Pengaruh Harga Pokok Produksi Dan Harga Jual CPO Dan PKO Terhadap Volume Penjualan Pada PTPN IV (PERSERO) Medan

(1)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

SKRIPSI

PENGARUH HARGA POKOK PRODUKSI DAN HARGA

JUAL CPO DAN PKO TERHADAP VOLUME PENJUALAN

PADA PTPN IV (PERSERO) MEDAN

Oleh :

NAMA : VINKA ADRIANA MARPAUNG

NIM : 060503125

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul : Pengaruh Harga Pokok Produksi dan Harga Jual CPO dan PKO Terhadap Volume Penjualan Pada PTPN IV (Persero) Medan adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi program S-I Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya, dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 26 April 2010

Yang Membuat Pernyataan,

Vinka Adriana Marpaung


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah harga pokok produksi dan harga jual CPO dan PKO berpengaruh terhadap volume penjualan. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalahharga pokok produksi dan harga jual, dan variabel dependennya adalah volume penjualan.

Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara IV yang berkantor pusat di Jln. Letjend. Suprapto No.2 Medan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan dokumentasi. Metode analisis yang digunakan adalah metode statistik dengan perangkat SPSS (Statistical Product and Service Solution).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, harga pokok produksi CPO dan PKO tidak berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan. Harga jual CPO dan PKO secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan. Secara simultan, harga pokok produksi dan harga jual CPO dan PKO berpengaruh terhadap volume penjualan pada PTPN IV (Persero) Medan


(4)

ABSTRACT

The objective of this research is to determine that the cost of goods manufactured and sales price have effect to the sales volume. The independent variables those are used at this research are cost of goods manufactured and sales price, and the dependent variable is sales volume.

The research location is at PT. Perkebunan Nusantara IV which head office is at Letjend. Suprapto Street number 2 Medan. Data in this research are get from documentation and interview with the accounting department staff. Analysis method that is used is statistic method with SPSS (Statistical Product and Servic Solution).

The result in this research indicates that, partially receivables cost of good manufactured uninfluence toward the sales volume. Sales price partially uninfluence toward the profitability. Simultaneously cost of goods manufactured and sales price influence toward the sales volume. Adjusted R Square that shows value 0,146 indicates that 14,6% turning in sales volume can be determined by the independent variable in this research, meanwhile, the remainder 85,4% detemined by other factors which not include in this research.


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 6

1. Harga Pokok Produksi ... ... 6

2. Harga Jual ... 11

3. Volume Penjualan ... 16

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 18


(6)

D. Hipotesis Penelitian ... 20

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 21

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

C. Jenis dan Sumber Data ... 21

D. Metode Pengumpulan Data ... 22

E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 22

F. Model Analisis Data ... 23

G. Jadwal dan Lokasi Penelitian ... 27

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara IV ………. 28

B. Statistik Deskriptif ... 36

C. Pengujian Asumsi Klasik ……….. 37

D. Analisis Regresi ……… ... 43

E. Pembahasan Hasil Penelitian ………. 49

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 54

C. Keterbatasan Penelitian ... 54

DAFTAR PUSTAKA... 56


(7)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1.1 Data Harga Pokok Produksi, Harga Jual,

dan Volume Penjualan PTPN IV Periode 2007 – 2009 4 Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu 18

Tabel 3.1 Pengukuran Variabel 23

Tabel 3.2 Kriteria Uji Durbin Watson 25 Tabel 3.3 Jadwal Penelitian 27 Tabel 4.1 Data Harga Pokok Produksi PT. Perkebunan Nusantara IV

Periode 2007 - 2009 34

Tabel 4.2 Data Harga Jual PT Perkebunan Nusantara IV

Periode 2007 – 2009 35

Tabel 4.3 Data Volume Penjualan PT. Perkebunan Nusantara IV

Periode 2002 - 2007 36

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif 36

Tabel 4.5 Uji Normalitas 38

Tabel 4.6 Uji Autokorelasi 42

Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas 43

Tabel 4.8 Coefficients 44

Tabel 4.9 Model Sumarry 45

Tabel 4.10 Uji Statistik t 47


(8)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 19

Gambar 4.1 Grafik Histogram 39

Gambar 4.2 Grafik PP Plots 40


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

Halaman

Lampiran i Harga Pokok Produksi rata-rata CPO dan PKO PTPN IV

Periode 2007-2009 ...58

Lampiran ii Harga Jual rata- rata CPO dan PKO PTPN IV Periode 2007-2009 ...59

Lampiran iii Volume Penjualan rata-rata CPO dan PKO PTPN IV Periode 2007-2009 ...60

Lampiran iv Struktur Organisasi ...61

Lampiran v Statistik Deskriptif ...62

Lampiran vi Hasil Uji Normalitas ...62

Lampiran vii Hasil Uji Heterokedastisitas ...64

Lampiran viii Hasil Uji Autokorelasi ...64

Lampiran ix Hasil Uji Multikolinearitas...65

Lampiran x Hasil Uji t ...66


(10)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah harga pokok produksi dan harga jual CPO dan PKO berpengaruh terhadap volume penjualan. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalahharga pokok produksi dan harga jual, dan variabel dependennya adalah volume penjualan.

Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara IV yang berkantor pusat di Jln. Letjend. Suprapto No.2 Medan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan dokumentasi. Metode analisis yang digunakan adalah metode statistik dengan perangkat SPSS (Statistical Product and Service Solution).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, harga pokok produksi CPO dan PKO tidak berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan. Harga jual CPO dan PKO secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan. Secara simultan, harga pokok produksi dan harga jual CPO dan PKO berpengaruh terhadap volume penjualan pada PTPN IV (Persero) Medan


(11)

ABSTRACT

The objective of this research is to determine that the cost of goods manufactured and sales price have effect to the sales volume. The independent variables those are used at this research are cost of goods manufactured and sales price, and the dependent variable is sales volume.

The research location is at PT. Perkebunan Nusantara IV which head office is at Letjend. Suprapto Street number 2 Medan. Data in this research are get from documentation and interview with the accounting department staff. Analysis method that is used is statistic method with SPSS (Statistical Product and Servic Solution).

The result in this research indicates that, partially receivables cost of good manufactured uninfluence toward the sales volume. Sales price partially uninfluence toward the profitability. Simultaneously cost of goods manufactured and sales price influence toward the sales volume. Adjusted R Square that shows value 0,146 indicates that 14,6% turning in sales volume can be determined by the independent variable in this research, meanwhile, the remainder 85,4% detemined by other factors which not include in this research.


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya setiap perusahaan memiliki tiga tujuan utama yang ingin dicapai. Ketiga tujuan tersebut antara lain: laba perusahaan yang maksimal, pertumbuhan yang terus meningkat, dan kelangsungan hidup perusahaan. Dan ketiga tujuan tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Contohnya, laba perusahaan yang maksimal. Apabila perusahaan mencapai laba yang memuaskan, tentunya akan berdampak terhadap pertumbuhan perusahaan, dan apabila perusahaan terus-menerus mengalami pertumbuhan, akan menjamin kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri.

Oleh karena itu, setiap perusahaan selalu berusaha meningkatkan laba perusahaannya. Dan usaha yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan pendapatannya dan berusaha menekan biaya produksi yang ada. Dengan demikian setiap perusahaan selalu berusaha meningkatkan volume penjualannya dalam usaha pencapaian laba yang maksimal.

Dalam meningkatkan laba, perusahaan perlu memperhatikan penjualannya, bahwa laba adalah selisih lebih pendapatan terhadap biaya. Oleh sebab itu, kesempatan perusahaan memaksimalkan laba dipengaruhi oleh besarnya pendapatan atau berkurangnya biaya. Dengan demikian setiap perusahaan berusaha memaksimalkan penjualannya. Pada saat harga pokok produksi rendah, perusahaan berusaha menjual hasil produksi sebanyak-banyaknya. Karena jika


(13)

penjualan meningkat dan biaya rendah, maka laba lebih maksimal. Selain daripada itu, apabila harga jual tinggi, perusahaan juga berusaha menjual hasil produksi sebanyak-banyaknya agar meningkatkan laba.

PTPN IV adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak pada bidang usaha argoindustri. PTPN IV mengusahakan perkebunan dan pengolahan komoditas kelapa sawit dan teh yang mencakup perolehan areal dan tanaman, kebun bibit dan pemeliharaan tanaman, pengolahan komoditas menjadi bahan baku berbagai industri, pemasaran komoditas yang dihasilkan, dan kegiatan pendukung lainnya.

Berikut adalah luas areal tanaman kelapa sawit dan teh pada perkebunan PTPN IV:

1. Areal tanaman kelapa sawit

Total luas areal tanaman kelapa sawit sampai pada tahun 2008 adalah seluas 144.508,79 Ha, yang terdiri dari:

 Tanaman Menghasilkan (TM) seluas : 90.747 Ha

 Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) seluas: 27.884 Ha

 Tanaman Ulang (TU), Tanaman Baru (TB), Tanaman Konversi (TK) seluas: 17.647 Ha

 Tanaman Tahun akan datang (TTAD) dengan maksud untuk tahun 2009 (saat ini) seluas: 8.231 Ha


(14)

Total areal tanaman teh sampai tahun 2008 yaitu 5.209 Ha. Dari luasan tersebut, seluas 211 Ha saat ini sedang diberakan untuk selanjutnya direncanakan akan mengganti dengan klon baru.

Dari data tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa total areal tanaman kelapa sawit jauh lebih luas dibandingkan dengan total areal tanaman teh. Oleh karena itu, maka peneliti memilih untuk mengkhususkan penelitian hanya pada tanaman kelapa sawit.

Sebagai perusahaan perkebunan, yang salah satu kegitan utamanya adalah perkebunan kelapa sawit, produk yang dihasilkan adalah CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil). Adapun yang dimaksud dengan Crude Palm Oil

(CPO) adalah produksi minyak sawit, sedangkan Palm Kernel Oil (PKO) adalah produksi inti sawit. Oleh sebab itu, perusahaan sangat memperhatikan harga pokok produksinya, dalam memaksimalkan labanya. Karena pada saat harga pokok produksi rendah, perusahaan berusaha menjual hasil produksi CPO dan PKO sebanyak-banyaknya, untuk meningkatkan pendapatan.

