5. BAB II revisi 3

(1)

2.1 Pengukuran Waktu Kerja

Menurut Mulyamah (1987), pengukuran waktu kerja adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu. Waktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah di siapkan. Pada pengukuran kerja ada waktu-waktu yang digunakan yaitu waktu baku dan waktu gerakan.

Menurut Sutalaksana (1997), pengukuran waktu kerja adalah untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian pekerjaan yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem pekerjaan yang baik.

Menurut Warman (2010), pada garis besarnya teknik-teknik pengukuran waktu kerja dibagi dalam 2 bagian :

1) Secara Langsung

Cara pertama disebut demikian karena pengukurannya dilakukan secara langsung yaitu ditempat dimana pekerjaan yang bersangkutan dijalankan atau dikenal dengan work sampling.

2) Secara Tidak Langsung

Sebaliknya secara tidak langsung melakukan perhitungan waktu tanpa harus berada ditempat pekerjaan yaitu dengan membaca tabel-tabel yang tersedia asalkan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen gerakan dengan salah satu dari cara-cara ini.


(2)

2.1.1 Langkah-Langkah Sebelum Melakukan Pengukuran

Menurut Hasibuan (1995), langkah-langkah yang dilakukan sebelum pengukuran antara lain :

1) Penetapan tujuan pengukuran

Tujuan melakukan pengukuran harus ditetapkan terlebih dahulu. Dalam pengukuran hal-hal yang terpenting harus diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran di gunakan, beberapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang di inginkan dari hasil pengukuran tersebut.

2) Melakukan penelitian terdahulu

Tujuannya adalah untuk mencari waktu yang pantas diberikan pada pekerjaan dan menyelesaikan pekerjaannya berdasarkan kondisi yang ada. 3) Memilih operator bagian produksi

Pekerjaan yang berbeda-beda memerlukan kesanggupan yang berbeda pula, yang memerlukan kecepatan berfikir, pemusatan perhatian, ketajaman penglihatan, kekuatan jasmani dan kebanyakan memerlukan keahlian hasil pengalaman atau pengetahuan ahli khusus.

4) Melatih operator bagian produksi

Latihan bagi operator bagian produksi diperlukan bila kondisi dan cara kerja yang dipakai sama dengan yang dijalankan karena dalam pengukuran operator Bagian Produksi harus sudah terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang ditetapkan.


(3)

Pekerjaan dibagi dalam elemen-elemen pekerjaan merupakan bagian dari pekerjaan yang bersangkutan. Elemen-elemen pekerjaan inilah yang akan diukur.

6) Menyiapakan alat-alat pengukuran

Langkah terkahir sebelum melakukan pengukuran : a. Menyiapkan alat yang diperlukan seperti stopwatch b. Menyiapakan jam tangan

c. Menyiapakan lembaran pengamatan d. Menyiapakan pena dan pensil e. Menyiapakan papan pengamat 2.2 Melakukan Pengukuran Waktu

Menurut Komaruddin (2003), pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu-waktu kerja yang baik setiap elemen pekerjaan dengan menggunakan alat-alat yang telah disiapkan, Bila operator Bagian Produksi telah siap didepan mesin atau ditempat lain yang waktu-waktu pekerjaan akan diukur maka pengukuran memilih posisi tempat operator bagian produksi berdiri mengamati dan mencatat.

Tujuan melakukan pengukuran adalah untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang di inginkan. Untuk mengetahui pengukuran yang harus dilakukan adalah menghitung jumlah yang diperlukan, setelah pengukuran dan data yang diperoleh telah mencakup, maka harus diuji keseragaman data sebagai berikut :


(4)

2) Menentukan batas kontrol atas dan batas kontrol bawah (uji keseragaman), dengan rumus :

BKA

=

P

+

k

P

(

1

P

)

n

BKB=Pk

P (1−P) n

Menurut Bahasiar (2001), untuk melakukan uji kecukupan data dengan rumus:

P = ∑ Pi k N’ =

k

s(1−p) p = 400(1−p)

p

Dimana N adalah jumlah pengamatan yang harus dilakukan untuk sampling kerja, K adalah harga indeks yang besarnya bergantung dari tingkat kepercayaan yang diambil (untuk tingkat kepercayaan 95% harga K adalah 2) P = persentase terjadinya kejadian yang diamati dan dinyatakan dalam bentuk desimal, S adalah tingkat ketelitian yang dikehendaki dan dinyatakan dalam desimal. Data dinyatakan cukup bila N’ < N.

