PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK HIBURAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KOTA METRO (Studi Di Kantor Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Metro) (Jurnal Ilmiah)

  

PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK HIBURAN SEBAGAI

UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

(PAD) DI KOTA METRO

(Studi Di Kantor Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Metro)

  

(Jurnal Ilmiah)

Oleh

SENDY ERIANTO

  

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara

  

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

  

2018

  

Judul Skripsi : PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK

HIBURAN SEBAGAI UPA YA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI

  • DAERAH (PAD) DI KOTA METRO

  Nama Mahasiswa : Sendy Erianto No . Pokok Mahasiswa : 1412011399 : Hukum Administrasi Negara Bagi an

  Fakultas :Hukum JUI MENYE TU

  1 . Komisi Pembirnbing ~ \ .

  Eka Deviani,S.H.,M.H. NIP . 19731020 200501 Syamsir Syamsu,S.H.,M.Hum. NIP. 19610805 198903 I 005

  

ABSTRAK

PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK HIBURAN SEBAGAI

UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

(PAD) DI KOTA METRO

(Studi Di Kantor Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Metro)

  

Oleh

Sendy Erianto, Syamsir Syamsu, S.H.,M.Hum, Eka Deviani, S.H., M.H.

  Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145

  Email : sendyerianto123@gmail.com Banyaknya tempat usaha hiburan yang belum terdaftar sebagai wajib pajak menimbulkan masalah yang cukup krusial, sehingga berdampak kepada kurangnya kontribusi penerimaan pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal tersebut diatur dalam Peraturan Daerah yang mengatur tentang Pajak Daerah yaitu Peraturan Daerah kota Metro No. 02 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat/calon wajib pajak serta kurangnya tingkat kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak menyebabkan tidak maksimalnya penerimaan pajak hiburan. Permasalahan dalam penelitian : 1) Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan pajak hiburan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di kota Metro? 2)Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penghambat pemungutan pajak hiburan di kota Metro? Penulisan skripsi ini menggunakan dua macam pendekatan masalah, yaitu pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Pendekatan tersebut dilakukan dengan cara mendeskripsikan dan menggambarkan dari hasil yang didapatkan, baik dari hasil data kepustakaan maupun dari hasil data dilapangan. Pelaksanaan pemungutan pajak hiburan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Metro melalui Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah kota Metro dalam meningkatkan penerimaan pajak hiburan tersebut pada dasarnya ditempuh melalui upaya intensifikasi dan ekstensifikasi.

  Faktor penghambat yang dihadapi Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Derah (BPPRD) kota Metro dalam melaksanakan pemungutan pajak, yaitu masih rendahnya kesadaran wajib pajak atas utang pajaknya atau dalam membayar pajak, kurangnya sosialisasi mengenai pajak dikalangan masyarakat, tingkat kemampuan wajib pajak untuk membayar pajaknya semakin rendah, kurangnya pemahaman akan pentingnya peranan pajak, terdapat wajib pajak yang menutup usahanya.

  

Kata Kunci : Pajak Hiburan, Pendapatan Asli Daerah, Pemungutan, Faktor

Penghambat

IMPLEMENTATION OF TAX ENTERTAINMENT AS EFFORT

  

INCREASING REAL REGIONAL INCOME

(PAD) IN THE METRO CITY

(Study In the Office of the Regional Tax and Retribution Board of Metro City)

By

  

Sendy Erianto, Syamsir Syamsu, S.H.,M.Hum, Eka Deviani, S.H., M.H.

  Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145

  Email : sendyerianto123@gmail.com The number of entertainment venues that have not been registered as taxpayers pose a crucial problem, thus impacting the lack of contribution of entertainment tax revenue to Pendapatan Asli Daerah (PAD). It is regulated in a Regional Regulation that regulates Regional Tax namely City Regulation Metro no. 02 of 2012 on Regional Taxes. Lack of socialization to the public / prospective taxpayers as well as the lack of awareness level of taxpayers to pay taxes causes not maximal entertainment tax revenue. Issues in research: 1) How is the implementation of entertainment tax collection in increasing the local revenue (PAD) in Metro city? 2) What factors are inhibiting the collection of entertainment tax in Metro city? Writing this thesis use two kind of problem approach, that is juridical normative approach and empirical juridical approach. The approach is done by describing and describing the results obtained, both from the results of library data or from the data field results. Implementation of entertainment tax in increasing the Local Own Revenue (PAD) in Metro City through City Tax and Retribution Agency of Metro city in increasing the entertainment tax revenue is basically pursued through intensification and extensification effort. Inhibiting factors faced by the City Administration of Duties and Levies (BPPRD) Metro in implementing tax collection, namely the low awareness of taxpayers on tax debt or in paying taxes, the lack of socialization of tax among the community, the level of taxpayer ability to pay taxes lower , lack of understanding of the importance of the role of tax, there are taxpayers who close their business.

