi Jasa Usaha


(9)

- Retribusi Perizinan Tertentu

c. Hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

2. Dana Perimbangan

a. Dana Bagi Hasil b. Dana Alokasi Umum c. Dana Alokasi Khusus

3. Lain-lain pendapatan

Pengertian Penerimaan Daerah menurut Undang-undang No.32 Tahun 2004, tentang otonomi daerah, adalah uang yang masuk ke kas daerah. Penerimaan Daerah Kota Metro terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan lain-lain. Perkembangan Penerimaan Daerah Kota Metro dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut :

Tabel 1. Realisasi Penerimaan Daerah Kota Metro Tahun 2004-2008

(dalam rupiah) Tahun PAD Dana

Perimbangan

Lain-lain Pendapatan

Penerimaan Daerah

2004 11.243.014.993 150.749.487.666 - 161.417.829.929

2005 11.441.214.470 159.593.560.000 1.177.080.000 171.034.774.470

2006 15.825.215.983 243.887.265.748 - 259.712.481.731

2007 18.909.282.327 263.072.414.899 8.900.000.000 290.881.697.226

2008 21.223.552.613 275.148.882.880 16.054.398.000 314.426.833.493

Sumber : Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah Kota Metro, 2009

Tabel 1 menunjukkan peningkatan Penerimaan Daerah dari tahun ke tahun. Terlihat pada tahun 2004 Penerimaan Daerah sebesar Rp.161.417.829.929, hingga tahun-tahun selanjutnya


(10)

terus mengalami peningkatan sebesar Rp.314.426.833.493 pada tahun 2008, peningkatan ini dipicu oleh adanya peningkatan dana dari pos-pos pendapatan lainnya.

Peningkatan Penerimaan Daerah dalam kurun waktu 2004-2008 pada tabel 1 terus mengalami peningkatan, pos dana perimbangan memberikan sumbangan yang terbesar dari setiap

tahunnya bagi Penerimaan Daerah Kota Metro, disini terlihat bagaimana masih sangat tergantungnya daerah terhadap penerimaan dana dari pemerintah pusat dalam menjalankan pemerintah yang otonomi pada saat sekarang ini.

Salah satu sumber penerimaan daerah adalah berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD), dimana Pendapatan Asli Daerah merupakan bagian dari sumber pendapatan daerah yang secara bebas dapat digunakan oleh masing-masing daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan daerah. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Undang-undang No.32 Tahun 2004, tentang Otonomi Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Metro diperoleh dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Penerimaan lain-lain dan Bagian Laba Usaha Daerah. Berikut ini merupakan tabel

perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Metro tahun 2004-2008. Tabel 2. Realisasi perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota

Metro 2004-2008 (dalam rupiah) Tahun Pajak Retribusi Penerimaan

Lain-lain

Bagian Laba Usaha Daerah

PAD

2004 1.596.600.000 5.833.962.500 3.812.452.493 - 11.243.014.993

2005 1.854.250.000 6.544.670.470 3.042.294.000 - 11.441.214.470

2006 2.227.634.033 10.736.272.450 2.661.309.500 200.000.000 15.825.215.983


(11)

2008 2.553.405.668 13.552.132.237 4.647.562.708 520.000.000 21.223.552.613

Sumber : Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah Kota Metro, 2009

Dapat dilihat dari tabel 2 bahwa Pendapatan Asli Daerah Kota Metro terbesar didapat dari Retribusi Daerah. Semula pada tahun 2004 Retribusi Daerah Kota Metro sebesar

Rp5.833.962.500, secara terus menerus mengalami peningkatan hingga tahun 2008 menjadi sebesar Rp.13.552.132.237 dan PAD -nya pun mengalami peningkatan dari tahun 2004 sebesar Rp.11.243.014.993 menjadi sebesar Rp.21.223.552.613 pada tahun anggaran 2008.

Sumber Pendapatan Asli Daerah salah satunya adalah Retribusi Daerah. Retribusi merupakan salah satu sumber penerimaan bagi daerah. Sebagaimana halnya pajak, retribusi juga

mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pengisi kas (bugeter) dan sebagai pengatur (reguler) dalam perekonomian (Waluyo, Wiryawan, 2002:8). Pos-pos Retribusi Daerah di Kota Metro terus ditingkatkan oleh pemerintah guna menjalankan pembangunan secara dinamis antara satu bidang pos retribusi dengan retribusi yang lain.