2.3 Pengertian Sampling Pekerjaan (Work Sampling)

Menurut Wignojoseobroto (2001), Sampling Pekerjaan (work Sampling) adalah pengukuran waktu yang dilakukan sesaat-sesaat pada waktu-waktu yang ditentukan secara acak. Pada sampling pekerjaan pengamatan ke tempat proses pekerjaan yang akan diukur adalah waktu baku berdasarkan bilangan rondom.


(5)

Pengamatan ini dilakukan dengan memperhatikan aktivitas (kegiatan produktif) dan tidak ada aktivitas (Kegiatan Non Produktif). Ketelitian data tergantung pada banyaknya data yang telah diperoleh dari pengamatan yang dilakukan.

2.4 Tujuan Sampling Pekerjaan

Menurut Samsuddin (2001), sebagaimana dengan aktifitas-aktifitas lain maka tujuan untuk melaksanakan suatu kegiatan haruslah bisa di identifikasikan dan diterapkan terlebih dahulu. Dalam pengukuran kerja , hal-hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran (dalam hal ini tentu saja waktu baku ) tersebut akan digunakan atau penetapan waktu baku akan dikaitkan dengan maksud-maksud pemberian insentif atau bonus pekerja langsung (direct labor) jika dapat disimpulkan tujuan dari sampling pekerjaan adalah : 1) Untuk mengetahui distribusi pemakaian waktu sepanjang waktu kerja oleh

pekerja atau kelompok kerja.

2) Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan mesin-mesin atau alat-alat pabrik. 3) Untuk menentukan waktu baku bagi pekerja-pekerja tidak langsung. 4) Untuk memperkirakan kelonggaran bagi suatu pekerjaan.

2.5 Manfaat Sampling Pekerjaan

Menurut Handoko (2001), dengan melakukan sampling pekerjaan kita mendapatkan manfaat sebagai berikut :

1) Activity and delay sampling

Sampling kerja digunakan untuk mengukur dan mengetahui distribusi pemakaian waktu sepanjang waktu kerja oleh para pekerja/ kelompok kerja,


(6)

atau untuk mengetahui tingkat pemanfaatan (utilitas) mesin-mesin, peralatan, dan fasilitas kerja.

2) Performance sampling

Sampling kerja digunakan untuk mengukur performance index dari pekerja sepanjang waktu kerjanya. Performance sampling ini juga digunakan untuk mengetahui dan menghitung beban kerja dari para pekerja serta memperkirakan kelonggaran bagi pekerjaan tertentu.

1.) Work Measurement

Sampling kerja digunakan untuk menghitung dan menggunakan waktu baku dari suatu jenis pekerjaan tertentu.

2.6 Kelebihan Metode Sampling

1) Tidak menggunakan biaya yang besar dibanding pengamatan yang continiu.

2) tidak membutuhkan pelatihan dan keahlian khusus dari pengamat. 3) Memberikan tingkat akurasi yang memedai secara statistik. 4) Dapat mengikutsertakan partisipasi supervisor dan mandor.

5) Memberikan lebih sedikit penggunaan kepada pekerja dari pada pengamatan langsung yang lebih kontiniu.

6) Memberikan indikasi seberapa efektif pekerja secara keseluruhan. 2.7 Langkah-Langkah Sampling Pekerjaan

Sutalaksana(1997) pada dasarnya langkah-langkah dalam melakukan sampling pekerjaan tidak berbeda dengan yang diketengahkan pada cara jam henti yaitu :


(7)

1) Menetapkan tujuan pengukuran serta besarnya tingkat ketelitian dan keyakinan yang digunakan.