  Keywords: Entertainment Tax, Local Revenue, Collection, Factor Inhibitors

I. PENDAHULUAN

  Pembangunan nasional di negara Indonesia merupakan kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan yang tercantum didalam pembukaan UUD 1945. Dalam menyukseskan pembangunan nasional diperlukan adanya pembiayaan pembangunan baik yang berasal dari penerimaan dalam negeri maupun pinjaman dari luar negeri, dengan dana pembangunan yang tidak sedikit untuk mencapai keberhasilan program pembangunan nasional tersebut. Pemerintah pusat tidak dapat secara terus menerus mengandalkan pinjaman dari luar negeri, karena hal tersebut akan semakin menambah penderitaan masyarakat. Sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari penerimaan dalam negeri sangat penting untuk terus digali, dikembangkan dan dioptimalkan peranannya untuk kelangsungan hidup bangsa. Negara Indonesia mempunyai 2 (dua) sumber pendapatan negara yaitu, pendapatan pajak dan pendapatan non pajak. Salah satu yang menjadi sumber penerimaan dari dalam negeri yang cukup potensial untuk terus digali dan dikembangkan serta sumber dana yang sangat penting dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional yaitu dari sektor pajak. Pajak merupakan salah satu sumber dana terbesar sebagai penerimaan negara maupun daerah yang berasal dari masyarakat untuk pembiayaan pembangunan. Pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat adalah sumber penerimaan negara di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah adalah sumber penerimaan daerah di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

  1 Pembayaran pajak merupakan perwujudan

  dari kewajiban kenegaraan dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Pajak mempunyai fungsi sebagai alat atau instrumen yang digunakan untuk memasukkan dana secara optimal ke dalam kas negara. Dalam hal ini fungsi pajak lebih diarahkan sebagai instrumen penarik dana dari masyarakat untuk dimasukkan dalam kas negara.

  2 Penggolongan pajak berdasarkan lembaga

  pemungutannya di Indonesia dapat

  1. Pajak pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat yang dalam hal ini sebagian besar dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan. Seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Bea Materai.

  2. Pajak daerah adalah pajak-pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah baik di tingkat propinsi maupun kabupaten/kota. Seperti pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame, pajak penerangan Jalan, pajak parkir dan pajak hiburan.

  3 Pajak hiburan merupakan salah satu jenis

  pajak yang berdasarkan lembaga pemungutnya dikategorikan sebagai pajak daerah, dengan demikian pajak daerah merupakan pajak yang di tetapkan oleh 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang

  Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan 2 Wirawan B. Lilyas dan Rudy Suhartono, Hukum Pajak Meterial 1 , Selemba Humanika, Jakarta, 2011, hlm. 2 3 www.pajak.go.id , diakses 06 Okt. 17, Pukul 19.22 WIB pemerintah daerah dengan peraturan daerah yang wewenang pemungutannya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

  Pasal 1 ayat (24) dan (25) tentang Pajak dan Retribusi Derah, “Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Sedangkan yang di maksud dengan hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran”.

  didasarkan pada dasar hukum yang jelas dan kuat, sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak yang terkait. Dasar hukum pemungutan pajak pajak hiburan kota Metro adalah peraturan daerah Nomor 02 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. Pemungutan tarif pajak hiburan di kota Metro ditetapkan sebagai berikut :

  a. Tontonan film dikenakan tarif pajak hiburan sebesar 20% (dua puluh persen) dari harga tanda masuk.

  b. Jenis hiburan pegelaran kesenian rakyat/ tradisional dikenakan tarif pajak hiburan sebesar 5% (lima persen) dari harga tanda masuk.

  c. Jenis hiburan pengelaran musik, tari dan busana dikenakan tarif pajak hiburan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari harga tanda masuk.

  d. Jenis hiburan pameran, pertunjukan, sirkus, akrobat, sulap, pertandingan olahraga (termasuk yang diselenggarakan taman hiburan rakyat/tempat wisata air/kolam renang) dikenakan tarif pajak hiburan sebesar 20% (dua puluh persen) dari harga tanda masuk.

  e. Jenis hiburan diskotik, karaoke, klub malam, dan sejenisnya dikenakan tarif 4 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak pajak hiburan sebesar 30% (tiga puluh persen) dari pembayaran.