Tabel 3. Penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten/Kota di Propinsi Lampung Tahun 2008 (dalam rupiah)

Kab./Kota Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah

Tanggamus 3.172.309.096

Lampung Timur 4.316.869.814 Lampung Barat 2.586.873.220 Lampung Selatan 7.464.891.930 Tulang Bawang 2.923.186.284 Bandar Lampung 15.730.157.203

Metro 13.552.132.237

Lampung Tengah 8.372.199.893 Sumber : BPS Lampung, 2008

Tabel 3 merupakan realisasi penerimaan Retribusi Daerah di beberapa Kabupaten/Kota di Propinsi Lampung pada tahun 2008. Dapat dilihat bahwa untuk Kota Metro sendiri, realisasi


(12)

penerimaan Retribusi Daerah di Kota Metro mencapai Rp.13.552.132.237. Penerimaan Retribusi Daerah yang terbesar yaitu Kota Bandar Lampung yakni sebesar

Rp.15.730.157.203, sementara untuk penerimaan Retribusi Daerah yang terkecil yaitu Kabupaten Lampung Barat yaitu sebesar Rp. 2.586.873.220.

Dapat dilihat bahwa penerimaan Retribusi Daerah di Kota Metro jika di bandingkan dengan Kabupaten lain masih cukup besar artinya pelaksaanaan retribusi yang dilakukan di Kota Metro cukup opimal dilakukan.

Berikut ini merupakan penerimaan Retribusi Daerah Kota Metro menurut golongannya berdasarkan UU No.34 Tahun 2000 yakni Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Jasa Perijinan Tertentu.

Tabel 4. Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah di Kota Metro Tahun 2008 (dalam rupiah) Retribusi Jasa Umum

Pos Retribusi Daerah

Target Realisasi Perkemb angan

(%) Ret. Pelayanan Kesehatan 11.849.515.347 11.031.656.174 93,10 Ret. Persampahan dan

Kebersihan

170.237.000 171.764.450 100,90

Ret. Capil 35.000.000 66.266.500 189,32

Ret. Parkir Umum 32.000.000 32.823.500 102,60

Ret. Pasar 486.900.000 435.984.100 89,54

Ret. KIR 75.670.000 75.229.500 99,42

Ret. Pmriksaan Alat Pmadam Kbakran (APK)

6.000.000 6.055.000 100,92

Jumlah Ret. Jasa Umum 11.959.670.700 13.808.412.496 115,46

Retribusi Jasa Usaha Pos Retribusi

Daerah

Target Realisasi Perkemb angan


(13)

Ret. Pmkai Kekyaan Daerah

87.500.000 80.916.584 92,48

Ret. Terminal 110.755.000 98.310.000 88,76

Ret. Parkir Khusus 484.565.000 485.146.700 100,12 Sambungan ..

Ret. Penydotan Kakus 5.000.000 5.500.000 110,00 Ret. Rmh Ptong Hewan 19.326.600 19.361.400 100,18 Ret. Tmpat Rkreasi &

Olahrga

23.500.000 36.215.000 154,11

Ret. Pembuangan Limbah Cair

750.000 1.640.000 218,67

Ret. Wjb Dftr Prushaan 17.000.000 16.449.500 96,76 Ret. Wjb Dftr Gudang 4.000.000 4.752.500 118,81 Ret. Wjb Dftr Industri 7.000.000 4.043.750 57,77 Jumlah Ret. Jasa Usaha 1.259.296.600 1.261.404.525 100,17 Retribusi Perijinan Tertentu

Pos Retribusi Daerah

Target Realisasi Perkemb angan

(%)

Ret. IMB 336.241.740 515.561.244 153,33

Ret. Izin Gangguan 99.000.000 136.864.700 138,19

Ret. Izin Trayek 10.000.000 7.892.500 78,93

Ret. IPPT 33.000.000 42.298.225 128,87

Ret. Izin Pnutupan Jln 3.550.000 3.775.000 106,34 Ret. Pyelenggaraan Khsus 5.500.000 5.798.500 105,43 Ret. Izin Pnyel. Platihan