2) Jika sampling ditujukan untuk mendapatkan waktu baku, lakukan penelitian pendahuluan untuk mengetahui ada tidaknya sistem kerja yang baik.

3) Memilih Kepala Bagian Produksi yang terampil.

4) Bila perlu mengadakan pelatihan-pelatihan bagi Kepala Produksi yang dipilih agar bisa dan terbiasa dengan sistem kerja yang dilakukan.

5) Melakukan pemisahan kegiatan sesuai dengan elemen pekerjaan yang diamati. Bentuk paling sederhana dalam melakukan pemisahan pekerjaan ini adalah dalam bentuk kegiatan Produktif dan Non-Produktif. Langkah pemisahan ini terus berkembang menjadi beberapa kegiatan. Pemisahan elemen pekerjaan bersifat Mutually exclusive &exhaustive , artinya satu kegiatan terpisah dari kegiatan lainnya dan jumlah semua kegiatan tersebut adalah semua kegiatan yang mungkin terjadi.

6) Menyiapkan pelatan yang diperlukan dan berhubungan dengan sampling pekerjaan.

2.8 Melakukan Sampling Pekerjaan

Tahapan untuk melakukan sampling pekerjaan yaitu : 1) Menetapkan interval pengamatan

2) Melakukan studi pendahuluan terhadap elemen-elemen pekerjaan yang diamati.

3) Melakukan kunjungan sesuai waktu yang ditetapkan (Lembar Pengamatan -1), data dicatat pada Lembar Pengamatan -2 dan Lembar Pengamtan -3.


(8)

4) Membuat rekapitulasi Lembar Pengamatan-2 dan Lembar Pengamatan -3 kedalam Lembar Pengamatan -4.

Langkah–langkah ini terus dilakukan sampai jumlah kunjungan mencukupi yang diperlukan untuk tingkat keyakinan yang diperlukan.

2.8.1. Menetapkan Interval Pengamatan

Lalu menentukan jadwal kunjungan berdasarkan bilangan acak yang di dapatkan. Kunjungan hanya boleh di laksanakan maksimal sebanyak 2/3 jumlah kunjungan maksimal.

Misalkan:

- Selang waktu antar pengamatan min. = 5menit.

- Jam kerjaefektif (08.00 – 12.00 dan13.00 – 16.00) = 7 jam Maka jumlah pengamatan maksimal yang mungkin :

= 7 jam / 5menit = 420 menit / 5menit = 84 kali

Kita ambil sampel misalkan2/3 dari jumlah pengamatan maksimal, maka : Jumlah pengamatan menjadi = 2/3 x 84 kali = 56 kali

Jumlah pengamatan sebanyak 56 kali ditetap kan secara acak (random).

Dengan menggunakan tabel bilangan acak misalnya akan dapat membantu dalam menetap kan waktu pengamatan acak.

Teknis menggunakan bilangan acak : Kriteria bilangan acak yang dibutuhkan: 1) Bilangan acak sebanyak 56 buah 2) Tidak ada bilangan acak yang diulang


(9)

3) Bilangan acak terendah 00 (berarti jam 08.00) dan maksimum 83 (jam 16.00)

2.8.2. Melakasanakan Observasi

Hal ini dilakukan melalui wawancara dan mempelajari uraian pekerjaan. Uraian hasil observasi dituliskan pada Lembar Pengamatan (LP) 2, 3, dan 4. 2.8.3. Melakukan Kunjungan Sesuai Waktu Yang Ditetapkan

Data dicatat pada Lembar Pengamatan kemudian direkapitulasi untuk menghasilkan Nilai Performance Dan Allowance.

2.8.4. Membuat Rekapitulasi Lembar Lembar Pengamatan Akhir

Data yang sudah dicatat pada Lembar Pengamatan dan Lembar Rekapitulasi Nilai Performance dan Allowance kemudian di lakukan rekapitulasi pada lembar Pengamatan Akhir dan ditambahakan diagram produktif dan non produktifnya.

