ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK GABAH PADA TIPE LAHAN SAWAH YANG BERBEDA DI PROPINSI LAMPUNG
ABSTRAK
ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK GABAH PADA TIPE LAHAN SAWAH
YANG BERBEDA DI PROPINSI LAMPUNG
Oleh
Lidia Waluyo1, Hanung Ismono2, Eka Kasymir3
Penelitian ini bertujuan untuk, (1) Mengetahui berapa besar harga pokok gabah yang
dihasilkan oleh petani pada berbagai tipe lahan sawah yang berbeda, (2) Mengetahui
distribusi harga pokok gabah pada berbagai tipe lahan sawah yang berbeda, (3) Menganalisis
perbandingan harga pokok gabah pada berbagai tipe lahan sawah yang berbeda.
Penelitian dilakukan di Propinsi Lampung dengan dua perwakilan kabupaten yaitu
Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Selatan dengan tiga wilayah
Kecamatan sebagai tempat penelitiannya. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dan
sampel diambil secara Simple Random Sampling. Responden dalam penelitian ini berjumlah
72 orang yang merupakan petani padi pada lahan sawah irigasi teknis, setengah teknis dan
tadah hujan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Harga pokok Gabah yang dihasilkan oleh petani pada
tipe lahan sawah yang berbeda di Propinsi Lampung yaitu sebagai berikut (1) Lahan sawah
irigasi teknis sebesar Rp. 1.076,48 lahan sawah irigasi setengah teknis sebesar Rp. 1.209,79
dan lahan sawah tadah hujan dengan sebesar Rp. 1.333 (2) Distribusi harga pokok Gabah
Pada ke tiga tipe lahan dengan perhitungan gini rasio menunjukkan bahwa distribusi harga
pokok gabah cenderung merata dengan tingkat ketimpangan yang rendah, (3) Tingkat
perbedaan harga pokok gabah rata-rata antara tipe lahan sawah irigasi teknis setengah teknis
dan tadah hujan dengan pengujian One Way Anova menunjukan bahwa terdapat perbedaan
Harga Pokok Gabah rata-rata antara tiga tipe lahan dengan nilai signifikan anova sebesar 0,00
lebih kecil dari pada nilai signifikan 0,05
___________________________________
1 Mahasiswa, 2Pembimbing 1, 3Pembimbing 2
ABSTRACT
THE MAIN PRICE’S ANALYSIS OF RICE IN DIFFERENT TYPE OF RICE FIELD
AT LAMPUNG PROVINCE
BY
Lidia Waluyo1, Hanung Ismono2, Eka Kasymir3
This research aims to (1) detect how much the main price of rice that produced by farmer in
various different type of rice field, (2) detect distribution of rice’s main price in various
different type of rice field, (3) analyze the comparison in various different type of rice field.
Research is done at Lampung Province with two representations of regency that is regency in
middle of Lampung and regency in south of Lampung with three district areas as the research
place. This location was chosen according to expressly (purposive) and sample token
according to simple random sampling. Respondent in this research as much as 72 persons be
rice farmers in technical irrigation rice field, a half technical and reservoir rain. Research
method that used is survey method.
Research result shows that the main price of rice that produced by farmer in various different
type of rice field at Lampung Province that is as follows (1) technical irrigation rice field as
big as Rp. 1.076,48, irrigation rice field half technical as much as Rp. 1.209,79 and wet
Richfield dependant to rain as big as Rp. 1.333 (2) the distribution of main price at the third
types of field with calculation gini ratio shows that distribution of main price inclined rate
with low lameness level (3), the degree of level between technical irrigation rice field type
half technical and reservoir rain with testing One Way Anova shows that there was
differentiate between three tune types of field with significant value Anova as big as 0,00
smaller than value significant 0,05
Key word : Rice, Main Price Of Rice
______________________________
1 University
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Harga pokok Gabah yang dihasilkan oleh petani pada tipe lahan sawah yang berbeda di Propinsi
Lampung yaitu sebagai berikut Lahan sawah irigasi teknis sebesar Rp. 1708,70 lahan sawah irigasi
setengah teknis sebesar Rp.1.923,93 dan lahan sawah tadah hujan dengan sebesar Rp. 2.120,13 dari
hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa HPP yang menguntungkan diantara tiga tipe lahan adalah
pada lahan sawah irigasi teknis yang didukung dari penggunaan sarana irigasi
2. Distribusi harga pokok Gabah Pada ke tiga tipe lahan dengan perhitungan gini rasio menunjukkan
bahwa distribusi harga pokok gabah cenderung merata dengan tingkat ketimpangan yang rendah.
