Pengaruh Jenis Pupuk Daun Hyponex Dan Pupuk Nongfeng Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Bibit Anggrek DENDROBIUM

(1)

Prapto Eko Sukoco

ABSTRAK

Pengaruh Jenis Pupuk Daun Hyponex Dan Pupuk Nongfeng Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Bibit Anggrek DENDROBIUM

Oleh

Prapto Eko Sukoco

Untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman anggrek Dendrobium bisa dilakukan dengan cara pemupukan. Akan tetapi dengan beragamnya jenis pupuk majemuk yang dipasarkan, maka belum banyak informasi jenis pupuk mana yang mampu memberikan pengaruh pertumbuhan yang terbaik.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui jenis pupuk Hyponex yang menghasilkan tanggapan terbaik pada pertumbuhan vegetatif tanaman anggrek Dendrobium, (2) mengetahui apakah pemberian pupuk Nongfeng berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman anggrek Dendrobium, (3) mengetahui apakah ada interaksi antara pemberian pupuk Nongfeng dan pemberian jenis pupuk Hyponex dalam mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman anggrek Dendrobium.

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas


(2)

disusun secara faktorial (3x2) dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS) dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah pupuk daun, yaitu pupuk Hyponex Hijau (H1), Hyponex Biru (H2), alternate Hyponex Hijau dan Biru (H3) dengan kosentrasi pupuk masing-masing adalah 2 g/l. Faktor kedua adalah pupuk Nongfeng, yaitu tanpa pemberian pupuk Nongfeng (N0), dan pemberian pupuk Nongfeng (N1), dengan kosentrasi pupuk 5 g/l. Sampel tanaman bibit anggrek Dendrobium dikelompokkan menjadi 3 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 6 kombinasi perlakuan, dan setiap kombinasi perlakuan terdiri dari 6 pot tanaman. Kesamaan ragam antar perlakan diuji dengan uji Bartlett. Data diolah dengan menggunakan sidik ragam yang dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf nyata 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) jenis pupuk Hyponex tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif anggrek Dendrobium, (2) pemberian pupuk Nongfeng (9:29:29) meningkatkan secara siknifikan jumlah daun tunas baru dan bobot basah tanaman bibit anggrek Dendrobium, (3) tidak terdapat interaksi antara pemberian pupuk Nongfeng (9:29:29) dan pemberian jenis pupuk Hyponex

(Hyponex Hijau, Hyponex Biru, alternate Hyponex Hijau-Biru) dalam

mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah tunas baru, tinggi tunas baru, jumlah daun tunas baru, jumlah akar primer, dan bobot basah tanaman pada pertumbuhan vegetatif anggrek Dendrobium.


(3)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara ketersediaan nutrisi dengan pertumbuhan

Tanaman. ... 6

2. Tampilan bunga anggrek Dendrobium Shavin White (a) dan Sonia (b). ... 11

3. Pupuk Hyponex Biru dan Pupuk Hyponex Hijau. ... 19

4. Pupuk Nongfeng (9:29:29). ... 20

5. Jenis tetua bunga anggrek Dendrobium. ... 22

6. Bahan tanam bibit anggrek Dendrobium berumur 8 bulan. ... 23

7. Pengaruh aplikasi pupuk Nongfeng terhadap jumlah daun tunas baru tanaman anggrek Dendrobium dalam pot individu. Dua nilai tengah yang diikuti huruf yang sama dinyatakan tidak berbeda nyata pada uji BNT 0.05 = 0,39. ... 31

8. Penampakan pengaruh pupuk Nongfeng terhadap jumlah daun tunas baru anggrek Dendrobium hibrida setelah 4 bulan aplikasi perlakuan. ... 31

9. Pengaruh aplikasi pupuk Nongfeng terhadap bobot basah tanaman Anggrek Dendrobium dalam pot individu. Dua nilai tengah yang diikuti huruf yang sama dinyatakan tidak berbeda nyata pada uji BNT 0.05 = 5,72. ... 34

10.Penampakan pengaruh pupuk Nongfeng terhadap bobot basah tanaman anggrek Dendrobium hibrida setelah 4 bulan aplikasi perlakuan. ... 34


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... . vii

DAFTAR GAMBAR ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3 Landasan Teori ... 4

1.4 Kerangka Pemikiran ... 7

1.5 Hipotesis ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Anggrek Dendrobium ... 11

2.2 Syarat Tumbuh ... 13

2.3 Media Tanam ... 14

2.4 Pemupukan ... 17

III. BAHAN DAN METODE ... 21

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

3.2 Alat dan Bahan Penelitian ... 21

3.3 Metode Penelitian ... 22

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 23

3.4.1 Penanaman Bibit di Pot Individu ... 23

3.4.2 Aplikasi Perlakuan ... 23

3.4.3 Pemeliharaan ... 24


(5)

vi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1 Hasil Pengamatan ... 26

4.1.1 Tinggi Tanaman ... 28

4.1.2 Jumlah Tunas Baru ... 28

4.1.3 Tinggi Tunas Baru ... 29

4.1.4 Jumlah Daun Tunas Baru ... 30

4.1.5 Jumlah Akar Primer ... 32

4.1.6 Bobot Basah Tanaman ... 33

4.2 Pembahasan ... 35

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

5.1 Kesimpulan ... 40

5.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN Gambar 11. ... 45

Tabel 3—20 ... 46


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Rekapitulasi analisis ragam pengaruh pemberian dua jenis

pupuk Hyponex dan pupuk Nongfeng terhadap pertumbuhan

anggrek Dendrobium. ... 27 2. Hasil pengamatan pengaruh pemberian dua jenis pupuk

Hyponex dan pupuk Nongfeng terhadap pertumbuhan anggrek

Dendrobium. ... 27 3. Pengaruh jenis pupuk Hyponex dan pupuk Nongfeng terhadap

tinggi tanaman anggrek Dendrobium setelah 4 bulan perlakuan. ... 46 4. Pengaruh jenis pupuk Hyponex dan pupuk Nongfeng terhadap uji

homogenitas ragam untuk data tinggi tanaman anggrek Dendrobium

setelah 4 bulan perlakuan. ... 46 5. Analisis ragam untuk data tinggi tanaman anggrek Dendrobium

hibrida setelah 4 bulan perlakuan. ... 47 6. Data pengamatan pengaruh jenis pupuk Hyponex dan pupuk

Nongfeng terhadap jumlah tunas baru anggrek Dendrobium setelah

4 bulan perlakuan. ... 47 7. Pengaruh jenis pupuk Hyponex dan pupuk Nongfeng terhadap uji

homogenitas ragam untuk data jumlah tunas baru anggrek

Dendrobium setelah 4 bulan perlakuan. ... 48 8. Analisis ragam untuk data jumlah tunas baru anggrek Dendrobium

setelah 4 bulan perlakuan. ... 49 9. Data pengamatan pengaruh jenis pupuk Hyponex dan pupuk Nongfeng

terhadap tinggi tunas baru baru anggrek Dendrobium setelah


(7)

viii 10. Pengaruh jenis pupuk Hyponex dan pupuk Nongfeng terhadap

uji homogenitas ragam untuk data tinggi tunas baru anggrek

Dendrobium setelah 4 bulan perlakuan. ... 50 11. Analisis ragam untuk data tinggi tunas baru anggrek Dendrobium

setelah 4 bulan perlakuan. ... 51 12. Data pengamatan pengaruh jenis pupuk Hyponex dan pupuk

Nongfeng terhadap jumlah daun tunas baru baru anggrek

Dendrobium setelah 4 bulan perlakuan. ... 51 13. Pengaruh jenis pupuk Hyponex dan pupuk Nongfeng terhadap

uji homogenitas ragam untuk data jumlah daun tunas baru

anggrek Dendrobium setelah 4 bulan perlakuan. ... 52 14. Analisis ragam untuk data jumlah tunas baru anggrek

