Stimulasi perkembangan Ovari Ikan Baung (Mystus nemurus) Dengan Pemberian Ekstrak Testis Sapi (ETS) pada berbagai aras dosis

(1)

ABSTRACT

GONADAL STIMULATION DEVELOPMENT OF BAGRID CATFISH (Mystus nemurus) BY GIVING BOVINE TESTICULAR EXTRACT IN

DIFFERENT DOSES By

Sutan Fasya

Bagrid catfish (Mystus nemurus) is one of freshwater fish in Indonesia rivers. Bagrid catfish farming for rearing especially, is rapidly growing up. So that i did the research of manipulation hormonal using bovine testicular extract (BTE) in female bagrid catfish. The research did to determine the best dose and duration of bovine testicular extract for increasing estradiol concentrations in blood as a faster hormone of female bagrid catfish gonadal development. The research conducted Blocked Randomized Design (BRD) in five treatments and three groups. The doses of BTE were 0, 0,75, 1,5, 2,5 and 4,5 mg/kg feed and the duration of BTE were 10,20, and 30 days. The research conducted female bagrid catfish with 400-500 gr weight. The research did on July through September 2011 in Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) Purbolinggo, East Lampung and the estradiol concentrations test was in Balai Penelitian Ternak (BALITNAK) Ciawi, West Java using radioimmunoassay (RIA). The results showed that BTE effectively increasing estradiol concentration in blood. The highest concentration was 750.40 pg/ml at 2,5 mg/kg feed dose and the lowest one was 15.34 pg/ml at 4,5 mg/kg feed dose. The gonadal histology did to determine the eggs maturity, so we have seen the effectiveness of BTE in accelerating gonadal maturity. The highest percentage of maturity eggs was 31.42% by added BTE at 4,5 mg/kg feed. The lowest percentage of maturity eggs was 8.49% by added BTE 0,75 mg/kg feed.

Key words: bagrid catfish, bovine testicular extract, estradiol, hormones, concentrates


(2)

STIMULASI PERKEMBANGAN OVARI IKAN BAUNG (Mystus nemurus) DENGAN PEMBERIAN EKSTRAK TESTIS SAPI (ETS) PADA

BERBAGAI ARAS DOSIS

Oleh

Sutan Fasya (1), Siti Hudaidah (2), Tarsim (2)

ABSTRAK

Ikan baung (Mystus nemurus) adalah ikan air tawar yang terdapat di beberapa sungai di Indonesia. Usaha budidaya ikan baung, khususnya pembesaran dalam keramba telah berkembang dengan pesat, sehingga dilakukan penelitian tentang manipulasi hormonal dengan pemanfaatan Ekstrak Testis Sapi (ETS) yang diberikan pada induk betina ikan baung (Mystus nemurus). Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan dosis dan lama hari pemberian ETS yang terbaik dalam meningkatkan konsentrasi hormon estradiol dalam darah yang maksimal. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan lima perlakuan dan tiga kelompok. Dosis ETS yang diberikan yaitu 0, 0,75, 1,5, 2,5 dan 4,5 mg/kg pakan. Lama pemberian ETS dilakukan selama 10, 20 dan 30 hari. Penelitian ini menggunakan induk betina ikan baung dengan bobot rata-rata 400-500 gram. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai September 2011 di Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) Purbolinggo, Lampung Timur dan uji konsentrasi hormon estradiol di Balai Penelitian Ternak (BALITNAK) Ciawi, Jawa Barat dengan menggunakan Radioimmunoassay (RIA). Hasil penelitian menunjukkan pemberian ETS efektif meningkatkan konsentrasi hormon estradiol dalam darah. Konsentrasi tertinggi sebesar 750,40 pg/ml pada dosis 2,5 mg/kg pakan, sedangkan terendah sebesar 15,34 pg/ml pada dosis 4,5 mg/kg pakan. Histologi gonad dilakukan untuk mengetahui kondisi kematangan telur induk ikan baung, sehingga dapat dilihat efektifitas ETS dalam mempercepat matang gonad induk ikan baung. Persentase telur yang matang tetinggi sebesar 31,42 % dicapai oleh induk yang diberi pakan dengan penambahan ETS 4,5 mg/kg pakan. Persentase telur yang matang terendah sebesar 8,49 % dicapai oleh induk yang diberi pakan dengan penambahan ETS 0,75 mg/kg pakan.

1. Alumni Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung 2. Dosen Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung


(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikan baung (Mystus nemurus) adalah ikan air tawar yang terdapat di beberapa sungai di Indonesia. Usaha budidaya ikan baung, khususnya pembesaran dalam keramba telah berkembang dengan pesat. Pesatnya perkembangan budidaya ikan ini belum diimbangi dengan tingkat produksi yang tinggi karena tidak didukung oleh produksi benih dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Hal ini disebabkan antara lain sulitnya mendapatkan induk matang gonad.

Salah satu cara untuk mempercepat induk matang gonad dengan manipulasi hormonal sehingga induk ikan matang gonad dengan optimal. Beberapa hormon yang digunakan untuk memacu pematangan gonad induk ikan yaitu 17α-metiltestosteron dengan dosis sebesar 150 µg/kg dan LHRH-a dengan dosis sebesar 25 µg/kg pakan dapat memicu kematangan gonad ikan belida (Pamungkas, 2006). Hormon 17α-metiltestoteron mampu memicu perkembangan gonad ikan balashark yang ditunjukkan dengan peningkatan kadar Estradiol-17β dan testosteron dalam plasma darah (Subagja, 2006); pemberian Estradiol-17β dengan dosis 1 mg/kg pakan dapat meningkatkan kadar Estradiol-17β dalam plasma darah ikan balashark (Zairin et al., 1996).

Konsentrasi Estradiol-17β merupakan hormon yang sangat penting untuk merangsang perkembangan gonad yang dihasilkan oleh ovari terutama pada induk


(4)

2 ikan betina yang sedang mengalami vitelogenesis. Kandungan Estradiol-17β meningkat secara bertahap pada fase vitelogenesis sejalan dengan meningkatnya ukuran diameter oosit. Adanya peningkatan konsentrasi Estradiol-17β dalam darah akan memacu hati melakukan proses vitelogenesis dan selanjutnya akan mempercepat proses pematangan gonad. Oleh karena itu kadar steroid plasma dapat digunakan sebagai indikator dari pematangan gonad (Zairin et al., 1992).

Estradiol-17β adalah estrogen utama pada ikan betina. Estradiol-17β merupakan perangsang dalam biosintesis vitelogenin di hati. Di samping itu Estradiol-17β yang terdapat dalam darah memberikan rangsangan balik terhadap hipofisis dan hipotalamus ikan. Rangsangan yang diberikan oleh Estradiol-17β terhadap hipofisis ikan adalah rangsangan dalam proses pembentukan gonadotropin. Rangsangan terhadap hipotalamus adalah dalam memacu sintesis GnRH. GnRH yang dihasilkan bekerja untuk merangsang hipofisis dalam melepaskan gonadotropin. Gonadotropin yang dihasilkan nantinya berperan dalam proses biosintesis Estradiol-17β pada lapisan granulosa. Siklus hormon terus berjalan di dalam tubuh ikan selama terjadinya proses vitelogenesis (Nagahama, 1983; Yaron, 1995).

