1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jumlah penduduk Indonesia terus bertambah setiap tahunnya, menurut sensus penduduk tahun 1990 dan 2000 terdapat 179,4 juta jiwa dan 206,3 juta
jiwa www.bappenas.go.id. Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2000-2005 yang sekitar 218,869 juta jiwa, Provinsi Jawa Tengah
menduduki peringkat ketiga dari Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur yaitu sebesar 31,978 juta jiwa Badan Pusat Statistik, 2007. Kota Semarang pada
tahun 2000-2005 mempunyai jumlah penduduk sebanyak 1,418 juta jiwa, sedangkan Kecamatan Banyumanik mempunyai jumlah penduduk sebanyak
103,450 jiwa Badan Pusat Statistik, 2006. Kecamatan Banyumanik merupakan kota satelit dan mempunyai luas:
2.816, 94 Ha dengan jumlah penduduk: 113.651 jiwa. Banyumanik memiliki 11 kelurahan yaitu: Pundak Payung, Gedawang, Jabungan, Padangsari,
Banyumanik, Srondol Wetan, Pedalangan, Sumurboto, Srondol Kulon, Tinjomoyo dan Ngesrep Http:id.Wikipedia.org. Masyarakat lebih memilih
tinggal diatas daripada di bawah karena di bawah sering terjadi banjir. Banyak masyarakat yang datang bermukim diatas salah satunya di Banyumanik,
sehingga menyebabkan padatnya permukiman contohnya Perumnas yang ada di Kecamtan Banyumanik.
2
Meningkatnya aktivitas dan jumlah penduduk maka jumlah sampah yang dihasilkan pun meningkat, jika tidak dikelola dengan baik dan benar maka
akan menimbulkan berbagai dampak, baik dilihat dari sisi lingkungan, kesehatan maupun keindahan kota, karena jumlahnya yang melebihi daya
dukung lingkungan, jenisnya bermacam–macam, dan karakternya yang semakin beragam. Sebagian masyarakat memandang sampah sebagai barang
yang menjijikan dan tidak bermanfaat, tetapi lain dengan pemulung. Pemulung beranggapan bahwa sampah adalah ladang yang akan menghidupi keluarga
mereka. Di Tempat Pembuangan Sementara TPS merupakan kawasan strategis untuk mengadu nasib bagi pemulung.
Bekerja sebagai pemulung bukan pekerjaan yang mudah, mereka setiap hari harus berkeliling menapaki setiap sudut kota untuk mendapatkan barang
bekas. Hampir semua pemulung bukan berasal dari daerah kerjanya, mereka berasal dari daerah pedesaan sehingga karakter yang mereka miliki berbeda-
beda. Pemulung di Kecamatan Banyumanik sebagian besar adalah pendatang, mereka melakukan pekerjaan sebagai pemuulung karena pendapatan yang
diperoleh di daerah asal tidak mencukupi kebutuhan rumah tangganya sehari- hari, sehingga mereka memilih melakukan mobilitas non permanen dengan
tujuan mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi daripada pendapatan di daerah asal
Berdasarkan pemahaman diatas, diadakan penelitian dengan mengambil
judul “Karakteristik Demografi Sosial Ekonomi Pemulung Berdasarkan Daerah Asal Studi Kasus di Kecamatan Banyumanik Kota Semarang”.
3
B. Rumusan Masalah