Krja

4.500.000 3.517.750 78,17

Ret. Izin Prkoperasian 11.000.000 6.636.270 60,33 Ret. Izin Usaha Industri 1.000.000 1.150.000 115,00 Ret. Izin Usaha Prdgangan 33.500.000 40.690.000 121,46 Ret. Izin Pnumpukan Kayu 1.200.000 600.000 50,00 Ret. Izin Usaha

Kprawistaan

2.250.000 2.550.000 113,33 Bersambung …


(14)

Ret. Izin Laik Sehat 500.000 1.350.000 370,37 Jumlah Ret. Perizinan

Tertentu

403.241.740 805.660.462 199,80

Sumber : Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah Kota Metro, 2009 Hasil pengamatan diperkirakan ada lima kelompok pos retribusi yang banyak

menyumbangkan penerimaannya bagi Pendapatan Asli Daerah. Pos retribusi yang akan dikaji lebih mendalam dan menyeluruh yang terkait dengan Dinas Kesehatan, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, Dinas Pasar, Dinas Tata Kota dan Perumahan, serta Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil :

1. Retribusi yang terkait dengan Dinas Kesehatan :

(a) Retribusi Pelayanan Kesehatan (Perda No.9 Tahun 2008)

2. Retribusi yang terkait dengan Dinas Perhubungan, Komunukasi dan Informatika: (a) Retribusi Parkir:

- Retribusi Parkir di tepi jalan umum (Perda No. 10 Tahun 2008) - Retribusi Parkir di tempat khusus (Perda No.11 Tahun 2008) 3. Retribusi yang terkait dengan Dinas Pasar:

(a) Retribusi Pasar Salar Pasar (Perda No. 9 Tahun 2008) (b) Retribusi Grosir (Perda No. 9 Tahun 2008)

4. Retribusi yang terkait dengan Dinas Tata Kota dan Perumahan : (a) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (Perda No.1 Tahun 2005). 5. Retribusi yang terkait dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

(a) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga dan Akta Catatan Sipil (Perda No.8 tahun 2003).

Perkembangan Retribusi Daerah yang ada di Kota Metro tidak terlepas dari peran pemerintah dalam meningkatkan penerimaan retribusinya dari berbagai pos retribusi melalui


(15)

instansi-instansi pemerintah terkait. Oleh sebab itu, pemerintah Kota Metro terus melaksanakan perannya dalam meningkatkan penerimaan Retribusi Daerah demi terlaksananya

pembangunan yang adil dan makmur bagi publik. Berkenaan dengan hal ini Pemerintah Kota Metro memandang perlu melakukan upaya-upaya peningkatan penerimaan retribusi di Kota Metro.

1.2 Permasalahan

Sebagaimana uraian sebelumnya bahwa Retribusi Daerah merupakan penunjang atau pemasukan bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai sumber bagi Penerimaan Daerah yang realisasinya diharapkan dapat mencapai target yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Metro setiap tahunnya. Sehingga Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendapatan

Keuangan dan Aset daerah serta instansi terkait dapat melaksanakan Retribusi Daerah sesuai harapan semua pihak.

Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa 5 pos retribusi termasuk salah satu yang menunjukkan pencapaian penerimaan terbesar menurut penggolongan retribusi yang menyumbangkan penerimaannya bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Dari uraian di atas yang menjadi permasalahan dalam penulisan ini yaitu

1. Kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi apa saja yang telah diterapkan oleh Pemerintah Kota Metro untuk meningkatkan penerimaan retribusi di lima potensi retribusi terbesar di Kota Metro?

2. Bagaimanakah ketercapaian target penerimaan (realisasi) retribusi setelah

dilaksanakannya kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi oleh Pemerintah Kota Metro atas lima potensi retribusi terbesar di Kota Metro?


(16)

1.3Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada maka penulisan ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi apa saja yang telah

diterapkan oleh Pemerintah Kota Metro untuk meningkatkan penerimaan retribusi di lima potensi retribusi terbesar di Kota Metro.

2. Untuk mengetahui ketercapaian target penerimaan (realisasi) retribusi setelah

dilaksanakannya kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi oleh Pemerintah Kota Metro atas lima potensi retribusi terbesar di Kota Metro.