Perusahaan PTPN IV sendiri juga menyadari fenomena permintaan dan penawaran dalam menjual hasil produksinya. Hal ini dikarenakan harga jual minyak kelapa sawit ditentukan berdasarkan pasar. Oleh karena itu, harga pasar sangat mempengaruhi volume penjualan perusahaan. Hasil penjualan perusahaan ini juga yang akan dipakai perusahaan dalam menutupi biaya produksinya. Dan pada akhirnya akan menghasilkan laba bagi perusahaan.

Selain keterangan di atas, berdasarkan data yang telah diperoleh oleh peneliti, biaya produksi dan harga jual terus mengalami perubahan. Fenomena yang terjadi


(15)

secara khusus pada masa krisis global pada tahun 2008 kemarin. Pada kenyataannya, krisis global tersebut berdampak pada harga jual CPO dan PKO yang terus berubah-ubah. Padahal perusahaan harus mampu menutupi harga pokok produksi dari CPO dan PKO itu sendiri. Berikut adalah data harga pokok produksi, harga jual, dan volume penjualan tahunan minyak sawit pada PTPN IV selama tahun 2006-2008:

Tabel 1.1

Data Harga Pokok Produksi, Harga Jual, dan Volume Penjualan

Tahun Harga Pokok

Produksi CPO dan PKO (Rp/kg)

Harga jual CPO dan PKO (Rp/kg)

Volume Penjualan CPO dan PKO

2006 Rp 2.786,94 Rp 3.482,46 Rp 1.721.070.460.880 2007 Rp 3.819,73 Rp 5.794,12 Rp 2.948.362.187.450 2008 Rp 4.652,71 Rp 6.906,91 Rp 4.193.302.632.400

Dengan demikian, perusahaan sangat bergantung dari fenomena-fenomena di atas dalam usahanya meningkatkan penjualan CPO dan PKO. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai bagaimanakah sebenarnya pengaruh harga pokok produksi dan harga jual terhadap volume penjualan dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Harga Pokok Produksi dan Harga Jual CPO dan PKO Terhadap Volume Penjualan pada PTPN IV (PERSERO) Medan”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas penulis merumuskan masalah antara lain:


(16)

A. Apakah harga pokok produksi CPO dan PKO berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan pada PTPN IV Medan?

B. Apakah harga jual CPO dan PKO berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan pada PTPN IV Medan?

C. Apakah secara bersama harga pokok produksi dan harga jual CPO dan PKO berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan pada PTPN IV Medan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh harga pokok produksi terhadap volume penjualan pada PTPN IV Medan dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh harga jual terhadap volume penjualan pada PTPN IV Medan.

D. Manfaat Penelitian

Dan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut:

1. Bagi penulis, diharapkan dapat memperdalam pengetahuan tentang bagaimana menganalisis pengaruh harga pokok produksi dan harga jual produk terhadap volume penjualan suatu perusahaan.

2. Bagi perusahaan, memberikan sumbangan pemikiran mengenai bagaimana sebenarnya pengaruh harga pokok produksi dan harga jual terhadap volume penjualan PTPN IV Medan.

3. Bagi pihak lain, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis

1. Harga Pokok Produksi

a. Pengertian Harga pokok Produksi

Sebelum membahas mengenai harga pokok produksi, terlebih dahulu kita pahami pengertian biaya. Kholmi dan Yuningsih (2004:11) mengutip pengertian biaya menurut AICPA yaitu,

Biaya adalah pengurangan pada aktiva netto sebagai akibat digunakannya jasa-jasa ekonomi untuk menciptakan penghasilan. Biaya adalah pengorbanan sumber daya atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat sekarang atau di masa yang akan datang.

Menurut Sprouse dan Moonitz yang dikutip oleh Carter dan Usry (2002:29) : ”biaya di defenisikan sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat. Dalam akuntansi keuangan, pengeluaran atau pengorbanan pada saat akuisisi diwakili oleh penyusutan saat ini atau di masa yang akan datang dalam bentuk kas atau aktiva lain”.

Secara sempit, biaya dapat diartikan sesuai tujuannya. Bila tujuan pengorbanan adalah untuk memperoleh barang dan jasa maka akan disebut dengan biaya (cost) dan dilaporkan dalam neraca sebagai aktiva. Bila tujuannya untuk menciptakan pendapatan, maka akan dianggap sebagai beban (expense) dan dilaporkan pada laporan laba rugi sebagai pengurang antara pendapatan dalam perhitungan laba. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2007: 17.94) disebutkan


(18)

bahwa “beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan terjadinya penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal”.

Semua biaya dan pengorbanan yang diberikan oleh sebuah perusahaan dalam menghasilkan produk jadi berpengaruh terhadap penentuan harga pokok produksi yang dihasilkan, artinya bahwa penentuan terhadap periodik usaha sebuah perusahaan ditentukan oleh suatu perusahaan.

b. Unsur-unsur Biaya Produksi

Secara garis besar unsur-unsur harga pokok produksi dapat digolongkan ke dalam biaya produksi dan biaya non produksi, yaitu:

1) Biaya Bahan Langsung (direct material)

Bahan langsung adalah bahan yang digunakan untuk menghasilkan produk jadi. Bahan langsung sering juga disebut dengan bahan baku atau bahan mentah (raw material). Bahan langsung adalah bahan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari produk jadi, dan dapat ditelusuri secara fisik dan mudah ke produk tersebut.

Berapa angka yang dicatat tergantung pada berapa harga pokok bahan yang bersangkutan. Untuk mengetahui harga bahan baku tersebut, perlu diketahui elemen-elemen yang membentuk bahan baku tersebut. Unsur-unsur biaya bahan:

a) Harga pokok bahan yang dibeli

Menurut prinsip akuntansi yang lazim digunakan, yang membentuk harga pokok bahan baku adalah harga faktur ditambah semua biaya yang


(19)

dikeluarkan untuk mendapatkan bahan baku tersebut, dan menempatkannya dalam keadaan siap diolah dikurangi dengan potongan pembelian.

b) Kemasan barang (kontainer) c) Biaya angkut pembelian

Biaya angkut pembelian di dasarkan pada pihak yang menanggung, apakah biaya tersebut akan ditanggung oleh pemasok (penjual) sampai ke tempat pembeli disebut Free On Board Destination Point, ataupun akan ditanggung oleh pembeli sendiri yaitu Free On Board Shipping Point.

2) Biaya Tenaga Kerja Langsung

Ada 3 jenis biaya tenaga kerja, yaitu: a) biaya tenaga kerja langsung, b) gaji, c) biaya yang berhubungan dengan biaya tenaga kerja yang umumnya bersifat tunjangan / tambahan.

Istilah tenaga kerja langsung digunakan untuk biaya tenaga kerja yang secara langsung dapat diidentifikasikan dengan barang yang diproduksi. Tenaga kerja langsung biasanya disebut tenaga kerja manual (touch manual) karena tenaga kerja langsung melakukan kerja tangan atas produk pada saat produksi. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak kepada produk tertentu, yang sering dikenal dengan upah.Upah dan gaji tentu saja berbeda. Gaji adalah pembayaran kepada tenaga kerja / karyawan yang didasarkan pada rentang waktu.


(20)

Overhead pabrik mencakup seluruh biaya produksi yang tidak termasuk dalam bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik termasuk juga bahan tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung, pemeliharaan, perbaikan peralatan produksi, listrik dan penerangan, pajak properti, depresiasi, dan asuransi-asuransi fasilitas produksi.

Biaya overhead pabrik ditambah dengan biaya tenaga kerja disebut biaya konversi (conversion cost). Sedangkan gabungan biaya tenaga kerja langsung dengan bahan langsung disebut dengan biaya utama (prime cost).

c. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Metode penentuan harga pokok produksi yakni merupakan cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Ada dua pendekatan, :

(1) Full Costing

Full Costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi baik yang bersifat variabel maupun tetap.

(2) Variable Costing

Variable Costing yakni metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang variabel ke dalam harga pokok produksi.

d. Sistem Perhitungan Biaya Produksi

Untuk menghasilkan suatu perhitungan harga pokok produksi diperlukan suatu proses pengumpulan dari biaya- biaya yang terjadi atas suatu produk. Adapun sistem pengumpulan biaya adalah sebagai berikut:


(21)

1) sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing)

Pada sistem produksi berdasarkan pesanan, biaya-biaya diakumulasikan berdasarkan pekerjaannya. Kunci dari perhitungan biaya pesanan adalah bahwa biaya suatu pekerjaan berbeda dari pekerjaan lainnya, dan harus tetap ditelusuri secara terpisah. Dalam hal ini, harga pokok per unit dan biaya produksi antar satu pesanan dengan pesanan lainnya tidak sama dan harga pokok dihitung setelah proses produksi selesai.

2) sistem perhitungan biaya berdasarkan proses (process costing)

Perhitungan biaya pada sistem ini mengakumulasikan biaya berdasarkan proses produksi atau berdasarkan departemen. Perhitungan ini digunakan apabila semua unit yang dikerjakan dalam satu departemen bersifat homogen atau sejenis, atau apabila tidak ada kebutuhan untuk membedakan antar unit.

3) Metode kalkulasi biaya lainnya

Adapun yang dimaksud dengan metode kalkulasi biaya ini adalah merupakan metode campuran antara metode biaya pesanan dan metode biaya proses. Metode ini timbul pada beberapa perusahaan industri yang memiliki biaya bahan baku langsung yang berbeda secara signifikan namun melewati proses produksi yang identik dalam jumlah yang besar. Dengan kata lain, biaya bahan baku langsung diakumulasikan dengan menggunakan biaya perhitungan pesanan dan biaya konversi di akumulasi menggunakan perhitungan biaya berdasarkan proses.