Ekstrak testis sapi berasal dari testis sisa pemotongan sapi. Testis sapi ini kemudian diolah menjadi ekstrak. Ekstrak yang diperoleh selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk mempercepat kematangan gonad. Dalam 1 gr Ekstrak Testis Sapi mengandung tetosteron sebesar 8,48 µg/ml yang akan disintesis menjadi Estradiol-17β bisa digunakan untuk manipulasi hormonal bermanfaat untuk memacu perkembangan gonad sehingga mempercepat matang gonad.


(5)

3 Penelitian ini dilakukan untuk mencari strategi pemijahan ikan baung dalam mengoptimalkan kematangan gonad dengan menggunakan Ekstrak Testis Sapi yang berperan sebagai perangsang untuk perkembangan gonad ikan. Saat ini penelitian tentang pemanfaatan ETS masih sangat terbatas hanya pada sex reversal sehingga diperlukan penelitian tentang pemanfaatan ETS untuk memacu pematangan gonad ikan.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh berbagai konsentrasi ETS terhadap perkembangan gonad ikan baung.

C. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan pembudidaya dapat memanfaatkan ETS membantu mempercepat perkembangan gonad ikan baung secara optimal.

D. Kerangka Pikir

Reproduksi ikan baung sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan pakan untuk membentuk hormon GnRH. Ikan baung termasuk ikan teleostei yang mengalami dua fase yaitu GtH I (perkembangan gonad) dan GtH II (pematangan akhir). Proses perkembangan gonad membutuhkan ketersediaan hormon gonadotropin secara terus menerus. Ketersediaan gonadotropin dapat dipenuhi melalui manipulasi hormon testosteron, karena dapat memberikan umpan balik terhadap hypothalamus dan hipofisis (Zanuy et al, 1999; Sarwoto, 2001).


(6)

4 Hipothalamus akan melepaskan hormon gonadotropin releasing hormon (GnRH) yang kemudian merangsang hipofisa melepaskan FSH (Foliicle Stimulating Hormone) atau GtH 1 dan LH (Luteinizing Hormone) atau GtH I serta Leteotropin atau prolaktin yang berperan merangsang aktivitas gonad untuk berkembang ( Matty, 1985), sedangkan gonadotropin yang mengatur reproduksi dalam pematangan tahap akhir oosit, ovulasi dan spermiasi adalah GtH II.

Peran Ekstrak Testis Sapi sangat diperlukan sebagai pengganti metil testosteron untuk memacu gonad agar menghasilkan testosteron yang tinggi untuk proses vitelogenesis agar mempercepat perkembangan gonad. Metil testosteron sudah pernah digunakan sebagai sexreversal dan reproduksi (Gambar 1).

Pada induk betina, ovari berespons terhadap peningkatan konsentrasi gonadotropin dengan meningkatkan secara tidak langsung produksi estrogen, yakni Estradiol-17β (Devlin dan Nagahama, 2002). Estradiol-17β menyebar menuju hati, memasuki jaringan dengan cara difusi dan secara spesifik merangsang sintesis Vitellogenin (Ng dan Idler 1983).


(7)

5

Matang Gonad

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

ETS

Pakan

Ikan

GR

Bobot

T

Vitellogenesis

E2 _


(8)

6 E. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Perlakuan dosis pemberian ETS

H0 = σi = σj = 0; i≠j : Semua dosis ETS memberikan hasil yang sama dalam proses perkembangan gonad ikan baung pada selang kepercayaan 95%.

H1 = σi ≠ σj ≠ 0; i≠j : Minimal terdapat satu pasang dosis ETS memberikan hasil yang berbeda dalam proses perkembangan gonad ikan baung pada selang kepercayaan 95% .


(9)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Reproduksi

Ikan baung memijah pada musim hujan, yaitu pada bulan Oktober sampai Desember (Amornsakun dan Hassan, 1997; Yusuf, 2005). Areal pemijahan biasanya ditumbuhi tanaman air seperti rerumputan, hydrilla dan lain-lain. Kematangan gonad pertama dicapai pada umur sekitar satu tahun dengan berat mencapai 200 g memiliki fekunditas sekitar 5000 butir telur. Pada umur yang lebih tua dan berukuran panjang 42 cm serta berat badanya sekitar 800 g, fekunditas ikan baung dapat mencapai sekitar 80.000 butir. Fekunditas terendah sekitar 5000 butir telur diperoleh dari induk berukuran 310 g (Cholik, 2005).

Ikan baung tergolong ikan yang bertulang sejati (teleostei). Ikan teleostei biasanya mempunyai sepasang ovarium yang merupakan organ memanjang dan kompak, terdapat di dalam rongga perut, berisi oogonium, oosit dengan sel-sel folikel yang mengitarinya, jaringan penunjang atau stroma, jaringan pembuluh darah dan saraf (Nagahama, 1983). Berdasarkan klasifikasi Wallace dan Selman (1981) pola perkembangan oosit ikan teleostei dapat dibagi atas tiga tipe, pertama disebut tipe sinkronisme total, yaitu semua oosit dalam ovarium dibentuk dalam waktu yang relatif sama. Tipe ini ditemukan pada ikan-ikan yang mengalami migrasi (“katadromous” dan “anadromous”). Tipe kedua, tipe sinkronisme kelompok. Pada tipe ini paling sedikit terdapat dua populasi oosit pada suatu saat.


(10)

8 Ketiga adalah asinkronisme, yaitu oosit terdiri dari semua tingkat perkembangan. Tipe ini ditemukan pada ikan yang memijah sepanjang tahun, misalnya pada beberapa jenis ikan tropis. Sedangkan ikan baung termasuk tipe asinkronisme karena ikan baung membentuk telur sesuai tingkat perkembangan gonad.

Setiap oosit selama permulaan perkembangannya dikelilingi oleh selapis folikel. Dengan tumbuhnya oosit, sel-sel folikel membelah diri dan membentuk suatu lapisan folikular yang kontinyu (lapisan granulosa). Secara bersamaan dikelilingi bagian jaringan pengikat yang juga menjadi terorganisir membentuk suatu lapisan luar yang berbeda dari penutup folikular yang disebut lapisan teka. Dengan demikian oosit dikelilingi oleh dua lapisan utama, dibagian luar lapisan teka dan dibagian dalam adalah lapisan granulose yang masing-masing dipisahkan oleh membran. Sel teka mengandung fibroblas, jaringan kolagen dan kapiler darah pada beberapa jenis ikan. Sel teka dan granulosa berperan sebagai penghasil steroid. Sel folikular pada pinggiran memainkan peranan penting dalam inkoporasi material lipoprotein yang berasal dari hati ke dalam oosit. Pematangan oosit dicirikan oleh pergerakan awal dari vesikula germinalis (germinal vesicle) dan diakhiri dengan tahap pembelahan meiosis pertama (Takashima dan Hibiya, 1995).

