commit to user 20
Skripsi Komparasi Biaya Pelaksanaan
Penggunaan Bekisting konvensional dan Bekisting Sistem PERI
Ariesita Putri P I0106037 Material pemikul digunakan untuk menahan beban horisontal seperti lantai dan
balok, dan untuk bidang vertikal seperti dinding. Dimana pemikul-pemikul ini terbentuk dari komponen yang ringan dan dapat dirangkai, dipasang, dan dilepas
dengan mudah. Berdasarkan konstruksinya, pemikul bekisting dibagi menjadi 2 dua yaitu :
a. Pemikul yang dapat digeser terdiri dari satuan-satuan yang berukuran
pendek dan ringan, terbuat dari bahan baja atau kayu, biasanya berbentuk kisi atau rangka. Pemikul kayu dengan bentuk 4,35 m, dengan bantuan
pengikat-pengikat dari baja dan pasak-pasak kayu. Bobot dari satu pemikul adalah 7 tujuh sampai 9 sembilan kgm.
b. Pemikul tersusun
Dengan menambahkan batang-batang tarik pada bentuk kuda-kuda yang dipilih, pemikul-pemikul ini dapat menyerap beban yang cukup besar,
dengan momen yang diijinkan adalah antara 60-1500 kNm. Jenis pemikul ini terdiri dari beberapa elemen standar yang berbentuk rangka yang dapat
disusun dengan berbagai kepanjangan dan daya pikul.
2.4. Perhitungan Jarak-jarak antar Pemikul Bekisting dan
Perancah
Perhitungan beban yang diterima bekisting meliputi : 1
Beban beton bertulang Didalam penggunaan yang umum di Indonesia. dalam hal ini sesuai dengan
peraturan yang berlaku, berat beton bertulang 2,4 tonm
3
. PPIUG, 1983 : 11
2 Beban oleh bekisting
Beban ini merupakan berat sendiri dari bekisting yang terdiri dari multiplex sebagai bekisting kontak sebesar berat jenis dikalikan dengan luas
penampang, pehitungan sama untuk kayu-kayu sebagai balok anak dan balok melintang serta perancah. Dalam praktek dianngap untuk
commit to user 21
Skripsi Komparasi Biaya Pelaksanaan
Penggunaan Bekisting konvensional dan Bekisting Sistem PERI
Ariesita Putri P I0106037 perhitungan bahwa pada awal beton dituang pembebanan sering hanya
terjadi di satu lapangan. R.Segel, dkk, 1994 : 54
3 Beban kerja
Beban kerja meliputi beban pekerja dan beban peralatan serta alat angkut beton. Beban kerja, umumnya diberlakukan suatu muatan merata sebesar
150 kgm
2
. F.Wigbout Ing., 1992 : 108
Untuk menghitung jarak antar balok anak, jarak antar balok melintang, dan jarak antar perancah menggunakan rumus :
2.4.1. Rumus Kekuatan
Rumus kekuatan ini menggunakan prinsip pertidaksamaan : lt
W M
s
__
£ 2.1
Dimana : M = momen akibat beban bekisting kontak kgm W = momen perlawanan m
3
lt
s
__
= tegangan lentur ijin kayu kgm
2
. F.Wigbout Ing., 1992 : 142
Harga M diatas dua perletakan adalah :
2
8 1
qL M =
2.2 Dimana : M = momen akibat beban beban bekisting kontak kgm
q = beban total dari bekisting kontak tiap meter kgm
L = jarak antar balok anak m. R.Segel, dkk, 1994 : 56
Untuk mendapatkan W digunakan persamaan :
2
6 1
bh W =
2.3 Dimana : W = momen perlawanan m
3
b = panjang papan bekisting kontak per meter m
h = tebal papan bekisting kontak m. R.Segel, dkk, 1994 : 56
Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia PKKI 1961 menerangkan bahwa nilai
lt
s
__
commit to user 22
Skripsi Komparasi Biaya Pelaksanaan
Penggunaan Bekisting konvensional dan Bekisting Sistem PERI
Ariesita Putri P I0106037 Diperoleh dari tabel PKKI 1961 halaman 6. Menurut PKKI 1961, harga tegangan
ijin dalam daftar PKKI 1961 adalah untuk pembebanan pada konstruksi yang bersifat tetap dan permanen serta untuk konstruksi yang terlindung, sehingga
harga tegangan ijin tersebut masih harus dikalikan dengan faktor reduksi : -
Untuk konstruksi tidak terlindung β = 56 -
Untuk pembebanan yang bersifat sementara γ =54 Dari pertidaksamaan 2.1 dan persamaan 2.2, akan didapatkan jarak antar balok
anak yaitu dengan pertidaksamaan :
lt W
qL
s
__ 2
8 1
£ 2.4
÷ ÷
÷ ÷
ø ö
ç ç
ç ç
è æ
´ ´
£ q
W lt
L
s
__
8 2.5
Dimana : W = momen perlawanan m
3
L = jarak antar balok anak m q = beban total dari bekisting kontak tiap meter kgm
lt
s
__
= tegangan lentur ijin kayu kgm
2
2.4.2. Rumus Kekakuan lendutan
Setiap persyaratan teknis pekerjaan struktur beton selalu membatasi lendutan dari bagian-bagian struktur bekisting dengan maksud melindungi beton yang dicetak
dari pengaruh pergerakan-pergerakan yang berlebihan. Untuk menghasilkan struktur yang lebih kaku, lendutan yang terjadi tidak boleh lebih dari L400.