(22)

2. Harga Jual Produk a. Pengertian Harga Jual

Harga ialah nilai tukar suatu produk yang dinyatakan dalam satuan moneter atau uang. Hansen dan Mowen (2001 : 633) mendefenisikan “harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan”. Pada kenyataanya, harga jual yang tinggi memang menghasilkan laba per unit yang besar, tapi kuantitas yang terjual menjadi sedikit. Dan jika dibandingkan dengan harga jual yang rendah, memang menghasilkan laba per unit yang lebih rendah, tapi kuantitas yang terjual menjadi lebih banyak.

b. Sasaran Penetapan Harga Jual

Dalam mencapai tujuan pasarnya, setiap perusahaan sangat mempertimbangkan keputusan dalam menetapkan harga. Menurut Boone dan Kurtz (2000:70) terdapat empat kategori penetapan harga, yaitu:

1) sasaran profitabilitas

Sebagian besar perusahaan mengejar sejumlah sasaran profitabilitas dalam strategi penetapan harganya. Mereka mengerti bahwa laba merupakan hasil dari pendapatan dikurang beban dimana pendapatan merupakan harga jual dikalikan kuantitas yang terjual.

2) sasaran volume

Sasaran volume yang pertama dalam strategi penetapan harga adalah maksimalisasi penjualan (sales maximalization). Dan sasaran yang kedua mendasarkan keputusan penetapan harga pada pangsa pasar (market share) yaitu persentase dari sebuah pasar yang dikontrol oleh perusahaan atau produk tertentu.

3) tingkat kompetisi

Sasaran penetapan harga ini bertujuan untuk menyamai harga yang ditetapkan pesaing. Dalam banyak bisnis, perusahaan menatapkan harga mereka sendiri


(23)

untuk menyamakan dengan harga yang telah ditetapkan oleh pemimpin industri dalam hal ini perusahaan yang telah mapan.

4) sasaran prestise

Prestise membuat sebuah harga menjadi relatif tinggi untuk mengembangkan dan menjaga citra dan kulitas dan eksklusivitas.

c. Faktor-Faktor Penentu Harga Jual

Dalam menentukan harga jual, perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam mempertimbangkan harga jual, yaitu:

1) Tujuan Pemasaran

Sebelum menetapkan harga, biasanya perusahaan menetapkan strategi untuk produk. Perusahaan telah memilih pasar yang akan dijadikan pasar sasarannya dan menetapkan posisi produknya di pasar.

2) Strategi Bauran Pemasaran

Selain faktor tujuan pemasaran, penentuan harga pun dipengaruhi oleh faktor strategi bauran pemasaran. Pola dan disain produk, distribusi, tempat, dan promosi sangat berpengaruh pada penentuan harga jual. Disain produk yang menarik dibutuhkan teknik yang baik dan akan menentukan harga penjualan. Kualitas produk yang lebih baik akan mempengaruhi harga penjualan yang lebih tinggi karena untuk membuat kualitas barang dan jasa yang lebih baik diperlukan biaya yang lebih besar.

3) Biaya produksi

Biaya seringkali oleh perusahaan kecil, menengah dan besar dijadikan dasar untuk menetapkan harga suatu produk. Biasanya perusahaan menetapkan harga untuk seluruh biaya produksi, distribusi, promosi, biaya perpajakan, biaya


(24)

penjualan, dan biaya biaya lain yang membebani perusahaan dari mulai produksi sampai pada purna jual.

4) Penentuan harga jual berdasarkan harga pesaing

Perusahaan sangat mempertimbangkan harga pesaing yang terdapat di pasar. Ada beberapa strategi yang dipakai oleh perusahaan dalam menentukan harga jual, sekaligus menghadapi harga pesaing. Penentuan harga berdasarkan harga pesaing dibagi atas 3, yaitu:

a) Penentuan harga penetrasi

Penentuan harga ini, dimana perusahaan menentukan harga yang lebih rendah dari harga pesaing agar dapat menguasai pasar. Keberhasilan penentuan harga penetrasi tergantung pada seberapa besar tanggapan konsumen terhadap penurunan harga.

b) Penentuan harga defensif

Perusahaan menurunkan harga pokok produksi dalam usaha mempertahankan pangsa pasarnya. Di samping itu, ada bebrapa perusahaan yang menurunkan harga untuk menyerang perusahaan pesaing yang baru masuk ke dalam pasar, sering disebut dengan biaya predatori. c) penentuan harga prestise

Perusahaan yang memiliki diversifikasi bauran produk akan menggunakan strategi penetrasi harga pada beberapa produk dan penentuan harga prestise untuk produk lainnya. Adapun yang menjadi tujuan dari penentuan harga prestise adalah untuk memberi kesan lini terbaik bagi produk perusahaan.


(25)

Herman (2006 : 175) ada beberapa metode penetapan harga (methods of price determination) yang dapat dilakukan budgeter dalam perusahaan, yaitu : metode taksiran (judgemental method), metode berbasis pasar (market-based pricing), dan metode berbasis biaya (cost-based pricing).

1) Metode Taksiran (Judgemental Method)

Perusahaan yang baru saja berdiri biasanya memakai metode ini. Penetapan harga dilakukan dengan menggunakan instink saja walaupun market survey telah dilakukan. Biasanya metode ini digunakan oleh para pengusaha yang tidak terbiasa dengan data statistik. Penggunaan metode ini sangat murah karena perusahaan tidak memerlukan konsultan untuk surveyor. Akan tetapi tingkat kekuatan prediksi sangat rendah karena ditetapkan oleh instink.

2) Metode Berbasis Pasar (Market-Based Pricing) : a) harga pasar saat ini (current market price)

metode ini dipakai apabila perusahaan mengeluarkan produk baru, yaitu hasil modifikasi dari produk yang lama. Perusahaan akan menetapkan produk baru tersebut seharga dengan produk yang lama. Penggunaan metode ini murah dan cepat. Akan tetapi pangsa pasar yang didapat pada tahun pertama relatif kecil karena konsumen belum mengetahui profil produk baru perusahaan tersebut, seperti kualitas, rasa, dan sebagainya,

b) harga pesaing (competitor price)

metode ini hampir sama dengan metode harga pasar saat ini. Perbedaannya menetapkan harga produknya dengan mereplikasi langsung harga produk perusahaan saingannya untuk produk yang sama atau berkaitan. Dengan


(26)

metode perusahaan berpotensi mengalami kehilangan pangsa pasar karena dianggap sebagai pemalsu. Ini dapat terjadi apabila produk perusahaan tidak mampu menyaingi produk pesaing dalam hal kualitas, ketahanan, rasa, dan sebagainya,

c) harga pasar yang disesuaikan (adjusted current market price)

penyesuaian dapat dilakukan berdasarkan pada faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal tersebut dapat berupa antisipasi terhadap inflasi, nilai tukar mata uang, suku bunga perbankan, tingkat keuntungan yang diharapkan (required rate of return), tingkat pertumbuhan ekonomi nasional atau internasional, perubahan dalam trend consumer spending, siklus dalam trendi dan model, perubahan cuaca, dan sebagainya. Faktor internalnya yaitu kemungkinan kenaikan gaji dan upah, peningkatan efisiensi produksi atau operasi, peluncuran produk baru, penarikan produk lama dari pasar, dan sebagainya.

Dengan metode ini, perusahaan mengidentifikasi harga pasar yang berlaku pada saat penyiapan anggaran dengan melakukan survey pasar atau memperoleh data sekunder. Harga yang berlaku tersebut dikalikan dengan penyesuaian (price adjustment) setelah mempertimbangkan faktor internal dan eksternal yang ditetapkan dalam angka indeks (persentase).

3) Metode Berbasis Biaya (Cost-Based Pricing) :

a) biaya penuh plus tambahan tertentu (full cost plus mark-up)

dalam metode ini budgeter harus mengetahui berapa proyeksi full cost untuk produk tertentu. Full cost adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dan atau


(27)

dibebankan sejak bahan baku mulai diproses sampai produk jadi siap untuk dijual. Hasil penjumlahan antara full cost dengan tingkat keuntungan yang diharapkan (required profit margin) yang ditentukan oleh direktur pemasaran, atau personalia yang diberikan wewenang dalam penetapan harga, akan membentuk proyeksi harga untuk produk itu pada tahun anggaran mendatang. Required profit margin dapat juga ditetapkan dalam persentase. Untuk menetapkan profit, budgeter harus mengalikan full cost dengan persentase required profit margin. Penjumlahan antara profit dengan full cost akan menghasilkan proyeksi harga,

b) biaya variabel plus tambahan tertentu (variable cost plus mark-up)

dengan metode ini budgeter menggunakan basis variable cost. Proyeksi harga diperoleh dengan menambahkan mark-up laba yang diinginkan. Mark-up yang diinginkan pada metode ini lebih tinggi dari mark-up dengan basis full cost. Hal ini disebabkan biaya variabel selalu lebih rendah daripada full cost.

3. Volume Penjualan

Tujuan dari didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memeproleh laba yang maksimal dan hal tersebut tentu saja tidak terlepas dari kegiatan penjualan. Dengan melihat volume penjualan pada suatu perusahaan dapat diketahui adanya peningkatan atau penurunan penjualan atas produk. Namun besar kecilnya volume penjualan yang diterima dari waktu ke waktu tidaklah tetap, adakalanya naik atau turun yang disebabkan faktor eksternal maupun internal.


(28)

Menurut Keown (2001:500): “volume penjualan adalah jumlah penjualan (dalam nilai mata uang) yaitu harga per unit barang dikalikan jumlah barang yang terjual”. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi volume penjualan antara lain:

1) kualitas barang

Turunnya mutu barang dapat mempengaruhi volume penjualan, jika barang yang diperdagangkan mutunya menurun dapat menyebabkan pembelinya merasa kecawa sehingga mereka bisa berpaling kepada barang lain yang mutunya lebih baik.

2) selera konsumen

Selera konsumen tidaklah tetap dan dapat berubah setiap saat, bilamana selera konsumen terhadap barang-barang yang dijual berubah makan volume penjualan akan menurun

3) servis terhadap pelanggan

Servis terhadap pelanggan merupakan faktor penting dalam usaha memperlancar penjualan. seris terhadap para pelanggan akan meningkatkan volume penjualan.