Dendrobium setelah 4 bulan perlakuan. ... 53 15. Pengaruh jenis pupuk Hyponex dan pupuk Nongfeng terhadap

jumlah daun tunas baru anggrek Dendrobium setelah

4 bulan perlakuan. ... 54 16. Data pengamatan pengaruh jenis pupuk Hyponex dan pupuk

Nongfeng terhadap jumlah akar primer anggrek Dendrobium

Setelah 4 bulan perlakuan. ... 55 17. Pengaruh jenis pupuk Hyponex dan pupuk Nongfeng terhadap

uji homogenitas ragam untuk data jumlah akar primer

anggrek Dendrobium setelah 4 bulan perlakuan. ... 56 18. Analisis ragam untuk data jumlah akar primer anggrek

Dendrobium setelah 4 bulan perlakuan. ... 57 19. Data pengamatan pengaruh jenis pupuk Hyponex dan pupuk

Nongfeng terhadap bobot basah tanaman anggrek Dendrobium

setelah 4 bulan perlakuan. ... 57 20. Pengaruh jenis pupuk Hyponex dan pupuk Nongfeng terhadap

uji homogenitas ragam untuk data bobot basah tanaman

anggrek Dendrobium setelah 4 bulan perlakuan. ... 58 21. Analisis ragam untuk data jumlah akar primer anggrek


(8)

22. Pengaruh jenis pupuk Hyponex dan pupuk Nongfeng terhadap bobot basah tanaman anggrek Dendrobium setelah


(9)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara ketersediaan nutrisi dengan pertumbuhan

Tanaman. ... 6

2. Tampilan bunga anggrek Dendrobium Shavin White (a) dan Sonia (b). ... 11

3. Pupuk Hyponex Biru dan Pupuk Hyponex Hijau. ... 19

4. Pupuk Nongfeng (9:29:29). ... 20

5. Jenis tetua bunga anggrek Dendrobium. ... 22

6. Bahan tanam bibit anggrek Dendrobium berumur 8 bulan. ... 23

7. Pengaruh aplikasi pupuk Nongfeng terhadap jumlah daun tunas baru tanaman anggrek Dendrobium dalam pot individu. Dua nilai tengah yang diikuti huruf yang sama dinyatakan tidak berbeda nyata pada uji BNT 0.05 = 0,39. ... 31

8. Penampakan pengaruh pupuk Nongfeng terhadap jumlah daun tunas baru anggrek Dendrobium hibrida setelah 4 bulan aplikasi perlakuan. ... 31

9. Pengaruh aplikasi pupuk Nongfeng terhadap bobot basah tanaman Anggrek Dendrobium dalam pot individu. Dua nilai tengah yang diikuti huruf yang sama dinyatakan tidak berbeda nyata pada uji BNT 0.05 = 5,72. ... 34

10.Penampakan pengaruh pupuk Nongfeng terhadap bobot basah tanaman anggrek Dendrobium hibrida setelah 4 bulan aplikasi perlakuan. ... 34


(10)

DAFTAR PUSTAKA

Alicia, J. 2011. Pengaruh Jenis Pupuk Daun dan Frekuensi Pemberian Benziladenin Terhadap Pembesaran Seedling Anggrek Dendrobium Hibrida. (Sikripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 45 hlm. Arditti, J. dan R. Ernst. 1992. Fundamentals of Orchid Biology. John Willey and

Sons, Inc. New York. 691 hlm.

Dieva, T. 2011. Pengaruh Media Tanam dan Jenis Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan Bibit Anggrek Dendrobium Hibrida. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 53 hlm.

Gunawan, L. W. 2005. Budidaya Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta. 91 hlm. Harahap. 1996. Anggrek Bunga dengan Aneka Pesona, Bentuk dan Warna.

Penebar Swadaya. Jakarta. 50 hlm.

Hendaryono, D. S. 1998. Budidaya Anggrek dengan Bibit dalam Botol. Kanisus. Yogyakarta. 81 hlm.

Hew, S. and J.W.H. Yong, 2004. The Physiology of Tropical Orchids in Relation to The Industry, edition. World Scientific. 370 pp. Iswanto, H. 2002. Petunjuk Perawatan Angrek. Agromedia Pustaka. Rawa

Belong. 65 hlm.

Lakitan, B. 2004. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 206 hlm.

Latif, S. M. 1990. Bunga Anggrek Permata Belantara Indonesia. Sumur Bandung. Bandung. 444 hlm.

Lingga, P. dan Marsono. 1999. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta . 203 hlm.

Mangel, K dan Kirkby, E. A. 1982. Principles of Plant Nutrition. 3rd Edition. International Potash Institute. 370 pp.


(11)

43

Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition of Higher Plants. Academic Press London. London

Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press. Kampus IPB Taman Kencana Bogor. 222 hlm.

Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agronomi Pustaka. Jakarta. 130 hlm.

Pohan, Y. 2005. Pengaruh Beberapa Macam Pupuk Daun Pada Produksi Dua Varietas Anggrek Dendrobium Silangan. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 49 hlm

Salisburry, F. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Diterjemahkan oleh Lukman , D., dan Sumaryono. Penerbit Institut Teknologi

Bandung. Bandung. 241

Santi, A. 1992. Pengaruh Beberapa Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Anggrek Aranda. Jurnal Hortikultura. 3(2): 28—30.

Sastrapradja, S. dan D. Gandawidjaya. 1980. Anggrek Alam Indonesia yang Mempunyai Potensi Budidaya. Buletin Kebun Raya. 4 (1): 37—42. Sulardjo. 1982. Pemupukan dengan Gandasil. Buletin informasi Pertanian. (3):

30—34.

Sutedjo, M. Mulyani. 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. 177 hlm

Sutiyoso, Y. 2003. Anggrek Potong Dendrobium. Penebar Swadaya. Jakarta. 63 hlm.

Syaifullah, B. Marwoto, A. Muharam, dan T. Sutater. 1997. Anggrek. Balai Penelitian Tanaman Hias . Jakarta. 63 hlm.

Tirta, I. G. 2006. Pengaruh Beberapa Jenis Media Tanam dan Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Vegetatif Anggrek Jamrud (Dendrobium

macrophyllum A. Rich.). Jurnal Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 7 (1) : 81—84.

Widiastoety, D. 1986. Percobaan Berbagai Macam Media dan Kedudukan Mata Tunas Pada Kultur Jaringan Anggrek. Bulletin Penelitian Hortikultura. 13 (3): 1—8.

_________, D., dan L. Hendastuti. 1985. Pengaruh Penggunaan Berbagai Macam Medium Tumbuh terhadap Pertumbuhan Anggrek Phalaenopsis cornu-cervi. Bulletin Penelitian Hortikultura. 12 (3): 39—48.


(12)

__________, D., N. Solvia, dan M. Soedarjo. 2010. Potensi Anggrek Dendrobium Dalam Meningkatkan Variasi dan Kualitas Anggrek Bunga Potong. Jurnal Litbang Pertanian. 29 (3): 101—106.

Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah : Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava Media. Yogyakarta. 105 hlm.

Yoni. 2008. Daftar Harga Pupuk, Obat-batan, dan Media Tanam.

http://www.lembahpinus.com/index.php?option=com_content&task=vie w&id=126&Itemid=84. Diakses Tanggal 22 Februari 2011.