3. Tingkat perbedaan harga pokok gabah rata-rata antara tipe lahan sawah irigasi teknis setengah
teknis dan tadah hujan dengan pengujian One Way Anova menunjukan bahwa terdapat perbedaan
Harga Pokok Gabah rata-rata antar tiga tipe lahan dengan nilai signifikan anova sebesar 0,00 lebih
kecil dari pada nilai signifikan 0,05
B. Saran
1. Berdasarkan hasil penelitian Analisis Penentuan Harga Pokok Gabah Pada Tipe Lahan Sawah
yang berbeda di Propinsi Lampung menunjukkan bahwa HPP yang paling menguntungkan diantara
tiga tipe lahan adalah HPP lahan sawah irigasi teknis karena memberikan keuntungan yang lebih
besar kepada petani oleh karena itu bangunan irigasi harus dipelihara dengan baik oleh petani dan
pemerintah.
2. Bagi daerah yang belum memiliki sarana irigasi sebaiknya pemerintah membangun sarana irigasi
baru.
3. Peneliti lain diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini terutama bila dilakukan pada musim gadu
sehingga perbedaan harga pokok gabah antara tipe lahan sawah irigasi teknis, setengah teknis dan
tadah hujan dapat terlihat dengan jelas.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan
pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian menjadi penyelamat
perekonomian nasional karena pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain
pertumbuhannya negatif. Beberapa alasan yang mendasari pentingnya pertanian di Indonesia
yaitu potensi sumberdayanya yang besar dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional
cukup besar, besarnya penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan
menjadi basis pertumbuhan di pedesaan.
Visi pembangunan pertanian yaitu terwujudnya pertanian tangguh untuk pemantapan
ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah, dan daya saing produk pertanian serta
peningkatan kesejahteraan petani. Untuk itu sasaran pembangunan pertanian memasuki abad
ke 21 tidak saja dititik beratkan pada peningkatan produksi, namun juga meningkatkan
pendapatan dan taraf hidup petani dan nelayan, meningkatkan ketahanan pangan nasional,
menghasilkan produk petanian yang berdaya saing tinggi, meningkatkan lapangan kerja dan
meningkatkan kemandirian petani dan nelayan Oleh karena itu,
Sektor pertanian sampai saat ini masih menjadi tulung punggung perekonomian nasional.
Salah satu sektor pertanian yaitu subsektor tanaman pangan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pembangunan nasional karena pangan mempengaruhi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam rangka menjamin stabilitas yang diperlukan
bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan terwujudnya ketahanan pangan. Pangan adalah
sesuatu yang hakiki dan menjadi hak setiap warga negara untuk memperolehnya.
Ketersediaan pangan sebaiknya cukup jumlahnya, bermutu baik, dan harga terjangkau. Salah
satu komponen pangan adalah karbohidrat yang merupakan sumber energi pertama bagi
tubuh. Kelompok tanaman yang menghasilkan karbohidrat disebut tanaman pangan (
Purnomo dan Purnawati, 2007).