2.9 Hal–Hal yang Diperhatikan Dalam Melakukan Sampling Pekerjaan Menurut Sutalaksana (1997), hal–hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan sampling pekerjaan diantaranya adalah :

2.9.1 Tingkat Ketelitian

Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan–penyimpangan maksimum, hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen, sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukuran bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat tadi. Inipun dinyatakan dalam persen.


(10)

Selama pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati kewajaran kerja yang ditunjukkan kepada operator produksi. Ketidak wajaran berakibat terlalu panjang dalam waktu penyelesaian. Pengukur harus mengetahui dan menilai berapa jauh hal itu terjadi karena berdasarkan inilah penyesuaian ini dilakukan.

Biasanya penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata– rata dan waktu elemen rata–rata (yang diketahui diselesaikan dengan kecepatan tidak wajar) dengan suatu harga p (faktor penyesuaian). Besarnya harga p tentunya sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya. Bila pengukur berpendapat bahwa operator produksi bekerja diatas normal maka harga p > 1, sebaliknya operator Produski dipandang bekerja dibawah normal maka harga p < 1, jika opertator dengan wajar maka harga p = 1.

2.9.3 Kelonggaran

Menurut Soestina (1995), kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatigue dan hambatan–hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Yang termasuk ke dalam kebutuhan pribadi adalah hal–hal seperti minum sekedarnya untuk melepaskan haus, ke kamar kecil, bercakap-cakap dengan teman sekerja untuk menghilangkan ketegangan atau kejenuhan dalam bekerja.

Rasa fatigue tercermin dari menurunnya hasil produksi. Jika rasa fatigue telah datang dan pekerja harus bekerja untuk menghasilkan performance normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih besar dari normal dan ini


(11)

menambah rasa fatigue. Bila hal ini berlangsung terus akhirnya akan terasa fatigue total.

2.9.4 Menghitung Waktu Baku

Berdasarkan Modul Praktek Analisa Perancangan Kerja (2012), untuk menghitung waktu baku digunakan rumus sebagai berikut :

Waktu normal (wn) = Waktu Siklus x Performance (P)

Waktu baku (wb) = Waktu normal + Allowance (A) x Waktu normal 2.10 Beban Kerja

Beban kerja muncul karena adanya interaksi antara operator produksi dan tugas yang diberikan oleh operator. Berdasarkan kenyataan bahwa faktor fisik dan faktor psikologis manusia saling berpengaruh, maka pengukuran beban kerja sangat di perlukan oleh suatu perusahaan untuk mengakomodasi faktor fisik dengan faktor psikologis manusia dalam bekerja, agar tidak terjadi hal-hal yang parah dan penurunan motivasi kerja. Pengukuran kerja sangat di perlukan guna meningkatkan mutu hasil kerja.

Secara garis besar terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil kerja manusia, dan dapat di bagi menjadi dua kelompok, yaitu:

1) Faktor-faktor terdiri dari: sikap, sistem, nilai, karakteristik, fisik, motivasi, usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman, dan lain sebagainya.

2) Faktor-faktor situasional: lingkungan fisik, mesin dan peralatan, metode kerja, dan lain sebagainya. Kerja manusia bersifat mental dan fisik yang masing-masing mempunyai intensitas yang berbeda-beda.


(1)

atau untuk mengetahui tingkat pemanfaatan (utilitas) mesin-mesin, peralatan, dan fasilitas kerja.

2) Performance sampling

Sampling kerja digunakan untuk mengukur performance index dari pekerja sepanjang waktu kerjanya. Performance sampling ini juga digunakan untuk mengetahui dan menghitung beban kerja dari para pekerja serta memperkirakan kelonggaran bagi pekerjaan tertentu.

1.) Work Measurement

Sampling kerja digunakan untuk menghitung dan menggunakan waktu baku dari suatu jenis pekerjaan tertentu.

2.6 Kelebihan Metode Sampling

1) Tidak menggunakan biaya yang besar dibanding pengamatan yang continiu.