Yusuf, T. 2010. Pemupukan dan Penyemprotan Lewat Daun.

http://tohariyusuf.wordpress.com/2010/01/15/pemupukan-dan-penyemprotan-lewat-daun/. Diakses Tanggal 6 Februari 2011. Zasari, M. 2010. Studi Perbanyakan dan Regenerasi In Vitro Protocorm-Like

bodies Serta Aklimatisasi Planlet Anggrek Dendrobium Hibrida. (Tesis). Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(13)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman dalam pot. Dari ribuan jenis anggrek yang ada di Indonesia ada beberapa jenis anggrek yang sangat digemari oleh pecinta tanaman anggrek dan bernilai komersial yaitu dari genus Dendrobium, Vanda, Phalaeonopsis, Catlleya, Oncidium, Renathera, Aranda, dan Cymbidium. Salah satu jenis bunga anggrak yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah anggrek Dendrobium. Selain tingkat kebutuhan konsumen akan bunga anggrek Dendrobium cenderung meningkat, harganya juga cukup tinggi.

Anggrek Dendrobium mampu memenuhi tuntutan konsumen yang seleranya selalu berubah dari waktu ke waktu. Hal ini dapat dilihat dari jenis anggrek yang ada di pasar yang memiliki bentuk dan warna bunga yang bervariasi, serta

hadirnya varietas-varietas baru dengan penampilan yang makin cantik dan menarik. Ekspor anggrek Thailand yang begitu terkenal juga didominasi oleh anggrek Dendrobium (Harahap, 1996).


(14)

Selera konsumen terhadap Dendrobium ditentukan oleh warna, ukuran, bentuk, susunan, jumlah kuntum pertangkai, panjang tangkai, dan daya tahan kesegaran bunga. Selain itu, selera konsumen dipengaruhi oleh produsen dan tren di luar negeri (Sutiyoso, 2003).

Menurut Pohan (2005), pengembangan anggrek untuk menghasilkan produksi tanaman yang baik guna memenuhi permintaan pasar yang cukup tinggi yaitu dengan perbaikan teknik budidaya diantaranya melalui pemupukan.

Pertumbuhan tanaman anggrek tidak akan dapat optimal bila hanya mengandalkan tersedianya unsur hara di dalam tanah, terutama bagi tanaman anggrek yang menggunakan media non tanah, pupuk mutlak diperlukan agar tanaman tidak menderita defisiensi dan terserang berbagai penyakit akibat kekurangan unsur hara. Biasanya pupuk mengandung unsur hara makro antara lain nitrogen (N), fosfor (P), kalium(K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), sulfur (S), dan unsur mikro antara lain besi (Fe), seng (Zn), tembaga (Cu), mangan (Mn), boron (B),

Molibdenun (Mo), dan khlor (Cl). Semua unsur hara esensial ini dibutuhkan tanaman dalam dosis yang berbeda. Unsur hara makro dibutuhkan dalam jumlah yang besar, sedangkan unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah sedikit.

Untuk pertumbuhan vegetatif, tanaman membutuhkan pupuk dengan kandungan nitrogen (N) yang tinggi, sedangkan untuk masuk ke fase generatif tanaman membutuhkan pupuk dengan kandungan fospor (P) dan kalium (K) yang tinggi (Hendaryono, 1998).


(15)

3

Secara umum untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman anggrek Dendrobium bisa dilakukan dengan cara pemupukan, akan tetapi dengan beragamnya jenis pupuk majemuk yang dipasarkan maka perlu diketahui jenis pupuk apa yang mampu memberikan pengaruh pertumbuhan terbaik. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk menjawab masalah sebagai berikut : 1. Jenis pupuk Hyponex manakah yang menghasilkan tanggapan terbaik

terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman bunga anggrek Dendrobium? 2. Apakah pemberian pupuk Nongfeng dapat meningkatkan pertumbuhan

vegetatif anggrek Dendrobium?

3. Apakah ada interaksi antara pemberian pupuk Hyponex dan Nongfeng dalam mempengaruhi pertumbuhan vegetatif anggrek Dendrobium?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui jenis pupuk Hyponex yang menghasilkan tanggapan terbaik pada

pertumbuhan vegetatif tanaman anggrek Dendrobium.

2. Mengetahui apakah pemberian pupuk Nongfeng berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman anggrek Dendrobium.

3. Mengetahui apakah ada interaksi antara pemberian pupuk Nongfeng dan jenis pupuk Hyponex dalam mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman anggrek Dendrobium.


(16)

1.3 Landasan Teori

Tanaman anggrek Dendrobium sama dengan tanaman lainnya, menyerap unsur hara yang dibutuhkan, mengadakan metabolisme dan melangsungkan

pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan tanaman anggrek tidak akan dapat tumbuh optimal bila hanya mengandalkan tersedianya unsur hara di dalam media. Oleh karena itu, pemberian nutrisi melalui pemupukan mutlak diberikan agar kebutuhan tanaman akan unsur hara terpenuhi.

Menurut Hew dan Yong (2004), kebutuhan nutrisi tanaman anggrek mirip dengan tanaman lainnya kecuali bahwa tanaman anggrek membutuhkan waktu yang lama untuk menunjukkan defisiensi mineral. Nutrisi merupakan faktor penting bagi pertumbuhan tanaman yang dapat diibaratkan sebagai zat makanan bagi tanaman. Menurut Munawar (2011), sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tanaman, nutirisi tanaman dapat dikelompokkan kedalam dua bagian yaitu, nutrisi makro dan nutrisi mikro. Nutrisi makro adalah nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah besar (0,1%__5%), yang meliputi C, H, O, N, P, S, K, Ca, dan Mg. Nutrisi mikro adalah nutrisi yang diperlukan tanaman dalam jumlah lebih kecil yakni kurang dari 0,025%, meliputi Fe, Mn, Cu, Zn, Mo, B, dan Cl.

Menurut Hew dan Yong (2004), N, P, dan K merupakan tiga elemen makro yang harus diperhatikan dalam format, rasio dan aplikasi pemupukan. Menurut Mengel dan Kirkby (1982), unsur nitrogen (N) memiliki kisaran kosentrasi di dalam tanaman sebesar 1,5%, unsur fosfor (P) 0,1__0,5%, dan unsur kalium (K)

0,5__0,8%. Nutrisi makro N, P, K, mempunyai peranan tersendiri bagi tanaman. Nitrogen (N) merupakan unsur hara esensial yang keberadaannya bersifat mutlak


(17)

5

untuk kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta dibutuhkan dalam jumlah banyak. Peranan utama nitrogen bagi tanaman adalah untuk

merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun serta pembentukan hijau daun yang berguna dalam proses fotosintesis (Novizan, 2007).

Menurut Lingga (1999), Fosfor dibutuhkan tanaman untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda, asimilasi, mempercepat pembungaan, dan pembentukan biji. Menurut Winarso (2005), tanaman sebagian besar menyerap unsur hara fosfor dalam bentuk ion ortofosfat primer (H2PO4-). Sejumlah kecil diserap dalam bentuk ion ortofosfat sekunder (HPO42-).

Menurut Lingga (1999), Unsur K bagi tanaman berfungsi sebagai katalisator enzim dalam pembentukan protein dan karbohidrat serta memperkuat tubuh tanaman agar buah, bunga, dan daun tanaman tidak mudah gugur. Selain itu juga berfungsi sebagai sumber kekuatan tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit.

Menurut Hew dan Yong (2004), hubungan antara pertumbuhan tanaman dengan persediaan nutrisi digambarkan dalam bentuk kurva respon pertumbuhan pada Gambar 1. Dalam gambar tersebut terlihat bahwa hubungan antara ketersediaan nutrisi dengan pertumbuhan tanaman dikelompokkan menjadi 3 zona. Pertama zona defisiensi (deficient range) yaitu laju pertumbuhan meningkat dengan meningkatnya persediaan nutrisi. Kedua, zona cukup (adequate range) yaitu laju pertumbuhan telah mencapai maksimum dan dalam keadaan ini tanaman tidak


(18)

dipengaruhi oleh persediaan nutrisi di dalam media tumbuh, dan ketiga, zona toksik (toxic range) yaitu laju pertumbuhan menurun dengan meningkatnya ketersediaan nutrisi.

