PENGARUH JENIS PUPUK GROWMORE DAN BENZILADENIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN ANGGREK Dendrobium

(1)

Pitriyanto

ABSTRAK

PENGARUH JENIS PUPUK GROWMORE DAN BENZILADENIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN

ANGGREK Dendrobium

Oleh Pitriyanto

Untuk pertumbuhan vegetatif, tanaman membutuhkan pupuk dengan kandungan nitrogen (N) yang tinggi, sedangkan untuk masuk ke fase generatif tanaman membutuhkan pupuk dengan kandungan fosfor (P) dan kalium (K) yang tinggi. Pemberian ZPT benziladenin dilaporkan dapat merangsang pertumbuhan anggrek Phalaenopsis dan Dendrobium pada waktu aklimatisasi. Disamping itu,

pemberian BA juga dilaporkan dapat merangsang pembungaan pada anggrek Doritaenopsis dan Phalaenopsis.

Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui pengaruh jenis pupuk Growmore terhadap pertumbuhan dan pembungaan anggrek Dendrobium; (2) mengetahui pengaruh benziladenin terhadap pertumbuhan dan pembungaan anggrek

Dendrobium; (3) mengetahui apakah ada interaksi antara jenis pupuk dan benziladenin dalam mempengaruhi pertumbuhan dan pembungaan anggrek Dendrobium.


(2)

Pitriyanto Penelitian bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dan dilaksanakan selama 4 bulan, yaitu dari bulan Februari sampai dengan bulan Juli 2011. Perlakuan disusun secara faktorial (3x2) dalam rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS) dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah pupuk daun, yaitu pupuk Growmore Biru (G1), Growmore Merah (G2), Growmore Biru + Growmore Merah (G3) dengan kosentrasi pupuk masing-masing adalah 2 g/l. Faktor kedua adalah benziladenin (BA), yaitu tanpa pemberian BA (B0), dan pemberian BA (B1), dengan kosentrasi 50 mg/l. Bahan tanaman yang digunakan adalah tanaman hasil kultur jaringan yang berumur 17 bulan setelah aklimatisasi. Setiap satuan percobaan terdiri dari 6 pot tanaman. Pengamatan dilakukan setelah 4 bulan setelah tanam. Kesamaan ragam antarperlakuan diuji dengan uji Bartlett. Kemudian data diolah dengan menggunakan sidik ragam yang dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf nyata 5%.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian Growmore Biru, Growmore Merah dan Growmore Biru + Growmore Merah menghasilkan tinggi tunas baru, jumlah tunas baru, jumlah akar primer, jumlah bunga, panjang malai, dan jumlah kuntum bunga yang tidak berbeda nyata. Pemberian BA dengan konsentrasi 50 mg/l tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas baru, jumlah tunas baru, jumlah akar primer, jumlah bunga, panjang malai dan jumlah kuntum bunga. Tidak ada pengaruh interaksi yang nyata antara pemberian pupuk dan pemberian ZPT terhadap seluruh variabel yang diamati yaitu tinggi tunas baru, jumlah tunas baru, jumlah akar primer, jumlah daun, panjang malai, dan jumlah kuntum bunga.


(3)

PENGARUH JENIS PUPUK GROWMORE DAN BENZILADENIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN

ANGGREK Dendrobium

Oleh :

PITRIYANTO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Hortikultura Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(4)

Judul Skripsi : PENGARUH JENIS PUPUK GROWMORE DAN BENZILADENIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN ANGGREK Dendrobium. Nama Mahasiswa : Pitriyanto

NPM : 0614012049

Program Studi : Hortikultura

Jurusan : Budidaya Pertanian

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI, Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Dwi Hapsoro, M.Sc. Dr. Ir. Yusnita, M.Sc. NIP 196104021986031003 NIP 196108031986032002

Ketua Bidang Budidaya Pertanian

Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc. NIP 196110211985031002


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Dwi Hapsoro, M.Sc.

Sekretaris : Dr. Ir. Yusnita, M.Sc.

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Sri Ramadiana, M.Si.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Srikaton pada tanggal 14 Desember 1987 sebagai anak ke-5 dari 9 bersaudara pasangan Bapak Sujito dan Ibu Siti Fatimah.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri II Blambangan Pagar Abung Semuli pada tahun 1997, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 05 Papan Asri pada tahun 2003, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Abung Semuli Lampung Utara pada tahun 2006. Pada Tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Hortikultura, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama menjadi Siswa SMA penulis pernah mengikuti Rohani Islam (ROHIS) di SMAN 01 Abung Semuli, sebagai Kepala Bidang Kaderisasi dan Hubungan Masyarakat (HUMAS) di BAKORROHIS Lampung Utara. Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti organisasi Himadita Fakultas Pertanian sebagai Sekretaris Bidang Kaderisasi tahun 2007/2008. Kemudian penulis menjadi Sekretaris Biro BBQ UKMF Fosi pada tahun yang sama, sebagai Ketua BIRO BBQ UKMF Fosi pada tahun 2008/2009, dan menjadi Menteri Kepemudaan BEM-U KBM Universitas Lampung pada tahun 2009/2010. Sedangkan di luar kampus penulis aktif di Wahana Leadership Centre (WLC) pada Bidang Training pada tahun 2010/2013, aktif di Smart People dan Menjadi Dewan Pembina di


(7)

IKAMM Lampura pada tahun 2010—2012. Dalam pekerjaan penulis pernah menjadi anggota Marketing di CV. Flash Madani pada tahun 2008—2009, lalu pada posisi yang sama di CV. Sinar Putra Mandiri pada tahun 2009—2010. Kemudian pada tahun 2012 penulis bekerja pada Perusahaan Jagung Monsanto, untuk Projek Riset penyakit, hama, insek, dan gulma. Pada tahun yang sama penulis bekerja di Lampung Post sebagai wartawan.

Penulis melaksanakan praktik umum di Perusahaan Dagang Jamur Tiram Arjuna Mushroom di Bandar Lampung pada bulan Juli – Agustus tahun 2010.


(8)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Dwi Hapsoro, M.Sc., selaku Pembimbing Pertama atas setiap kesempatan, bantuan, saran, perhatian dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Ir. Yusnita, M.Sc., selaku Pembimbing Kedua atas seluruh bantuan, perhatian, masukan, motivasi dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian sehingga penulis dapat dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 3. Ibu Ir. Sri Ramadiana, M.Si., selaku Pembahas yang telah memberikan saran,

motivasi, masukan dan kritik untuk penulisan skripsi ini.

4. Ibu Ir. Maria Viva Rini, M.Sc., selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan dan arahan kepada penulis selama masa perkuliahan.

