BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dapat dipakai sebagai bahan masukan peneliti, pernah dilakukan oleh:
2.1.1. Yohnson 2004
Judul yang digunakan “Peran Universitas di Surabaya dalam Meningkatkan Jumlah Keluarga mapan di Surabaya”.
Adapun permasalahannya:
Apakah minat dalam merencanakan keuangan rumah tangga dipengaruhi oleh tingkatan pendidikan ibu-ibu rumah tangga?
Pembahasannya:
Dewasa ini banyak keluarga tidak mapan dalam hal keuangan sehingga timbul permasalahan yang rumit di dalam keluarga.
Penyebabnya adalah ketidakmampuan keluarga mengelola keuangan atau tidak adanya waktu untuk membuat perencanaan keuangan
sehingga menimbulkan permasalahan sebagai berikut negative cashflow, banyak aktiva tidak likuid, kesalahan investasi, kesalahan
perencanaan dana pendidikan dan masih banyak lagi. Dalam rangka menciptakan keluarga yang mapan dalam hal
keuangan maka perlu adanya suatu program sosialisasi pentingnya peranan perencanaan keuangan keluarga, pelatihan perencanaan
keuangan keluarga dan pemberian jasa financial planner. Program- program di atas memerlukanperanan lembaga dunia pendidikan
khususnya peranan universitas karena universitas salah satu perannya adalah pusat studi bagi masyarakat.
Selain alasan di atas untuk mendukung perlunya program- program di atas, dari hasil penelitian keuangan keluarga yang
mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi minat perencanaan keuangan keluarga adalah factor pendidikan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ibu rumah tangga di Surabaya yang sudah mengenyam pendidikan setara S1 lebih berminat melakukan
perencanaan keuangan keluarga dibandingkan dengan pendidikan menengah setara SMU, sehingga dapat disimpulkan bahwa factor
pendidikan mempunyai peran penting dalam meningkatkan minat perencanaan keuangan keluarga.
Kesimpulan:
Oleh karena
itu perlu
adanya peningkatan
peran universitasdalam rangka menciptakan keluarga yang mapan dalam hal
keuangan di Surabaya. Setiap universitas di Surabaya mulai mengambil peran membuka program-program di atas. Para pengajar
keuangan di universitas harus mengambil peran aktif yaitu mengambil gelar profesi keuangan yaitu menjadi seorang financial planner dan
menjadi pembicara dalam program sosialisasi manfaat dan pelatihan perencanaan keuangan. Dengan adanya peningkatan peran aktif
universitas di Surabaya maka banyak terdapat keluarga mapan di Suarabaya dengan kondisi keuangan yang mengalami positif cashflow,
semakin banyak aktiva likuid, dapat melakukan investasi yang tepat,
merencanakan dana pendidikan sesuai dengan tujuan keluarga lain- lain.
2.1.2. Stephen P. Walker dan Sue Llewellyn 2000
Judul yang
digunakan “Accounting
at home
: interdiciplianary perspectives Akuntansi dalam rumah tangga :
beberapa perspektif interdiciplinary”.
Adapun permasalahannya:
Selama ini belum ada suatu wadah yang pantas dalam studi akademis yang ada kaitannya dengan akuntansi dalam rumah tangga
maupun individual.
Pembahasannya:
Di antara fenomena social dan peran emosional, para wanita dipilih dalam pembahasan ini adalah karena perihal mengurus rumah
tangga dan konsumen. Peran ini melibatkan monitoring pemilikan dan pembuatan rumah tangga pembelanjaan, kalkulasi gaji dan biaya-biaya
lain, pemeliharaan arsip gudang atau toko. Seringnya rumah disebut sebagai kantor bagi para wanita
karena rumah sebagai lokasi potensi wanita-wanita dalam akuntansi. Hakekatnya praktek akuntansi di dalam rumah tangga dan individual
berpotensi sama dengan institusi public. Kini penelitian tentang satu cara di mana isu yang menyinggung ke akuntansi dan tanggung jawab
sudah bertaut dengan praktisi di dalam disiplin yang lain. Penelitian ini mencoba untuk mengungkapkan alat penghubung antara para akuntan
dan para siswa rumah keluarga dilandasi dari sejarah, hukum, keuangan dan perekonomian pribadi.