Gambar 1. Hubungan antara ketersediaan nutrisi dengan pertumbuhan tanaman

Pemberian unsur hara selain diberikan lewat tanah umumnya diberikan lewat daun. Pupuk daun adalah bahan-bahan atau unsur-unsur yang diberikan melalui daun dengan cara penyemprotan atau penyiraman kepada daun tanaman agar langsung dapat diserap guna mencukupi kebutuhan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Sutedjo,1999).

Tanaman dapat menyerap nutrisi melalui permukaan daun lewat stomata (gas) dan kutikula (ion) (Marschner, 1986). Kepadatan stomata dapat mendorong serapan ion karena serapannya melalui ektodesmata, lubang nonplasmik yang terletak di dalam sistem membran sel epidermis antara sel-sel di bawahnya. Unsur-unsur hara kation akan menembus daun melewati kutikula, sedangkan yang berbentuk anion dan gas akan diserap melalui stomata dalam bentuk gas. Pada tanaman daratan seperti anggrek Dendrobium, stomata merupakan tempat pertukaran gas

Ketersediaan Nutrisi Zona Defisiensi Zona Cukup Zona Toksik P ertumbuha n Ta na man 0


(19)

7

CO2 dan O2 atmosfer dan hara mineral dalam bentuk gas seperti SO2, NH3, dan NO2.

Menururt Lakitan (2004), semakin banyak unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman akan meningkatkan pertumbuhan vegetatif sehingga proses fotosintesis akan meningkat. Pemupukan tanaman melalui daun dapat diserap oleh tanaman secara optimal, sehingga cukup baik untuk mendukung pertumbuhan vegetatif tanaman.

1.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, berikut ini disusun kerangka pemikiran untuk memberikan penjelasan teoritis terhadap perumusan masalah. Tanaman anggrek Dendrobium merupakan tanaman hias yang mempunyai nilai estetika tinggi karena berbunga indah dengan warna-warna yang menarik. Selain sebagai tanaman pot berbunga indah, anggrek juga dikenal sebagai tanaman bunga potong yang mempunyai arti penting dalam dunia perdagangan bunga, sehingga bunga anggrek merupakan sumber devisa potensial bagi negara dan sumber penghasilan bagi masyarakat yang membudidayakannya.

Dalam membudidayakan tanaman anggrek Dendrobium, media yang digunakan tidak cukup menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya sehingga perlu diberi tambahan nutrisi, dan penambahan nutrisi bisa dilakukan dengan melalui pemupukan.


(20)

Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk daun Hyponex Hijau yang mengandung N:P:K sebesar 20:20:20 yang digunakan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman, Hyponex Biru yang mengandung N:P:K sebesar 10:40:15 yang digunakan untuk pertumbuhan generatif, dan pupuk Nongfeng yang mengandung N:P:K sebesar 9:29:29 yang juga dipergunakan untuk pertumbuhan generatif tanaman.

Dari data di atas diketahui bahwa pupuk daun Hyponex Hijau memiliki

kandungan N, P, dan K yang seimbang, kandungan N digunakan tanaman untuk membentuk asam amino yang akan diubah menjadi protein dan selanjutnya protein mempunyai peranan penting dalam membentuk klorofil. Kerena itu, nitrogen dibutuhkan dalam jumlah relatif besar pada setiap tahap pertumbuhan vegetatif tanaman, seperti pembentukan tunas, perkembangan batang, dan daun. Kandungan P digunakan tanaman untuk pendewasaan tanaman yang selanjutnya juga untuk pembungaan, sedangkan kandungan K digunakan untuk meningkatkan kekuatan tanaman, meningkatkan perkembangan akar, tidak mudah rebah,

memperkuat tubuh tanaman sehingga tanaman akan menjadi lebih vigor, dan membuat tanaman yang berbunga atau berbuah tidak mudah gugur dan rontok. Sehingga diharapkan dengan pemberian pupuk Hyponex Hijau dengan kandungan N:P:K yang seimbang bibit tanaman anggrek akan mampu berkembang dengan baik, muncul tunas baru, tanaman menjadi dewasa dengan memiliki perakaran yang bagus, tanaman menjadi kokoh dan menjadi lebih vigor.

Pupuk Hyponex Biru memiliki kandungan P yang lebih tinggi, pupuk ini


(21)

9

berbunga. Diharapkan dengan pemberian pupuk Hyponex Biru, bibit tanaman anggrek Dendrobium akan cepat tumbuh menjadi tanaman yang dewasa. Pupuk Nongfeng memiliki kandungan P dan K yang lebih tinggi, sehingga bisa memacu bibit anggrek Dendrobium tumbuh menjadi tanaman yang dewasa, memiliki perakaran yang kokoh, tubuh tanaman menjadi kuat dan bibit tanaman anggrek Dendrobium menjadi lebih vigor.

Anggrek Dendrobium merupakan tanaman epifit yang memiliki akar lekat dan akar udara, akar lekat diganakan tanaman anggrek untuk melekatkan akar pada media, sedangkan akar udara digunakan untuk menyerap air dan udara yang ada disekitar lingkungannya. Hal inilah yang menyebabkan penyerapan hara melalui akar sangat terbatas. Penyerapan hara dapat ditingkatkan dengan cara pemupukan melalui daun. Pemupukan tanaman anggrek melalui daun sangat tepat dilakukan karena anggrek Dendrobium merupakan tanaman berdaun tebal yang dapat menyerap hara mineral dalam bentuk gas yang ada dipermukaannya.

Semakin terpenuhinya kebutuhan nutrisi di dalam tanaman, maka proses

metabolisme akan semakin meningkat. Dengan meningkatnya kandungan nutrisi di dalam tanaman, maka senyawa organik yang disintesis oleh tanaman akan semakin meningkat. Hasil sintesis ini antara lain dalam bentuk pati, protein, dan lipid. Produk dari sintesis ini dimanfaatkan oleh tanaman dalam proses

pembelahan, pembesaran dan diferensiasi sel. Kekurangan unsur hara akan menyebabkan produksi menjadi tidak optimal, karena itu, unsur hara harus selalu cukup tersedia bagi tanaman.


(22)

1.5 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Pupuk Hyponex hijau akan menghasilkan tanggapan terbaik pada pertumbuhan vegetatif tanaman anggrek Dendrobiium.

2. Pemberian pupuk Nongfeng akan berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman anggrek Dendrobium.

3. Terdapat interaksi antara pemberian pupuk Nongfeng pada masing-masing jenis pupuk Hyponex terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman anggrek Dendrobium.


(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anggrek Dendrobium

Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae, suatu famili yang sangat besar dan sangat bervariasi. Famili ini terdiri dari 800 genus dan tidak kurang dari 25.000 spesies (Gunawan, 2006). Salah satu genus yang mempunyai posisi sangat tinggi dalam kultur dan industri bunga potong di indonesia adalah anggrek Dendrobium (Gunadi, 1985 yang dikutip oleh Pohan, 2005).

Menurut Dressler dan Dodson (2000) dalam Widiastoety dkk (2010), klasifikasi anggrek Dendrobium adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Orchidales

Famili : Orchidaceae Suku : Epidendreae Genus : Dendrobium

Dendrobium merupakan salah satu kekayaan alam Indonesia, dan jumlahnya


(24)

Spesies anggrek Dendrobium terbaik banyak terdapat di kawasan timur Indonesia, seperti Papua dan Maluku. Anggrek Dendrobium banyak digunakan dalam rangkaian bunga karena memiliki kesegaran yang relatif lama, warna dan bentuk bunganya bervariasi, tangkai bunga lentur sehingga mudah dirangkai, dan produktivitasnya tinggi.