5. Ibu Ir. Rugayah, M.P., selaku Ketua Program Studi Hortikultura Universitas Lampung.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku Ketua Bidang Budidaya Pertanian Universitas Lampung.


(9)

7. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

8. Keluarga tercinta, Bapak Sujito dan Ibu Siti Fatimah, dan saudara-saudaraku Nur Hamid, Nur Hayati, Redi Fatolah, Sri Witanti, Syamsul Hidayat, Nur Kholis Ajie, Agung Wijaya, dan Siti Afni Nurvita Sari, yang senantiasa mendoakan dari awal sekolah hingga sampai saat ini.

9. Teman seperjuangan selama penelitian Prapto Eko Sukoco, Yoga Utama, S.P., Topan Dieva, S.P., Janne Alicia, S.P., Anisa, dan Sufi, yang telah banyak membantu sampai terselesaikanya penelitian ini.

10.Sahabatku Robi Ahmad Hidayat, Cory Pravita Widaksi, Juandi Hariyanto, Firistyana Silaputri, Doni Indra, Firman Solihin, Larto Darmawan, Bambang, Deni Satria, Umi Pujiati yang banyak membantu dalam menyelesaikan Skripsi.

11.Teruntuk Tim kerja Konsultan Pemilukada: Fokron, Lerto, Fitrah, Kholid, Danang, Bukhori, Dedi, Bang Hai, Bang Aep, Bang Vitto, Bang Ade, dan Bang Evan, yang luar biasa banyak mensuport hingga terselesaikan skripsi ini.

12.Teman-teman Hortikultura 2006: Deni Satria, S.P., Robi Ahmad Hidayat, S.P., Prapto Eko Sukoco, S.P., Rinto, Yoga Utama, S.P., Fabyan Tusya Ariel, S.P., Aridho Imandha, S.P., Poniran, S.P., Clara Riza Agista, S.P., Nurma Sari, S.P., Mutia Intan, S.P., Risca Yolanda, S.P., Dina Novaliana, S.P., Reni Eka Aprilia, S.P., Destaria Elina Manik, S.P., Nurul Fadila, S.P., Erni Budi Wahyuningtias, S.P., Septa Dwi Wulandari, Mardatilla, S.P., Gunes Nurani,


(10)

Feria Wirana Motik, S.p., Dapot M Manulang, Ibnu Faisal atas kebersamaan dan dukungan selama perkuliahan.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan-kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan semoga hasil penelitian ini bermanfaat.

Bandar Lampung, April 2013 Penulis


(11)

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang dan Masalah ... 1

B.Tujuan Penelitian ... 3

C.Kerangka Pemikiran ... 4

D.Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A.Botani Tanaman Anggrek ... 6

B.Syarat Tumbuh Anggrek ... 8

C.Pengaruh Pupuk……… ... 9

D.Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Tanaman ... 10

III. METODE PENELITIAN ... 13

A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

B.Bahan Tanaman ... 13

C.Media Tanam ... 13

D.Pupuk dan ZPT ... 14

E. Metode Penelitian ... 14


(12)

vi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

A. Hasil Pengamatan ... 18

B. Pembahasan. ... 20

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 22

A. Kesimpulan ... 22

B. Saran ... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 24

LAMPIRAN Tabel 1—6 ... 29

Gambar 1—2 ... 35

Gambar 3—4 ... 36

Gambar 5—6 ... 37

Gambar 7—8 ... 38

Gambar 9—10 ... 39

Gambar 11—12 ... 40

Gambar 13—14 ... 41

Gambar 15—16 ... 42


(13)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pengaruh konsentrasi benziladenin dan pupuk Growmore terhadap jumlah tunas, panjang tunas dan jumlah akar primer anggrek

Dendrobium, pada 4 bulan setelah tanam ... 19 2. Pengaruh konsentrasi benziladenin dan pupuk Growmore terhadap

jumlah bunga, jumlah kuntum bunga, dan panjang malai anggrek

Dendrobium, pada 4 bulan setelah tanam ... 19 Tabel Lampiran

1. Data pengamatan pengaruh dua jenis pupuk daun Growmore dan zat pengatur tumbuh benziladenin terhadap tinggi tunas baru tanaman

anggrek Dendrobium pada 4 bulan setelah tanam ... 29 2. Data pengamatan pengaruh jenis pupuk Growmore dan zat pengatur

tumbuh benziladenin terhadap uji homogenitas ragam untuk data tinggi tunas baru tanaman anggrek Dendrobium pada 4 bulan setelah

tanam... 30 3. Data pengamatan pengaruh dua jenis pupuk daun Growmore dan zat

pengatur tumbuh Benziladenin terhadap jumlah tunas baru tanaman

anggrek Dendrobium pada 4 bulan setelah tanam ... 31 4. Data pengamatan pengaruh jenis pupuk Growmore dan zat pengatur

tumbuh benziladenin terhadap uji homogenitas ragam untuk data jumlah tunas baru tanaman anggrek Dendrobium pada 4 bulan setelah

tanam... 32 5. Data pengamatan pengaruh dua jenis pupuk daun Growmore dan zat

pengatur tumbuh Benziladenin terhadap jumlah akar primer tanaman

anggrek Dendrobium pada 4 bulan setelah tanam ... 33 6. Data pengamatan pengaruh jenis pupuk Growmore dan zat pengatur

tumbuh benziladenin terhadap uji homogenitas ragam untuk data jumlah akar primer tanaman anggrek Dendrobium pada 4 bulan


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Anggrek Dendrobium... 8 2. Komponen Media anggrek (a) arang kayu, (b) pakis, (c) sterofom, (d)

anggrek yang sudah ditanam dalam media ... 14 3. Denah dan tata letak percobaan... 28

Gambar Lampiran

1. Tanaman anggrek Dendrobium dengan perlakuan Growmore Biru (30:10:10) dan tanpa benziladenin, pada 4 bulan setelah tanam

(Ulangan 1)... 35 2. Tanaman anggrek Dendrobium dengan perlakuan Growmore Biru

(30:10:10) dan tanpa benziladenin, pada 4 bulan setelah tanam

(Ulangan 2)... 35 3. Tanaman anggrek Dendrobium dengan perlakuan Growmore Biru

(30:10:10) dan tanpa benziladenin, pada 4 bulan setelah tanam

(Ulangan 3)... 36 4. Tanaman anggrek Dendrobium dengan perlakuan Growmore Merah

(10:55:10) dan tanpa benziladenin, pada 4 bulan setelah tanam

(Ulangan 1) ... 36 5. Tanaman anggrek Dendrobium dengan perlakuan Growmore Merah

(10:55:10) dan tanpa benziladenin, pada 4 bulan setelah tanam

(Ulangan 2) ... 37 6. Tanaman anggrek Dendrobium dengan perlakuan Growmore Merah

(10:55:10) dan tanpa benziladenin, pada 4 bulan setelah tanam


(15)

x

7. Tanaman anggrek Dendrobium dengan perlakuan Growmore Biru + Growmore Merah dan tanpa benziladenin, pada 4 bulan setelah tanam