R.Segel, dkk, 1994 : 57
Lendutan yang terjadi di atas tiga tumpuan atau lebih dapat dihitung dengan persamaan :
EI qL
f
4
384 5
. 2
= 2.7
Dimana : f = lendutan yang terjadi m
commit to user 23
Skripsi Komparasi Biaya Pelaksanaan
Penggunaan Bekisting konvensional dan Bekisting Sistem PERI
Ariesita Putri P I0106037 q = beban total dari bekisting kontak tiap meter kgm
L = jarak antar balok anak m E = modulus elastisitas kayu kgm
2
I = momen inersia kayu m
4
2.4.3. Kontrol Reaksi Perletakan
Setelah menghitung kekuatan serta kekakuanya jarak sumbu ke sumbu perletakan yang diijinkan dapat diketahui dan reaksi perletakan dapat dihitung. Reaksi ini
akan dibandingkan dengan tekanan maksimal yang diijinkan di perletakan. Jika reaksi maksimal di perletakan R
maks
lebih kecil dari pada reaksi perletakan yang terjadi maka jarak sumbu ke sumbu perletakan harus disesuaikan. Dan dihitung
dengan rumus : qL
R 8
9 =
2.8 Dimana : q = beban merata kgm
L = jarak antar tumpuan m
R.Segel, dkk, 1994 : 61
A tk
R
mak s
´ =
s
__
2.9 dimana : R
maks
= reaksi perletakan pada tumpuan yang diijinkan
tk
s
__
= tegangan ijin tekan kgm
2
A = luas bidang perletakan m
2
2.4.4. Kontrol Gaya Lintang
Jika telah dihitung dan diketahui jarak perletakan maka gaya lintang V yang terjadi dapat dihitung. Gaya lintang ini akan di bandingkan dengan gaya lintang
maksimal yang terjadi, dapat dihitung dengan rumus : qL
V 8
5 =
2.10 Dimana : q = beban merata kgm
L = jarak antar tumpuan m
commit to user 24
Skripsi Komparasi Biaya Pelaksanaan
Penggunaan Bekisting konvensional dan Bekisting Sistem PERI
Ariesita Putri P I0106037 V = gaya lintang yang terjadi kg
R.Segel, dkk, 1994 : 61
A V
mak s
´ ´
= 2
3 t
2.11 Dimana : τ = tegangan geser ijin kgm
2
V
maks
= gaya lintang maksimal yang diijinkan kg A = luas penampang yang dibebani gaya lintang m
R.Segel, dkk, 1994 : 57
2.4.5. Kontrol Perancah
Untuk memastikan apakah perancah benar-benar mampu menerima reaksi tumpuan dengan luas bidang A maka harus dikontrol tegangan tekan pada
perancah. Tegangan tekan
tk
s
__
= RA
tegangan tekan diatas harus diperiksa terhadap tegangan ijin tekan tekuk panjang perancah yang digunakan Lk
kontrol arah sumbu λ
x
= 3.5 x Lkh 2.12
λ
y
= 3.5 x Lkb 2.13
syarat jika λ 150 maka dipakai penahan lateral tekuk dimana : Lk = panjang tekuk m
h,b = dimensi perancah m
R.Segel, dkk, 1994 : 58
commit to user Skripsi
Komparasi Biaya Pelaksanaan Penggunaan Bekisting konvensional dan Bekisting Sistem PERI
Ariesita Putri P I0106037 25
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Uraian Umum
Metode penelitian adalah langkah-langkah atau cara-cara penelitian suatu masalah, kasus, gejala, atau fenomena dengan jalan ilmiah untuk menghasilkan
jawaban yang rasional. Metode penelitian digunakan sebagai dasar akan langkah- langkah berurutan yang didasarkan pada tujuan penelitian dan menjadi suatu
perangkat yang digunakan untuk menarik kesimpulan, sehingga dapat diperoleh penyelesaian yang diharapkan untuk mencapai keberhasilan penelitian.
Data yang diperoleh dari penelitian yang menggambarkan suatu kondisi proyek tertentu disusun rapi dan dianalisis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode analisis dan deskriptif. Analisis berarti data yang sudah ada diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan hasil akhir yang dapat disimpulkan.
Deskriptif maksudnya memaparkan masalah-masalah yang sudah ada atau tampak.
3.2. Pengumpulan Data
Untuk mempermudah analisis diperlukan data-data yang berkaitan langsung dengan proyek tersebut. Data tersebut antara lain :
a. Gambar struktur proyek Hotel Red Dot Yogyakarta. b. Data – data anggaran biaya bekisting PERI proyek Hotel Red Dot Yogyakarta
menggunakan laporan progres PT. Beton Konstruksi Wijaksana