4) persaingan menurunkan harga jual

Tujuan dari kebijakan potongan harga yakni agar volume dan keuntungan perusahaan akan meningkat dibanding periode sebelumnya. Potongan harga tersebut dapat diberikan kepada pihak tertentu dengan syarat-syarat tertentu pula.


(29)

Ada beberapa penelitian terdahulu yang berhasil ditemukan peneliti berkaitan dengan harga pokok produksi, harga jual, dan volume penjualan.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tahun Peneliti Judul Variabel Uraian

2006 Lisia Kamelia

Pengaruh Harga Jual dan Biaya Promosi Terhadap Volume Penjualan Teh SBUTK PT Perkebunan Nusantara VI (Persero) Jambi Sumatra Barat Variabel independen adalah harga jual dan biaya promosi; variabel dependen adalah volume penjualan Hsil penelitian menunjukkan

bahwa harga jual

dan biaya produksi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume penjualan 2006 Novie Bertina Pengaruh biaya produksi dan harga jual CPO dan KPO terhadap laba pada PTPN II Medan

Variabel independen adalah biaya produksi dan harga jual; sedangkan variabel dependen adalah laba Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya produksi dan harga jual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap laba kotor 2009 Yetty Nova Pengaruh potongan penjualan terhadap volume penjualan pada PT Everbright Battery Factory Medan Variabel independen adalah potongan penjualan; sedangkan variabel dependen adalah volume penjualan Hasil penelitian menunjukkan

bahwa potongan penjualan berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan 2008 Erni Samosir Analisis harga pokok produksi produk udang ekspor pada PT Timur Jaya Coldstorage Variabelnya adalah harga pokok produksi Hasil penelitian menunjukkan bahw perhitungan harga pokok produksi udang ekspor dan lokal


(30)

Medan dilakukan secara bersama-sama

dengan pengalokasian

biaya dengan metode biaya rata-rata.

C. Kerangka Konseptual

Berdasarkan uraian teori diatas dan penelitian terdahulu yang terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut:

H1

Harga Jual

CPO dan

PKO

HPP CPO dan

PKO

Volume

Penjualan

H3

H2

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Harga pokok produksi merupakan pengorbanan ekonomi yang dilakukan perusahaan untuk menghasilkan produknya. Produk inilah yang kemudian akan dijual oleh perusahaan ke pasar. Pada saat harga pokok rendah, perusahaan mengambil kesempatan tersebut untuk memaksimalkan laba, dengan menjual produk sebanyak-banyaknya.

Harga jual ditentukan oleh pasar. Sehingga perusahaan tidak bisa menentukan berapa harga jualnya. Apabila harga jual naik, perusahaan akan menjual produk


(31)

sebanyak-banyaknya. Oleh sebeb itu, harga jual mempengaruhi volume penjualan, dikarenakan volume penjualan dihitung berdasarkan harga jual dan kuantitas penjualan.

D. Hipotesis Penelitian

Menurut Erlina (2008: 49), “ hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris”. Berdasarkan hal-hal yang telah diungkapkan diawal, maka peneliti menetapkan hipotesis akan masalah yang diteliti adalah:

H1: Harga pokok produksi CPO dan PKO berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan

H2: Harga jual CPO dan PKO berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan

H3: Harga pokok produksi dan Harga jual CPO dan PKO berpengaruh secara simultan terhadap volume penjualan.


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah desain kausal, yaitu untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana satu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar, 2003:30). Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel independen adalah harga pokok produksi dan harga jual, sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah volume penjualan.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah laporan manajemen umum bulanan perusahaan yaitu PTPN IV (Persero) Medan, selama tiga tahun sehingga jumlahnya 36 populasi. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004 : 72).

Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah seluruh populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh atau sensus, yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2004 : 78). Sampel adalah bagian dari


(33)

populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi (Erlina, 2007 : 74).

C. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, jenis data yang akan digunakan adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian, dalam hal ini PTPN IV Medan, yang berupa data kualitatif dan data kuantitatif.

1. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar. Dalam penelitian ini, data kualitatif adalah:

a. Sejarah ringkas PTPN IV Medan

b. Struktur organisasi dan pembagian tugas PTPN IV Medan 2. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kuantitatif

yang diangkakan. Dalam penelitian ini adalah volume penjualan, harga pokok produksi, harga jual tiga tahun terakhir yang dibagi dalam 12 bulan setiap tahunnya.

D. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan teknik dokumentasi, yakni peneliti mengumpulkan data sekunder yang diperoleh dari PTPN IV (Persero) Medan.

E. Defenisi Operasional dan Variabel

Menurut Ety,dkk (2007:11) variabel independen “variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel ini merupakan variabel yang diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi”.


(34)

“Variabel dependen adalah variabel yang memberikan reaksi atau respon jika dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel terikat merupakan variabel yang diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas” (Ety, 2007:11).

Tabel 3.1

Pengukuran Variabel Penelitian

Jenis variabel Nama variabel

Parameter Skala Variabel

independen (X1)

Harga pokok produksi

Rupiah/Kg rasio Variabel

Independen (X2)

Harga jual Rupiah/Kg rasio

Variabel dependen (Y)

Volume penjualan

Rupiah rasio

F. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan adalah metode analisis statistik. Uji regresi dilakukan dengan menggunakan perangkat SPSS 16. Menurut Sugiyono (2006:250) “analisis regresi ganda digunakan oleh peneliti bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik-turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai prediktor dimanipulasi (dinaik-turunkan nilainya)”. Sebelum data dianalisis, maka untuk keperluan analisis data tersebut, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan terdiri atas uji normalitas, uji multikolineritas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi. Untuk pengujian hipotesis dilakukan analisis regresi linier berganda. Kemudian


(35)

dilakukan proses pengujian analisis F dan pengujian analisis t untuk mengetahui apakah masing – masing variabel independen berpengaruh secara individu maupun secara simultan terhadap variabel dependen.

Model persamaan regresi berganda ini adalah

Y = a + b1 x2 + b2x2

Keterangan :

Y = Volume penjualan (Rp) a = Intercept

b1 = Koefisien regresi b2 = Koefisien regresi x1 = Harga Pokok Produksi (Rp) x2 = Harga jual (Rp)

1. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

“Uji normalitas untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distrtibusi normal. Kalau nilai residual tidak mengikuti distribusi normal, uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel yang kecil”, (Ghozali, 2005 : 110). Pengujian normalitas ini dilakukan dengan menggunakan analisis normal probability plot. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari nilai residualnya. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.


(36)

Menurut Erlina dan Mulyani (2007:107) “uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pangamatan lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas”. . Ada beberapa cara untuk menguji ada tidaknya situasi heteroskedastisitas dalam varian error terms untuk model regresi. Dalam penelitian ini akan digunakan metode chart (diagram Scatterplot), dengan dasar pemikiran bahwa :

1) Jika ada pola tertentu seperti titik-titik (poin-poin), yang ada membentuk suatu pola tertentu yang beraturan (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar keatas dan dibawah 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

c. Uji Autokorelasi

“Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi” (Ghozali, 2005:95). Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.2

Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Durbin Watson

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi

positif Tolak

0 < d < dl Tidak ada autokorelasi

positif No decision dl ≤ d ≤ du


(37)

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada korelasi negatif No decision 4 du d 4 – dl Tidak ada korelasi, positif

atau negatif Tidak ditolak Du < d < 4 – du Sumber: Ghozali, 2005 : 96

c. Uji Multikolinearitas

“Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan lainnya”, (Erlina dan Sri Mulyani, 2007:107). Jika terjadi korelasi sempurna di antara variabel bebas, maka konsekuensinya adalah (1) koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir, (2) nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga. Pengujian ini bermaksud untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan korelasi antara variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas. Menurut Imam Ghozali (2005:92) “nilai cutoff yang umumnya dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan VIF > 10”.

2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian diuji adalah dengan menggunakan analisis regresi. Hipotesis pertama (H1) sampai hipotesis ketiga (H3) dianalisis dengan menggunakan model regresi linear untuk melihat pengaruh masing-masing terhadap Volume Penjualan dengan menggunakan t-test dan f-test.Uji hipotesis yang akan dilakukan oleh peneliti adalah:


(38)

Pengujian t-test digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen.

Kriteria pengujian hipotesis :

Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak H1 diterima Jika thitung < ttabel maka H0 diterima H1 ditolak

b. Uji signifikansi simultan (F-test)

Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel dengan ketentuan sebagai berikut:

Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak H1 diterima Jika Fhitung< Ftabel maka H0 diterima H1 ditolak

G. Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian ini dimulai peneliti pada bulan Februari 2010 dengan lokasi objek penelitian di Jln. Letjend. Suprapto no.2 Medan.

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian

Tahap Penelitian Des ‘09 Jan ‘10 Feb ‘10 Mar ‘10 Apr ‘10 Mei ‘10 Jun ‘10 Pengajuan proposal skripsi Bimbingan proposal skripsi Seminar proposal


(39)

skripsi Pengumpulan

Data Bimbingan dan penulisan skripsi

Penyelesaian skripsi

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara IV 1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak pada bidang perkebunan dan berkedudukan di Medan, Provinsi Sumatera Utara. Pada umumnya perusahaan-perusahaan perkebunan di Sumatera Utara mempunyai sejarah panjang sejak zaman Belanda. Pada awalnya perkebunan ini merupakan milik Maskapai Belanda yang di nasionalisasi pada tahun 1959, dan selanjutnya berdasarkan kebijakan pemerintah telah mengalami beberapa kali perubahan organisasi sebelum akhirnya menjadi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero).