(Ulangan 1) ... 38 8. Tanaman anggrek Dendrobium dengan perlakuan Growmore Biru +

Growmore Merah dan tanpa benziladenin, pada 4 bulan setelah tanam (Ulangan 2) ... 38 9. Tanaman anggrek Dendrobium dengan perlakuan Growmore Biru +

Growmore Merah dan tanpa benziladenin, pada 4 bulan setelah tanam (Ulangan 3) ... 39 10.Tanaman anggrek Dendrobium dengan perlakuan Growmore Biru

(30:10:10) dan dengan benziladenin 50 mg/l, pada 4 bulan setelah

tanam (Ulangan 1) ... 39 11.Tanaman anggrek Dendrobium dengan perlakuan Growmore Biru

(30:10:10) dan dengan benziladenin 50 mg/l, pada 4 bulan setelah

tanam (Ulangan 2) ... 40 12.Tanaman anggrek Dendrobium dengan perlakuan Growmore Biru

(30:10:10) dan dengan benziladenin 50 mg/l, pada 4 bulan setelah

tanam (Ulangan 3) ... 40 13.Tanaman anggrek Dendrobium dengan perlakuan Growmore Merah

(10:55:10) dan dengan benziladenin 50 mg/l, pada 4 bulan setelah

tanam (Ulangan 1) ... 41 14.Tanaman anggrek Dendrobium dengan perlakuan Growmore Merah

(10:55:10) dan dengan benziladenin 50 mg/l, pada 4 bulan setelah

tanam (Ulangan 2) ... 41 15.Tanaman anggrek Dendrobium dengan perlakuan Growmore Merah

(10:55:10) dan dengan benziladenin 50 mg/l, pada 4 bulan setelah

tanam (Ulangan 3) ... 42 16.Tanaman anggrek Dendrobium dengan perlakuan Growmore Biru +

Growmore Merah dan dengan benziladenin 50 mg/l, pada 4 bulan

setelah tanam (Ulangan 1) ... 42 17.Tanaman anggrek Dendrobium dengan perlakuan Growmore Biru +

Growmore Merah dan dengan benziladenin 50 mg/l, pada 4 bulan

setelah tanam (Ulangan 2) ... 43 18.Tanaman anggrek Dendrobium dengan perlakuan Growmore Biru +

Growmore Merah dan dengan benziladenin 50 mg/l, pada 4 bulan


(16)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Anggrek merupakan tanaman hias yang mempunyai nilai estetika tinggi. Bentuk dan warna bunganya yang unik menjadi daya tarik tersendiri sehingga banyak diminati orang (Widiastoety dkk, 2010). Tingginya minat akan bunga anggrek dapat ditunjukkan dengan peningkatan produksi anggrek dari tahun ke tahun. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa produksi bunga anggrek pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011 berturut-turut (dalam juta tangkai) adalah 9,5; 15,4; 16,2; 14,1; dan 15,5. Sedangkan lima provinsi

penghasil bunga anggrek terbesar adalah Jawa Barat (4,1 juta tangkai), Jawa Tengah (3,7 juta tangkai), Banten (2 juta tangkai), DKI Jakarta (1,7 juta tangkai), dan Bali (1,4 juta tangkai) (BPS, 2011).

Anggrek memiliki banyak jenis, dan jenis anggrek yang paling banyak

diperjualbelikan berturut-turut adalah Dendrobium, Phalaenopsis, dan Vanda (Widiastoety dkk, 2010). Dendrobium memiliki lebih dari 1.600 spesies yang tersebar di daerah tropis. Anggrek ini sangat diminati oleh konsumen baik dalam bentuk tanaman pot atau sebagai bunga potong. Keindahan bunganya dapat dimanfaatkan sebagai penghias ruangan atau rangkaian bunga. Dendrobium sudah dibudidayakan secara luas di Indonesia. Anggrek ini banyak diminati karena keawetan bunganya, warna yang beraneka ragam, perawatannya mudah dan dapat tahan di daerah kering (Kamemoto et al., 1999).


(17)

2

Pemupukan yang tepat sangat diperlukan untuk pendukung pertumbuhan dan

perkembangan anggrek. Komposisi yang diberikan harus seimbang antara unsur hara makro dan unsur hara mikro. Hara makro adalah hara yang dibutuhkan dalam jumlah besar (0,1%—5 %), yang meliputi C, H, O, N, P, S, K, Ca, dan Mg, sedangkan hara mikro adalah hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah kecil yakni kurang dari 0,025%, meliputi Fe, Mn, Cu, Zn, Mo, B, dan Cl (Munawar, 2011). Pemberian unsur hara pada umumnya diberikan lewat tanah, namun selain aplikasi pupuk lewat tanah, ada juga pemberian pupuk yang melalui daun. Pupuk daun adalah bahan-bahan atau unsur-unsur yang diberikan melalui daun dengan cara penyemprotan atau penyiraman pada seluruh permukaan daun tanaman (Sutedjo, 1999).

Untuk pertumbuhan vegetatif, tanaman membutuhkan pupuk dengan kandungan nitrogen (N) yang tinggi, sedangkan untuk masuk ke fase generatif tanaman membutuhkan pupuk dengan kandungan fosfor (P) dan kalium (K) yang tinggi (Hendaryono, 1998). Fosfor dibutuhkan tanaman untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman yang masih muda, untuk proses asimilasi, mempercepat pembungaan, dan untuk proses pembentukan biji (Lingga, 1999). Tanaman sebagian besar menyerap unsur hara fosfor dalam bentuk ion ortofosfat primer (H2PO4). Sejumlah kecil diserap dalam bentuk ion ortofosfat sekunder

(HPO4) (Winarso, 2005).

Pupuk daun Growmore diantaranya tersedia dalam formulasi Growmore Biru (32:10:10) dan Growmore Merah (10:55:10). Growmore Biru mengandung kadar N tinggi, sedangkan Growmore Merah mengandung kadar P tinggi. Diharapkan pemberian Growmore Biru dapat mendorong pertumbuhan vegetatif sedangkan pemberian Growmore Merah dapat mendorong pembungaan.