Beras merupakan makanan pokok lebih dari 95 persen penduduk Indonesia, merupakan
komoditas pertanian yang paling strategis. Disamping secara ekonomi penting, juga
signifikan secara politik, sosial, keamanan dan nilai budaya. Beras bagi Indonesia dan
negara-negara di Asia bukan hanya sekedar komoditas pangan atau ekonomi saja, tetapi
sudah merupakan komoditas politik dan keamanan. Begitu pentingnya beras membuat
negara- negara berkembang, terutama Indonesia, menjadikan swasembeda beras dan
kebijakan beras murah sebagai satu tujuan kebijakan nasional. Setelah sukses mencapai
swasembeda beras pada tahun 1984, kondisi perberasan mengalami surplus dan defisit
sampai dengan tahun 2008, dimana Indonesia berhasil mencapai swasembeda beras
keberhasilan tersebut ditempuh melalui
penguatan teknologi, seperti penggunaan benih unggul, penguatan manajemen serta
pemberdayaan petani (Cahyono, 2001).
Beras merupakan komoditas pangan yang sangat penting karena sebagian penduduk
Indonesia mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok sehari-hari. Meskipun upaya
diversifikasi pangan digalakkan tetapi hingga saat ini belum ada bahan pangan lain yang
dapat menggantikan beras, sehingga kebutuhan beras akan selalu tinggi. Dengan
bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan beras semakin meningkat.
Tabel 1. Perkembangan dan konsumsi beras di Indonesia tahun
2001 – 2006
Tahun
Jumlah
Produksi
Konsumsi
Ketersediaa
Beras
n
Penduduk
(Rendeman
Beras
beras
(Jiwa)
65%)
(Ton)
(kg/Kapita/thn)
2001
205.132.000 32.799.520, 27.654.357, 157,745
0
5
2002
207.927.500 33.468.302, 28.027.927, 158,816
4
9
2003
210.736.300 33.889.440, 28.402.216, 158,695
0
5
2004
216.381.600 35.157.504, 28.778.752, 162,479
2
8
2005
219.204.700 35.089.984, 29.154.225, 160,079
8
1
2006
222.051.300 35.529.000, 29.532.822, 160,004
0
9
Rataan
213.572.233 34.322.291, 28.591.717, 159,636
9
1
ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK GABAH PADA TIPE LAHAN SAWAH
YANG BERBEDA DI PROPINSI LAMPUNG
Oleh
Lidia Waluyo1, Hanung Ismono2, Eka Kasymir3
Penelitian ini bertujuan untuk, (1) Mengetahui berapa besar harga pokok gabah yang
dihasilkan oleh petani pada berbagai tipe lahan sawah yang berbeda, (2) Mengetahui
distribusi harga pokok gabah pada berbagai tipe lahan sawah yang berbeda, (3) Menganalisis
perbandingan harga pokok gabah pada berbagai tipe lahan sawah yang berbeda.
Penelitian dilakukan di Propinsi Lampung dengan dua perwakilan kabupaten yaitu
Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Selatan dengan tiga wilayah
Kecamatan sebagai tempat penelitiannya. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dan
sampel diambil secara Simple Random Sampling. Responden dalam penelitian ini berjumlah
72 orang yang merupakan petani padi pada lahan sawah irigasi teknis, setengah teknis dan
tadah hujan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Harga pokok Gabah yang dihasilkan oleh petani pada
tipe lahan sawah yang berbeda di Propinsi Lampung yaitu sebagai berikut (1) Lahan sawah
irigasi teknis sebesar Rp. 1.076,48 lahan sawah irigasi setengah teknis sebesar Rp. 1.209,79
dan lahan sawah tadah hujan dengan sebesar Rp. 1.333 (2) Distribusi harga pokok Gabah
Pada ke tiga tipe lahan dengan perhitungan gini rasio menunjukkan bahwa distribusi harga
pokok gabah cenderung merata dengan tingkat ketimpangan yang rendah, (3) Tingkat
perbedaan harga pokok gabah rata-rata antara tipe lahan sawah irigasi teknis setengah teknis
dan tadah hujan dengan pengujian One Way Anova menunjukan bahwa terdapat perbedaan
Harga Pokok Gabah rata-rata antara tiga tipe lahan dengan nilai signifikan anova sebesar 0,00
lebih kecil dari pada nilai signifikan 0,05
___________________________________
1 Mahasiswa, 2Pembimbing 1, 3Pembimbing 2
ABSTRACT
THE MAIN PRICE’S ANALYSIS OF RICE IN DIFFERENT TYPE OF RICE FIELD
AT LAMPUNG PROVINCE
BY
Lidia Waluyo1, Hanung Ismono2, Eka Kasymir3
This research aims to (1) detect how much the main price of rice that produced by farmer in
various different type of rice field, (2) detect distribution of rice’s main price in various
different type of rice field, (3) analyze the comparison in various different type of rice field.