Rumah tangga telah menjadi suatu pokok “ledakan” aktifitas riset di dalam ilmu-ilmu social selama 25 tahun. Morris, 1990.
Pengenalan arti rumah untuk pemahaman lebih besar dan struktur ekonomi social mempunyai hubungan terhadap sebagian besar dan
struktur ekonomi social mempunyai hubungan terhadap sebaian besar masyarakat sarjana akuntansi. hal ini mengejutkan, di mana akuntansi
mempunyai peran yang sangat besar terhadap pencatatan keuangan keluarga atau rumah tangga, selain itu akuntansi juga telah lama
menentukan corak dari praktek akuntansi dalam kehidupan sehari-hari. Peran akuntansi dan tanggungjawab jenis kelamin nampaknya
akan dipengaruhi oleh keadaan ekonomi, social dan perubahan budaya yang berdampak pada rumah tangga dan hubungan antar penduduknya.
Isu manajemen keuangan dan kendali dikenali oleh sarjana sosiologi sebagai pokok ke pemahaman pembagian tenaga dan pemeliharaan
yang tidak sama baik di dalam maupun di luar rumah. Ini adalah bidang di mana akuntansi masyarakat hendaknya mempunyai suatu
suara. Kadangkala batasan-batasan berdasarkan norma menciptakan
di sekitar penggunaan akuntansi di rumah memelihara ideology dari rumah sebagai kepedulian, daerah ekspresif dan pada gilirannya,
menguatkan asumsi tentang rumah tangga sebagai lokasi tidak produksi dan suatu daerah yang tidak publik. Arti dari penjelasan
tersebut adalah sangat dalam mengerti kenapa rumah tangga jaman ini
telah dilalaikan uleh para peneliti akuntansi, mereka tidak bisa di asumsikan untuk mempunyai pembelian analitis dalam menjelaskan
pengabaian dari rumah tangga sebagai lokasi permintaan keterangan dalam periode awal.
Kesimpulan:
Penelitiaan ini telah mencari cara untuk menawarkan sejumlah pengertian yang mendalam ke dalam cara yang ditempuh oleh
literature yang popular pada rumah tangga dan manajemen keuangan pribadi, bersama-sama dengan anggota dari lain komunitas akademis,
dalam rumah tangga ini adalah pokok di mana akademi akuntansi yang dengan jelas mempunyai suatu kontribusi penting untuk membuat
akuntansi dalam rumah tangga. Telah ditunjukkan bahwa rumah tangga adalah suatu lokasi penting untuk studi akuntansi. Aneka ragam
kemampuan akuntansi dalam kehidupan ini lebih menarik perhatian para pengacara dibandingkan para akuntan. Akuntansi rumah tangga
begitu ditunjukkan untuk meliputi suatu rangkaian tugas dan tanggungjawab yang lebih berbeda dibanding diakui di dalam literatur
dan untuk melibatkan unsur-unsur otoritas dan kendali.
2.1.3. Naoko Komori 1998 Judul yang digunakan “In Search of Feminine Accounting
Practice: The Experience of Woman ‘Accountants’ in Japan
Praktek Akuntansi Perempuan: Pengalaman Akuntan Perempuan di Jepang ”.
Adapun permasalahannya:
Wanita Jepang merindukan asosiasi dengan praktek akuntansi di luar organisasi professional, sehingga penelitian ini berusaha untuk
memberi jalan keluar dengan adanya pernyataan seperti itu.
Pembahasannya:
Pengalaman para akuntan wanita di luar profesi itu dan arti akuntansi bagi mereka. Pengalaman mereka akan menawarkan suatu
indikasi format dimana suatu akuntansi feminin praktek mungkin benar-benar bisa mereka ambil.