2) tidak membutuhkan pelatihan dan keahlian khusus dari pengamat. 3) Memberikan tingkat akurasi yang memedai secara statistik. 4) Dapat mengikutsertakan partisipasi supervisor dan mandor.

5) Memberikan lebih sedikit penggunaan kepada pekerja dari pada pengamatan langsung yang lebih kontiniu.

6) Memberikan indikasi seberapa efektif pekerja secara keseluruhan. 2.7 Langkah-Langkah Sampling Pekerjaan

Sutalaksana(1997) pada dasarnya langkah-langkah dalam melakukan sampling pekerjaan tidak berbeda dengan yang diketengahkan pada cara jam henti yaitu :


(2)

1) Menetapkan tujuan pengukuran serta besarnya tingkat ketelitian dan keyakinan yang digunakan.

2) Jika sampling ditujukan untuk mendapatkan waktu baku, lakukan penelitian pendahuluan untuk mengetahui ada tidaknya sistem kerja yang baik.

3) Memilih Kepala Bagian Produksi yang terampil.

4) Bila perlu mengadakan pelatihan-pelatihan bagi Kepala Produksi yang dipilih agar bisa dan terbiasa dengan sistem kerja yang dilakukan.

5) Melakukan pemisahan kegiatan sesuai dengan elemen pekerjaan yang diamati. Bentuk paling sederhana dalam melakukan pemisahan pekerjaan ini adalah dalam bentuk kegiatan Produktif dan Non-Produktif. Langkah pemisahan ini terus berkembang menjadi beberapa kegiatan. Pemisahan elemen pekerjaan bersifat Mutually exclusive &exhaustive , artinya satu kegiatan terpisah dari kegiatan lainnya dan jumlah semua kegiatan tersebut adalah semua kegiatan yang mungkin terjadi.

6) Menyiapkan pelatan yang diperlukan dan berhubungan dengan sampling pekerjaan.

2.8 Melakukan Sampling Pekerjaan

Tahapan untuk melakukan sampling pekerjaan yaitu : 1) Menetapkan interval pengamatan

2) Melakukan studi pendahuluan terhadap elemen-elemen pekerjaan yang diamati.

3) Melakukan kunjungan sesuai waktu yang ditetapkan (Lembar Pengamatan -1), data dicatat pada Lembar Pengamatan -2 dan Lembar Pengamtan -3.


(3)

4) Membuat rekapitulasi Lembar Pengamatan-2 dan Lembar Pengamatan -3 kedalam Lembar Pengamatan -4.

Langkah–langkah ini terus dilakukan sampai jumlah kunjungan mencukupi yang diperlukan untuk tingkat keyakinan yang diperlukan.

2.8.1. Menetapkan Interval Pengamatan

Lalu menentukan jadwal kunjungan berdasarkan bilangan acak yang di dapatkan. Kunjungan hanya boleh di laksanakan maksimal sebanyak 2/3 jumlah kunjungan maksimal.

Misalkan:

- Selang waktu antar pengamatan min. = 5menit.

- Jam kerjaefektif (08.00 – 12.00 dan13.00 – 16.00) = 7 jam Maka jumlah pengamatan maksimal yang mungkin :

= 7 jam / 5menit = 420 menit / 5menit = 84 kali

Kita ambil sampel misalkan2/3 dari jumlah pengamatan maksimal, maka : Jumlah pengamatan menjadi = 2/3 x 84 kali = 56 kali

Jumlah pengamatan sebanyak 56 kali ditetap kan secara acak (random).

Dengan menggunakan tabel bilangan acak misalnya akan dapat membantu dalam menetap kan waktu pengamatan acak.