Tingkatan warna anggrek Dendrobium sangat bervariasi. Umumnya, anggrek

Dendrobium berwarna lembayung muda, putih, kuningkeemasan atau kombinasi

dari warna-warna tersebut. Contoh tampilan anggrek Dendrobium disajikan pada Gambar 2. Beberapa hibrida Dendrobium hasil pemuliaan modern memiliki warna kebiruan, gading, atau jingga tua sampai merah tua. Dendrobium dapat berbunga beberapa kali dalam setahun. Tangkai bunganya panjang dan dapat dirangkai sebagai bunga potong (Puchooa, 2004 yang dikutip oleh Widiastoety dkk, 2010).


(25)

13

2.2 Syarat Tumbuh Anggrek Dendrobium

Genus Dendrobium mempunyai keragaman yang sangat besar, baik habitat, ukuran, bentuk pseudobulb, daun maupun warna bunganya. Spektrum

penyebarannya luas, mulai dari daerah pantai sampai pegunungan. Tersebar di India, Sri Lanka, Cina Selatan, Jepang ke selatan sampai Asia Tenggara hingga kawasan Pasifik, Australia, Selandia Baru, dan Papua Nugini. Tumbuh baik pada ketinggian 0—500 m dari permukaan laut dengan kelembapan 60—80 %.

Intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan budidaya anggrek yang paling mudah adalah yang berasal dari tempat asalnya (Gunawan, 2004).

Berdasarkan cara hidupnya, sebagian besar Dendrobium bersifat epifit,

keistimewaan anggrek epifit adalah adanya akar lekat dan akar udara. Akar lekat berfungsi untuk melekatkan tanaman pada media atau pada subtratnya, sedangkan akar udara berfungsi untuk mengambil hara atau air dari lingkungan tumbuhnya (Latif, 1990).

Menurut Gunawan (2005), Berdasarakan pola pertumbuhannya, tanaman anggrek dibedakan menjadi dua tipe yaitu, simpodial dan monopodial. Anggrek tipe simpodial adalah anggrek yang tidak memiliki batang utama, bunga ke luar dari ujung batang dan berbunga kembali dari anak tanaman yang tumbuh. Kecuali pada anggrek jenis Dendrobium sp yang dapat mengeluarkan tangkai bunga baru di sisi-sisi batangnya. Contoh dari anggrek tipe simpodial antara lain :

Dendrobium sp, Cattleya sp, Oncidium sp, dan Cymbidium sp. Anggrek tipe simpodial pada umumnya bersifat epifit. Anggrek tipe monopodial adalah anggrek yang dicirikan oleh titik tumbuh yang terdapat di ujung batang,


(26)

pertumbuhannnya lurus ke atas pada satu batang. Bunga ke luar dari sisi batang di antara dua ketiak daun. Contoh anggrek tipe monopodial antara lain : Vanda sp, Arachnis sp, Renanthera sp, Phalaenopsis sp, dan Aranthera sp. Habitat tanaman anggrek dibedakan menjadi 4 kelompok sebagai berikut :

 Anggrek epifit, yaitu anggrek yang tumbuh menumpang pada pohon lain tanpa merugikan tanaman inangnya dan membutuhkan naungan dari cahaya matahari, misalnya Cattleya sp. memerlukan cahaya +40%, Dendrobium sp. 50–60%, Phalaenopsis sp. + 30 %, dan Oncidium sp. 60 – 75 %.

 Anggrek terestrial, yaitu anggrek yang tumbuh di tanah dan membutuhkan cahaya matahari langsung, misalnya Aranthera sp., Renanthera sp., Vanda sp. dan Arachnis sp. Tanaman anggrek terestrial membutuhkan cahaya matahari 70 – 100 %, dengan suhu siang berkisar antara 19 – 380C, dan malam hari 18– 210C. Sedangkan untuk anggrek jenis Vanda sp. yang berdaun lebar

memerlukan sedikit naungan.

 Anggrek litofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada batu-batuan, dan tahan terhadap cahaya matahari penuh, misalnya Dendrobium phalaenopsis.

 Anggrek saprofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung humus atau daun-daun kering, serta membutuhkan sedikit cahaya matahari, misalnya Goodyera sp.

2.3 Media Tanam

Cara hidup anggrek Dendrobium adalah menempel pada benda lain seperti batang pohon, lempengan pakis, menempel pada batu-batuan di lereng pegunungan, dan


(27)

15

ada juga yang tumbuh memanjat pada batang tanaman lain tanpa merugikan tempat yang ditempeli (bersifat epifit).

Pada saat ini pengusahaan anggrek akan menghadapi masalah terutama pada ketersediaan media tumbuh semakin sulit dan ketersediaan air menjadi terbatas serta mahal harganya (Campbell dan Mathes, 1989 yang dikutip oleh Tirta, 2006). Penggunaan media organik seperti kulit kayu atau akar pakis mulai terbatas, media tersebut mudah melapuk sehingga harus sering diganti (Gordon, 1997 yang dikutip oleh Tirta, 2006).

Menurut Grove (1998) yang dikutip oleh Tirta (2006), para pencinta anggrek selalu mencari medium tumbuh yang baru. Medium yang diperlukan adalah medium yang dapat menyimpan air dan unsur hara serta melepaskannya pada perakaran secara perlahan-lahan, tidak mudah melapuk, tersedianya udara yang cukup bagi perakaran, mudah didapat dan relatif murah harganya. Akar pakis sesuai untuk media anggrek karena memiliki daya mengikat air, aerasi dan

drainase baik, melapuk secara perlahan-lahan, serta mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan anggrek untuk pertumbuhannya (Syaifullah dkk., 1997).

Menurut Widiastoety dan Hendastuti (1985) media tanam akar pakis merupakan media tumbuh yang baik untuk pertumbuhan tanaman anggrek. Berdasarkan warnanya, batang pakis dibedakan menjadi 2, yaitu batang pakis hitam dan batang pakis coklat. Dari kedua jenis tersebut, batang pakis hitam lebih umum digunakan sebagai media tanam. Batang pakis hitam berasal dari tanaman pakis yang sudah tua sehingga lebih kering. Selain itu, batang pakis ini pun mudah dibentuk menjadi potongan kecil dan dikenal sebagai cacahan pakis. Selain dalam bentuk


(28)

cacahan, batang pakis juga banyak dijual sebagai media tanam siap pakai dalam bentuk lempengan persegi empat. Umumnya, bentuk lempengan pakis digunakan sebagai media tanam anggrek. Kelemahan dari lempengan batang pakis ini adalah sering dihuni oleh semut atau binatang-binatang kecil lainnya. Karakteristik yang menjadi keunggulan media batang pakis lebih dikarenakan sifat-sifatnya yang mudah mengikat air, memiliki aerasi dan drainase yang baik, serta bertekstur lunak sehingga mudah ditembus oleh akar tanaman. Namun, bila akar pakis yang tumbuh di hutan ini diambil secara terus menerus untuk digunakan sebagai media tanam, dikhawatirkan keseimbangan ekosistem akan terganggu.

Menurut Widiastoety (1986), media pecahan arang kayu tidak lekas lapuk, tidak mudah ditumbuhi cendawan dan bakteri. Walaupun sukar mengikat air dan miskin zat hara, tetapi arang cukup baik untuk media anggrek. Arang bisa berasal dari kayu atau batok kelapa, media tanam ini sangat cocok digunakan untuk tanaman anggrek di daerah dengan kelembapan tinggi. Hal itu dikarenakan arang kurang mampu mengikat air dalam jumlah banyak. Arang memiliki sifatnya yang bufer (penyangga) sehingga dapat menetralisir dan mengadaptasikan jika terjadi kesalahan dalam pemberian pupuk. Selain itu, bahan media ini juga tidak mudah lapuk sehingga sulit ditumbuhi jamur atau cendawan yang dapat merugikan tanaman. Namun, media arang cenderung miskin akan unsur hara. Oleh karena itu penyuplaian unsur hara berupa pemupukan perlu dilakukan.