Sinyal lingkungan diterima oleh sistem syaraf pusat dan diteruskan ke hipothalamus. Sebagai respon hipothalamus akan melepaskan hormon gonadotropin releasing hormon (GnRH) yang kemudian merangsang hipofisa melepaskan FSH (Foliicle Stimulating Hormone) atau GtH 1 dan LH (Luteinizing Hormone) atau GtH I serta Leteotropin atau prolaktin yang berperan merangsang aktivitas gonad untuk berkembang ( Matty, 1985). GtH 1 merupakan kontrol


(11)

9 utama pada awal siklus reproduksi, sedangkan gonadotropin yang mengatur reproduksi dalam pematangan tahap akhir oosit, ovulasi dan spermiasi adalah GtH II, Follicle Stimulating Hormon dan Luteinizing Hormone (Zairin, 2003). Pada ikan FSH dikenal dengan gonadotropin I (GtH I) dan LH dikenal dengan gonadotropin II (GtH II). Swanson (1991) mengemukakan lebih rinci bahwa peranan GtH I yang disekresikan kelenjar adenohipofise berfungsi dalam proses vitellogenesis, sedangkan GtH I lebih dominan pada proses pematangan akhir (Yaron, 1995: Nagahama, 1983).

B. Perkembangan Gonad

Kematangan gonad ikan pada umumnya adalah tahapan pada saat perkembangan gonad sebelum dan sesudah memijah. Selama proses reproduksi, sebagian energi dipakai untuk perkembangan gonad. Bobot gonad ikan akan mencapai maksimum sesaat ikan akan memijah kemudian akan menurun dengan cepat selama proses pemijahan berlangsung sampai selesai. Menurut Effendi (2002), pertambahan bobot gonad ikan betina pada saat stadium matang gonad dapat mencapai 10 – 25 persen dari bobot tubuh,mdan pada ikan jantan 5 – 10 persen. Lebih lanjut dikemukakan bahwa semakin bertambahnya tingkat kematangan gonad, telur yang ada dalam gonad akan semakin besar. Pendapat ini diperkuat oleh Kuo et al. (1979) bahwa kematangan gonad pada ikan dicirikan dengan perkembangan diameter rata-rata telur dan pola distribusi ukuran telurnya. Kematangan gonad ikan baung dimulai apabila telah mencapai panjang 215 mm dengan bobot 90 g (Tang et al., 1999). Secara garis besar, perkembangan gonad ikan dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pertumbuhan gonad ikan sampai


(12)

10 ikan menjadi dewasa kelamin dan selanjutnya adalah pematangan gamet. Tahap pertama berlangsung mulai ikan menetas hingga mencapai dewasa kelamin, dan tahap kedua dimulai setelah ikan mencapai dewasa, dan terus berkembang selama fungsi reproduksi masih tetap berjalan normal (Lagler et al., 1977). Lebih lanjut dikatakan bahwa kematangan gonad pada ikan tertentu dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar antara lain dipengaruhi oleh suhu dan adanya lawan jenis, faktor dalam antara lain perbedaan spesies, umur serta sifat-sifat fisiologi lainnya.

Sukendi (2001) membagi tingkat perkembangan gonad ikan baung ke dalam lima kelompok berdasarkan morfologi dan histologi (Tabel 1).

Tabel 1. Tingkat Perkembangan Gonad Ikan Baung

TKG Morfologi Histologi

I Ikan muda

Ovary berbentuk sepasang benang kasar terletak di kiri dan kanan rongga perut, warna bening dan kecoklatan dengan permukaan licin

Ovarium belum matang, didominasi oleh oosit berdiameter 7,5-35,5 µm, lamella ovarium berbentuk bulat dan lebih tebal, inti sel lebih besar, sitoplasma terlihat besar.

II

Masa perkembangan

Ovarium berukuran lebih besar dari TKG I, berwarna coklat muda, butiran telur masih belum dilihat dengan jelas.

Ukuran oosit dalam ovarium membesar dengan diameter 25,0-185,0µm, sitoplasma terlihat jelas, inti sel bertambah, pada perifer sitoplasma terlihahat vesikula kuning telur. III

Dewasa

Ovarium berukuran lebih besar dari TKG III dan hampir mengisi setengah rongga perut, butiran telur mulai terlihat, beberapa butiran halus membuat ovarium berwarna kuning kehijauan.

Oosit berkembang menjadi ootid dengan diameter 165,0-465,0 µm, inti sel bertambah besar tapi masih tetap berada ditengah, warna sitoplasma terlihat lebih terang dan mulai menipis.


(13)

11 IV

Matang

Ovarium telah mengisi dua pertiga rongga perut, usus terdesak keluar, warna menjadi kuning kecoklatan dan lebih gelap, telur terlihat lebih jelas dan lebih besar daripada TKG III.

Ootid berkembang menjadi ovum dengan diameter 25,5-1500,0 µm dan lebih dominan dengan ukuran yang lebih besar, jumlah kuning telur semakin banyak yang menutupi seluruh lapisan sitoplasma.

V Mijah salin

Ovarium masih terlihat seperti TKG IV, tetapi bagian tertentu telah mengempis karena telur telah dikeluarkan pada saat pemijahan.

Warna ovum sama dengan TKG IV dengan diameter 25-1350 µm, sebagian dinding ovum telah pecah dan terbuka, dinding oolema tebal dan berlekuk-lekuk, masih ditemui oosit dan ootid yang akan berkembang menjadi ovum.

Sumber : Sukendi, 2001

C. Oogenesis dan Vitelogenesis

Oogenesis adalah transformasi oogonia (sel germinal) menjadi oosit (sel yang lebih kompleks) dimana Vitellogenin berakumulasi. Perkembangan awal folikel dan oosit dipengaruhi oleh pituitari gonadotropin. Pertumbuhan oosit terjadi karena proliferasi komponen sel dan tidak melibatkan input dari luar sel oosit. Pada akhir masa pertumpuhan primer, tipe dari oosit telestoi meningkat 100 kali dari ukuran awal menjadi 100-200 µm dan disebut dengan oosit previtelogenik. Proses pertumbuhan primer berlanjut selama masa hidup ikan dimana oosit previtelogenin ada pada ovari sepanjang tahun (Subagja, 2006).

Sintesis Vitellogenin (prekursor kuning telur) di dalam hati disebut vitelogenesis. Vitellogenin diangkut dalam darah menuju oosit, lalu diserap secara selektif dan disimpan sebagai kuning telur. Vitellogenin ini berupa glikofosfoprotein yang mengandung kira-kira 20% lemak, terutama fosfolipid,


(14)

12 trigliserida, lipoprotein, dan kolesterol. Berat molekul vitelogenin untuk beberapa jenis ikan diketahui antara 140-220 kDa (Sinjal, 2007).

Proses oogenesis pada teleostei terdiri atas dua fase, yaitu pertumbuhan oosit (vitelogenesis) dan pematangan oosit. Vitelogenesis merupakan aspek penting dalam pertumbuhan oosit yang meliputi rangkaian proses (1) adanya sirkulasi estrogen (Estradiol-17β) dalam darah menstimulasi hati untuk mensintesis dan mensekresikan Vitellogenin yang merupakan prekursor protein kuning telur; (2) Vitellogenin diedarkan menuju lapisan permukaan oosit yang sedang tumbuh; (3) secara selektif, Vitellogenin akan ditangkap oleh reseptor dalam endositosis, dan (4) terjadi translokasi sitoplasma membentuk badan kuning telur bersamaan dengan pembelahan proteolitik dari Vitellogenin menjadi subunit lipoprotein kuning telur, lipovitelin, dan fosvitin. Adanya Vitellogenin menunjukkan terjadinya akumulasi lipoprotein kuning telur di dalam oosit. Pada beberapa jenis ikan selama pertumbuhan oosit terjadi peningkatan Indeks Gonad Somatik (IGS) 1 sampai 20% atau lebih (Sinjal, 2007).