(40)

PTPN IV dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah No 09 tahun 1996 tentang penggabungan kebun-kebun yang berada di wilayah sumatera Utara dan Akte Notaris Harun Kamil, SH No.37 tanggal 11 Maret 1996. Mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan No.C2-8332. HT.01.01 tanggal 8 Agustus 196, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.81 tanggal 8 Oktober 1996 dan Perubahan Anggaran Dasar berdasarkan Akte No. 18 dari Notaris Sri Rahayu H. Prasetio, SH tanggal 26 September 2002 yang disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia RI dengan Surat Keputusan No. C-20652.HT.01.04 tanggal 23 oktober 2002. Yang diubah terakhir kali berdasarkan Akte Notaris Sri Ismiyati, SH Nomor 11 tanggal 4 Agustus 2008, diumumkan dalam tambahan Berita Negara RI tanggal 07 Oktober 2008 No.90.

2. Kepemilikan Perusahaan

PTPN IV sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Non Listed mempunyai modal dasar Perseroan ditetapkan sebesar Rp 3,5 triliun (tiga setengah triliun rupiah), terbagi atas 3.500.000 (tiga juta lima ratus ribu) lembar saham, masing-masing saham dengan nilai nominal sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah). Dari modal dasar tersebut telah disetor sebanyak 975.000 lembar saham atau seluruhnya sebesar Rp 975.000.000.000 (sembilan ratus tujuh puluh lima milyar rupiah). Jumlah modal sendiri sampai dengan tahun 2008 berada pada posisi Rp2,5.000.000.000.000.


(41)

PTPN IV adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada bidang usaha agroindustri. PTPN IV mengusahakan perkebunan dan pengolahan komoditas kelapa sawit dan teh yang mencakup pengolahan areal dan tanaman, kebun bibit dan pemeliharaan tanaman menghasilkan, pengolahan komoditas menjadi bahan baku berbagai industri, pemasaran komoditas yang dihasilkan dan kegiatan pendukung lainnya.

PTPN IV memiliki 30 Unit Usaha yang mengelola budidaya Kelapa Sawit dan Teh, dan 3 unit Proyek Pengembangan Kebun Inti Kelapa Sawit, 1 unit Proyek Pengembangan Kebun plasma Kelapa Sawit, yang menyebar di 10 kabupaten, yaitu Kabupaten Langkat Deli Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun, Asahan,, Labuhan Batu, Toba Samosir, Padang Lawas, Batubara, dan Mandailing Natal.

Dalam proses pengolahan, PTPN IV dilengkapi 15 Unit Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan kapasitas total 560 ton Tandan Buah Segar (TBS) per jam, 3 unit Pabrik Teh dengan kapasitas total 271 ton Daun Teh Basah (DTB) per hari, dan 1 Pabrik Pengolahan Inti Sawit dengan kapasitas 400 ton per hari.

PTPN IV juga didukun oleh 1 Unit Usaha Perakitan/Erection Pabrik (Perbengkelan) yaitu Pabrik Mesin Tenera (PMT) dan 3 Unit Usaha Rumah Sakit, yaitu RS Laras, RS Balimbingan, dan RS Pabatu. Seluruh Unit Usaha dan Proyek Pengenbangan yang diusahai PTPN IV dikelompokkan dalam 6 Grup Unit Usaha (GUU).

4. Visi dan Misi Perusahaan


(42)

Menjadi perusahaan agribisnis yang tangguh dan mampu bersaing, baik di sektor hulu dan hilir, di tingkat nasional dan regional.

b. MISI:

1) menjalankan usaha agribisnis di bidang perkebunan kelapa sawit (komoditi utama), dan teh serta menghasilkan produk minyak sawit, inti sawit, teh jadi, serta produk turunannya yang berkualitas untuk memberikan kepuasan bagi pelanggan.

2) meningkatkan daya saing produk secara terus-menerus yang didukung oleh sistem, cara kerja dan lingkungan kerja yang mendorong munculnya kreatifitas dan inovasi untuk peningkatan produktivitas dan efisiensi. 3) menghasilkan laba yang berkesinambungan untuk menjamin pertumbuhan,

perkembangan, dan kesehatan perusahaan serta memberikan manfaat dan nilai tambah yang optimal bagi pemegang saham, karyawan, dan stakeholder lainnya.

4) mengelola usaha secara profesional untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan berpegang teguh pada nilai-nilai etika bisnis dan senantiasa berpedoman pada tata kelola perusahaan secara sehat.

5) memberikan perhatian dan peran sungguh-sungguh dalam membangun kemitraan dan mengembangkan lingkungan (community development), koperasi, usaha kecil dan menengah, serta kelestarian lingkungan hidup.

4. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas

Struktur organisasi adalah suatu kerangka atau bagan yang menggambarkan jaringan hubungan kerja yang bersifat formal, yang menunjukkan kedudukan dan


(43)

jabatan secara hirarki. Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas garis wewenang dan tanggung jawab setiap fungsi dalam suatu organisasi, yang sifatnya relatif permanen tanpa menutup kemungkinan adanya reorganisasi, baik yang bersifat pemekaran maupun penyerdehanaan organisasi sesuai dengan tuntutan dari perkembangan organisasi tersebut.

Struktur organisasi pada PT. Perkebunan Nusantara IV merupakan alat bagi perusahaan untuk menggambarkan pendelegasian wewenang pada tiap bagian sehingga aktivitas organisasi itu dapat dikoordinasikan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mudah. Bentuk struktur organisasi perusahaan terlihat pada lampiran 5. Struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara IV menurut pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab.

a. Manajer Grup Unit Usaha

Adapun tugas utama dari Manajer Grup Unit Usaha adalah :

a) memimpin grup unit usaha untuk mencapai kinerja (hasil usaha) secara efektif dan efisiensi sesuai dengan sasaran dan kebijakan yang digariskan oleh Direksi,

b) mengkoordinir, membina, serta mengendalikan pengelolaan unit usaha yang ada di dalam grupnya untuk mencapai kinerja masing-masing unit usaha dalam kesatuan tujuan Grup Unit Usaha secara efektif dan efisiensi.

a) manajer Grup Unit Usaha bertanggungjawab terhadap terciptanya kerjasama, keserasian, keselarasan, dan keharmonisan di antara unit usaha di dalam grupnya,


(44)

b) manajer Grup Unit Usaha bertanggungjawab terhadap penggunaan sumber daya dalam kesatuan unit usaha di dalam grupnya.

b. Kabag. Tanaman

Adapun tugas pokok dari Kabag. Tanaman adalah membantu dan memberikan saran/pemikiran kepada Direksi dalam melaksanakan fungsi-fungsi Manajemen dibidang produksi tanaman.

c. Kabag. Pengolahan

Adapun tugas pokok dari Kabag. Pengolahan adalah membantu dan memberikan saran/pemikiran kepada Direksi dalam melaksanakan fungsi-fungsi Manajemen di bidang pengolahan.

d. Kabag. Teknik

Adapun tugas pokok dari Kabag. Teknik adalah membantu dan memberikan saran/pemikiran kepada Direksi dalam melaksanakan fungsi-fungsi Manajemen di bidang Teknik.

e. Kabag. Keuangan

Adapun tugas pokok dari Kabag. Keuangan adalah membantu dan memberikan saran/pemikiran kepada Direksi dalam melaksanakan fungsi-fungsi Manajemen di bidang keuangan.

f. Kabag. Akuntansi

Adapun tugas pokok dari Kabag. Akuntansi adalah membantu dan memberikan saran/pemikiran kepada Direksi dalam melaksanakan fungsi-fungsi Manajemen di bidang akuntansi.


(45)

Adapun tugas pokok dari Kabag. Pemasaran adalah membantu dan memberikan saran/pemikiran kepada Direksi dalam melaksanakan fungsi-fungsi Manajemen di bidang pemasaran.

h. Kabag. Perencanaan

Adapun tugas pokok dari Kabag. Perencanaan adalah membantu dan memberikan saran/pemikiran kepada Direksi dalam melaksanakan fungsi-fungsi Manajemen di bidang perencanaan.

i. Kabag. Sumber Daya Manusia (SDM)

Adapun tugas pokok dari Kabag. Sumber Daya Manusia (SDM) adalah membantu dan memberikan saran/pemikiran kepada Direksi dalam melaksanakan fungsi-fungsi Manajemen di bidang sumber daya manusia.

5. Harga Pokok Produksi Perusahaan

Dalam penelitian ini, perusahaan tidak menyediakan data harga pokok produksi rata-rata CPO dan PKO. Perusahaan hanya menyediakan data biaya produksi dan harga pokok minyak sawit dan inti sawit. Sedangkan untuk memperoleh biaya produksi dan harga pokok PKO, ada biaya selanjutnya. Oleh sebab itu, peneliti menghitung sendiri harga pokok produksi rata-rata dari data yang disediakan perusahaan. Berikut adalah data-data harga pokok produksi rata-rata CPO dan PKO dalam Rupiah per Kg setiap bulan setiap tahunnya selama 3 tahun.

Tabel 4.1

Harga Pokok Produksi rata-rata CPO dan PKO per Kg PTPN IV Periode 2007-2009

Harga Pokok Produksi CPO dan PKO BULAN


(46)

Rupiah/Kg Rupiah/Kg Rupiah/Kg

Januari Rp2.442 Rp3.035 Rp2.550

Februari Rp2.580 Rp3.507 Rp3.495

Maret Rp2.577 Rp4.200 Rp3.869

April Rp2.764 Rp4.152 Rp4.079

Mei Rp2.877 Rp4.545 Rp4.337

Juni Rp3.044 Rp4.221 Rp4.473

Juli Rp2.386 Rp3.115 Rp3.028

Agustus Rp2.493 Rp3.047 Rp3.438

September Rp3.052 Rp3.859 Rp4.024

Oktober Rp2.623 Rp2.493 Rp3.209

November Rp2.853 Rp2.920 Rp3.254

Desember Rp3.294 Rp2.912 Rp3.818

Sumber : Laporan Manajemen Umum PT. Perkebunan Nusantara IV 6. Harga Jual Produk Perusahaan

PTPN IV (Persero) Medan menetapkan harga jualnya pada Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PT. Perkebunan Nusantara yang harganya mengacu kepada harga di pasar internasional (Rotterdam dan Kuala Lumpur). Jadi dalam kebijakannya untuk menetapkan harga jual produk, digunakan metode berbasis pasar. Penjualan PTPN IV (Persero) Medan terdiri dari dua, yaitu penjualan lokal (local sales) dan penjualan ekspor (export sales). Dalam penelitian ini, harga jual yang digunakan adalah harga jual rata-rata per Kg dalam setahun per bulan.