Sebelum digunakan sebagai media tanam, idealnya arang dipecah menjadi potongan-potongan kecil terlebih dahulu sehingga memudahkan dalam penempatan di dalam pot. Ukuran pecahan arang ini sangat bergantung pada


(29)

17

wadah yang digunakan untuk menanam serta jenis tanaman yang akan ditanam. Untuk mengisi wadah yang memiliki diameter 15 cm atau lebih, umumnya digunakan pecahan arang yang berukuran panjang 3 cm, lebar 2-3 cm, dengan ketebalan 2-3 cm. Untuk wadah (pot) yang lebih kecil, ukuran pecahan arang juga harus lebih kecil.

2.4 Pemupukan

Menurut Tirta (2006), anggrek selalu membutuhkan unsur hara untuk

mempertahankan hidupnya. Kebutuhan tanaman anggrek akan unsur hara sama dengan tumbuhan lainnya, hanya saja anggrek membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperlihatkan gejala-gejala defisiensi, mengingat pertumbuhan anggrek sangat lambat. Di alam bebas atau habitat aslinya, anggrek memperoleh unsur-unsur tersebut dari udara dan bahan-bahan organik yang terakumulasi di sekitar perakaran dan secara konstan jumlah unsur-unsur ini bertambah akibat adanya daun-daun yang gugur dan bahan-bahan lain yang membusuk. Dalam usaha budidaya tanaman anggrek, habitatnya tidak cukup mampu menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Untuk mengatasi hal tersebut, biasanya tanaman diberi pupuk baik organik maupun anorganik. Pupuk yang digunakan biasanya pupuk majemuk yaitu pupuk yang mengandung unsur makro dan mikro.

Pemberian unsur hara selain diberikan lewat tanah umumnya diberikan lewat daun. Pupuk daun adalah bahan-bahan atau unsur-unsur yang diberikan melalui daun dengan cara penyemprotan atau penyiraman kepada daun tanaman agar


(30)

langsung dapat diserap guna mencukupi kebutuhan bagi pertumbuhan dan perkembangan (Sutedjo, 1999).

Pemupukan tanaman anggrek dapat dilakukan melalui akar dan daun. Menurut Sutiyoso (1974), pemupukan lewat daun sangat efektif untuk pertumbuhan anggrek, karena unsur hara dapat segera tersedia dan hasilnya pun cepat terlihat.

Menurut Sulardjo (1982), ada beberapa keuntungan yang diperoleh dengan pemupukan melalui daun yaitu lebih efesien karena unsur hara makro dan mikro dapat diserap secara cepat dan menggantikan akar apabila akar-akar tanaman ada yang rusak.

Menurut Yusuf (2010), Diantara sekian banyak metode pemupukan salah satunya adalah pemupukan lewat daun. Pemupukan lewat daun ini mempunyai beberapa kelebihan. Kelebihan pemupukan lewat daun ini diantaranya adalah penyerapan unsur haranya relatif lebih cepat, bisa ditambahkan unsur mikro, karena pupuk (kimia) yang dilewatkan akar kebanyakan hanya megandung unsur hara makro saja, kecuali kalau tanah sering diberi pupuk organik maka pupuk hara mikro tersedia juga, tidak terjadi pengikatan unsur hara seperti halnya tanah dimana sebagian unsur hara akan diikat dengan kuat oleh partikel tanah dan sulit untuk dilepaskan sehingga tanah akan terhindar dari kerusakan.

Tujuan pemupukan lewat daun adalah untuk memacu pertumbuhan,

perkembangan, dan produksi tanaman yang diusahakan. Hal ini dilakukan karena adanya masalah khusus dimana pemupukan lewat media kurang dapat


(31)

19

memberikan unsur hara yang cepat tersedia bagi tanaman (Noggle, 1979 yang dikutip oleh Pohan, 2005).

Noogle (1979) yang dikutip oleh Pohan (2005), menyatakan bahwa salah satu permasalahan dalam pemupukan lewat daun adalah hilang unsur hara yang diberikan tersebut karena adanya peristiwa pencucian sebagai akibat adanya hujan, salju, embun, dan kabut. Umumnya jumlah unsur hara yang hilang tercuci akan lebih banyak terjadi pada daun yang lebih muda.

Beberapa jenis pupuk daun yang bisa digunakan adalah pupuk Hyponex dan pupuk Nongfeng. Pupuk Hyponex adalah pupuk daun anorganik makro

berbentuk kristal bisa digunakan untuk tanaman anggrek. Pupuk Hyponex Hijau memiliki kandungan N = 20% ; P = 20% ; K = 20%, yang digunakan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Sedangkan pupuk Hyponex Biru memiliki kandungan N = 10% ; P = 40% ; K = 15%, yang digunakan untuk pertumbuhan generatif tanaman (Yoni, 2008). Bentuk kemasan kedua jenis pupuk tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.


(32)

Pupuk Nongfeng Bunga (Gambar 4.), merupakan pupuk instan yang memiliki kandungan N = 9% : P = 29% : dan K = 29%, dengan unsur P dan K yag tinggi dan cocok untuk tanaman pada fase generatif. formula khusus untuk

mempercepat dan memperbanyak terbentuknya bunga dan mencegah kerontokan bunga dan buah sehingga hasil produksi panen jadi maksimal (Yoni, 2008).


(33)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, dari bulan Januari 2011 sampai bulan Mei 2011.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan, handsprayer, gelas ukur, sendok, pot tanah liat, selang, dan alat-alat tulis.

Bahan-bahan yang digunakan adalah bibit anggrek Dendrobium yang telah berumur 8 bulan, arang kayu, air, pupuk daun Hyponex Hijau, Hyponex Biru, Nongfeng, dan zat pengatur tumbuh benziladenin (BA) 10 mg/l. Jenis silangan anggrek yang digunakan antara lain P14, P20xP1, P5xP1 yang berasal dari penelitian (Zasari, 2010) mahasiswa Pasca Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Lampung, disajikan pada Gambar 5.


(34)

Gambar 5. Jenis tetua bunga anggrek Dendrobium .

3.3 Metode Penelitian

Rancangan perlakuan disusun secara faktorial (3x2) dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS) dengan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah pupuk daun, yaitu pupuk Hyponex Hijau (H1), pupuk Hyponex Biru (H2), alternate Hyponex Hijau dan Biru (H3) dengan kosentrasi pupuk masing-masing adalah 2 g/l. Faktor kedua adalah pupuk Nongfeng, yaitu tanpa pemberian pupuk

Nongfeng (N0), dan pemberian pupuk Nongfeng (N1), dengan kosentrasi pupuk 5 g/l. Setiap perlakuan diulang 3 kali, setiap satuan percobaan terdiri 6 pot, dan 1 tanaman 1 pot.

Kesamaan ragam antar pelakan diuji dengan uji Bartlett. Data diolah dengan menggunakan sidik ragam yang dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf nyata 5%.


(35)

23

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Penanaman Bibit di Pot Individu

Bahan tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit anggrek

Dendrobium yang sudah berumur 8 bulan (Gambar 6.). Anggrek tersebut ditanam di dalam pot yang berukuran 20 cm, sudah berisi media arang kayu yang

kemudian disusun berdasarkan tataletak dan ulangannya. Setiap satu set perlakuan terdiri dari 6 pot tanaman anggrek dan diulang sebanyak 3 ulangan.

Gambar 6. Bahan tanam bibit anggrek Dendrobium berumur 8 bulan.