1.4Kerangka Pemikiran

Pelaksanaan UU No.32 dan 33 Tahun 2004 sebagai revisi atas UU No.22 dan 25 Tahun 1999 telah menyebabkan perubahan yang mendasar mengenai peraturan mengenai hubungan pusat dan daerah, khususnya dalam bidang administrasi pemerintahan maupun dalam hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah yang dikenal sebagai era Otonomi Daerah.

Otonomi daerah yang telah berlangsung hingga saat ini merupakan bagian dari adanya

reformasi atas kehidupan bangsa Indonesia. Tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk memungkinkan daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri melalui peningkatan kemampuan keuangan daerah untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah serta dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan.

Era otonomi daerah sekarang ini, daerah diberikan kewenangan yang lebih besar untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri atau menyelenggarakan pemerintahannya sendiri. Sejalan dengan kewenangan tersebut, pemerintah daerah diharapkan lebih mampu


(17)

menggali sumber-sumber keuangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan dan pembangunan di daerahnya. Kemampuan daerah dalam melaksanakan otonomi daerah sangat tergantung kepada kemampuannya dalam mengimplementasikan kewenangan yang

dimilikinya untuk mendukung kemandirian keuangan daerah.

Implementasi kewenangan pemerintah daerah adalah hak pemerintah daerah dalam merencanakan, membuat dan melaksanakan aturan dalam rangka menyelenggarakan pemerintahannya. Implementasi sangat penting sebagai indikator kemampuan daerah dan dapat mendorong terwujudnya kemandirian keuangan daerah.

Pernyataan tersebut memberikan pengertian bahwa wewenang yang melekat pada daerah pada dasarnya mengisyaratkan kemandirian daerah hanya akan terwujud apabila didukung oleh kewenangan yang luas untuk menyelenggarakan pemerintahannya oleh sektor keuangan yang kuat, dalam hal ini sektor Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Peranan pemerintah daerah sangat penting dalam mewujudkan peningkatan Pendapatan Asli Daerah, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya peningkatan Pendapatan Asli Daerah tergantung dari baik buruknya Manajemen Organisasi Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah serta instansi-instansi pemerintah terkait yang ada di daerah tersebut. Jika manajemen Organisasi Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah dan instansi-instansi pemerintah kurang berjalan dengan baik maka kemungkinan Pendapatan Asli Daerahnya juga rendah.

Secara umum upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dari Retribusi Daerah melalui dua cara, yakni cara Intensifikasi dan Ekstensifikasi. Cara Intensifikasi dapat dilakukan dengan cara :

menggiatkan penarikan retribusi pada objek-objek retribusi yang ada sebelumnya, Pemerintah Daerah dapat menambah personel atau memperluas basis penerimaan, meningkatkan


(18)

pengawasan, memperkuat proses pemungutan, meningkatkan efisiensi dan penertiban administrasi pada pos-pos retribusi dan menaikkan biaya pemungutan serta meningkatkan kapasitas penerimaan melalui perencanaan yang lebih baik, sedangkan cara ekstensifikasi dapat dilakukan dengan merumuskan peraturan daerah baru dalam rangka menggali potensi Retribusi Daerah, mencari objek-objek baru yang potensial bagi daerah yang belum diatur dalam UU maupun Peraturan Pemerintah dalam hal ini yang terjadi kemudian di daerah adalah semua yang berbau usaha ataupun hak milik dikenai retribusi.


(1)

Ret. Pmkai Kekyaan Daerah

87.500.000 80.916.584 92,48

Ret. Terminal 110.755.000 98.310.000 88,76

Ret. Parkir Khusus 484.565.000 485.146.700 100,12 Sambungan ..