Pada ikan betina, ovari berespons terhadap peningkatan konsentrasi gonadotropin dengan meningkatkan secara tidak langsung produksi estrogen, yakni Estradiol-17β (Devlin dan Nagahama, 2002). Estradiol-17β beredar menuju hati, memasuki jaringan dengan cara difusi dan secara spesifik merangsang sintesis Vitellogenin (Ng dan Idler 1983). Aktivitas vitelogenesis ini menyebabkan nilai indeks hepatosomatik (IHS) dan indeks gonadosomatik (IGS) ikan meningkat (Cerda et al. 1996).

Pembesaran oosit disebabkan terutama oleh penimbunan kuning telur. Pada kebanyakan ikan, kuning telur merupakan komponen penting oosit ikan teleostei.


(15)

13 Ada tiga tipe material kuning telur pada ikan teleostei: butiran kecil minyak, gelembung kuning telur (yolk vesicle) dan butiran kuning telur (yolk globule). Secara umum, butiran kecil minyak yang kita kenal dengan lipid yang berantai panjang (asam lemak tidak jenuh) pertama kali muncul di daerah perinuklear dan kemudian berpindah ke periferi (tepi sel) pada tahap selanjutnya. Urutan kemunculan material kuning telur bervariasi antarspesies. Pada rainbow trout, butiran kecil muncul segera setelah dimulainya pembentukan gelembung kuning telur (Nagahama, 1983).

Fenomena penimbunan material kuning telur oleh oosit ikan dibagi menjadi dua fase, yakni sintesis kuning telur di dalam oosit atau vitelogenesis endogen dan penimbunan prekursor (bahan pembentuk) kuning telur yang disintesis di luar oosit atau vitelogenesis eksogen (Matty, 1985). Ketika vitelogenesis berlangsung, sebagian besar sitoplasma telur matang ditempati oleh banyak gelembung kuning telur yang padat dengan asam lemak dan dikelilingi oleh selapis membran pembatas. Selama tahap akhir vitelogenesis, globula kuning telur beberapa ikan teleostei bergabung satu sama lain membentuk masa tunggal kuning telur.

Perkembangan gonad ikan betina terdiri atas beberapa tingkat yang dapat didasarkan atas pengamatan secara mikroskopis dan makroskopis. Secara mikroskopis perkembangan telur diamati untuk menilai perkembangan ovarium antara lain tebal dinding indung telur, keadaan pembuluh darah, inti butiran minyak, dan kuning telur. Secara makroskopis perkembangan ovarium ditentukan dengan mengamati warna indung telur, ukuran butiran telur, dan volume rongga perut ikan. Pada ovarium ikan terdapat bakal sel telur yang dilindungi suatu jaringan pengikat yang bagian luarnya dilapisi peritoneum dan bagian dalamnya


(16)

14 dilapisi epitelium. Sebagian dari sel-sel epitelium akan membesar dan berisi nukleus, yang kemudian butiran ini kelak akan menjadi telur. Selama perkembangannya, ukuran oosit akan bervariasi. Pada tahap perkembangan awal, oogonia terlihat masih sangat kecil, berbentuk bulat dengan inti sel yang sangat besar dibandingkan dengan sitoplasmanya. Oogonia terlihat berkelompok tapi kadang-kadang ada juga yang berbentuk tunggal. Sementara itu oogonia terus membelah diri dengan cara mitosis. Pada ikan yang mempunyai siklus reproduksi tahunan atau tengah tahunan akan terlihat adanya puncak-puncak pembelahan oogonia. Pada ikan yang memijah sepanjang tahun, perbanyakan oogonia akan terus menerus sepanjang tahun (Sinjal, 2007).

Transformasi oogonia menjadi oosit primer banyak terjadi pada tahap pertumbuhan yang ditandai dengan munculnya kromosom. Segera setelah itu, folikel berubah bentuk, dari semula yang berbentuk skuamosa menjadi berbentuk kapsul oosit. Inti sel terletak pada bagian sentral dibungkus oleh lapisan sitoplasma yang tipis. Pada perkembangan selanjutnya, oosit membentuk lapisan korion, membran, granulosa, membran, dan teka. Butir-butir lemak juga mulai terlihat ditumpuk pada sitoplasma dan bersamaan dengan itu muncul cortical alveoli. Butir-butir lemak ini selanjutnya akan bertambah besar pada vitelogenesis yang diawali dengan pembentukan vakuola-vakuola yang kemudian diikuti dengan munculnya globula kuning telur, bersamaan dengan itu oosit membengkak secara menyolok. Kuning telur pada ikan terdiri atas fosfoprotein dan lipoprotein yang dihasilkan oleh hati kemudian disalurkan ke dalam peredaran darah (Sinjal, 2007). Proses vitellogenesis pada ikan dapat dilihat pada Gambar 3.


(17)

15 Gambar 2. Proses Vitelogenesis pada ikan (Aida et al., 1991; Sinjal, 2007)

Testosteron

Hormon testosteron atau 17β-hidroksiandros-4-en-3-one merupakan hormon yang mempunyai efek biologis yang maksimal dibandingkan hormone androgen lainnya seperti aetikoanolon, androsteron, dan dehidro epi-androsteron. Hormon ini mempunyai rumus kimia C19H27O2 dengan struktur dasar yang sama dengan hormone steroid lainnya yakni siklopentano-perhydro-fenantrena (Partodiharjo, 1982).

Testis merupakan sumber hormon testosteron yang potensial sel leydig merupak sel pada testis yang mensintesis hormon testosteron, sedangkan pada ovarium, hormon testosteron dihasilkan oleh sel teka (Sarwoto,2001). Implant hormon testosteron berdosis 100 µg/kg pada kakap memberikan umpan balik positif terhadap hipotalamus atau hipofisis yang ditunjukkan oleh adanya


(18)

16 perkembangan gonad dan spermatogenesis (Zanuy et al,1999). Implan hormon 17α-metiltestosteron 5 µg/kg ikan sangat efektif untuk pematangan testis dan spermiasi ikan belanak (Mugil sp) (Lee et al,1992).

Proses perkembangan gonad membutuhkan ketersediaan hormon gonadotropin secara terus menerus. Ketersediaan gonadotropin dapat dipenuhi melalui manipulasi hormon testosteron, karena dapat memberikan umpan balik terhadap hypothalamus dan hipofisis (Zanuy et al, 1999; Sarwoto,2001). Testosteron dapat mempercepat kematangan gonad ikan bandeng (Marte et al, 1988; Sarwoto,2001). Penggunaan 17α-metiltestosteron juga dapat memicu kematangan gonad pada ikan kerapu bebek (Tridjoko,1997; Sarwoto,2001).