  f. Jenis hiburan panti pijat, refleksi, permainan billiard, bowling dan golf dikenakan tarif pajak hiburan sebesar 30% (tiga puluh persen) dari pembayaran.

  g. Jenis hiburan pacuan kuda, dikenakan tarif pajak hiburan sebesar 30% (tiga puluh persen) dari harga tanda masuk.

  h. Jenis hiburan mandi uap/spa pusat kebugaran, pengelaran busana, kontes kecantikan dikenakan tarif pajak hiburan sebesar 30% (tiga puluh persen) dari pembayaran. Tempat hiburan di kota Metro cukup banyak karena bisnis hiburan sudah sangat berkembang, dimana dunia wisata/hiburan sudah menjadi kebutuhan wajib bagi masyarakat. Pajak hiburan di kota Metro sangat penting bagi pendapatan asli daerah, karena seperti yang diketahui bahwa kota Metro cukup banyak tempat hiburan seperti : Karaoke Charly VHT, Karaoke Inul Vista, Nagoya Karaoke Intertaint, 88 Karaoke, Mellyana Grasella (star one). Dengan adanya fenomena ini seharusnya bisa menjadikan pajak hiburan sebagai sumber penerimaan daerah yang potensial bagi Pendapatan Asli Daerah di kota Metro. Pendapatan Asli Daerah kota Metro pada sektor pajak hiburan pada tahun 2016 sebesar Rp. 176.065.500,00 dan mengalami peningkata pada tahun 2017 menjadi Rp. 179.318.000,00 Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

4 Pemungutan pajak hiburan di kota Metro

  1. Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan pajak hiburan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di kota Metro?

  2. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penghambat pemungutan pajak hiburan di kota Metro?

  II. METODE PENELITIAN

  2.1 Pendekatan Masalah

  2. Data sekunder yaitu data yang bersifat melengkapi hasil penelitian yang Penulisan skripsi ini menggunakan dua dilakukan yaitu data yang diperoleh macam pendekatan masalah, yaitu: dari studi kepustakaan yang mencakup dokumen dokumen resmi, buku-buku,

  1. Pendekatan yuridis normatif adalah hasil-hasil penelitian yang berwujud pendekatan yang dilakukan

  7 laporan, dan sebagainya.

  berdasarkan bahan hukum utama dengan cara menelaah teori-teori,

  2.3 Analisis Data

  konsep-konsep, asas asas hukum serta Analisis yang digunakan pada penelitian peraturan perundang-undangan yang ini yaitu analisis yang bersifat deskriptif berhubungan pelaksanakan kualitatif. Analisis ini dilakukan dengan pemungutan pajak hiburan sebagai cara mendeskripsikan dan menggambarkan upaya meningkatkan Pendapatan Asli dari hasil yang didapatkan, baik dari hasil

  Daerah (PAD). Pendekatan ini dikenal data kepustakaan maupun dari hasil data pula dengan pendekatan kepustakaan, dilapangan untuk selanjutnya diketahui yakni dengan mempelajari buku-buku, serta diperoleh kesimpulan secara induktif peraturan perundang-undangan dan yaitu pengambilan kesimpulan dari hal-hal dokumen lain yang berhubungan yang bersifat khusus menjadi hal-hal yang dengan penelitian ini. bersifat umum, selanjutnya kesimpulan

  2. Pendekatan yuridis empiris yaitu pendekatan yang dikenal dengan pendekatan secara sosiologi yang dilakukan secara langsung ke

  III. PEMBAHASAN

  lapangan yaitu dengan melihat secara langsung kebijakan yang

  3.1 Pelaksanaan Pemungutan Pajak

  dilakukan Badan Pengelola Pajak

  Hiburan Dalam Meningkatkan dan Retribusi Daerah (BPPRD). Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota

  Serta dilakukan wawancara dengan

  Metro

  beberapa responden yang dianggap dapat memberikan data dan Pemerintah daerah memiliki wewenang informasi terkait dengan penelitian untuk melakukan pemungutan pajak ini guna mendapatkan data dan hiburan guna membantu meningkatkan informasi yang akurat serta dapat Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota dipercaya kebenarannya. Metro, pelaksanaan pemungutan pajak yang dilakukan oleh Badan Pengelola

  2.2 Sumber dan Jenis Data

  Pajak dan Retribusi Daerah (BPPRD) kota Sumber dan jenis data yang digunakan

  Metro sangatlah penting karena di kota dalam penelitian ini adalah data primer dan