Ret. Penydotan Kakus 5.000.000 5.500.000 110,00 Ret. Rmh Ptong Hewan 19.326.600 19.361.400 100,18 Ret. Tmpat Rkreasi &

Olahrga

23.500.000 36.215.000 154,11

Ret. Pembuangan Limbah Cair

750.000 1.640.000 218,67

Ret. Wjb Dftr Prushaan 17.000.000 16.449.500 96,76 Ret. Wjb Dftr Gudang 4.000.000 4.752.500 118,81 Ret. Wjb Dftr Industri 7.000.000 4.043.750 57,77 Jumlah Ret. Jasa Usaha 1.259.296.600 1.261.404.525 100,17 Retribusi Perijinan Tertentu

Pos Retribusi Daerah

Target Realisasi Perkemb angan

(%)

Ret. IMB 336.241.740 515.561.244 153,33

Ret. Izin Gangguan 99.000.000 136.864.700 138,19

Ret. Izin Trayek 10.000.000 7.892.500 78,93

Ret. IPPT 33.000.000 42.298.225 128,87

Ret. Izin Pnutupan Jln 3.550.000 3.775.000 106,34 Ret. Pyelenggaraan Khsus 5.500.000 5.798.500 105,43 Ret. Izin Pnyel. Platihan

Krja

4.500.000 3.517.750 78,17

Ret. Izin Prkoperasian 11.000.000 6.636.270 60,33 Ret. Izin Usaha Industri 1.000.000 1.150.000 115,00 Ret. Izin Usaha Prdgangan 33.500.000 40.690.000 121,46 Ret. Izin Pnumpukan Kayu 1.200.000 600.000 50,00 Ret. Izin Usaha

Kprawistaan

2.250.000 2.550.000 113,33 Bersambung …


(2)

Ret. Izin Laik Sehat 500.000 1.350.000 370,37 Jumlah Ret. Perizinan

Tertentu

403.241.740 805.660.462 199,80

Sumber : Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah Kota Metro, 2009 Hasil pengamatan diperkirakan ada lima kelompok pos retribusi yang banyak

menyumbangkan penerimaannya bagi Pendapatan Asli Daerah. Pos retribusi yang akan dikaji lebih mendalam dan menyeluruh yang terkait dengan Dinas Kesehatan, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, Dinas Pasar, Dinas Tata Kota dan Perumahan, serta Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil :

1. Retribusi yang terkait dengan Dinas Kesehatan :

(a) Retribusi Pelayanan Kesehatan (Perda No.9 Tahun 2008)

2. Retribusi yang terkait dengan Dinas Perhubungan, Komunukasi dan Informatika: (a) Retribusi Parkir:

- Retribusi Parkir di tepi jalan umum (Perda No. 10 Tahun 2008) - Retribusi Parkir di tempat khusus (Perda No.11 Tahun 2008) 3. Retribusi yang terkait dengan Dinas Pasar:

(a) Retribusi Pasar Salar Pasar (Perda No. 9 Tahun 2008) (b) Retribusi Grosir (Perda No. 9 Tahun 2008)

4. Retribusi yang terkait dengan Dinas Tata Kota dan Perumahan : (a) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (Perda No.1 Tahun 2005). 5. Retribusi yang terkait dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

(a) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga dan Akta Catatan Sipil (Perda No.8 tahun 2003).

Perkembangan Retribusi Daerah yang ada di Kota Metro tidak terlepas dari peran pemerintah dalam meningkatkan penerimaan retribusinya dari berbagai pos retribusi melalui


(3)

instansi-instansi pemerintah terkait. Oleh sebab itu, pemerintah Kota Metro terus melaksanakan perannya dalam meningkatkan penerimaan Retribusi Daerah demi terlaksananya

pembangunan yang adil dan makmur bagi publik. Berkenaan dengan hal ini Pemerintah Kota Metro memandang perlu melakukan upaya-upaya peningkatan penerimaan retribusi di Kota Metro.

1.2 Permasalahan

Sebagaimana uraian sebelumnya bahwa Retribusi Daerah merupakan penunjang atau pemasukan bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai sumber bagi Penerimaan Daerah yang realisasinya diharapkan dapat mencapai target yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Metro setiap tahunnya. Sehingga Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendapatan

Keuangan dan Aset daerah serta instansi terkait dapat melaksanakan Retribusi Daerah sesuai harapan semua pihak.

Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa 5 pos retribusi termasuk salah satu yang menunjukkan pencapaian penerimaan terbesar menurut penggolongan retribusi yang menyumbangkan penerimaannya bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Dari uraian di atas yang menjadi permasalahan dalam penulisan ini yaitu

1. Kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi apa saja yang telah diterapkan oleh Pemerintah Kota Metro untuk meningkatkan penerimaan retribusi di lima potensi retribusi terbesar di Kota Metro?