Tabel 4.2

Harga Jual Rata-rata CPO dan PKO per Kg PTPN IV Periode 2007-2009

Harga Jual Rata-rata CPO dan PKO

2007 2008 2009 BULAN

Rp/kg Rp/kg Rp/kg

Januari Rp4.240 Rp7.679 Rp5.169

Februari Rp4.518 Rp8.317 Rp5.737

Maret Rp4.744 Rp8.879 Rp6.220 April Rp4.824 Rp8.398 Rp6.695

Mei Rp5.352 Rp8.994 Rp7.342

Juni Rp5.515 Rp9.317 Rp7.351

Juli Rp5.686 Rp8.867 Rp6.410


(47)

September Rp6.546 Rp7.074 Rp6.453

Oktober Rp6.740 Rp5.759 Rp6.187

November Rp6.842 Rp5.145 Rp6.045

Desember Rp7.484 Rp4.556 Rp6.203

Sumber : Laporan Manajemen Umum PT. Perkebunan Nusantara IV 7. Volume Penjualan Perusahaan

Berikut adalah data-data volume penjualan CPO dan PKO pada perusahaan PTPN IV (Persero) Medan, setiap bulan setiap tahunnya selama 3 tahun.

Tabel 4.3

Volume Penjualan rata-rata CPO dan PKO PTPN IV Periode 2007-2009

Volume Penjualan

2007 2008 2009 BULAN

Rupiah Rupiah Rupiah

Januari Rp124.189.288.356 Rp271.300.022.764 Rp179.254.349.848 Februari Rp129.619.597.419 Rp291.871.177.593 Rp204.119.459.309 Maret Rp211.330.167.426 Rp290.056.418.144 Rp290.923.847.080 April Rp215.011.156.860 Rp445.582.976.397 Rp380.398.214.196 Mei Rp210.883.779.275 Rp452.591.232.422 Rp266.692.211.900 Juni Rp212.027.993.831 Rp253.749.230.016 Rp449.368.096.689 Juli Rp212.006.983.624 Rp443.896.206.252 Rp208.538.042.026 Agustus Rp211.026.918.392 Rp369.293.214.324 Rp487.974.561.140 September Rp404.774.301.862 Rp418.748.390.662 Rp479.282.577.168 Oktober Rp460.350.654.583 Rp456.593.918.217 Rp328.391.744.238 November Rp300.601.293.343 Rp368.916.656.832 Rp267.069.164.134 Desember Rp460.452.586.981 Rp366.709.884.166 Rp738.648.445.593

Sumber : Laporan Manajemen Umum PT. Perkebunan Nusantara IV B. Statistik Deskriptif

Berikut disajikan statistik secara umum dari data yang digunakan secara keseluruhan:

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics


(48)

Harga Pokok Produksi 36 2386 4545 3293.47 650.194 Harga Jual 36 4240 9317 6539.75 1367.756 Volume Penjualan 36 1.E11 7.E11 3.30E11 1.290E11 Valid N (listwise) 36

Dari tabel 4.4 di atas, dijelaskan bahwa:

1. variabel harga pokok produksi (X1) memiliki nilai minimum 2386 dan nilai maksimum 4545 dengan rata-rata harga pokok produki adalah 3293,47 dan standar deviasi sebesar 650,194%. Jumlah data yang diteliti sebanyak 36. 2. variabel harga jual (X2) memiliki nilai minimum 4240 dan nilai maksimum

9317 dengan rata-rata harga jual adalah 6539,75 dan standar deviasi sebesar 1367,756%. Jumlah data yang diteliti sebanyak 36.

3. variabel volume penjualan (Y) memiliki nilai minimum 1,0 x 1011 dan nilai maksimum 7,0 x 1011 dengan rata-rata volume penjualan adalah 3,30 x 1011 dan standar deviasi sebesar 1,290 x 1011. Jumlah data yang diteliti sebanyak 36.

C. Pengujian Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

“Uji normalitas untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distrtibusi normal. Kalau nilai residual tidak mengikuti distribusi normal, uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel yang kecil”, (Ghozali, 2005 : 110). Uji normalitas dapat ditempuh dengan menggunakan kurva persebaran data atau menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov


(49)

Tabel 4. 5 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 36

Mean -.0000119

Normal Parametersa

Std. Deviation 1.15746139E11

Absolute .154

Positive .154

Most Extreme Differences

Negative -.081

Kolmogorov-Smirnov Z .923

Asymp. Sig. (2-tailed) .362

a. Test distribution is Normal.

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa hasil pengujian statistik dengan model

Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai Asymp.Sig (2-tailed) Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05 ( > 0,05) yaitu sebesar 0,362 maka data berdistribusi normal. Dengan demikian secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai observasi data telah terdistribusi secara normal dan dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya. Selain dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, untuk mengetahui normalitas data, secara kasat mata kita bisa lihat melalui grafik


(50)

histogram dari data yang dimaksud, apakah membentuk kurva normal atau tidak dan juga dapat melalui grafik PP Plots.

Suatu data akan terdistribusi secara normal jika nilai probabilitas yang diharapkan adalah sama dengan nilai probabilitas pengamatan. Pada grafik PP Plots, kesamaan antara nilai probabilitas harapan dan probabilitas pengamatan ditunjukkan dengan garis diagonal yang merupakan perpotongan antara garis probabilitas harapan dan probabilitas pengamatan. Berikut ini merupakan hasil pengujian normalitas data dalam bentuk grafik histogram dan grafik PP Plots.

Gambar 4.1 Uji Normalitas data

Grafik histogram di atas menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal. Hal ini dapat dilihat dari grafik histogram yang menunjukkan distribusi data mengikuti garis diagonal yang tidak menceng (skewness) kiri


(51)

maupun menceng ke kanan. Hal ini juga didukung dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik plot sebagai berikut:

Gambar 4.2 Uji Normalitas data

Pada grafik PP Plots terlihat titik-titik menyebar di sekitar/mengikuti garis diagonal, yang menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak digunakan karena memenuhi uji normalitas data.

2. Uji Heterokedastisitas

Menurut Erlina dan Mulyani (2007:107) “uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pangamatan lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.

Cara mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot yang dihasilkan dari pengolahan data menggunakan


(52)

program SPSS. Dasar pengambilan keputusannya menurut Ghozali (2005:105) adalah sebagai berikut:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas

Gambar 4.3

Hasil Uji Heterokedastisitas

Melalui hasil pengujian heterokedastisitas, terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas dan tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas pada data penelitian, sehingga pengujian asumsi klasik dapat dilanjutkan kepada pengujian-pengujian berikutnya.

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan


(53)

pada periode t-1 atau sebelumnya. Pada penelitian ini, uji autokorelasi dilakukan dengan Uji Durbin Watson, karena uji ini umum yang digunakan. Uji ini hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat pertama (first order autokorelasi) dan mensyaratkan intercept (konstanta) dalam model regresi.

Uji autokorelasi digunakan untuk mendeteksi gejala korelasi antara data yang satu dengan data yang lain. Uji autokorelasi dapat menggunakan Durbin-Watson test, dengan kriteria jika nilai Durbin Watson ≤ 2 maka tidak terdapat gejala autokorelasi (Supramono dan Utami, 2004 : 83). Hasil uji autokorelasi dengan menggunakan Durbin-Watson Test dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.6 Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .441a .195 .146 1.192E11 1.414 a. Predictors: (Constant), Harga Jual, Harga Pokok Produksi

b. Dependent Variable: Volume Penjualan

Melalui hasil perhitungan Durbin-Watson Test dihasilkan angka 1,414 sehingga tidak terdapat gejala autokorelasi, dengan menggunakan kriteria bahwa hasil Durbin-Watson Test < 2. Maka dengan demikian, disimpulkan bahwa tidak terjadi problem autokorelasi.

4. Uji Multikolinearitas

Menurut Imam Ghozali (2005:92) “nilai cutoff yang umumnya dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan VIF > 10”.


(54)

Tabel 4.7

Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF

(Constant) 2.293E10 1.111E11 .206 .838

Harga Pokok Produksi

6.633E7 4.096E7 .334 1.619 .115 .572 1.747

1

Harga Jual 1.348E7 1.947E7 .143 .692 .494 .572 1.747

a. Dependent Variable: Volume Penjualan

Berdasarkan tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bebas dari adanya multikolinieritas. Hal ini bisa dilihat dengan membandingkannya dengan nilai Tolerence dan VIF. Masing-masing variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai Tolerence yang lebih besar dari 0,10 (Tolerance > 0,10) yaitu 0,572. Jika dilihat dari VIFnya, bahwa masing-masing variabel bebas lebih kecil dari 10 (VIF < 10) yaitu sebesar 1,747. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinieritas dalam variabel bebasnya.

D. Analisis Regresi 1. Analisis Hasil Regresi

Berdasarkan hasil uji asumsi klasik yang telah dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang Best Linear Unbiased Estimstor (BLUE) dan


(55)

layak untuk dilakukan analisis statistik selanjutnya, yaitu melakukan pengujian hipotesis. Adapun hasil pengolahan data dengan analisis regresi adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8

Hasil Analisis Regresi

Coefficientsa Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF

(Constant) 2.293E10 1.111E11 .206 .838

Harga Pokok Produksi

6.633E7 4.096E7 .334 1.619 .115 .572 1.747

1

Harga Jual 1.348E7 1.947E7 .143 .692 .494 .572 1.747

a. Dependent Variable: Volume Penjualan

Berdasarkan tabel koefisien regresi di atas, pada kolom Unstandardized Coefficients bagian B diperoleh model persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Y= 2,293 x 1010 + 6,633 x 107 (X1) + 1,348 x 107 (X2) + e

Dimana:

Y = Volume Penjualan X1 = Harga Pokok Produksi X2 = Harga Jual

e = Tingkat kesalahan pengganggu

Pada Unstandardized Coefficients, diperoleh nilai a, b1, b2 dan b3 sebagai berikut:


(56)

Nilai konstanta ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada nilai variabel bebas yaitu harga pokok produksi dan harga jual, maka perubahan volume penjualan yang dilihat dari nilai Y tetap sebesar 2,293 x 1010 atau Rp 22.930.000.000.