(18)

3

Pemberian ZPT benziladenin dilaporkan dapat merangsang pertumbuhan anggrek Phalaenopsis (Handayani, 2011) dan Dendrobium (Suhar, 2012) pada wakktu aklimatisasi. Disamping itu, pemberian BA juga dilaporkan dapat merangsang pembungaan pada anggrek Doritaenopsis dan Phalaenopsis (Blanchard dan Runkle, 2008 ; Wu dan Chang, 2009).

B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh jenis pupuk Growmore terhadap pertumbuhan dan pembungaan anggrek Dendrobium.

2. Mengetahui pengaruh benziladenin terhadap pertumbuhan dan pembungaan anggrek Dendrobium.

3. Mengetahui apakah ada interaksi antara jenis pupuk dan benziladenin dalam mempengaruhi pertumbuhan dan pembungaan anggrek Dendrobium.


(19)

4

C. Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan anggrek Dendrobium sangat lambat. Oleh karena itu selain pemilihan media tanam yang tepat, perlu dilakukan pemupukan dan pemberian perangsang pembungaan yang tujuannya untuk mempercepat proses pertumbuhan vegetatif dan proses pembungaan.

Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah Growmore Biru (32:10:10) yang memiliki warna kristal biru. Diharapkan pupuk ini dapat mempercepat proses pertumbuhan vegetatif, yaitu penambahan jumlah tunas baru,

memperpanjang tunas baru, dan meningkatkan jumlah akar primer. Hal ini dikarenakan jumlah kandungan nitrogen yang tinggi. Dalam penelitian ini juga digunakan pupuk daun Growmore Merah (10:55:10). Pupuk Growmore Merah ini sangat baik untuk merangsang perakaran pada pembibitan, setek (cutting) atau waktu pemindahan pembibitan ke lapangan.

Pada fase generatif tanaman membutuhkan unsur hara fosfat (P). Unsur hara ini digunakan tanaman untuk asimilasi dan dapat mempercepat proses pembungaan. Oleh karena itu pemberian Growmore (10:55:10) dapat mempercepat

pembungaan.

Hasil penelitian Handayani (2011), menunjukan bahwa pemberian BA 20 mg/l pada anggrek Phalaenopsis yang sedang di aklimatisasi menyebabkan

peningkatan diameter daun, jumlah akar, dan bobot basah tanaman, tetapi tidak berpengaruh terhadap jumlah daun. Menurut Suhar (2012), Pemberian 20 mg/l BA menyebabkan peningkatan jumlah daun pada Dendrobium yang sedang di


(20)

5

aklimatisasi, tetapi tidak berpengaruh terhadap tinggi planlet, jumlah akar, panjang akar, dan bobot basah tanaman. Hasil penelitian Blanchad dan Runkle (2008) dan Wu dan Chang (2009) menunjukkan bahwa pemberian BA dapat merangsang pembungaan anggrek Doritaenopsis dan Phalaenopsis.

D. Hipotesis

1. Pupuk Growmore dapat meningkatkan pertumbuhan dan pembungaan tanaman anggrek Dendrobium.

2. Pemberian Zat Pengatur Tumbuh benziladenin (BA) dapat meningkatkan pertumbuhan dan pembungaan tanaman anggrek Dendrobium.

3. Terdapat interaksi antara pupuk Growmore dengan benziladenin (BA) dalam mempengaruhi pertumbuhan dan pembungaan tanaman anggrek


(21)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani Tanaman Anggrek

Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae. Orchidaceae merupakan famili tanaman terbesar yang terdiri dari 900 Genus dan 25.000 spesies (La Croix, 2008). Salah satu spesies dari Orchidaceae adalah Dendrobium sp. Dendrobium ini memiliki pola tumbuh horizontal atau yang lebih dikenal anggrek sebagai simpodial. Anggrek simpodial memiliki tunas-tunas anakan di samping batang utama. Anakan tersebut berpotensi membentuk rumpun. Anggrek jenis ini memiliki batang atau batang semu (bulb atau pseudobulb) majemuk yang bertumpuk pada rhizome. Batang semu ini tumbuh secara determinate, yaitu tumbuh hingga mencapai titik maksimum lalu berhenti tumbuh (Yusnita, 2010).

Menurut Yusnita (2010), keragaman anggrek yang besar tercermin dari habitat tumbuhnya di alam yang juga beragam jenis, antara lain terestrial, epifit, lithofit (saxatilic), semi-aquatic, dan saprofit. Anggrek terestrial hidup ditanah dan memerlukan cahaya matahari penuh atau hamper penuh agar tumbuh dan

berkembang dengan baik. Anggrek epifit tumbuh menempel pada tumbuhan lain, tapi tidak merugikan (Phalaenopsis dan Dendrobium), lithofit adalah anggrek yang menempel pada bebatuan, lalu saprofit adalah anggrek yang hidup pada seresah dedaunan atau biomasa tanaman berhumus, dan semi-aquatic adalah anggrek yang hidup di lingkungan dengan kelembaban jenuh.


(22)

7

Bentuk daun tanaman anggrek sangat bervariasi seperti berbentuk bujur telur (oval), lonjong dan sendok (spatula) (Setiawan, 2006). Menurut bentuk

batangnya, tanaman anggrek dapat dibedakan menjadi dua yaitu bentuk batang monopodial dan simpodial. Anggrek monopodial mempunyai pertumbuhan batang yang tidak terbatas sedangkan anggrek simpodial mempunyai

pertumbuhan batang terbatas. Anggrek monopodial hanya memiliki satu batang dan satu titik tumbuh saja. Bunganya tumbuh dari ujung batang, contoh: Vanda sp., dan Phalaenopsis sp. Anggrek simpodial ini memiliki lebih dari satu titik tumbuh, tunas baru muncul dari sekitar batang utama, dan bunga bisa muncul di pucuk atau sisi batang, akan tetapi ada juga yang muncul dari akar tunggal. Batangnya menyimpan air cadangan makanan atau umbi semu. Anggrek ini dapat diperbanyak dengan cara split, dan dengan biji, misalnya Dendrobium sp., dan Cattleya sp (Gunawan, 2005).

Jenis anggrek Dendrobium sp yang tersebar di Indonesia meliputi Dendrobium anosmum, Dendrobium antenatum, Dendrobium cremenatum, Dendrobium secundum, dan Dendrobium macrophyllum (Zasari, 2010).

Pada umumnya akar anggrek berbentuk silindris dan berdaging, lunak, mudah patah dengan ujung akar meruncing dan sedikit lengket. Bunga anggrek tersusun dalam rangkaian dan setiap bunga anggrek memiliki struktur dasar 3+3, yang terdiri dari 3 sepal luar (daun kelopak) dan 3 petal dalam (daun mahkota). Buah anggrek merupakan buah kapsular dan di dalam buah anggrek tersebut terdapat biji yang tidak memiliki endosperm.