Gonadotropin yang dilepas oleh hipofisis pada awal vitelogenesis dikenal dengan GtH I. Hormon ini terbawa aliran darah menuju gonad dan pada sel teka menstimulir terbentuknya hormon testosteron. Selanjutnya hormon testosteron menuju sel granulose dan oleh enzim aromatase dikonversi menjadi hormon Estradiol-17β. Hormon Estradiol-17β dilepaskan oleh gonad kemudian mengikuti aliran darah menuju hati untuk proses vitelogenesis (Yaron,1995). Disini butuh manipulasi hormon dengan menggunakan ekstrak testis sapi untuk meningkatkan testosteron agar menghasilkan hormon gonadotropin untuk merangsang pematangan awal dan pematangan akhir. Pematangan awal yang berperan merangsang aktivitas gonad untuk berkembang ( Matty, 1985). Sedangkan gonadotropin yang mengatur reproduksi dalam pematangan tahap akhir oosit, ovulasi dan spermiasi.


(19)

17 Estradiol-17β

Saat ini telah banyak yang diketahui tentang keterlibatan hormon dalam proses vitelogenesis. Selain Estradiol-17β beberapa hormon diduga terlibat dalam pertumbuhan oosit adalah GTH, T4, Triiodotironin, insulin dan hormon pertumbuhan (GH) (Tang dan Affandi, 2000). Estradiol-17β merupakan hormon yang sangat penting yang dihasilkan oleh ovari terutama pada ikan betina yang sedang mengalami proses vitelogenesis. Estradiol-17β mengalami peningkatan secara bertahap pada fase vitelogenesis sejalan dengan meningkatnya ukuran diameter oosit. Adanya peningkatan konsentrasi Etradiol-17β (E2) dalam darah akan memacu hati melakukan proses vitelogenesis dan selanjutnya akan mempercepat proses pematangan gonad. Oleh karena itu kadar steroid plasma dapat digunakan sebagai indikator dari pematangan gonad (Zairin et al., 1992).

Estradiol-17β adalah estrogen utama pada ikan betina. Estradiol-17β merupakan perangsang dalam biosintesis vitelogenin di hati. Disamping itu Estradiol-17β yang terdapat dalam darah memberikan rangsangan balik terhadap hipofisis dan hipotalamus ikan. Rangsangan yang diberikan oleh Estradiol-17β terhadap hipofisis ikan adalah rangsangan dalam proses pembentukan gonadotropin. Rangsangan terhadap hipotalamus adalah dalam memacu sintesis GnRH. GnRH yang dihasilkan bekerja untuk merangsang hipofisis dalam melepaskan gonadotropin. Gonadotropin yang dihasilkan nantinya berperan dalam proses biosintesis Estradiol-17β pada lapisan granulosa. Siklus hormon terus berjalan di dalam tubuh ikan selama terjadinya proses vitelogenesis (Nagahama, 1983; Yaron, 1995).


(20)

18 Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan konsentrasi Estradiol-17β akan meningkatkan konsentrasi vitelogenin darah dan konsentrasi Estradiol-17β yang tinggi dijumpai pada saat vitelogenesis (Hassin et al., 1991). Sintesis vitelogenin di hati sangat dipengaruhi oleh Estradiol-17β yang merupakan stimulator dalam biosintesis vitelogenin. Selain itu, dipengaruhi juga oleh androgen seperti testosteron yang ada dalam tubuh ikan dan mungkin karena perubahan dari androgen menjadi estrogen oleh enzim aromatase folikel (Yaron, 1995). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peningkatan GtH dapat meningkatkan Estradiol-17β dan pola kadar Estradiol-17β seiring dengan perkembangan telur (Yaron, 1995; Tan-Ferming et al., 1997).


(21)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan bulan Juli 2011 sampai September 2011 bertempat di Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) Purbolinggo, kecamatan Purbolinggo, kabupaten Lampung Timur.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah kolam dengan ukuran 32x15x1m3 untuk pemeliharaan induk, happa dengan ukuran 1x1x1m3 untuk tempat pematangan gonad induk, alat suntik, tabung polietilen, alat bedah, mikroskop, kamera digital, timbangan digital, gelas ukur, penggaris, semprotan, dan alat ukur kualitas air (termometer).

Bahan yang digunakan adalah induk betina ikan baung dengan berat ± 500 gr/ekor sebanyak 45 ekor, Ekstrak Testis Sapi (ETS), EDTA, minyak cengkeh, aquades, formalin, pakan komersial.

C. Prosedur Penelitian 1. Persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan beberapa kegiatan yang meliputi pemeliharaan induk. Induk dipelihara dalam kolam dengan ukuran 32x15x1 m3.


(22)

20 Masa adaptasi ikan dilakukan selama tujuh hari dengan pemberian pakan komersial sebanyak dua kali sehari secara ad satiation (sampai ikan kenyang). Pakan komersil digunakan karena mudah didapat, protein yang tinggi dan tidak berebut dengan manusia. Persiapan kolam dilakukan dengan menguras kolam berukuran 32x15x1m3. Kolam dikeringkan selama 3 hari, selanjutnya pada hari keempat kolam diisi air sampai ketinggian sekitar 80 cm dan dibiarkan sampai hari ke-7. happa berukuran 1x1x1 m3 dipasang sesuai dengan perlakuan yang ditentukan.

2. Perlakuan

Perlakuan dalam penelitian ini yaitu pemberian Ekstrak Testis Sapi (ETS) dalam pakan (pelet). Dosis ekstrak testis sapi yang diberikan berbeda yaitu 0, 0,75, 1,5, 2,5 dan 4,5 mg/kg pakan dengan 3 kelompok. Perlakuan selama penelitian disajikan pada Tabel 2.

Table 2. Ekstrak Testis Sapi yang diberikan pada berbagai aras dosis yang dicobakan pada ikan baung.

Kelompok

(hari) Dosis Ekstrak Testis Sapi (mg/kg pakan)

10 0 0,75 1,5 2,5 4,5

20 0 0,75 1,5 2,5 4,5

30 0 0,75 1,5 2,5 4,5

Model rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK). Model dalam RAK adalah sebagai berikut:


(23)

21

Yij = µ+τi+βj+εij

Keterangan :

Yij = Pengaruh perlakuan dosis penyuntikan ETS ke-i dan ulangan ke-j

µ = Nilai tengah data

τi = Pengaruh dari perlakuan dosis ETS ke-i βj = Pengaruh kelompok hari pemberian pakan ke-j

εij = Galat dosis penambahan ekstak testis sapi pada pakan dari perlakuan ke-i ulangan ke-j

i = Dosis penyuntikan ETS j = Ulangan (1, 2, dan 3)

3. Pembuatan pakan

Tahapan pembuatan pakan dengan ETS yaitu :

Pembuatan pakan yang mengandung ETS dilakukan dengan melarutkan ETS sesuai dosis pada larutan alkohol 70% sebanyak 50 ml. Larutan ETS selanjutnya dimasukkan ke dalam sprayer dan disemprotkan secara merata pada pakan yang telah disiapkan berupa pakan tenggelam. Pakan diangin-anginkan selama 24 jam agar alkohol menguap.

4. Pelaksanaan Penelitian

Tahapan pelaksanaan penelitian yaitu :

1. Hari pertama pengmbilan darah pada setiap kelompok.

2. Induk baung ditempatkan pada masing-masing hapa sesuai perlakuan. Pakan (pellet) ditambah ETS dengan dosis ETS 0, 0,75, 1,5, 2,5, dan 4,5 mg/kg pakan. Pakan yang ditambah ETS diberikan dengan waktu berbeda yaitu 10 hari, 20 hari, 30 hari.