Teknis menggunakan bilangan acak : Kriteria bilangan acak yang dibutuhkan: 1) Bilangan acak sebanyak 56 buah 2) Tidak ada bilangan acak yang diulang


(4)

3) Bilangan acak terendah 00 (berarti jam 08.00) dan maksimum 83 (jam 16.00)

2.8.2. Melakasanakan Observasi

Hal ini dilakukan melalui wawancara dan mempelajari uraian pekerjaan. Uraian hasil observasi dituliskan pada Lembar Pengamatan (LP) 2, 3, dan 4. 2.8.3. Melakukan Kunjungan Sesuai Waktu Yang Ditetapkan

Data dicatat pada Lembar Pengamatan kemudian direkapitulasi untuk menghasilkan Nilai Performance Dan Allowance.

2.8.4. Membuat Rekapitulasi Lembar Lembar Pengamatan Akhir

Data yang sudah dicatat pada Lembar Pengamatan dan Lembar Rekapitulasi Nilai Performance dan Allowance kemudian di lakukan rekapitulasi pada lembar Pengamatan Akhir dan ditambahakan diagram produktif dan non produktifnya.

2.9 Hal–Hal yang Diperhatikan Dalam Melakukan Sampling Pekerjaan Menurut Sutalaksana (1997), hal–hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan sampling pekerjaan diantaranya adalah :

2.9.1 Tingkat Ketelitian

Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan–penyimpangan maksimum, hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen, sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukuran bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat tadi. Inipun dinyatakan dalam persen.


(5)

Selama pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati kewajaran kerja yang ditunjukkan kepada operator produksi. Ketidak wajaran berakibat terlalu panjang dalam waktu penyelesaian. Pengukur harus mengetahui dan menilai berapa jauh hal itu terjadi karena berdasarkan inilah penyesuaian ini dilakukan.

Biasanya penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata– rata dan waktu elemen rata–rata (yang diketahui diselesaikan dengan kecepatan tidak wajar) dengan suatu harga p (faktor penyesuaian). Besarnya harga p tentunya sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya. Bila pengukur berpendapat bahwa operator produksi bekerja diatas normal maka harga p > 1, sebaliknya operator Produski dipandang bekerja dibawah normal maka harga p < 1, jika opertator dengan wajar maka harga p = 1.

2.9.3 Kelonggaran

Menurut Soestina (1995), kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatigue dan hambatan–hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Yang termasuk ke dalam kebutuhan pribadi adalah hal–hal seperti minum sekedarnya untuk melepaskan haus, ke kamar kecil, bercakap-cakap dengan teman sekerja untuk menghilangkan ketegangan atau kejenuhan dalam bekerja.

Rasa fatigue tercermin dari menurunnya hasil produksi. Jika rasa fatigue telah datang dan pekerja harus bekerja untuk menghasilkan performance normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih besar dari normal dan ini


(6)

menambah rasa fatigue. Bila hal ini berlangsung terus akhirnya akan terasa fatigue total.

2.9.4 Menghitung Waktu Baku

Berdasarkan Modul Praktek Analisa Perancangan Kerja (2012), untuk menghitung waktu baku digunakan rumus sebagai berikut :

Waktu normal (wn) = Waktu Siklus x Performance (P)

Waktu baku (wb) = Waktu normal + Allowance (A) x Waktu normal 2.10 Beban Kerja

Beban kerja muncul karena adanya interaksi antara operator produksi dan tugas yang diberikan oleh operator. Berdasarkan kenyataan bahwa faktor fisik dan faktor psikologis manusia saling berpengaruh, maka pengukuran beban kerja sangat di perlukan oleh suatu perusahaan untuk mengakomodasi faktor fisik dengan faktor psikologis manusia dalam bekerja, agar tidak terjadi hal-hal yang parah dan penurunan motivasi kerja. Pengukuran kerja sangat di perlukan guna meningkatkan mutu hasil kerja.

Secara garis besar terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil kerja manusia, dan dapat di bagi menjadi dua kelompok, yaitu:

1) Faktor-faktor terdiri dari: sikap, sistem, nilai, karakteristik, fisik, motivasi, usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman, dan lain sebagainya.

2) Faktor-faktor situasional: lingkungan fisik, mesin dan peralatan, metode kerja, dan lain sebagainya. Kerja manusia bersifat mental dan fisik yang masing-masing mempunyai intensitas yang berbeda-beda.