(23)

8

Klasifikasi dan Morfologi Anggrek Dendrobium Menurut Sutiyoso dan Sarwono (2002) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Orchidales

Famili : Orchidaceae Genus : Dendrobium Spesies : Dendrobium sp.

Gambar 1. Anggrek Dendrobium

B. Syarat tumbuh

Dendrobium membutuhkan intensitas cahaya dan lama penyinaran terbatas. Besar intensitas cahaya yang dibutuhkan sekitar 1.500 – 3.000 footcandle (fc), dan sebagai perbandingan, saat matahari terik di siang hari, kisaran intensitas matahari sekitar 7.000–10.000 footcandle (fc). Anggrek Dendrobium membutuhkan kelembaban pada kisaran 60–85%, meningkatnya kelembaban mampu

menurunkan suhu. Suhu yang dikehendaki adalah berkisar 25°C–27°C. Tetapi pada suhu 30°C Dendrobium masih dapat berproduksi optimal (Arditi, 1984 yang dikutip oleh Puspitasari, 2006).


(24)

9

C. Pengaruh pupuk

Dalam budidaya anggrek Dendrobium dibutuhkan adanya pemberian pupuk guna menghasilkan tanaman dan bunga yang baik. Hal ini dikarenakan tanaman memerlukan unsur hara dalam memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman. Pupuk adalah bagian yang sangat penting dan diperlukan bagi tanaman untuk mencukupi kebutuhan unsur hara tanaman. Di habitat aslinya, anggrek memperoleh unsur-unsur tersebut dari udara dan bahan-bahan organik yang berada di sekitar akar. Sedangkan untuk budidaya, anggrek memerlukan pupuk organik dan anorganik, pupuk yang digunakan mengandung unsur hara makro dan mikro (Tirta, 2006).

Pemberian unsur hara pada tanaman dapat dilakukan lewat daun atau tanah. Pemupukan melalui daun dapat dilakukan dengan penyemprotan atau penyiraman daun agar dapat diserap langsung oleh tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara guna meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan (Sutedjo, 1999). Pupuk majemuk daun dapat dibedakan menjadi dua bagian, pupuk majemuk untuk memacu pertumbuhan vegetatif dan generatif. Perbedaan dari kedua pupuk tersebut terdapat pada komposisi unsur hara yang ada didalamnya. Pada vase vegetatif tanaman membutuhkan nitrogen dalam jumlah besar karena unsur ini merupakan bahan utama penyusun protein yang sangat dibutuhkan dalam pembelahan sel, dan sebaliknya pada saat tanaman memasuki fase reproduktif (generatif), tanaman memerlukan unsur fosfor (P) dan kalium (K) dalam jumlah yang lebih banyak karena unsur-unsur ini digunakan untuk merangsang


(25)

10

Pupuk daun dapat berbentuk serbuk atau cair. Pupuk daun berbentuk serbuk yang berkualitas baik yaitu apabila dilarutkan dalam air tidak menyisakan endapan. Karena mudah larut dalam air, sifat pupuk daun menjadi sangat higroskopis yang menyebabkan tidak dapat disimpan terlalu lama jika kemasannya telah dibuka. Sedangkan salah satu pupuk daun yang digunakan adalah Growmore. Growmore adalah pupuk daun lengkap dalam bentuk kristal berwarna biru, mudah larut dalam air, mudah diserap oleh tanaman baik itu melalui penyemprotan daun maupun disiram ke dalam tanah. Jenis pupuk Growmore yaitu Growmore (20:20:20), Growmore (32:10:10), Growmore (6:30:30), Growmore (10:55:10), Growmore (0:24:0) dan Growmore Sulfur Micro Mix (Agritekno, 2013).

D. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Tanaman

ZPT adalah senyawa organik bukan hara, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat mengubah proses fisiologi tumbuhan. ZPT dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu golongan auksin, sitokinin,

giberelin dan inhibitor. Zat pengatur tumbuh yang tergolong auksin adalah indol asam asetat (IAA), indol asam butirat (IBA), naftalaen asam asetat (NAA) dan 2,4 dikhlorofenoksi asam asetat (2,4-D). ZPT yang termasuk golongan sitokinin adalah kinetin, zeatin, dan benziladenin (BA). Sedangkan golongan giberelin misalnya GA1, GA2, GA3, GA4, dan golongan inhibitor adalah fenolik dan asam absisik (Hendaryono, 1998).


(26)

11

Aplikasi ZPT dilakukan dengan cara penyemprotan, yang sebelumnya dilarutkan dalam air sehingga mudah diserap oleh tanaman. Pemberian atau penyemprotan ZPT dilakukan ke seluruh bagian tanaman terutama daun. Menurut Sutiyoso (2003), larutan ZPT juga disemprotkan selain ke daun juga ke bagian akar dan media tanaman yang kemudian diserap oleh tanaman melalui proses difusi dan osmosis.

Bagian tanaman yang paling utama untuk menyerap hara adalah akar kerena secara anatomis akar berfungsi untuk menyerap hara dan air. Air diserap melalui akar bersama-sama dengan unsur-unsur yang terlarut di dalamnya, kemudian diangkut ke bagian atas tanaman, seperti daun dan bunga, melalui pembuluh xilem (Lakitan, 2004).

Sitokinin adalah salah satu ZPT yang ditemukan pada tanaman. ZPT ini mempunyai peranan dalam proses pembelahan sel. Aplikasi sitokinin

menghasilkan berbagai efek bila diterapkan pada tanaman. Pemberian sitokinin ke tanaman menyebabkan aktifnya sink, yang kemudian mempengaruhi

pembelahan sel. Sitokinin juga merangsang sintesis protein dan mengaktifkan enzim. Sitokinin dapat merangsang terbentuknya tunas, berpengaruh dalam metabolisme sel, merangsang pemecahan dormansi mata tunas dan aktifitas utamanya adalah mendorong pembelahan sel. Jenis sitokinin yang sering digunakan dalam merangsang pembentukan tunas adalah benziladenin (BA) (George, 2008).


(27)

12

BA merupakan jenis sitokinin yang diketahui efektif dalam merangsang perbanyakan tunas secara in vitro pada banyak spesies, sehingga lebih sering digunakan. Benziladenin merupakan jenis sitokinin yang efektif untuk merangsang perbanyakan tunas dan merupakan sitokinin sintetik yaitu jenis sitokinin yang tidak diproduksi di dalam tubuh tanaman. Fungsi dari BA dalam jaringan tanaman adalah untuk merangsang pembelahan sel, pembentukan tunas adventif, proliferasi tunas aksilar dan meningkatkan aliran fotosintat (Pierik, 1987).