 Nilai b1 = 6,633 x 107 = harga pokok produksi

Koefisisen regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan harga pokok produksi sebesar Rp 1, maka perubahan volume penjualan yang dilihat dari nilai Y akan bertambah sebesar 6.633 x 107 atau Rp 66.330.000 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.

 Nilai b2 = 1,348 x 107= harga jual

Koefisisen regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan harga jual sebesar Rp 1, maka perubahan rentabilitas yang dilihat dari nilai Y akan bertambah sebesar 1,348 x 107 atau Rp 13.480.000 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.

2. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program statistik, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.9

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson 1 .441a .195 .146 1.192E11 1.414 a. Predictors: (Constant), Harga Jual, Harga Pokok Produksi


(57)

Pada model summary di atas, dapat dilihat hasil analisa regresi secara keseluruhan menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,441 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara volume penjualan (dependen) dengan harga pokok produksi dan harga jual (variabel independen) mempunyai hubungan yang tidak kuat yaitu sebesar 44,1%. Menurut Sugiyono (2006:250), jika angka R berada diantara 0,2 dan 0,399 maka hubungan antara variabel independen dengan variabel dependennya rendah.

Nilai Adjusted R Square (Adj R2) sebesar 0,146 atau 14,6% mengindikasikan bahwa variasi dari kedua variabel independennya hanya mampu menjelaskan variasi variabel dependen sebesar 14,6% dan sisanya 85,4% (100% - 14,6%) dijelaskan oleh faktor-faktor lain.

Pengujian hipotesis secara statistik dilakukan dengan menggunakan: a. Uji Signifikansi Parsial (uji t)

Uji t dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial (individu). Dalam uji t digunakan hipotesis sebagai berikut:

H0: b1,b2, = 0, artinya harga pokok produksi dan harga jual CPO dan PKO secara parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap volume penjualan PTPN IV (Persero) Medan

Ha: b1,b2,  0, artinya harga pokok produksi dan harga jual CPO dan PKO secara parsial mempunyai pengaruh terhadap volume penjualan PTPN IV (Persero) Medan.


(58)

H0 diterima jika t hitung < t tabel untuk α = 5% Ha diterima jika t hitung > t tabel untuk α = 5%

Tabel 4.10 Uji Statistik t

Coefficientsa Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF

(Constant) 2.293E10 1.111E11 .206 .838

Harga Pokok Produksi

6.633E7 4.096E7 .334 1.619 .115 .572 1.747

1

Harga Jual 1.348E7 1.947E7 .143 .692 .494 .572 1.747

a. Dependent Variable: Volume Penjualan

Berdasarkan hasil pengujian statistik t pada Tabel 4.10 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) pengaruh harga pokok produksi terhadap volume penjualan

a) Nilai signifikansi = 0,115 menunjukkan bahwa nilai Sig. untuk uji t individual (parsial) lebih besar dari (>) 0,05. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian statistik yang membandingkan antara t hitung dengan t tabel yaitu harga pokok produksi secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan pada tingkat kepercayaan 95%.

b) variabel pengaruh harga pokok produksi memiliki t hitung 1,619 dengan nilai signifikansi 0,115 ( > 0,05). Dengan menggunakan tabel t, diperoleh ttabel sebesar 2,028. Hal ini menunjukkan bahwa thitung 1,619 lebih kecil


(59)

dari ttabel sebesar2,028. Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, artinya harga pokok produksi CPO dan PKO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume penjualan pada PTPN IV (Persero) Medan.

2) pengaruh harga jual terhadap volume penjualan

a) Nilai signifikansi = 0,494 menunjukkan bahwa nilai Sig. untuk uji t individual (parsial) lebih besar dari (>) 0,05. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian statistik yang membandingkan antara t hitung dengan t tabel yaitu harga jual CPO dan PKO secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan pada tingkat kepercayaan 95%.

b) Variabel harga jual memiliki t hitung 0,692 dengan nilai signifikansi 0,494 > (0,05). Dengan menggunakan tabel t, diperoleh ttabel sebesar 2,028. Hal ini menunjukkan bahwa thitung 0,692 lebih kecil dari ttabel sebesar2,028. Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, artinya harga jual rata-rata CPO dan PKO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume penjualan pada PTPN IV (Persero) Medan

b. Uji Signifikansi Simultan (uji f)

Uji F ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Dalam uji F digunakan hipotesis sebagai berikut:

H0: b1,b2 = 0, artinya harga pokok produksi dan harga jual CPO dan PKO secara bersama-sama (simultan) tidak mempunyai pengaruh terhadap volume penjualan PTPN IV (Persero) Medan.


(60)

Ha: b1,b2  0, artinya harga pokok produksi dan harga jual CPO dan PKO secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh terhadap volume penjualan pada PTPN IV (Persero) Medan.

Kriteria:

H0 diterima jika F hitung < F tabel untuk α = 5% Ha diterima jika F hitung > F tabel untuk α = 5%

Tabel 4.11 Uji Statistik F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 1.134E23 2 5.669E22 3.990 .028a Residual 4.689E23 33 1.421E22

1

Total 5.823E23 35 a. Predictors: (Constant), Harga Jual, Harga Pokok Produksi b. Dependent Variable: Volume Penjualan

Hasil uji F yang ditampilkan dalam tabel 4.11 menunjukkan bahwa nilai F hitung adalah 3,990 dengan tingkat signifikansi 0,028 yang lebih kecil dari 0,05. Dengan menggunakan tabel F diperoleh nilai F tabel sebesar 3,28. Hal tersebut menunjukkan bahwa F hitung sebesar 3,990 lebih besar dari F tabel sebesar 3,28 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, artinya variabel bebas yaitu harga pokok produksi dan harga jual CPO dan PKO secara simultan berpengaruh terhadap volume penjualan pada PTPN IV (Persero) Medan.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya dengan menggunakan program SPSS maka dapat dilihat bahwa harga pokok produksi dan


(61)

harga jual CPO dan PKO mempunyai hubungan yang lemah terhadap volume penjualan. Kesimpulan tersebut didasarkan pada hasil analisis koefisien korelasi antara harga pokok produksi dan harga jual terhadap volume penjualan dengan R sebesar 0,146 (yang dapat dilihat dari table 4.9). hal ini berarti bahwa korelasi antar variabel dependen yaitu volume penjualan dengan variabel independen yaitu harga pokok produksi dan harga jual tidak kuat. Defenisi korelasi ini tidak kuat didasarkan pada nilai R yang berada dibawah 0,5.

Hasil analisis koefisien determinasi nilai Adjusted R square menunjukkan angka 0,146 yang mengindikasikan bahwa hanya 14,6% variasi dari volume penjualan dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen harga pokok produksi dan harga jual. Sedangkan sisanya sebesar 85,4% dijelaskan oleh variasi atau faktor lainnya yang tidak termasuk dalam model penelitian.

Berdasarkan hasil analisis regresi maka diketahui bahwa koefisien regresi sebesar 6,633 x 107untuk harga pokok produksi dan 1,348 x 107untuk harga jual dan konstanta sebesar 2,293 x 1010. Dengan demikian persamaan regresi yang mencerminkan bentuk hubungan kedua variabel tersebut adalah Y= 2,293 x 1010 + 6,633 x 107 (X1) + 1,348 x 107 (X2) + e. Koefisien regresi sebesar 6,633 x 107

berarti peningkatan setiap satu kali pada variabel X1 (harga pokok produksi) akan menyebabkan kenaikan pada variabel Y (volume penjualan) sebesar 6,633 x 107. Koefisien regresi sebesar 1,348 x 107 berarti peningkatan setiap satu kali pada variabel X2 (harga jual) akan menyebabkan kenaikan pada variabel Y (volume penjualan) sebesar 1,348 x 107. Sedangkan nilai sebesar 2,293 x 1010 mencerminkan konstanta yang berarti jika nilai harga pokok produksi dan harga


(62)

jual (variabel X) ada pada nilai nol (X=0) maka nilai volume penjualan (variabel Y) adalah sebesar 2,293 x 107.

Dari hasil pengujian variabel penelitian secara parsial, didapati bahwa variabel independen yaitu harga pokok produksi CPO dan PKO tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen yaitu volume penjualan pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian yang menunjukkan bahwat hitung lebih besar daripada t table (1,619 < 2,028), yang berarti bahwa Ho diterima dan Ha ditolak dan dari nilai signifikansi t sebesar 0,115 yang lebih besar dari 0,05.

Ketidakmampuan harga pokok produksi dalam mempengaruhi volume penjualaan karena beberapa alasan, yaitu:

1. kapasitas tangki timbun yang terbatas, sementara produksi terus bertambah. Dalam proses produksi CPO dan PKO, proses panen dilaksanakan jika buah sudah cukup matang. Proses pematangan buah bersifat alami dan tidak bisa dicegah. Akibatnya, setelah dipanen, proses pengolahan TBS harus diolah pada hari yang sama dengan hari panen, untuk menjaga kualitas minyak yang dihasilkan. Kualitas ditentukan oleh tingginya ALB (asam lemak bebas) sejalan dengan pertambahan waktu. Oleh sebab itu, hasil produksi harus langsung dijual untuk mencegah ALB yang tinggi, apabila disimpan terlalu lama. Dengan demikian, penjualan CPO dan PKO tidak dipengaruhi oleh tinggi rendahnya harga pokok produksi.


(63)

2. Apabila pada waktu tertentu kapasitas tangki memungkinkan untuk menahan penjualan, tetapi karena proses terbentuknya ALB masih dapat berlangsung di tangki timbun, maka penyimpanan CPO dan PKO memiliki waktu yang terbatas. Semakin tinggi ALB pada minyak, maka kualitas akan semakin menurun, harga jual akan semakin rendah. Oleh sebab itu, perusahaan harus tetap menjual CPO dan PKO untuk mencegah penurunan harga.