5 Metro terdapat banyak potensi-potensi

  data sekunder: yang dikelola secara rutin oleh masyarakat

  1. Data Primer adalah data yang didapat atau organisasi dan menjadi pendapatan secara langsung dilapangan dengan daerah. mendapatkan informasi dari para responden yang dilakukan melalui

  Badan Pengelola Pajak dan Retribusi wawancara dilapangan dengan

6 Daerah (BPPRD) dalam pelaksanaannya

  informan terkait mempunyai peranan dan wewenang yang 5 sangat penting serta harus mempunyai cara-cara yang tepat agar dapat

  Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI 6 Pers, Jakarta, 1984, hlm. 52 7 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, PT

  mengoptimalisasikan pendapatan daerahnya, dalam upaya meningkatkan penerimaan daerah, khususnya penerimaan dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus dilaksanankan secara terus menerus oleh semua pihak dalam pemerintah daerah. Pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan mengurangi ketergantungan terhadap pembiayaan dari pusat, sehingga meningkatkan otonomi daerah. Langkah penting yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan penerimaan daerah pada pada sektor hiburan adalah menghitung potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang ril dimiliki daerah. Berkenaan dengan peranan dalam melakukan pemungutan pajak hiburan, Yunizar selaku KASUBBID Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah kota Metro menjelaskan bahwa :

  “Dalam hal meningkatkan pendapatan pajak hiburan Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah menyiapkan rencana-rencana yang akan dilakukan untuk mencapai target pajak hiburan yang telah ditetapkan, melalui rencana dan program-program yang bisa menarik minat masyarakat untuk membayar pajak baik itu secara langsung maupun tidak. Dalam menjalankan rencana-rencana tersebut Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah bekerja sama dengan pihak- pihak seperti kecamatan dan kelurahan yang ada di kota Metro”

  8

  Upaya yang dilakukan dalam pelaksanaan pemungutan pajak hiburan oleh Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah kota Metro untuk pengembangan, peningkatan, 8 Hasil wawancara dengan Yunizar KASUBBID

  Penagihan dan Keberatan BPPRD kota Metro, 9

  dan penggalian sumber-sumber pendapatan asli daerah antara lain adalah melalui upaya ekstensifikasi dan intensifikasi.

  1. Ekstensifikasi Wajib Pajak Pengertian ekstensifikasi pajak daerah adalah kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah wajib pajak yang belum terdaftar dan perluasan objek pajak. Sedangkan proses pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi pajak daerah adalah

  1) Pembinaan Pembinaan dilakukan dengan cara melakukan monitoring dan evaluasi terhadap wajib pajak yang sudah maupun belum terdaftar sebagai wajib pajak daerah pajak daerah Melaksanakan sosialisasi terhadap produk-produk hukum baik pusat maupun daerah kepada masyarakat atau calon wajib pajak agar wajib pajak dan calon wajib pajak paham tentang pentingnya membayar pajak. 3) pengawasan dan pemeriksaan

  Pemerintah daerah memiliki wewenang untuk mengawasi wajib pajak agar membayar pajak daerah sekaligus melakukan pemeriksaan dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam melakukan kewajiban perpajakan daerahnya sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku dan juga khususnya untuk peningkatan penerimaan pajak daerah. Menurut Yunizar, upaya ekstensifikasi atas sumber-sumber penerimaan pajak hiburan harus didasarkan kepada kriteria- kriteria sebagai berikut,

3.1.1 Ekstensifikasi dan Instensifikasi Pajak

  1) Bersifat pajak dan bukan retribusi

  2) Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah kabupaten/kota

  Daerah kota Metro mengemukakan bahwa : “Manfaat Intensifikasi adalah untuk memperbaiki sistem yang terbengkalai dan hal ini dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan memperbaiki administrasi juga pengawasan pegawai dan perbaikan pada Undang-Undang”

  4) Objek pajak bukan merupakan objek pajak propinsi dan/atau objek pajak pusat

  5) Potensinya memadai 6) Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatife 7) Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat

9 Ekstensifikasi merupakan salah satu

  kebijakan yang harus ditempuh oleh Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah, dalam upaya meningkatkan penerimaan pajak hiburan yaitu hiburan yang baru, karena di kota Metro pajak hiburan merupakan sumber penerimaan yang memberikan kontribusi yang meningkat setiap tahunnya bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD).