Menurut hasil penelitian Rizki (2012) aplikasi BA dengan konsentrasi 25 mg/l memiliki pengaruh pada peningkatan jumlah daun anggrek Dendrobium hibrida. Sedangkan menurut Kasiman (2012) BA dapat meningkatkan bobot basah, jumlah akar dan panjang akar anggrek Dendrobium pada saat tanaman aklimatisasi. ZPT tanaman tidak berdiri sendiri di dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, tetapi berinteraksi dengan faktor-faktor lingkungan, misalnya temperatur dan cahaya (Wattimena, 1991).


(28)

13

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dan dilaksanakan selama 4 bulan, yaitu dari bulan Februari sampai dengan bulan Juli 2011.

B. Bahan Tanaman

Bahan tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit anggrek Dendrobium yang sudah berumur 17 bulan sejak aklimatisasi. Anggrek ini didapatkan dari penelitian sebelumnya (Alicia, 2011). Bahan tanaman anggrek memiliki rata-rata jumlah tunas lama 3—4 tunas pada tiap tanaman, dan memiliki tinggi rata-rata tiap tanaman sekitar 10—15 cm dari permukaan media, dengan rata-rata jumlah daun tiap tunas sekitar 4—5 daun.

C. Media Tanam

Media tanam yang digunakan merupakan campuran antara pakis dan arang dengan perbandingan volume 2:1. Media diletakkan dalam pot plastik dengan ukuran diameter 20 cm dan tinggi 13cm. Sebelum campuran media tersebut dimasukkan ke dalam pot, di bagian dasar pot diletakkan sterofom (2 x 2 cm) sampai volume 20% dari volume pot. Pakis dimasukkan ke dalam pot sampai volume 70% dari volume pot, lalu dimasukkan arang kayu sampai volume 95% dari volume pot.


(29)

14

Sebelum digunakan, pakis direndam dalam bak plastik yang berisi 2 g/l Dithane M-45 selama 24 jam. Selanjutnya pakis ditiriskan dan dikeringkan selama 2 hari kemudian dicincang halus berukuran panjang 2 cm lalu dimasukkan ke dalam pot.

Gambar 2. Kompoen media anggrek. (a) Arang kayu. (b) pakis. (c) Sterofom. (d) Anggrek yang sudah ditanam dalam media.

D. Pupuk dan ZPT

Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah Growmore biru (32:10:10) dan Growmore merah (10:55:10) (PT. Nusa Tani, Jakarta 10260). Kedua pupuk tersebut masing-maisng dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 2 g/l. Sebanyak 2 gr pupuk Growmore dilarutkan dengan air sebanyak 1 liter, lalu diaduk hingga merata, kemudian pupuk daun Growmore disemprotkan pada daun anggrek secara merata sebanyak 15 ml atau 10 kali semprot.


(30)

15

Aplikasi BA dilakukan selama dua bulan, dengan dosis 50 mg/l. Penyemprotan BA sama dalam satu bulan dilakukan 2 kali penyemprotan, dan untuk dua bulan 4 kali. Penyemprotan pada permukaan daun sebanyak 15 ml atau 10 kali semprotan.

Proses pembuatan larutan BA, yaitu dengan menimbang 50 mg BA, kemudian meletakkan BA tersebut di sudut gelas beaker ukuran 20 ml, diteteskan 3 ml HCl pada BA tersebut, lalu diaduk hingga BA tercampur dengan HCL. Setelah BA larut dalam HCl, dimasukkan aquades sedikit demi sedikit, sampai larutan menjadi bening, setelah itu ditera menggunakan gelas ukur sampai volume satu liter.

E. Metode Penelitian

Perlakuan disusun secara faktorial (3x2) dalam rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS) dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah pupuk daun, yaitu pupuk Growmore Biru (G1), Growmore Merah (G2), Growmore Biru + Growmore Merah (G3) dengan kosentrasi pupuk masing-masing adalah 2 g/l. Faktor kedua adalah benziladenin (BA), yaitu tanpa pemberian BA (B0), dan pemberian BA (B1), dengan kosentrasi 50 mg/l. Setiap satuan percobaan terdiri dari 6 pot tanaman. Kesamaan ragam antarperlakuan diuji dengan uji Bartlett. Kemudian data diolah dengan menggunakan sidik ragam yang dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf nyata 5%.


(31)

16

Perlakuan diterapkan 3 minggu setelah repotting. Pemberian pupuk daun

dilakukan seminggu sekali selama 4 bulan dengan masing-masing kosentrasi 2 g/l. Untuk aplikasi BA, pemberian BA dilakukan 2 kali dalam satu bulan dan

dilaksanakan selama 4 bulan. Cara aplikasi pupuk Growmore dengan penyemprotan menggunakan sprayer pada bagian seluruh daun, begitu juga aplikasi BA menggunakan sprayer dan disemprotkan ke seluruh bagian permukaan tanaman.

Untuk pupuk daun Growmore penyemprotan dilakukan sebanyak 15 ml atau 10 kali semprot. Untuk BA jumlah volume semprot sama dengan pupuk daun, yaitu 10 ml. Volume semprot ini diperoleh melalui rata-rata 3 tanaman yang disemprot, lalu volume air yang keluar dari sprayer dihitung.

Penyiraman tanaman anggrek dilakukan setiap hari yaitu pada pagi atau sore hari dan pengendalian hama penyakit tanaman dengan melakukan penyemprotan seminggu sekali dengan menggunakan fungisida (Dithane M-45) untuk

mengendalikan serangan jamur dan insektisida (Curacron) untuk mengendalikan serangan hama serangga.


(32)

17

F. Variabel Pengamatan

Variabel pengamatan dalam penelitian ini adalah:

1. Jumlah tunas, yaitu dengan menghitung jumlah tunas yang muncul dengan tinggi minimal 0,5 cm.

2. Tinggi tunas, diukur dari pangkal batang tunas sampai titik tumbuh tertinggi. 3. Waktu munculnya bunga (dalam satuan hari), diamati setiap hari setelah

perlakuan sampai munculnya bunga.

4. Jumlah bunga dihitung untuk seluruh bunga yang muncul dalam satu tanaman.

5. Jumlah kuntum bunga, yaitu dengan menghitung seluruh kuntum bunga dalam satu tanaman.

6. Jumlah akar primer, yaitu dihitung jumlah seluruh akar yang muncul pada pangkal batang dan akar diamati pada akhir penelitian.