(24)

22 3. Pengukuran Estradiol-17β dilakukan pada hari 15 dan 30 masa pemeliharaan. Pengukuran persentase kondisi kematangan gonad dan pengamatan histoligi dilakukan pada akhir penelitian (hari ke-30).

4. Pengamatan kualitas air dilakukan tiap 7 hari sekali meliputi mengukur kadar DO, suhu dan pH.

D. Parameter Yang Diamati

1. Konsentrasi Hormon Estradiol 17 β

Pengukuran konsentrasi hormon estradiol dalam plasma darah dilakukan menggunakan radioimmunoassay (RIA) kit yang dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor. Pengukuran estradiol dalam setiap induk ikan baung dilakukan dengan cara mengambil darah induk sebanyak 3 ml pada bagian belakang sirip anal menggunakan spuit yang diberi EDTA . Darah disimpan dalam tabung polietilen agar tidak tumpah. Darah disentrifuse selama 10 menit dengan kecepatan 5000 rpm, setelah terpisah sel-sel darah dan plasma darah, plasma darah diambil dan disimpan dalam tabung polietilen, disimpan dalam frezer (-20°C) untuk diukur konsetrasi hormon estradiol dalam darah (Zanuy et al, 1999; Yusuf, 2005).

2. Analisa Histologi Gonad

Histologi dilakukan untuk menentukan tingkat kematangan gonad induk tiap

perlakuan. Histologi dilakukan di akhir penelitian. Pewarnaan preparat gonad


(25)

23 gonad diamati dengan membandingkan ciri jaringan gonad ikan baung yang telah

diberi perlakuan dengan tingkat kematangan gonad ikan baung (Tabel 1).

Tabel 3. Tahapan kondisi kematangan gonad Tahap Ovarium

Berkembang

Tahap Oosit Hadir

Dalam Ovarium Deskripsi Oosit Previtellogenic Previtellogenic oosit Oosit dengan vakuola

sitoplasma bebas Onset vitellogenesis

endogen

Previtellogenic oosit dan oosit di vitellogenesis endogen

Oosit pada tahap vesikel kuning primer, glikoprotein muncul dan menempati 2 atau 3 cincin di pinggiran sitoplasma

(vitellogenesis endogen awal)

Penyelesaian

vitellogenesis endogen

Previtellogenic oosit dan

oosit memiliki

vitellogenesis endogen lengkap

Oosit penuh glikoprotein di inklusi . Folikular dan lapisan seluler dibedakan (vitellogenesis endogen akhir)

Eksogen vitellogenesis Previtellogenic oosit dan oosit pada berbagai tahap vitellogenesis eksogen

Oosit menumpuk gumpalan kuning telur dan kuning telur berada di pinggiran vesikula sitoplasma

Akhir pematangan Previtellogenic oosit dan oosit dalam pematangan akhir

Penampilan dari mikropil dan migrasi dari vesikel germinal untuk mikropil Sumber: Journal of Cell and Molecular Research (2009) 1 (2), 97-105


(26)

24 3. Kualitas air

Pengukuran kualitas air meliputi suhu, pH, dan DO (dissolved oxygen). Suhu diukur setiap hari, sedangkan DO dan pH diukur setiap minggu.

F. Analisis Data

Hasil Estradiol-17β diuji dengan menggunakan sidik ragam dengan selang kepercayaan 95% dengan software SPSS versi 19. Jika hasil yang diperoleh terdapat perbedaan antara perlakuan yang diberikan, maka dilanjutkan dengan uji Duncan dengan selang kepercayaan 95%.


(27)

STIMULASI PERKEMBANGAN OVARI IKAN BAUNG (Mystus nemurus) DENGAN PEMBERIAN EKSTRAK TESTIS SAPI (ETS) PADA

BERBAGAI ARAS DOSIS

Oleh SUTAN FASYA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Perikanan

Pada

Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perstanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(28)

STIMULASI PERKEMBANGAN OVARI IKAN BAUNG (Mystus nemurus) DENGAN PEMBERIAN EKSTRAK TESTIS SAPI (ETS) PADA

BERBAGAI ARAS DOSIS (Skripsi)

Oleh Sutan Fasya

0714111059

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2012


(29)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 5 2. Proses Vitelogenesis Pada Ikan ... 15 3. Struktur Jaringan Gonad Induk Ikan Baung (Mystus nemurus).... 26 4. Histologi Gonad Menurut Utiah ... 27 5. Grafik Persentase Kondisi Kematangan Telur Induk yang Diberi


(30)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 3

D. Kerangka Pikir ... 3

E. Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Reproduksi ... 7

B. Perkembangan Gonad Ikan ... 9

C. Oogenesis dan Vitelogenesis ... 11

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan tempat ... 19

B. Alat dan Bahan ... 19

C. Prosedur Penelitian ... 19

1. Persiapan ... 19

2. Perlakuan ... 20

3. Pembuatan Pakan ... 21

4. Pelaksanaan Penelitian ... 21

D. Parameter yang Diamati ... 22

1. Konsentrasi Hormon Estradiol ... 22

2. Analisa Histologi Gonad ... 22

3. Kualitas Air ... 24

E. Analisis Data ... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 25

1. Konsentrasi Hormon Estradiol ... 25

2. Histologi Gonad ... 26

3. Kualitas Air ... 28


(31)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 32 B. Saran ... 32 DAFTAR PUSTAKA


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Aida, K. A. Shimizu, K. Asahina, and I. Hanyu. 1991. Photoperiodism in reproduction in bitterlings. p. 139-141. Proceedings of The Fourth International Symposium on The Reproductive Physiology of Fish. Univ. of East Anglia, Norwich, U.K.7-12 July 1991.

Amornsakun, A. dan A. Hassan.1997. Some Aspect in Early Life Stages in Larval Green Catfish (Mystus nemurus). Indon. Fish. Res. J. 3:64-70.

Bromage, N. R., Whitehead, C, Breton, B. 1982. Relationships Between serum levels of gonadotropin, E2-17β; an vitellogenin in the control of ovarian development in the rainbow trout. II. The effects of alterations in environmental photoperiod. Gen. Comp. Endocr, 47: 336-376.

Cerda, J.B.G., Calman, G.J., Lafleur, J.r., Limesand, S. 1996. Pattern of vitellogenesis and folicle maturational competence during the ovarian folicular cycle of Fundulus heteroclitus. Gen. Comp Endocrinol 103: 24-35.

Cholik, F. 2005. Akuakultur Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. Victoria Kreasi Mandiri. Jakarta. 41 hal.

Crim, L. W., D. M, Evans. 1983. Influence of Testosteron and/or Luteinezing Hormone Releasing Hormone Analogue on Precosius Sexual Development in Juvenil Trount. Biology Reproduction, 29: 137-142.

Devlin, R.H. and Y. Nagahama.2002. Sex Determination and Sex Differentiation in Fish: An Overview of Genetic, Physiological, and Environmental Influences. Aquaculture 208: 191-364.

Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. 163 hal Harvey, Hoar. 1979. The theory and practice of induced breeding in fish. Ottawa,

Ori IDRC. 48 p.

Hassin, S. Z. Yaron, and Y. Zohar. 1991. Follicular steroidogenesis, steroid profiles and oogenesis in the European sea bass, Dicentrarchus labrax. p. 100. Proceedings of The Fourth International Symposium on The


(33)

34 Reproductive Physiology of Fish. Univ. of East Anglia, Norwich, U.K. 7-12 July 1991.

Kuo, C.M., Nash, C.E., and Watanabe, W.D. 1979. Induce breeding experiment with milkfish, Chanos chanos (Forskal), in Hawaii. Aquaculture, 18:95-105.

Lagler, K. F., J.E. Bardach, K.K. Miller, and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Willey and Son’s. New York. 506p.

Lam, T. J. 1983. Environmental Influences on Gonadal activity in Fish. In: Hoar, W. S., Randall D. J., Donaldson, E. M (eds). Fish Physiology, vol. 9, part B. Academic Press, New York, p: 65-116.

Marte, C. L., L. W. Crim, and N. M. Sherwood. 1988. Induced Gonadal Maturation and Rematuration in Milkfish; Limited Success with Chronic administration of Testosteron and Gonadotropin Releasing Hormon Analogue (GnRH). Aquaculture 74 : 131-146.

Matty, A.J. 1985. Fish endocrinology. Timber press. Portland. 267 hal

Nagahama, Y. 1983. The fungsional morphology of teleost gonads. p. 187-212. In. W.S. Hoar and Randall (Eds). Fish physiology IX A. Acad. Press. New York.

Pamungkas, A. J. 2006. Efektifitas Hormon 17α-Metiltestosteron dan LHRH-α dalam Mencapai Tingkat Kematangan Gonad Siap Memijah pada Ikan Belida (Notopetrus chitala). Tesis Program Pascasarjana. IPB. Bogor. Partodiharjo, S. 1982. Ilmu Produksi Hewan. Mutiara, Jakarta. 161 hal.

Sarwoto, M.N. 2001. Pengaruh Pemberian Hormon Testosteron melalui emulsi W/O/W LG (C14) terhadap Gonad Calon Induk Betina Ikan Jambal Siam (Pangasius hypophthalmus). Tesis program pascasarjana. IPB. Bogor. 6-14 hal.

Sinjal, H.J. 2007. Kajian Penampilan Reproduksi Ikan Lele (Clarias gariepinus) Betina melalui Penambahan Ascrobyl Phosphate Magnesium sebagai Sumber Vitamin C dan Implantasi Estradiol 17β. Tesis program pascasarjana. IPB. 7-21 hal.

Siregar, M. 1999. Stimulasi pematangan gonad bakal induk betina ikan jambal Siam (Pangasius hypophthalmus F) dengan hormon hCG. Tesis program pascasarjana.IPB. Bogor. 41 hal.

Stacey, N. E. 1984. Control of the timing ovulation by exogenous and endogenous factors. In Potts GW, Wotton RJ, editor. Fish Reproduction, Strategies andTactics. London: Academic Press. P 207-222.


(34)

35 Subagja, J. 2006. Implantasi LHRH-α dengan Kombinasi Dosis 17α

-Metiltestosteron terhadap Perkembangan Gonad Ikan Balashark (Balantiocheilus melanopetrus BLEEKER). Tesis program pascasarjana. IPB. Bogor.

Sukendi. 2001. Biologi Reproduksi dan Pengendaliannya dalam Upaya Pembenihan Ikan Baung (Mystus nemurus CV) dari Perairan Sungai Kampar, Riau. Disertasi program pascasarjana. IPB.

Susanto, H. 1999. Teknik Kawin Suntik Ikan Ekonomis. Penebar Swadaya, Jakarta. Tan-Fermin, J.D., S. Ijiri, H. Ueda, S. Adachi, and K. Yamauchi. 1997. Ovarian development and serum steroid hormone profiles in hatchery-bred female catfish Clarias macrocephalus (Gunther) during an annual reproductive cycle. Fisheries Science, 63:867-872.

Takashima and T. Hibiya. 1995. An atlas of fish histologi, Normal and Pathological Feature Second Edition. Kodansha Ltd, Tokyo. 195p.

Tang, U. M., H. Alawi, dan R.M. Putra. 1999. Pematangan gonad ikan baung (Mystus nemurus) dengan pakan dan lingkungan yang berbeda. Hayati, 6:10-12p.

Tang, U. M. dan R. Affandi. 2000. Biologi Reproduksi Ikan. Bogor. 150 hal. Tridjoko, B. Slamet, dan D. Makatutu. 1997. Pematangan Induk Kerapu Bebek

(Cromileptes altivelis) dengan Rangsangan Suntikan Hormon LHRH-a dan 17 alpha-methyltestoteron. J. Penel. Perikanan Indonesia, 3(4):30-34. Utiah,A.2006.Penampilan Reproduksi Induk Ikan Baung (Hemibagrus nemurus

Blkr) dengan Pemberian Pakan Buatan yang Ditambahkan Asam Lemak N-6 dan N-3 Dan Dengan Implantasi Estradiol-17 dan Tiroksin.

Disertasi.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor. Wallace, R. A. and K. Selman. 1981. Cellular and Dynamic Aspects of Oocyte

Growth in Teleosts. Amer. Zool., 21:325-343.

Yaron, Z. 1995. Endocrine control of gametogenesis and spawning induction in the carp. Aquaculture, 129: 49-73.

Yusuf, N. S. 2005. Efektifitas Hormon LHRH analog dan Estradiol-17β melalui Emulsi W/O/W terhadap Perkembangan Gonad Ikan Baung. Tesis program pascasarjana. IPB. Bogor. 7-10 hal.

Zairin, M. JR., K. Sumartadinata dan H. Arafah. 1996. Aktivasi Proses

Vitelogenesis untuk Pematangan Gonad ikan Balashark (Balantiocheilus melanopetrus BLEEKER) Betina. Biosfera 5: 39-47.


(35)

36 Zairin, M., Furukawa, and Aida. 1992. Induction of ovulation by hCG injection in tropical walking catfish Clarias batrachus reared under 23-250C. Nippon Suisan.Gakkaishi, 58:1681-1685.

Zanuy, S., M. Carillo, J. Mateos, V. Trudeau dan O. Kah. 1999. Effect of Sustained administration of Testoterone in Pre-pubertal Sea Bass (Dicentrartus labrax L). Aquaculture, 177: 21-35.


(36)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. __________________

Sekretaris : Tarsim, S.Pi., M.Si. __________________

Penguji

Bukan Pembimbing : Wardiyanto, S.Pi., M.P. __________________

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 196108261987021001


(37)

Judul : Stimulasi perkembangan Ovari Ikan Baung (Mystus nemurus) Dengan Pemberian Ekstrak Testis Sapi (ETS) pada berbagai aras dosis

Nama : Sutan Fasya

Nomor Pokok Mahasiswa : 0714111059 Jurusan/Program Studi : Budidaya Perairan

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. Tarsim, S.Pi., M.Si.