Misalnya, lebih dari 90 persen wanita di Jepang mengendalikan keuangan dalam rumah tangga Robins, 1983 dalam Komori 1998.
Peranan penting dalam mengatur anggaran rumah tangga, dirasakan oleh masyarakat ketika Jepang sedang mengalami inflasi, kondisi
ekonomi Jepang sepanjang perang dunia saat itu memang sangat miskin dan yang dilakukan seorang istri yaitu harus menahan sedikit
mungkin pengeluaran yang terjadi serta menerapkan rencana strategis dalam pembelanjaan kebutuhan sehari-hari. Walaupun keluarga atau
bisnis keluarga di Jepang di dominasi oleh kaum pria, akuntansi sendiri dilihat sebagai cagar alam wanita karena telah mengembangkan
sebagai praktek di dalam keluarga. Hal tersebut terlihat hasilnya saat
wanita-wanita Jepang mengambil bagian dalam fungsi akuntansi, bagaimanapun juga mereka jelas berbeda dengan akuntan professional
laki-laki. Wanita Jepang melihat akuntansi sebagai alat Bantu untuk
mengembangkan karakter dan sering juga menggunakan akuntansi sebagai alat untuk mendidik anak-anak. Melalui akntansi, anak-anak
belajar “ berbagai jalan menggunakan uang dan mengenali bahwa mereka adalah salah satu anggota keluarga
” . Akuntansi sebagai tolok ukur untuk belajar hidup mandiri dan
menghargai barang kepunyaan, buku catatan keuangan juga sebagai buku harian pribadi untuk wanita-wanita Jepang dan merupakan
dokumen historis keluarga. Dalam buku harian tersebut digambarkan bagaimana wanita Jepang mencatat transaksi keuangan lebih dari 50
tahun, yang juga berisi tentang dokumen sejarah keluarga dan merekam ekonomi Jepang serta perubahan social.
Akuntansi untuk wanita Jepang adalah wujud tanggung jawab dan kepedulian para istri melengkapi kekurangan para suami yang
tidak pernah memikirkan pengelolaan keuangan, bagi mereka meghemat itu “pelit” sebab seseorang tidak bisa membelanjakan
uangnya dengan boros pada makanan, sake, wanita dan lain-lain, dengan begitu mereka memberikan gajia mereka pada istri dan
meminta mereka untuk mengelolanya serta bertanggung jawab atas keuangan mereka, dengan begitu akuntansi adalah suatu cara menahan
para suami untuk tidak melakukan pemborosan.
Kesimpulan:
Penelitian ini meguraikan arti dan praktek akuntansi yang telah dikembangkan oleh kaum wanita di Jepang yang bekerja di rumah dan
sebagai tenaga kerja yang tidak dibayar di dalam sektor perusahaan kecil, walaupun sebagian besar berprofesi sebagai akuntan, sampai saat
ini kaum wanita di Jepang masih dihubungkan dengan kedua akuntansi, di rumah dan di dalam bisnis keluarga kecil, yang sektornya
mendasari lebih dari dua untuk ketiga perusahaan Jepang. Wanita- wanita Jepang tidak dibayar untuk pekerjaan ini mealinkan sudah
menjadi kebiasaan untuk memberikan informasi yang terbaru dan akurat tentang keuangan keluarga untuk tujuan perpajakan dan
pengawasan intern dalam rumah tangga. Perempuan tidaklah hanya disibukkan dengan pembukuan tetapi juga di dalam pengendalian
melalui anggaran.
2.1.4. Perbedaan antara Penelitian yang terdahulu dengan Penelitian Sekarang
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu pada informan yang dipilih oleh peneliti untuk memecahkan permasalahan yang
ada, serta kondisi kejadian dan pengalaman sehari-hari yang terjadi pada informan.
2.2. Landasan Teori