3.4.2 Aplikasi Perlakuan

Aplikasi pupuk dilakukan setelah 3 minggu dari repoting. Pupuk daun yang diaplikasika adalah Hyponex Hijau (H1), Hyponex Biru (H2), dan alternate Hyponex Hijau-Hyponex Biru (H3). Pemberian pupuk daun dilakukan setiap minggu selama 4 bulan masing-masing dengan kosentrasi 2 g/l. Aplikasi pupuk Nongfeng, tanpa pemberian pupuk Nongfeng (N0), dan dengan pemberian pupuk Nongfeng (N1) juga dilakukan setiap 1 minggu sekali dengan kosentrasi 5 g/l


(36)

selama 4 bulan. Larutan pupuk yang diberikan pada setiap pot tanaman adalah 10 kali semprot menggunakan alat semprot handsprayer atau sebanyak ± 10 ml/pot tanaman.

3.4.3 Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman meliputi pemberian BA 10 mg/l ke seluruh sampel tanaman yang dilakukan dengan cara tanaman disemprot sebanyak 10 kali semprot menggunakan alat semprot handsprayer atau sebanyak ± 5 ml/pot tanaman. Pemberian BA 10 mg/l dilakukan setiap 1 bulan sekali. Penyiraman tanaman anggrek dilakukan setiap hari yaitu pada pagi atau sore hari dan

pengendalian hama penyakit tanaman dilakukan dengan penyemprotan seminggu sekali dengan fungisida (Dithane M-45) untuk mencegah serangan jamur dan insektisida (Curacron) untuk mencegah serangan serangga.

3.4.4 Pengamatan

Untuk menguji kesahihan kerangka pemikiran, dilakukan pengamatan terhadap peubah-peubah sebagai berikut :

1. Tinggi tanaman (dalam satuan cm), diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh tertinggi tanaman.

2. Jumlah tunas baru (dalam satuan tunas), yaitu dengan menghitung jumlah tunas yang muncul dengan tinggi minimal 2 cm.

3. Tinggi tunas baru (dalam satuan cm), diukur dari pangkal batang tunas sampai titik tumbuh tertinggi.


(37)

25

4. Jumlah daun tunas tunas baru (dalam satuan daun), yaitu menghitung seluruh jumlah daun tunas yang tumbuh.

5. Jumlah akar primer (dalam satuan akar primer), yaitu menghitung jumlah seluruh akar yang muncul pada pangkal batang dan akar diamati pada akhir penelitian

6. Bobot basah tanaman (dalam satuan gram) dengan menimbang seluruh bagian tanaman psada akhir penelitian.


(38)

PENGARUH JENIS PUPUK DAUN HYPONEX DAN PUPUK NONGFENG TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF BIBIT ANGGREK

DENDROBIUM

(Skripsi)

Oleh

Prapto Eko Sukoco

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(39)

PENGARUH JENIS PUPUK DAUN HYPONEX DAN PUPUK NONGFENG TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF BIBIT ANGGREK

DENDROBIUM

Oleh

PRAPTO EKO SUKOCO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Hortikultura Jurusan Budidaya Pertanian

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(40)

Judul Skripsi : PENGARUH JENIS PUPUK DAUN HYPONEX DAN PUPUK NONGFENG TERHADAP PERTUMBUHAN

VEGETATIF BIBIT ANGGREK DENDROBIUM. Nama Mahasiswa : Prapto Eko Sukoco

NPM : 0614012051

Program Studi : Hortikultura

Jurusan : Budidaya Pertanian Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Dwi Hapsoro, M.Sc. Dr. Ir. Yusnita, M.Sc. NIP 19610402 198603 1 003 NIP 19610803 198603 2 002

2. Ketua Jurusan Budidaya Pertanian

Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc. NIP 19611021 198503 1 002


(41)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Dwi Hapsoro, M.Sc.

Sekretaris : Dr. Ir. Yusnita, M.Sc.

Penguji

bukan Pembimbing : Ir. Sri Ramadiana, M.Si.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001


(42)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Wira Bangun, Kecamatan Simpang Pematang, Kabupaten Mesuji pada tanggal 25 Oktober 1987, yang merupakan anak pertama dari 4 bersaudara pasangan Bapak Sutrisno dan Ibu Istirokayah.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 1 Wira Bangun pada tahun 1999, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Simpang Pematang pada tahun 2002, dan Sekolah Menengah Atas Negeri I Simpang Pematang pada tahun 2005. Pada Tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Hama Penyakit Tanaman, Jurusan Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,

Universitas Lampung melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Pada tahun 2006 penulis kembali mengikuti ujian (SPMB) dan diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Hortikultura, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Kelompok Tani Jamur Sejahtera Kp. Linsuh, Gg. Bulan No. 2 Raja Basa Jaya, Bandar Lampung pada tahun 2010. Selama masa perkuliahan penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Teknologi Benih pada tahun 2009.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam berbagai organisasi di kampus diantaranya anggota bidang Pengembangan Akademik FOSI FP pada tahun 2007,


(43)

anggota bidang Pendidikan dan Keprofesian HIMADITA FP pada tahun 2007, pemain sekaligus anggota UKM GAMANILA FC. Penulis pernah mengikuti Pekan Olah Raga Daerah (POMDA) dan mendapatkan juara 1 di cabang sepak bola mewakili UNILA pada tahun 2009, mendapatkan juara 1 cabang olah raga futsal di IAIN CUP mewakili UNILA pada tahun 2008, mendapatkan juara 1 cabang olah raga futsal yang diselenggarakan oleh HIMATIKA FMIPA 2007, juara 1 cabang olah raga futsal yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Kima FMIPA pada tahun 2008.


(44)

Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Alloh niscaya Alloh menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (Ath-Thalaq 4)

Ketahuilah bahwa dalam tubuh manusia terdapat segumpal darah. Manakala dia baik, maka baiklah segenap (aktivitas anggota) tubuh,

dan (sebaliknya) manakala dia rusak, maka rusaklah segenap (aktivitas anggota) tubuh. Ketahuilah, bahwa dia itu adalah hati.

(HR. Bukhori Muslim)

Selalu ada sabar disetiap kesulitan,

dan selalu ada syukur dalam setiap kebahagiaan, karena itulah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.


(45)

Puji syukur atas ridho Allah SWT kupersembahkan hasil perjuanganku untuk Bapak, Ibu, Istriku, dan Adik-adikku yang selalu mendoakan dan memberi dukungan dalam setiap langkah menuju keberhasilanku, serta


(46)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan nikmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Muhammad Rosulullah SAW.

Selama penyusunan sekripsi ini telah banyak yang membantu penulis, dan pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Dwi Hapsoro, M.Sc., selaku Pembimbing Pertama, atas

bimbingan, saran, kesempatan, dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi ini;

2. Ibu Dr. Ir. Yusnita, M.Sc., selaku Pembimbing Kedua, atas seluruh bantuan, perhatian, masukan, motivasi dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini; 3. Ibu Ir. Sri Ramadiana, M.Si., selaku Pembahas dan Dosen Pembimbing

Akademik, yang telah memberikan bimbingan, masukan dan arahan selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini;

4. Ibu Ir. Rugayah, M.P., selaku Ketua Program Studi Hortikultura Universitas Lampung;


(47)

iii 5. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Budidaya

Pertanian Universitas Lampung;

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung;

7. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian khususnya Budidaya Pertanian, saya ucapkan terimaksih atas ilmu pengetahuan dan pengalaman yang telah diajarkan;

8. Keluarga tercinta di Mesuji, Bapak Sitrisno, Ibu Istirokayah, istriku tercinta Puji Lestari, S.Pd., dan adik-adikku Gunawan Panji Asmoro, A.md.Kep., Tri Putra Budi Utomo, Dyah Wulan Handayani, atas seluruh kasih sayang, dukungan, doa, perjuangan, semangat, motivasi, pengorbanan dan perhatian kepada penulis;

9. Keluarga besar di Pemalang, Bapak Ifan Abdul Majid, ibu Minarti, adik Lia Pungkasari, Mas Arif, atas doa, motivasi dan penyemangatnya yang diberikan kepada penulis.