(33)

22

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian pemupukan dan pemberian benziladenin pada tanaman anggrek Dendrobium yang berumur 17 bulan sejak aklimatisasi, menghasilkan kesimpulan sebagai berikut, yang didasarkan pada pengamatan yang dilakukan 4 bulan setelah tanam :

1. Jenis pupuk Growmore menghasilkan respon pertumbuhan yang tidak berbeda secara signifikan.

2. Pemberian benziladenin tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan pembungaan.

3. Tidak ada interaksi antara jenis pupuk dan pemberian benziladenin terhadap pertumbuhan dan pembungaan.


(34)

23

B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang dilakukan, disarankan : 1. Penelitian perlu dilakukan dengan menggunakan tanaman anggrek yang

siap berbunga ( + 24 bulan) dengan waktu penelitian yang lebih dari empat bulan.

2. Perlu dilakukan penelitian menggunakan tanaman anggrek yang relatif seragam dalam hal jumlah tunas, tinggi tanaman, dan jumlah daun.


(35)

24

DAFTAR PUSTAKA

Alicia, J. 2011. Pengaruh Jenis Pupuk Daun dan Frekuensi Pemberian Benziladenin terhadap Pembesaran Seedling Anggrek Dendrobium Hibrida. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandarlampung. 50 hlm.

Agritekno, 2013. http://agritekno.tripod.com/growmore.htm . Agritekno Primaneka. Jawa Tengah. Diakses Maret 2013.

Blanchard, M. G. And E. S. Runkle. 2008. Benziladenine promotes flowering in Doritaenopsis and Phalaenopsis orchids. Journal of Plant Growth Regulation 27: 141—150.

BPS. 2011. http://www.bps.go.id/menutab.php?tabel=1&kat=3&id_subyek=55 Diakses Maret 2013.

Gunawan, L. W. 2005. Budidaya Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta. 91 hlm. George, E.F., M.A.Hall and G.J. De Klerk. 2008. Plant Propagation by Tissue

Culture Part 3rd Edition Vol 1. Springer. Netherland. 175 p. Handayani, Y. 2011. Persilangan Diallel lengkap dua Tetua Anggrek,

Perkecambahan Biji dan Pembesaran Sedlling in Vitro serta Aklimatisasi Phalaenopsis. Tesis Program Magister Agronomi Universitas Lampung. Bandarlampung. 82 hlm.

Hendaryono, D.S. 1998. Budidaya Anggrek Dengan Bibit Dalam Botol. Yogyakarta. Kanisius. 81 hlm.

Kamemoto, H., T.D. Amore., dan A.R. Kuehnle. 1999. Breeding Dendrobium Orchids in Hawaii. University of Hawai’I Press. 18 hlm.

Kasiman, M. 2012. Pengaruh Benziladenin (BA) dan Indoleacetic Acid (IAA) terhadap Pertumbuhan Planlet Anggrek Dendrobium Hibrida Selama Aklimatisasi. (Skripsi). Universitas Bangka Belitung. Balunijuk. 18 hlm. La Croix, I. 2008. The Encyclopedia of Orchids : 1500 Species in Cultivation.

Timben Press, Inc. Portland. 524 p.

Lakitan, B. 2004. Hortikultura: Teori, Budidaya, dan Pascapanen. PT. Raja: Teori, Budidaya, dan Pascapanen. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 50 hlm.


(36)

25

Lingga, P. 1999. Petunjuk penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 163 hlm.

Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press. Kampus IPB Taman Kencana Bogor. 222 hlm.

Nambiar, N. Siang, C.T, dan Mahmood, M. 2012. Effect of 6-benzylaminopurine on flowering of a Dendrobium orchid. Australian Journal of Crop Science. 6(2): 225—231.

Nurheidi, A. 2006. Menggunakan Pupuk Majemuk dan bahan Organik Komplek Sebagai Media Pertumbuhan Anggrek Dendrobium secara Invitro dan Aklimatisasi. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor. 80 hlm.

Pierik, R.L.M. 1987. In Vitro culture of higher plants. Martinus Ijhoff publishers. Boston. 344 p.

Puspitasari, D. T. 2006. Pengaruh Perlakuan Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Tanaman Anggrek Dendrobium sp. Var Thongchai viroj. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 39 hlm.

Rizki, Y. A. 2012. Pengaruh Media Tumbuh dan Pemberian Benziladenin serta Napthaleneacetic Acid Terhadap Pertumbuhan Planlet Anggrek Dendrobium Hibrida pada Periode Aklimatisasi. (Skripsi). Universitas Bangka Belitung. Balunijuk. 36 hlm.

Setiawan. H. 2006. Usaha Pembesaran Anggrek. Jakarta. Penebar Swadaya. 88 hlm.

Suhar. 2012. Respon Pertumbuhan Planlet Anggrek Dendrobium Hibrida pada Berbagai Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh selama Aklimatisasi. Skripsi Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian, Perikanan, dan Biologi. Universitas Bangka Belitung. Balunijuk. 40 hlm.

Sutedjo, M. dan Mulyani. 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. 177 hlm.

Sutiyoso, Y. 2003. Anggrek Potong Dendrobium. Penebar Swadaya. Jakarta. 63 hlm.

Sutiyoso, Y dan Sarwono. 2002. Merawat Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta.

63 hlm

Tirta, I. G. 2006. Pengaruh jenis Media Tanam dan Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Vegetatif Anggrek Jamrud (Dendrobium macrophyllum A. Rich). Jurnal Lembaga ilmu Pengetahuan Indonesia. 7 (1) : 81—84.


(37)

26

Wattimena, G.A. 1991. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. PAU Bioteknologi Tanaman. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Bogor. 145 hlm.

Widiastoety, D., N. Solvia, dan M, Soedarjo. 2010. Potensi Anggrek Dendrobium Dalam Meningkatkan Variasi dan Kualitas Anggrek Bunga Potong. Jurnal Litbang Pertanian.29 (3). 101—106.

Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah : Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava Media. Yogyakarta. 105 hlm.

Wu, P. H and D. C. N. Chang. 2009. The use of N-G-benziladenine to regulate flowering of phalaenopsis orchids. HortTech. 19(1): 200—203.

Yusnita. 2010. Perbanyakan In Vitro Tanaman Anggrek. Universitas Lampung. Bandarlampung. 128 hlm.

Zasari, M. 2010. Studi Perbanyakan dan Regenerasi In Vitro Protocorm-Like bodies serta Aklimatisasi Planlet Anggrek Dendrobium Hibrida. (Tesis). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 55 hlm.


(1)

1. Jumlah tunas, yaitu dengan menghitung jumlah tunas yang muncul dengan tinggi minimal 0,5 cm.

2. Tinggi tunas, diukur dari pangkal batang tunas sampai titik tumbuh tertinggi. 3. Waktu munculnya bunga (dalam satuan hari), diamati setiap hari setelah

perlakuan sampai munculnya bunga.