  2. Intensifikasi Pajak Intensifikasi Pajak adalah kegiatan optimalisasi penggalian penerimaan pajak terhadap objek serta subjek pajak yang telah tercatat atau terdaftar dalam administrasi Direktorat Jendral Pajak (DJP), dari hasil pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak. Indikator intensifikasi perpajakan adalah:

  tersebut bisa dikenakan pajak hiburan karena sudah diatur pada Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 02 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah yang mewajibkan tempat usaha tersebut dikenakan pajak hiburan, jika Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah (BPPRD) dapat melaksanakan pemungutan pajak ditempat-tempat tersebut pendapatan pajak dari sektor pajak hiburan akan meningkat secara maksimal.

  center, seharusnya tempat-tempat

  berpendapat bahwa peran Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah (BPPRD) kota Metro dalam melakukan pemungutan kepada wajib pajak dengan menggunakan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi sudah cukup efektif, Hasil analisis kontribusi menunjukkan bahwa kontribusi pajak hiburan kota Metro jika dilihat dari realisasi pendapatan pajak hiburan selalau meningkat, namun yang menjadi catatan bagi Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah (BPPRD) kota Metro adalah kurang aktif dalam melaksanakan sosialisasi di tempat- tempat hiburan yang ada di kota Metro, seperti di tempat bilyar, panti pijat/refleksi, pusat kebugaran/fitness

  3) Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum

  10 Berdasarkan uraian diatas penulis

1) Penyuluhan pembayaran

  Penagihan dan Keberatan BPPRD kota Metro, 9

  3)

  Penambahan unit-unit pembantu

  2)

  3.1.2 Analisis Kontribusi Pajak Hiburan

  Salah satu komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pajak daerah, diperlukan usaha-usaha untuk 10 Ibid

  administrasi pajak daerah

  Peningkatan pelayanan pembayaran pajak secara Berkenaan dengan kegiatan intensifikasi sebagaimana dijelaskan Yunizar selaku KASUBBID Penagihan dan Keberatan di kantor Badan Pengelola Pajak dan Retribusi 9 Hasil wawancara dengan Yunizar, KASUBBID meningkatkan PAD melalui salah satu komponennya yaitu pajak daerah. Satu dari beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh Pemerintah Kota Metro adalah melalui peningkatan penerimaan pajak hiburan. Pajak hiburan merupakan salah satu komponen pajak daerah. Berikut adalah tabel yang menunjukkan besarnya kontribusi pajak hiburan dalam meningkatkan penerimaan PAD Kota Metro.

  Tabel 2. Kontribusi Penerimaan Pajak Hiburan terhadap Pajak Daerah Kota Metro tahun 2014-2017

  14 Efektif 20 100.000.00 141.992.500 141.99%

  Berdasarkan uraian diatas penulis berpendapat bahwa kontribusi pajak hiburan untuk membantu Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada tahun 2014- 11 Hasil wawancara dengan Yunizar, KASUBBID

  keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pajak hiburan di kota Metro selama 4 (empat) tahun yaitu tahun 2014 hingga tahun 2017 selalu mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah kota Metro mampu melaksanakan pemungutan pajak hiburan dengan efektif. Pencatatan penerimaan pajak daerah Pemerintah kota Metro tahun anggaran 2017 mencatat jumlah titik objek pajak hiburan sebanyak 12 wajib pajak, dengan rincian nama wajib pajak yaitu : Charley Karaoke, Inul Vista Karaoke, Nagoya (Novianti), 88 Karaoke (Gunawan), Star One (Mellyana Grasella), Tjoki Tambunan, Efendi Mursalim, Putut Sapto, Yohana M, Inong, Ferra dan Ferro.

  11

  Sumber : Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Tahun 2017

  Sangat Efektif

  17 Efektif Rata-rata 123.01%

  Sangat

  16 Efektif 20 175.000.000 179.318.000 102.46%

  Sangat

  15 Efektif 20 150.000.000 176.065.00 117.37%

  Sangat

  152.97% Sangat

  Th Realisasi Realisasi Kontr Pajak Pajak ibusi Hiburan (Rp) Daerah (Rp)

  Prese Kete (Rp) ntase Rangan 20 85.000.000 130.026.000

  Realisasi (Rp)

  Th Target

  Tabel 3. Pendapatan Pajak Hiburan kota Metro tahun 2014-2017

  17 Rata-rata 1.03% Sumber: Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Berdasarkan perhitungan kontribusi penerimaan pajak hiburan terhadap pajak daerah diatas, maka kesimpulannya mulai tahun 2014 hingga tahun 2017 pajak hiburan memberikan kontribusi hanya 1.03% dari penerimaan pajak daerah. Rata- rata kontribusi dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir menunjukkan bahwa persen tasenya tergolong pada kriteria 0-10% atau sangat kurang. Namun jika dilihat dari target dan Realisasi pajak hiburan pada tahun 2014- 2017 selalu mengalami peningkatan, berikut adalah tabel pendapatan pajak hiburan di kota Metro yang menunjukkan kontribusi pajak dalam meningkatkan penerimaan PAD.