3. Perusahaan tetap menjual hasil produksi CPO dan PKO sesuai dengan harga pasar. Karena harga jual mengacu pada harga pasar internasional. Sehingga perusahaan memiliki kebijakan penetapan harga jual produk, yang menggunakan metode berbasis pasar.

Dari hasil pengujian variabel penelitian secara parsial, didapati bahwa variabel independen yaitu harga jual CPO dan PKO tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen yaitu volume penjualan pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian yang menunjukkan bahwa t hitung lebih kecil daripada t table (0,692 < 2,028), yang berarti bahwa H0 diterima dan H1 ditolak dan dari nilai signifikansi t sebesar 0,494 yang lebih besar dari 0,05.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Lisia Kamelia (2006) yang menemukan bahwa harga jual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume penjualan.

Dari hasil pengujian variabel penelitian secara simultan, harga pokok produksi dan harga jual CPO dan PKO memiliki pengaruh terhadap volume penjualan yang


(64)

ditunjukkan oleh signifikansi F sebesar 0,028 lebih kecil dari 0,05. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil pengujian yang menunjukkan bahwa F hitung lebih besar daripada F table (3,990 > 3,28 ), yang berarti bahwa H0 ditolak dan H1 dierima.


(65)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada PTPN IV (Persero) Medan, seperti yang telah dibahas pada Bab IV, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Harga pokok produksi CPO dan PKO tidak berpengaruh dengan kuat terhadap volume penjualan. Artinya, bahwa informasi mengenai harga pokok produksi CPO dan PKO tidak dapat mempengaruhi perusahaan untuk meningkatkan volume penjualannya, karena berapa pun tinggi-rendahnya harga pokok produksi, perusahaan akan tetap menjual hasil produksinya sesuai harga pasar.

2. Harga jual CPO dan PKO tidak berpengaruh dengan kuat terhadap volume penjualan. Artinya, bahwa informasi mengenai harga jual tidak mempengaruhi perusahaan untuk meningkatkan volume penjualannya. Hal ini dikarenakan harga jual CPO dan PKO mengacu pada harga pasar internasional. Oleh sebab itu, pada saat harga pasar tinggi ataupun rendah, perusahaan akan tetap menjual hasil produksinya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya.

3. Harga pokok produksi dan harga jual CPO dan PKO secara bersamaan berpengaruh tidak kuat terhadap volume penjualan.


(66)

B. Saran

Dalam penelitian ini, penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik sesuai dengan kemampuan penulis. Akan tetapi, penulis menyadari masih banyak terdapat kelemahan atau kekurangan. Oleh karena itu, penulis menyarankan beberapa hal demi kesempurnaan penelitian selanjutnya sebagai berikut:

1. untuk penelitian selanjutnya mengambil jangka waktu yang lebih lama untuk diteliti dan jika memungkinkan kurun waktu yang digunakan adalah tahun,

2. peneliti selanjutnya meneliti perusahaan-perusahaan perkebunan lainnya baik perusahaan pemerintah maupun swasta di Sumatera Utara,

3. kepada perusahaan, pembagian biaya-biaya untuk masing-masing produk agar dilakukan secara terperinci,

4. kepada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian atas unsur yang mempengaruhi volume penjualan agar menggunakan variabel bebas lain selain harga pokok produksi dan harga jual, seperti inflasi, peraturan pemerintah dan lainnya.

C. Keterbatasan Penelitian

Yang menjadi keterbatasan penelitian ini adalah:

1. Jangka waktu penelitian yang terlalu singkat yaitu hanya selama tiga tahun dari

tahun 2007 sampai dengan 2009.

2. Penelitian ini juga terbatas pada hanya pada satu perusahaan perkebunan yaitu


(67)

3. Penelitian ini hanya meneliti komoditi produksi yaitu CPO dan PKO saja, tidak meneliti hasil produksi yang lain sperti teh, dan masih ada faktor internal lain yang mempengaruhi volume penjualan maupun faktor eksternal lainnya yang tidak diuji dalam penelitian ini.


(68)

DAFTAR PUSTAKA

Bertina, Novie. 2006. “Pengaruh Biaya Produksi dan Harga Jual CPO dan PKO terhadap Laba pada PTPN II Medan”. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Erlina, Sri Mulyani, 2007. MetodologiPenelitian dan Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama, USU Press, Medan.

Erlina, Sri Mulyani, 2008. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Kedua, Penerbit USU Press, Medan.

Garrison, Noreen, Brewer,2006. Managerial Accounting, Edisi Kesebelas, Buku Satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Edisi Ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Hansen, Mowen, 2006. Akuntansi manajemen. Edisi Ketujuh, Buku Satu, Alih Bahasa Dewi Fitriasari, Deny Arnos Kwary, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat, Jakarta.

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi, Medan.

Kamelia, Lisia. 2009. “Pengaruh Harga Jual dan Biaya Promosi Terhadap Volume Penjualan Teh SBUTK PT Perkebunan Nusantara VI (Persero) Jambi Sumatera Barat”. Skripsi. Universitas Widyatama, Bandung.

Keown, Arthur J., et al., 2001. Basic Financial Management, Alih Bahasa, Chaerul D. dan Dwi Sulisyorini, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Buku kedua, Salemba Empat, Jakarta.

Kholmi, Masiyah dan Yuningsih, 2004. Akuntansi Biaya, Jilid 1, Edisi 4. UMM Press, Malang, Jawa Timur.

Nova, Yetty.2009. “Pengaruh Potongan Penjualan terhadap Volume Penjualan pada PT Everbright Battery factory Company Medan”. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.

PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (Persero), 2008. Laporan Tahunan 2008, Medan.


(69)

Rochaety, Ety, Ratih Tresnati, dan Abdul Madjid Latief, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS. Edisi Pertama, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta.

Umar, Husein, 2003. Metode Riset Akuntansi Terapan, Edisi Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Usry, Carter, 2004. Akuntansi Biaya. Edisi 13, Buku Satu, Alih Bahasa Krista. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Sugiyono, 2006. Statistika Untuk Penelitian, Edisi Kedua, Penerbit CV Alfabeta, Bandung.

Warren, Reeve, Fees, 2005. Pengantar Akuntansi, Edisi Kedua Puluh Satu, Buku Satu, Alih Bahasa Aria Farahmita, Amanugrahani, Taufik Hendrawan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.


(70)

Lampiran i

Harga Pokok Produksi rata-rata CPO dan PKO per Kg PTPN IV Periode 2007-2009

Harga Pokok Produksi CPO dan PKO

2007 2.008 2009 BULAN

Rupiah/Kg Rupiah/Kg Rupiah/Kg

Januari Rp2.442 Rp3.035 Rp2.550

Februari Rp2.580 Rp3.507 Rp3.495

Maret Rp2.577 Rp4.200 Rp3.869

April Rp2.764 Rp4.152 Rp4.079

Mei Rp2.877 Rp4.545 Rp4.337

Juni Rp3.044 Rp4.221 Rp4.473

Juli Rp2.386 Rp3.115 Rp3.028

Agustus Rp2.493 Rp3.047 Rp3.438

September Rp3.052 Rp3.859 Rp4.024

Oktober Rp2.623 Rp2.493 Rp3.209

November Rp2.853 Rp2.920 Rp3.254


(71)

Lampiran ii

Harga Jual Rata-rata CPO dan PKO per Kg PTPN IV Periode 2007-2009

Harga Jual Rata-rata CPO dan PKO

2007 2008 2009 BULAN

Rp/kg Rp/kg Rp/kg

Januari Rp4.240 Rp7.679 Rp5.169

Februari Rp4.518 Rp8.317 Rp5.737

Maret Rp4.744 Rp8.879 Rp6.220 April Rp4.824 Rp8.398 Rp6.695

Mei Rp5.352 Rp8.994 Rp7.342

Juni Rp5.515 Rp9.317 Rp7.351

Juli Rp5.686 Rp8.867 Rp6.410

Agustus Rp6.266 Rp7.821 Rp6.056

September Rp6.546 Rp7.074 Rp6.453

Oktober Rp6.740 Rp5.759 Rp6.187

November Rp6.842 Rp5.145 Rp6.045


(1)

(2)

Lampiran v

Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Harga Pokok Produksi 36 2386 4545 3293.47 650.194

Harga Jual 36 4240 9317 6539.75 1367.756

Volume Penjualan 36 1.E11 7.E11 3.30E11 1.290E11

Valid N (listwise) 36

Lampiran vi

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 36

Mean -.0000119

Normal Parametersa

Std. Deviation 1.15746139E11

Absolute .154

Positive .154

Most Extreme Differences

Negative -.081

Kolmogorov-Smirnov Z .923

Asymp. Sig. (2-tailed) .362


(3)

Lampiran vi (lanjutan)

Hasil Uji Normalitas


(4)

Lampiran vii

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Lampiran viii

Hasil uji autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 .441a .195 .146 1.192E11 1.414

a. Predictors: (Constant), Harga Jual, Harga Pokok Produksi b. Dependent Variable: Volume Penjualan


(5)

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficients

a

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

(Constant) 2.293E10 1.111E11 .206 .838 Harga

Pokok Produksi

6.633E7 4.096E7 .334 1.619 .115 .572 1.747

1

Harga Jual 1.348E7 1.947E7 .143 .692 .494 .572 1.747

a. Dependent Variable: Volume Penjualan

Lampiran x

Hasil uji hipotesis t (t test)

Coefficientsa Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

(Constant) 2.293E10 1.111E11 .206 .838 Harga

Pokok Produksi

6.633E7 4.096E7 .334 1.619 .115 .572 1.747

1

Harga Jual 1.348E7 1.947E7 .143 .692 .494 .572 1.747 a. Dependent Variable: Volume Penjualan


(6)

Lampiran xi

Hasil uji hipotesis F (F test)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 1.134E23 2 5.669E22 3.990 .028a

Residual 4.689E23 33 1.421E22

1

Total 5.823E23 35

a. Predictors: (Constant), Harga Jual, Harga Pokok Produksi b. Dependent Variable: Volume Penjualan