NIP. 196402151996032001 NIP. 197610122000121001

2. Ketua Program Studi Budidaya Perairan

Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. NIP. 196402151996032001


(38)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat

dan ridho Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk:

Almamaterku tercinta

Universitas Lampung

Kedua orang tuaku yang selalu memberikan cinta, doa, dan hal

terbaik dalam hidupku.

Saudara-saudaraku yang telah memberikan semangat dan mendoakan

keberhasilanku.

Sahabatku dan orang terdekatku yang telah memberikan

keceriaan,semangat dan warna dalam hidupku.


(39)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan putra pasangan Bapak Syamsurizal dan Ibu Fauziah Eryani yang dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 3 November 1988. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara.

Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah TK Sandiputra tahun 1994, SD 2 Rawa Laut tahun 1995, SMPN 5 Bandar Lampung tahun 2001, SMAN 9 Bandar Lampung tahun 2004. Pada tahun 2007 penulis diterima di Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur SPMB.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah mengikuti Praktik Umum di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) bagian Pembenihan Ikan Koki

(Carasius auratus) pada tahun 2010. Selain itu, penulis juga aktif menjadi Pengurus

Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan Universitas Lampung (HIDRILA) periode

2008-2009 sebagai ketua bidang Kewirausahaan.

Tugas akhir diselesaikan dengan menulis skripsi berjudul “STIMULASI PERKEMBANGAN OVARI IKAN BAUNG (Mystus nemurus) DENGAN PEMBERIAN EKSTRAK TESTIS SAPI (ETS) PADA BERBAGAI ARAS DOSIS ”.


(40)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal usul penelitian yang berjudul “STIMULASI PERKEMBANGAN OVARI IKAN BAUNG (Mystus nemurus) DENGAN PEMBERIAN EKSTRAK TESTIS SAPI (ETS) PADA BERBAGAI ARAS DOSIS”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S sebagai Dekan Fakultas Pertanian. 2. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc sebagai Ketua Jurusan Budidaya Perairan sekaligus

pembimbing utama yang telah memberikan saran dan masukan selama penelitian dan penulisan skripsi.

3. Tarsim, S.Pi., M.Si sebagai pembimbing, atas saran dan masukannya selama penelitian dan penulisan skripsi.

4. Wardiyanto, S.Pi., M.P. sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi.

5. Munti Sarida, S.Pi sebagai dosen pembimbing, atas ide, kemudahan akses jurnal-jurnal, pembiayaan selama penelitian, saran dan masukan dalam penulisan skripsi.


(41)

6. Papa dan mama atas doa, motivasi, dan dukungan (materi dan spiritual) selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.

7. Oma, bung bram dan paksu atas doa dan dukungan selama penyusunan skripsi. 8. Laila Widowati Pamungkas, S.P. atas motivasi, bantuan, dan dukungan selama

penelitian dan penyusunan skripsi.

9. Teman-teman seperjuangan Andika, Noni, Hasyim, Vivi, Selly, Rama, Deta, Yonathan, Dewa, Yulian, Yoga,Wayan teman-teman BDPi 07 atas bantuan, kekompakan, dan kebersamaan serta semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.

Penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Bandar Lampung, Februari 2012


(42)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi ETS yang diberikan dalam pakan semakin mempercepat matang gonad. Persentase telur matang gonad tertinggi pada dosis 4,5 mg/kg pakan sebesar 41 %.

B. Saran

Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan memperhatikan waktu penelitian agar tidak kekurangan air dan memperhatikan induk yang digunakan agar seragam.


(1)

Judul : Stimulasi perkembangan Ovari Ikan Baung (Mystus nemurus) Dengan Pemberian Ekstrak Testis Sapi (ETS) pada berbagai aras dosis

Nama : Sutan Fasya

Nomor Pokok Mahasiswa : 0714111059 Jurusan/Program Studi : Budidaya Perairan

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. Tarsim, S.Pi., M.Si. NIP. 196402151996032001 NIP. 197610122000121001

2. Ketua Program Studi Budidaya Perairan

Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. NIP. 196402151996032001


(2)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat

dan ridho Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk:

Almamaterku tercinta

Universitas Lampung

Kedua orang tuaku yang selalu memberikan cinta, doa, dan hal

terbaik dalam hidupku.

Saudara-saudaraku yang telah memberikan semangat dan mendoakan

keberhasilanku.

Sahabatku dan orang terdekatku yang telah memberikan

keceriaan,semangat dan warna dalam hidupku.


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan putra pasangan Bapak Syamsurizal dan Ibu Fauziah Eryani yang dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 3 November 1988. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara.

Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah TK Sandiputra tahun 1994, SD 2 Rawa Laut tahun 1995, SMPN 5 Bandar Lampung tahun 2001, SMAN 9 Bandar Lampung tahun 2004. Pada tahun 2007 penulis diterima di Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur SPMB.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah mengikuti Praktik Umum di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) bagian Pembenihan Ikan Koki (Carasius auratus) pada tahun 2010. Selain itu, penulis juga aktif menjadi Pengurus Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan Universitas Lampung (HIDRILA) periode 2008-2009 sebagai ketua bidang Kewirausahaan.

Tugas akhir diselesaikan dengan menulis skripsi berjudul “STIMULASI PERKEMBANGAN OVARI IKAN BAUNG (Mystus nemurus) DENGAN PEMBERIAN EKSTRAK TESTIS SAPI (ETS) PADA BERBAGAI ARAS DOSIS ”.


(4)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal usul penelitian yang berjudul “STIMULASI PERKEMBANGAN OVARI IKAN BAUNG (Mystus

nemurus) DENGAN PEMBERIAN EKSTRAK TESTIS SAPI (ETS) PADA

BERBAGAI ARAS DOSIS”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S sebagai Dekan Fakultas Pertanian. 2. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc sebagai Ketua Jurusan Budidaya Perairan sekaligus

pembimbing utama yang telah memberikan saran dan masukan selama penelitian dan penulisan skripsi.

3. Tarsim, S.Pi., M.Si sebagai pembimbing, atas saran dan masukannya selama penelitian dan penulisan skripsi.

4. Wardiyanto, S.Pi., M.P. sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi.

5. Munti Sarida, S.Pi sebagai dosen pembimbing, atas ide, kemudahan akses jurnal-jurnal, pembiayaan selama penelitian, saran dan masukan dalam penulisan skripsi.


(5)

6. Papa dan mama atas doa, motivasi, dan dukungan (materi dan spiritual) selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.

7. Oma, bung bram dan paksu atas doa dan dukungan selama penyusunan skripsi. 8. Laila Widowati Pamungkas, S.P. atas motivasi, bantuan, dan dukungan selama

penelitian dan penyusunan skripsi.

9. Teman-teman seperjuangan Andika, Noni, Hasyim, Vivi, Selly, Rama, Deta, Yonathan, Dewa, Yulian, Yoga,Wayan teman-teman BDPi 07 atas bantuan, kekompakan, dan kebersamaan serta semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.

Penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Bandar Lampung, Februari 2012


(6)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi ETS yang diberikan dalam pakan semakin mempercepat matang gonad. Persentase telur matang gonad tertinggi pada dosis 4,5 mg/kg pakan sebesar 41 %.

B. Saran

Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan memperhatikan waktu penelitian agar tidak kekurangan air dan memperhatikan induk yang digunakan agar seragam.