4. Jumlah bunga dihitung untuk seluruh bunga yang muncul dalam satu tanaman.

5. Jumlah kuntum bunga, yaitu dengan menghitung seluruh kuntum bunga dalam satu tanaman.

6. Jumlah akar primer, yaitu dihitung jumlah seluruh akar yang muncul pada pangkal batang dan akar diamati pada akhir penelitian.


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian pemupukan dan pemberian benziladenin pada tanaman anggrek Dendrobium yang berumur 17 bulan sejak aklimatisasi, menghasilkan kesimpulan sebagai berikut, yang didasarkan pada pengamatan yang dilakukan 4 bulan setelah tanam :

1. Jenis pupuk Growmore menghasilkan respon pertumbuhan yang tidak berbeda secara signifikan.

2. Pemberian benziladenin tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan pembungaan.

3. Tidak ada interaksi antara jenis pupuk dan pemberian benziladenin terhadap pertumbuhan dan pembungaan.


(3)

1. Penelitian perlu dilakukan dengan menggunakan tanaman anggrek yang siap berbunga ( + 24 bulan) dengan waktu penelitian yang lebih dari empat bulan.

2. Perlu dilakukan penelitian menggunakan tanaman anggrek yang relatif seragam dalam hal jumlah tunas, tinggi tanaman, dan jumlah daun.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alicia, J. 2011. Pengaruh Jenis Pupuk Daun dan Frekuensi Pemberian Benziladenin terhadap Pembesaran Seedling Anggrek Dendrobium Hibrida. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandarlampung. 50 hlm.

Agritekno, 2013. http://agritekno.tripod.com/growmore.htm . Agritekno Primaneka. Jawa Tengah. Diakses Maret 2013.

Blanchard, M. G. And E. S. Runkle. 2008. Benziladenine promotes flowering in

Doritaenopsis and Phalaenopsis orchids. Journal of Plant Growth

Regulation 27: 141—150.

BPS. 2011. http://www.bps.go.id/menutab.php?tabel=1&kat=3&id_subyek=55 Diakses Maret 2013.

Gunawan, L. W. 2005. Budidaya Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta. 91 hlm. George, E.F., M.A.Hall and G.J. De Klerk. 2008. Plant Propagation by Tissue

Culture Part 3rd Edition Vol 1. Springer. Netherland. 175 p.

Handayani, Y. 2011. Persilangan Diallel lengkap dua Tetua Anggrek,

Perkecambahan Biji dan Pembesaran Sedlling in Vitro serta Aklimatisasi Phalaenopsis. Tesis Program Magister Agronomi Universitas Lampung. Bandarlampung. 82 hlm.

Hendaryono, D.S. 1998. Budidaya Anggrek Dengan Bibit Dalam Botol. Yogyakarta. Kanisius. 81 hlm.

Kamemoto, H., T.D. Amore., dan A.R. Kuehnle. 1999. Breeding Dendrobium

Orchids in Hawaii. University of Hawai’I Press. 18 hlm.

Kasiman, M. 2012. Pengaruh Benziladenin (BA) dan Indoleacetic Acid (IAA) terhadap Pertumbuhan Planlet Anggrek Dendrobium Hibrida Selama Aklimatisasi. (Skripsi). Universitas Bangka Belitung. Balunijuk. 18 hlm. La Croix, I. 2008. The Encyclopedia of Orchids : 1500 Species in Cultivation.

Timben Press, Inc. Portland. 524 p.

Lakitan, B. 2004. Hortikultura: Teori, Budidaya, dan Pascapanen. PT. Raja: Teori, Budidaya, dan Pascapanen. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 50 hlm.


(5)

IPB Taman Kencana Bogor. 222 hlm.

Nambiar, N. Siang, C.T, dan Mahmood, M. 2012. Effect of 6-benzylaminopurine on flowering of a Dendrobium orchid. Australian Journal of Crop Science. 6(2): 225—231.

Nurheidi, A. 2006. Menggunakan Pupuk Majemuk dan bahan Organik Komplek Sebagai Media Pertumbuhan Anggrek Dendrobium secara Invitro dan Aklimatisasi. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor. 80 hlm.

Pierik, R.L.M. 1987. In Vitro culture of higher plants. Martinus Ijhoff publishers. Boston. 344 p.

Puspitasari, D. T. 2006. Pengaruh Perlakuan Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Tanaman Anggrek Dendrobium sp. Var

Thongchai viroj. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 39 hlm.

Rizki, Y. A. 2012. Pengaruh Media Tumbuh dan Pemberian Benziladenin serta Napthaleneacetic Acid Terhadap Pertumbuhan Planlet Anggrek Dendrobium Hibrida pada Periode Aklimatisasi. (Skripsi). Universitas Bangka Belitung. Balunijuk. 36 hlm.

Setiawan. H. 2006. Usaha Pembesaran Anggrek. Jakarta. Penebar Swadaya. 88 hlm.

Suhar. 2012. Respon Pertumbuhan Planlet Anggrek Dendrobium Hibrida pada Berbagai Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh selama Aklimatisasi. Skripsi Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian, Perikanan, dan Biologi. Universitas Bangka Belitung. Balunijuk. 40 hlm.

Sutedjo, M. dan Mulyani. 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. 177 hlm.

Sutiyoso, Y. 2003. Anggrek Potong Dendrobium. Penebar Swadaya. Jakarta. 63 hlm.

Sutiyoso, Y dan Sarwono. 2002. Merawat Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta. 63 hlm

Tirta, I. G. 2006. Pengaruh jenis Media Tanam dan Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Vegetatif Anggrek Jamrud (Dendrobium macrophyllum A. Rich). Jurnal Lembaga ilmu Pengetahuan Indonesia. 7 (1) : 81—84.


(6)

Wattimena, G.A. 1991. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. PAU Bioteknologi Tanaman. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Bogor. 145 hlm. Widiastoety, D., N. Solvia, dan M, Soedarjo. 2010. Potensi Anggrek

Dendrobium Dalam Meningkatkan Variasi dan Kualitas Anggrek Bunga Potong. Jurnal Litbang Pertanian.29 (3). 101—106.

Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah : Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava Media. Yogyakarta. 105 hlm.

Wu, P. H and D. C. N. Chang. 2009. The use of N-G-benziladenine to regulate

flowering of phalaenopsis orchids. HortTech. 19(1): 200—203.

Yusnita. 2010. Perbanyakan In Vitro Tanaman Anggrek. Universitas Lampung. Bandarlampung. 128 hlm.

Zasari, M. 2010. Studi Perbanyakan dan Regenerasi In Vitro Protocorm-Like bodies serta Aklimatisasi Planlet Anggrek Dendrobium Hibrida. (Tesis). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 55 hlm.