Research is done at Lampung Province with two representations of regency that is regency in
middle of Lampung and regency in south of Lampung with three district areas as the research
place. This location was chosen according to expressly (purposive) and sample token
according to simple random sampling. Respondent in this research as much as 72 persons be
rice farmers in technical irrigation rice field, a half technical and reservoir rain. Research
method that used is survey method.
Research result shows that the main price of rice that produced by farmer in various different
type of rice field at Lampung Province that is as follows (1) technical irrigation rice field as
big as Rp. 1.076,48, irrigation rice field half technical as much as Rp. 1.209,79 and wet
Richfield dependant to rain as big as Rp. 1.333 (2) the distribution of main price at the third
types of field with calculation gini ratio shows that distribution of main price inclined rate
with low lameness level (3), the degree of level between technical irrigation rice field type
half technical and reservoir rain with testing One Way Anova shows that there was
differentiate between three tune types of field with significant value Anova as big as 0,00
smaller than value significant 0,05
Key word : Rice, Main Price Of Rice
______________________________
1 University
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Harga pokok Gabah yang dihasilkan oleh petani pada tipe lahan sawah yang berbeda di Propinsi
Lampung yaitu sebagai berikut Lahan sawah irigasi teknis sebesar Rp. 1708,70 lahan sawah irigasi
setengah teknis sebesar Rp.1.923,93 dan lahan sawah tadah hujan dengan sebesar Rp. 2.120,13 dari
hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa HPP yang menguntungkan diantara tiga tipe lahan adalah
pada lahan sawah irigasi teknis yang didukung dari penggunaan sarana irigasi
2. Distribusi harga pokok Gabah Pada ke tiga tipe lahan dengan perhitungan gini rasio menunjukkan
bahwa distribusi harga pokok gabah cenderung merata dengan tingkat ketimpangan yang rendah.
3. Tingkat perbedaan harga pokok gabah rata-rata antara tipe lahan sawah irigasi teknis setengah
teknis dan tadah hujan dengan pengujian One Way Anova menunjukan bahwa terdapat perbedaan
Harga Pokok Gabah rata-rata antar tiga tipe lahan dengan nilai signifikan anova sebesar 0,00 lebih
kecil dari pada nilai signifikan 0,05
B. Saran
1. Berdasarkan hasil penelitian Analisis Penentuan Harga Pokok Gabah Pada Tipe Lahan Sawah
yang berbeda di Propinsi Lampung menunjukkan bahwa HPP yang paling menguntungkan diantara
tiga tipe lahan adalah HPP lahan sawah irigasi teknis karena memberikan keuntungan yang lebih
besar kepada petani oleh karena itu bangunan irigasi harus dipelihara dengan baik oleh petani dan
pemerintah.
2. Bagi daerah yang belum memiliki sarana irigasi sebaiknya pemerintah membangun sarana irigasi
baru.
3. Peneliti lain diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini terutama bila dilakukan pada musim gadu
sehingga perbedaan harga pokok gabah antara tipe lahan sawah irigasi teknis, setengah teknis dan
tadah hujan dapat terlihat dengan jelas.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan
pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian menjadi penyelamat
perekonomian nasional karena pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain
pertumbuhannya negatif. Beberapa alasan yang mendasari pentingnya pertanian di Indonesia
yaitu potensi sumberdayanya yang besar dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional
cukup besar, besarnya penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan
menjadi basis pertumbuhan di pedesaan.