  20 179,318,000.00 18,209,276,443.00 0.98%

  16

  20 176,065,000.00 14,281,738,649.00 1.23%

  15

  20 141,992,500.00 14,309,185,603.00 0.99%

  14

  20 130,026,000.00 12,651,879,441.00 1.01%

  Penagihan dan Keberatan BPPRD kota Metro, 9

  2017 yang dilakukan oleh Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah (BPPRD) cukup efektif yang dibuktikan dengan realisasi pendapatan pajak hiburan selalu melampaui dari target, namun yang menjadi catatan bagi Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah adalah kontribusi Penerimaan pajak hiburan terhadap pajak daerah kota Metro tahun 2014-2017 cukup kecil yaitu hanya 1.03%, serta kurang rutinnya sosialisasi kepada wajib pajak yang memiliki tempat-tempat usaha baru dibidang hiburan yang belum dikenakan pemungutan pajak, seperti di tempat bilyar, panti pijat, pusat kebugaran dan pameran. Karena tempat-tempat tersebut termasuk dalam tempat hiburan yang mana Kota Metro Nomor 02 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah yang menggaruskan dikenakannya pemungutan pajak hiburan. Jika Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah (BPPRD) dapat melaksanakan pemungutan pajak ditempat-tempat tersebut pendapatan pajak dari sektor pajak hiburan akan meningkat secara maksimal.

  Menurut Edi Irawan selaku karyawan karaoke Star One berpendapat bahwa, “Usaha tersebut yaitu karaoke yang bertempat usaha di Ganjarasri Metro Barat menjelaskan kepada peneliti bahwa kaearoke star one sudah melakukan pembayaran pajak hiburan dengan prosedur yang benar dalam pembayaran pajak atas usahan tersebut yang sesuai dengan peraturan daerah kota Metro”

  12

  Berdasarkan pada penelitian yang telah diperoleh, maka penulis berpendapat sebagai berikut:

  1. Dari hasil analisis kontribusi penerimaan pajak hiburan terhadap pajak daerah kota Metro tahun 2014- 2017 rata-rata kontribusi sangat kecil, Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah (BPPRD) harus meningkatkan target dan realisasi pajak hiburan.

  2. Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Dearah (BPPRD) sebaiknya meningkatkan penyuluhan atau pemberitahuan tentang bagaimana tata cara pembayaran pajak kepada wajib pajak, yang mana kota Metro menggunakan Self Assesment System, yang merupakan wewenang, kepercayaan, tanggung jawab untuk wajib pajak menghitung, melaporkan sendiri besar pajak yang harus dibayar setiap tahun sesuai dengan Undang-Undang perpajakan yang berlaku. Serta melakukan penyederhanaan prosedur administrasi untuk memberi kemudahan bagi wajib pajak, sehingga diharapkan dengan adanya hal tersebut dapat meningkatkan kepatuhan membayar pajak.

  3. Badan Pegelola Pajak dan Retribusi Daerah sebaiknya melakukan pemeriksaan di setiap kecamatan yang sekiranya memiliki potensi sebagai sumber penerimaan Pajak Daerah namun belum terdata dan terdaftar sebagai wajib pajak serta melakukan evaluasi di setiap kecamatan yang sekiranya telah terdata dan terdaftar sebagai wajib pajak namun belum atau bahkan tidak melaksanakan tanggung jawabnya sebagai wajib pajak.

  4. Memberikan sanksi yang tegas dan nyata kepada wajib pajak yang tidak membayar pajak, sehingga akan menumbuhkan kepatuhan masyarakat sebagai wajib pajak dalam membayar pajak.

12 Hasil wawancara dengan Edi Irawan, Karyawan

3.2 Faktor-faktor Penghambat Pemungutan Pajak Hiburan di Kota Metro

  Faktor penghambat yang sering dihadapi Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Derah (BPPRD) kota Metro dalam melaksanakan pemungutan pajak, antara lain :

  1. Masih rendahnya kesadaran wajib pajak atas utang pajaknya atau dalam membayar pajak. Padahal pajak adalah salah satu kewajiban yang harus dibayar masyarakat untuk membiayai pengeluaran umum di suatu daerahnya.