10.Teman seperjuangan selama penelitian Sufi, Anisa, dan Pitri Yanto atas bantuan, semangat dan kerjasama yang baik dengan penulis;

11. Sahabatku Robi Ahmad Hidayat, S.P., Bagus Prasetyo, S.P., Poniran, Deni Satria, Yoga Utama, Topan, Bambang Wijanarko, Fabyan Tusya Ariel, Aridho Imandha, Erni Budi Wahyuning Tyas, S.P., Risca Yolanda, S.P, atas bantuan serta saran yang diberikan keada penulis selama penulisan skripsi;

12.Teman-teman Hortikultura 2006: Mutia Intan, S.P., Dina Novaliana, S.P., Reni Eka Aprilia, S.P., Destaria Elina Malik, S.P., Nurul Fadila, S.P., Septa


(48)

Dwi Wulandari, S.P., Gunes Nurani, Feria Wirana Motik, S.P., Nurma sari, S.P.,

Rian Atmaningrum, S.P, yang telah memberikan keceriaan, kekompakan dan kebersamaan.

13.Teman-teman Budidaya Pertanian 2003, 2004, 2005, 2006, dan 2007, serta Agroekoteknologi 2008, terimakasih atas keceriaan dan telah berbagi pengalaman dengan penullis.

Dan seluruh pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan dan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi rekan-rekan yang membaca. Amin.

Bandar Lampung, Agustus 2011 Penulis


(49)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Jenis pupuk Hyponex (Hyponex Hijau, Hyponex Biru, alternite Hyponex Hijau-Biru) selama 4 bulan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif anggrek Dendrobium yang berumur 8 bulan setelah aklimatisasi. 2. Pemberian pupuk Nongfeng (9:29:29) dengan kosentrasi 5 g/l, meningkatkan

jumlah daun tunas baru dan bobot basah bibit anggrek Dendrobium. 3. Tidak terdapat interaksi antara pemberian pupuk Nongfeng (9:29:29) pada

masing-masing jenis pupuk Hyponex (Hyponex Hijau, Hyponex Biru, alternate Hyponex Hijau-Biru) dalam mempengaruhi pertumbuhan vegetatif bibit anggrek Dendrobium yang ditunjukkan oleh tinggi tanaman, jumlah tunas baru, tinggi tunas baru, jumlah daun tunas baru, jumlah akar primer, dan bobot basah tanaman.


(50)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan, disarankan : 1. Dilakukan penelitian lanjutan pada waktu pembibitan menggunakan jenis

pupuk daun Hyponex dengan tingkat frekuensi pemupukan yang berbeda dengan waktu penelitian yang lebih lama dari 4 bulan dan bahan tanam yang digunakan sebelumnya belum pernah diaplikasikan pupuk daun.

2. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut pada tahap pembesaran anggrek hingga

menjadi tanaman dewasa siap berbunga dengan menggunakan jenis pupuk majemuk yang memiliki kandungan P dan K lebih tinggi dengan waktu pengamatan yang lebih lama dari 4 bulan.


(1)

Puji syukur atas ridho Allah SWT kupersembahkan hasil perjuanganku untuk Bapak, Ibu, Istriku, dan Adik-adikku yang selalu mendoakan dan memberi dukungan dalam setiap langkah menuju keberhasilanku, serta


(2)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan nikmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Muhammad Rosulullah SAW.

Selama penyusunan sekripsi ini telah banyak yang membantu penulis, dan pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Dwi Hapsoro, M.Sc., selaku Pembimbing Pertama, atas

bimbingan, saran, kesempatan, dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi ini;

2. Ibu Dr. Ir. Yusnita, M.Sc., selaku Pembimbing Kedua, atas seluruh bantuan, perhatian, masukan, motivasi dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini; 3. Ibu Ir. Sri Ramadiana, M.Si., selaku Pembahas dan Dosen Pembimbing

Akademik, yang telah memberikan bimbingan, masukan dan arahan selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini;

4. Ibu Ir. Rugayah, M.P., selaku Ketua Program Studi Hortikultura Universitas Lampung;


(3)

iii 5. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Budidaya

Pertanian Universitas Lampung;

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung;

7. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian khususnya Budidaya Pertanian, saya ucapkan terimaksih atas ilmu pengetahuan dan pengalaman yang telah diajarkan;

8. Keluarga tercinta di Mesuji, Bapak Sitrisno, Ibu Istirokayah, istriku tercinta Puji Lestari, S.Pd., dan adik-adikku Gunawan Panji Asmoro, A.md.Kep., Tri Putra Budi Utomo, Dyah Wulan Handayani, atas seluruh kasih sayang, dukungan, doa, perjuangan, semangat, motivasi, pengorbanan dan perhatian kepada penulis;

9. Keluarga besar di Pemalang, Bapak Ifan Abdul Majid, ibu Minarti, adik Lia Pungkasari, Mas Arif, atas doa, motivasi dan penyemangatnya yang diberikan kepada penulis.

10.Teman seperjuangan selama penelitian Sufi, Anisa, dan Pitri Yanto atas bantuan, semangat dan kerjasama yang baik dengan penulis;

11. Sahabatku Robi Ahmad Hidayat, S.P., Bagus Prasetyo, S.P., Poniran, Deni Satria, Yoga Utama, Topan, Bambang Wijanarko, Fabyan Tusya Ariel, Aridho Imandha, Erni Budi Wahyuning Tyas, S.P., Risca Yolanda, S.P, atas bantuan serta saran yang diberikan keada penulis selama penulisan skripsi;

12.Teman-teman Hortikultura 2006: Mutia Intan, S.P., Dina Novaliana, S.P., Reni Eka Aprilia, S.P., Destaria Elina Malik, S.P., Nurul Fadila, S.P., Septa


(4)

iv Dwi Wulandari, S.P., Gunes Nurani, Feria Wirana Motik, S.P., Nurma sari, S.P.,

Rian Atmaningrum, S.P, yang telah memberikan keceriaan, kekompakan dan kebersamaan.

13.Teman-teman Budidaya Pertanian 2003, 2004, 2005, 2006, dan 2007, serta Agroekoteknologi 2008, terimakasih atas keceriaan dan telah berbagi pengalaman dengan penullis.

Dan seluruh pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan dan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi rekan-rekan yang membaca. Amin.

Bandar Lampung, Agustus 2011 Penulis


(5)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Jenis pupuk Hyponex (Hyponex Hijau, Hyponex Biru, alternite Hyponex Hijau-Biru) selama 4 bulan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif anggrek Dendrobium yang berumur 8 bulan setelah aklimatisasi. 2. Pemberian pupuk Nongfeng (9:29:29) dengan kosentrasi 5 g/l, meningkatkan

jumlah daun tunas baru dan bobot basah bibit anggrek Dendrobium. 3. Tidak terdapat interaksi antara pemberian pupuk Nongfeng (9:29:29) pada

masing-masing jenis pupuk Hyponex (Hyponex Hijau, Hyponex Biru,

alternate Hyponex Hijau-Biru) dalam mempengaruhi pertumbuhan vegetatif

bibit anggrek Dendrobium yang ditunjukkan oleh tinggi tanaman, jumlah tunas baru, tinggi tunas baru, jumlah daun tunas baru, jumlah akar primer, dan bobot basah tanaman.


(6)

41

5.2 Saran

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan, disarankan : 1. Dilakukan penelitian lanjutan pada waktu pembibitan menggunakan jenis

pupuk daun Hyponex dengan tingkat frekuensi pemupukan yang berbeda dengan waktu penelitian yang lebih lama dari 4 bulan dan bahan tanam yang digunakan sebelumnya belum pernah diaplikasikan pupuk daun.

2. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut pada tahap pembesaran anggrek hingga menjadi tanaman dewasa siap berbunga dengan menggunakan jenis pupuk majemuk yang memiliki kandungan P dan K lebih tinggi dengan waktu pengamatan yang lebih lama dari 4 bulan.