Visi pembangunan pertanian yaitu terwujudnya pertanian tangguh untuk pemantapan
ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah, dan daya saing produk pertanian serta
peningkatan kesejahteraan petani. Untuk itu sasaran pembangunan pertanian memasuki abad
ke 21 tidak saja dititik beratkan pada peningkatan produksi, namun juga meningkatkan
pendapatan dan taraf hidup petani dan nelayan, meningkatkan ketahanan pangan nasional,
menghasilkan produk petanian yang berdaya saing tinggi, meningkatkan lapangan kerja dan
meningkatkan kemandirian petani dan nelayan Oleh karena itu,
Sektor pertanian sampai saat ini masih menjadi tulung punggung perekonomian nasional.
Salah satu sektor pertanian yaitu subsektor tanaman pangan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pembangunan nasional karena pangan mempengaruhi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam rangka menjamin stabilitas yang diperlukan
bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan terwujudnya ketahanan pangan. Pangan adalah
sesuatu yang hakiki dan menjadi hak setiap warga negara untuk memperolehnya.
Ketersediaan pangan sebaiknya cukup jumlahnya, bermutu baik, dan harga terjangkau. Salah
satu komponen pangan adalah karbohidrat yang merupakan sumber energi pertama bagi
tubuh. Kelompok tanaman yang menghasilkan karbohidrat disebut tanaman pangan (
Purnomo dan Purnawati, 2007).
Beras merupakan makanan pokok lebih dari 95 persen penduduk Indonesia, merupakan
komoditas pertanian yang paling strategis. Disamping secara ekonomi penting, juga
signifikan secara politik, sosial, keamanan dan nilai budaya. Beras bagi Indonesia dan
negara-negara di Asia bukan hanya sekedar komoditas pangan atau ekonomi saja, tetapi
sudah merupakan komoditas politik dan keamanan. Begitu pentingnya beras membuat
negara- negara berkembang, terutama Indonesia, menjadikan swasembeda beras dan
kebijakan beras murah sebagai satu tujuan kebijakan nasional. Setelah sukses mencapai
swasembeda beras pada tahun 1984, kondisi perberasan mengalami surplus dan defisit
sampai dengan tahun 2008, dimana Indonesia berhasil mencapai swasembeda beras
keberhasilan tersebut ditempuh melalui
penguatan teknologi, seperti penggunaan benih unggul, penguatan manajemen serta
pemberdayaan petani (Cahyono, 2001).
Beras merupakan komoditas pangan yang sangat penting karena sebagian penduduk
Indonesia mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok sehari-hari. Meskipun upaya
diversifikasi pangan digalakkan tetapi hingga saat ini belum ada bahan pangan lain yang
dapat menggantikan beras, sehingga kebutuhan beras akan selalu tinggi. Dengan
bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan beras semakin meningkat.
Tabel 1. Perkembangan dan konsumsi beras di Indonesia tahun
2001 – 2006
Tahun
Jumlah
Produksi
Konsumsi
Ketersediaa
Beras
n
Penduduk
(Rendeman
Beras
beras
(Jiwa)
65%)
(Ton)
(kg/Kapita/thn)
2001
205.132.000 32.799.520, 27.654.357, 157,745
0
5
2002
207.927.500 33.468.302, 28.027.927, 158,816
4
9
2003
210.736.300 33.889.440, 28.402.216, 158,695
0
5
2004
216.381.600 35.157.504, 28.778.752, 162,479
2
8
2005
219.204.700 35.089.984, 29.154.225, 160,079
8
1
2006
222.051.300 35.529.000, 29.532.822, 160,004
0
9
Rataan
213.572.233 34.322.291, 28.591.717, 159,636
9
1