  2. Kurangnya sosialisasi mengenai pajak dikalangan masyarakat, bahwasannya pajak itu merupakan upaya untuk meningkatkan pembangunan daerah. Adanya wajib pajak yang tidak biliard/gym, maka akan dikenakan pajak atas usahanya tersebut.

  3. Tingkat kemampuan wajib pajak untuk membayar pajaknya semakin rendah karena kondisi perekonomian yang belum pulih/usaha pailit. Tekanan ekonomi yang dialami wajib pajak sehingga wajib pajak merasa keberatan atas pajak yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

  4. Kurangnya pemahaman akan pentingnya peranan pajak yang seharusnya dibayar wajib pajak membuat wajib pajak menghindari penyetoran pajak, bahkan merasa bangga karena tidak menyetorkan pajak.

  5. Terdapat wajib pajak yang menutup usahanya, sehingga pajak seharusnya dipungut tidak bisa dipungut lagi.

  ada beberapa langkah yang dilakukan agar Wajib Pajak membayar pajaknya, yaitu :

  1) Orientasi Peningkatan Sumber Daya Manusia 13 Hasil wawancara dengan Suprihana KASUBBID

  Pembukuan dan Pelaporan BPPRD kota Metro, 27

  Orientasi adalah suatu kegiatan pemberian pengarahan yang bertujuan untuk meninggkatkan profesionalisme aparatur dibidang perpajakan dan meninggkatkan pengetahuan guna meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). 2) Penyuluhan Wajib Pajak

  Penyuluhan terhadap wajib pajak adalah suatu kegiatan penyuluhan yang berbentuk sosialisasi pendapatan daerah untuk memberikan penjelasan atau pemahaman kepada masyarakat tentang arti pentingnya pendapatan asli daerah bagi daerah tersebut. 3) Evaluasi Hasil Sosialisasi Pajak

  Daerah Evaluasi hasil sosialisasi pajak penilaian dan pengukuran sejauh mana keberhasilan dan pelaksanaan pajak daerah yang di lakukan oleh Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah.

  14 Pada dasarnya semua masyarakat yang ada

  di Indonesia wajib membayar pajak karena dari pajak itulah negara ini bisa tumbuh untuk menjadi yang lebih baik, pendidikan lebih maju dan tingkat kesejahteraan masyarakat pun juga membaik. Berdasarkan uraian diatas penulis berpendapat bahwa faktor-faktor penghambat Badan Pengelola Pajak dalam melaksanakan pemungutan kepada wajib pajak harus dilakukan dengan cara rutin melakukan penyuluhan wajib pajak/sosialisasi kepada objek yang sudah lama maupun yang baru berdiri, Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah (BPPRD) harus tegas dalam melakukan sanksi kepada wajib pajak yang melakukan pelanggaran-pelanggaran, dengan demikian dapat mengurangi pelanggaran yang ada. 14 Ibid

13 Untuk mengatasi kendala-kendala di atas

IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

  Kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

  1. Pelaksanaan pemungutan pajak yang di lakukan oleh Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah (BPPRD) kota Metro dalam melakukan pemungutan kepada wajib pajak dengan menggunakan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi cukup efektif, Hasil analisis kontribusi menunjukkan bahwa kontribusi pajak hiburan kota Metro jika dilihat dari target pendapatan, pada setiap tahun realisasi pendapatan pajak hiburan selalau meningkat.

  2. Faktor penghambat yang sering dihadapi Badan Pengelola Pajak dan dalam melaksanakan pemungutan pajak, yaitu :

  1) Masih rendahnya kesadaran wajib pajak atas utang pajaknya atau dalam membayar pajak. Padahal pajak adalah salah satu kewajiban yang harus dibayar masyarakat untuk membiayai pengeluaran umum di suatu daerahnya. 2) Kurangnya sosialisasi mengenai pajak dikalangan masyarakat, bahwasannya pajak itu merupakan upaya untuk meningkatkan pembangunan daerah. Adanya wajib pajak yang tidak mengetahui bahwa dengan membuka biliard/gym, maka akan dikenakan pajak atas usahanya tersebut. 3) Tingkat kemampuan wajib pajak untuk membayar pajaknya semakin rendah karena kondisi perekonomian yang belum pulih/usaha pailit. Tekanan ekonomi yang dialami wajib pajak sehingga wajib pajak merasa keberatan atas pajak yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

  4) Kurangnya pemahaman akan pentingnya peranan pajak yang seharusnya dibayar wajib pajak membuat wajib pajak menghindari penyetoran pajak, bahkan merasa bangga karena tidak menyetorkan pajak. 5) Terdapat wajib pajak yang menutup usahanya, sehingga pajak seharusnya dipungut tidak bisa dipungut lagi.