2. Bagaimanakah ketercapaian target penerimaan (realisasi) retribusi setelah

dilaksanakannya kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi oleh Pemerintah Kota Metro atas lima potensi retribusi terbesar di Kota Metro?


(4)

1.3Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada maka penulisan ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi apa saja yang telah

diterapkan oleh Pemerintah Kota Metro untuk meningkatkan penerimaan retribusi di lima potensi retribusi terbesar di Kota Metro.

2. Untuk mengetahui ketercapaian target penerimaan (realisasi) retribusi setelah

dilaksanakannya kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi oleh Pemerintah Kota Metro atas lima potensi retribusi terbesar di Kota Metro.

1.4Kerangka Pemikiran

Pelaksanaan UU No.32 dan 33 Tahun 2004 sebagai revisi atas UU No.22 dan 25 Tahun 1999 telah menyebabkan perubahan yang mendasar mengenai peraturan mengenai hubungan pusat dan daerah, khususnya dalam bidang administrasi pemerintahan maupun dalam hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah yang dikenal sebagai era Otonomi Daerah.

Otonomi daerah yang telah berlangsung hingga saat ini merupakan bagian dari adanya

reformasi atas kehidupan bangsa Indonesia. Tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk memungkinkan daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri melalui peningkatan kemampuan keuangan daerah untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah serta dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan.

Era otonomi daerah sekarang ini, daerah diberikan kewenangan yang lebih besar untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri atau menyelenggarakan pemerintahannya sendiri. Sejalan dengan kewenangan tersebut, pemerintah daerah diharapkan lebih mampu


(5)

menggali sumber-sumber keuangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan dan pembangunan di daerahnya. Kemampuan daerah dalam melaksanakan otonomi daerah sangat tergantung kepada kemampuannya dalam mengimplementasikan kewenangan yang

dimilikinya untuk mendukung kemandirian keuangan daerah.

Implementasi kewenangan pemerintah daerah adalah hak pemerintah daerah dalam merencanakan, membuat dan melaksanakan aturan dalam rangka menyelenggarakan pemerintahannya. Implementasi sangat penting sebagai indikator kemampuan daerah dan dapat mendorong terwujudnya kemandirian keuangan daerah.

Pernyataan tersebut memberikan pengertian bahwa wewenang yang melekat pada daerah pada dasarnya mengisyaratkan kemandirian daerah hanya akan terwujud apabila didukung oleh kewenangan yang luas untuk menyelenggarakan pemerintahannya oleh sektor keuangan yang kuat, dalam hal ini sektor Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Peranan pemerintah daerah sangat penting dalam mewujudkan peningkatan Pendapatan Asli Daerah, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya peningkatan Pendapatan Asli Daerah tergantung dari baik buruknya Manajemen Organisasi Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah serta instansi-instansi pemerintah terkait yang ada di daerah tersebut. Jika manajemen Organisasi Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah dan instansi-instansi pemerintah kurang berjalan dengan baik maka kemungkinan Pendapatan Asli Daerahnya juga rendah.

Secara umum upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dari Retribusi Daerah melalui dua cara, yakni cara Intensifikasi dan Ekstensifikasi. Cara Intensifikasi dapat dilakukan dengan cara :

menggiatkan penarikan retribusi pada objek-objek retribusi yang ada sebelumnya, Pemerintah Daerah dapat menambah personel atau memperluas basis penerimaan, meningkatkan


(6)

pengawasan, memperkuat proses pemungutan, meningkatkan efisiensi dan penertiban administrasi pada pos-pos retribusi dan menaikkan biaya pemungutan serta meningkatkan kapasitas penerimaan melalui perencanaan yang lebih baik, sedangkan cara ekstensifikasi dapat dilakukan dengan merumuskan peraturan daerah baru dalam rangka menggali potensi Retribusi Daerah, mencari objek-objek baru yang potensial bagi daerah yang belum diatur dalam UU maupun Peraturan Pemerintah dalam hal ini yang terjadi kemudian di daerah adalah semua yang berbau usaha ataupun hak milik dikenai retribusi.