  3. Kontribusi pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di kota Metro selama 4 (empat) tahun yaitu tahun 2014 hingga tahun 2017 selalu mengalami peningkatan.

  4.2 Saran

  Berdasarkan kesimpulan diatas, saran yang dapat penulis sampaikan adalah :

  1. Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah (BPPRD) harus lebih aktif dalam melaksanakan sosialisasi di tempat-tempat hiburan yang ada di kota Metro, seperti di tempat bilyar, panti pijat/refleksi, pusat kebugaran/fitness center, seharusnya tempat-tempat tersebut bisa dikenakan pajak hiburan karena sudah diatur pada Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 02 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah yang mewajibkan tempat usaha tersebut dikenakan pajak hiburan, jika Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah (BPPRD) dapat melaksanakan pemungutan pajak ditempat-tempat tersebut pendapatan pajak dari sektor pajak hiburan akan meningkat secara maksimal.

  2. Faktor-faktor penghambat Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah dalam melaksanakan pemungutan kepada wajib pajak harus segera dilakukan tindakan, dengan cara meningkatkan penyuluhan atau pemberitahuan tentang bagaimana tata cara pembayaran pajak kepada wajib pajak, yang mana kota Metro menggunakan Self Assesment System, yang merupakan wewenang, B. Lilyas Wirawan, Suhartono Rudy. kepercayaan, tanggung jawab untuk 2011. Hukum Pajak Meterial 1. wajib pajak menghitung, Jakarta: Selemba Humanika memperhitungkan, membayar, dan

  Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum melaporkan sendiri besar pajak yang

  Dan Penelitian Hukum . Bandung:

  harus dibayar setiap tahun sesuai Citra Aditya Bakti dengan Undang-Undang perpajakan yang berlaku. Serta melakukan

  Soekanto, Soerjono. 1984. Pengantar penyederhanaan prosedur administrasi

  Penelitian Hukum . Jakarta: UI Pers

  untuk memberi kemudahan bagi wajib pajak, sehingga diharapkan dengan Soekanto, Soerjono. 2012. Penelitian adanya hal tersebut dapat

  Hukum Normatif . Jakarta: PT Raja

  meningkatkan kepatuhan membayar Grafindo Persada pajak.

  3. Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007

  Daerah harus memberikan sanksi yang tentang Ketentuan Umum dan Tata tegas dan nyata kepada wajib pajak

  Cara Perpajakan yang tidak membayar pajak, sehingga akan menumbuhkan kepatuhan

  Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 masyarakat sebagai wajib pajak dalam tentang Pajak dan Retribusi Daerah

  Www.pajak.go.id

Dokumen yang terkait

PERAN PENEGAK HUKUM TERPADU DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA “MONEY POLITICS” TERHADAP SISTEM PEMILU KEPALA DAERAH (Jurnal)

0 0 14

ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA PERCOBAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERZINAHAN (Studi Kasus Putusan No: 300/Pid.B/2017/PN.Tjk)

0 0 13

ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MENYIARKAN LAGU TANPA IZIN PEMEGANG HAK CIPTA (Studi Putusan Nomor: 236Pid.Sus2015PN.TJK.) (Jurnal Skripsi)

0 0 13

ANALISIS PENANGANAN PERKARA PENJUALAN KRIM PEMUTIH MENGANDUNG ZAT BERBAHAYA BAGI KESEHATAN KONSUMEN (Studi di Wilayah Hukum Polresta Bandar Lampung)

0 0 12

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN SEBAGAI PESERTA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN DI RSUD. DR. H. BOB BAZAR, SKM

0 3 14

PERAN LEMBAGA OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PERBANKAN (Studi pada Kantor Otoritas Jasa Keuangan Perwakilan Lampung)

0 2 13

KEBIJAKAN PENDATAAN ULANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

0 1 20

ANALISIS PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN LALU LINTAS MELALUI MEDIA SHORT MESSAGE SERVICE (SMS) GATEWAY (Studi di Pengadilan Negeri Kota Metro) (Jurnal)

0 0 11

PELAKSANAAN PENERBITAN AKTA CATATAN SIPIL PADA KANTOR DI-NAS KEPENDUDUKKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN PESISIR BARAT PROVINSI LAMPUNG

1 1 24

ANALISIS KEKUATAN HUKUM CLOSED CIRCUIT TELEVISION (CCTV) SEBAGAI ALAT BUKTI TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN (Jurnal)

1 1 15