RELASI ANTAR ETNIS TIONGHOA DAN MELAYU DALAM PEMILUKADA TAHUN 2013 (Studi Kasus: Tanjungpandan, Belitung)
SKRIPSI
RELASI ANTAR ETNIS TIONGHOA DAN MELAYU DALAM PEMILUKADA TAHUN 2013
(Studi Kasus: Tanjungpandan, Belitung)
Oleh:
Nur Ulumi 20120520099
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(2)
(3)
i
RELASI ANTAR ETNIS TIONGHOA DAN MELAYU DALAM PEMILUKADA TAHUN 2013
(Studi Kasus di Tanjungpandan, Belitung)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh:
Nur Ulumi 20120520099
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
PRODI ILMU PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
(4)
i
RELASI ANTAR ETNIS TIONGHOA DAN MELAYU DALAM PEMILUKADA TAHUN 2013
Studi Kasus di Tanjungpandan, Belitung
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh:
Nur Ulumi 20120520099
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
PRODI ILMU PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
(5)
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Dengan Judul :
RELASI ANTAR ETNIS TIONGHOA DAN MELAYU DALAM PEMILUKADA TAHUN 2013
oleh : NUR ULUMI
20120520099
Telah dipertahankan dan disahkan di depan Tim Penguji Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Pada :
Hari/Tanggal : Sabtu/10 Desember 2016 Pukul :10.00-11.00
Tempat : Ruang Sidang Dekanat SUSUNAN TIM PENGUJI
KETUA
Dr. Titin Purwaningsih., S.IP.,M.Si
PENGUJI I PENGUJI II
Dr. Inu Kencana Syafie, M.Si Drs. Muchammad Zaenuri, M.Si
Mengetahui,
Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan
(6)
iii
HALAMAN PERNYATAAN Dengan ini saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Nur Ulumi
NIM : 2012052099 Menyatakanbahwa :
1. Skripsi dengan judul “RELASI ANTAR ETNIS TIONGHOA DAN MELAYU DALAM PEMILUKADA TAHUN 2013 Studi Kasus di Tanjungpandan, Belitung” yang saya buat ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik, baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta maupun perguruan tinggi lainnya.
2. Isi skripsi ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan dosen pembimbing.
3. Saya menyetujui penggunaan skripsi ini dalam berbagai forum ilmiah, maupun dalam bentuk karya ilmiah lainnya oleh dosen pembimbing.
4. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan dalam daftar pustaka.
5. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguh-sungguhnya, apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena skripsi ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Yogyakarta, Desember 2016 Yang MembuatPernyataan
(7)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Ibu (Umak) Hadiah dan Bapak Warjiman
Adik Abi Manyu
Seluruh Keluarga Solo, Yogyakarta, Belitung
Seluruh Sahabat, Kerabat, Saudara, dan
teman-teman
Keluarga KKN 68Keluarga Besar Korps Mahasiswa Ilmu
Pemerintahan (KOMAP UMY)
Keluarga Zig-Zag Management dan Kick Project
Anak-anak Kelas IP B
(8)
v
UCAPAN TERIMAKASIH
“
Tuhan
”
atas segala kehendak dan karunia yang Engkau berikan kepadaku, aku
mampu bersyukur dan berterimakasih telah Engkau hadirkan orang-orang yang
ada dalam setiap perjalananku sebagai motivasi dan untuk saya ingat selalu.
Untuk Bapak, karenamu aku tumbuh sehat, dewasa dan bertanggungjawab
sepertimu. Tanganmu yang menyambutku sedari kecil, menyuarakan adzan
pertamaku, menimang, memandikan, meyisiri, mengasihi dan mendidikku
dengan keikhlasanmu. Terimakasih telah menjaga keluarga kita, membelai kedua
anakmu dengan sayang, jujur dalam didikmu, dan selalu berjuang menghidupi
kami. “Umi sayang Bapak”
Untuk Umak, terimakasih atas kelembutan dan kesabaranmu, terimakasih
mengajarkanku dan mengenalkanku pada agama dan takut akan Tuhanku.
Doaku yang paling indah, ada namamu yang dulu kusebut agar kau sehat dan
panjang umur biar aku selalu dapat lembut belaian tangan dan doamu.
Terimakasih terbesarku Kau telah melahirkan aku kedunia dan melihatmu
sebagai malaikat pertamaku.
Kepada adikku, Abi Manyu yang selalu aku banggakan sedari ia lahir agar dia
menjadi pelipur lara, obat kerinduan, dan senyum untuk kedua orangtuaku kala
aku tak bersama mereka. Jadilah kita berdua sebagai anak yang mampu
membanggakan Umak dan Bapak, Amin ye dekk..
Untuk semua keluargaku dari Solo, Belitung dan Yogyakarta, Umi
menghaturkan banyak terimakasih atas dukungan dan doanya untuk Umi.
(9)
vi
Untuk Risdayanti sebagai teman, sahabat, keluarga saya satu-satunya dirumah
kite (sebelah Pak Ustad hehe) makasih banyak atas semua-semua dan semua
yang telah diberi, nasihat, barang, kendaraan, dan lembutnya ente buat hidup
sama-sama selama dirumah Jogja, semoga selalu sabar dengan sikap aku yeh,
bersama dan saling mendoakan. Buat Yoska, Adji (alias Mamat), Icay,
makase yehh buat hiburan dan apepun yang mikak berik untuk aku, sukses dan
bahagie yeh untuk hidup mikak berikut e. Sayang mikakkk....
Buat Genk’s ku tercinta sekaligus sahabat dan keluarga baru,
Dwiratna Agustin
yang menjadi penghibur disetiap moment untuk kami genk Tosca, semangat dan
selalu kuat berdoa dan bersyukur untuk menjalani hidupmu berikutnya yah wi.
Deya Oktariska Utami, terimakasih selalu hadir dan sabar menghadapi sayah,
selalu berdoa semoga koe dipenuhi rahmat dan dilimpahkan kasih sayang dari
siapapun. Sukses dan diberikan jodoh yang terbaik oleh Tuhan nantinye yeh
Amin.
Buat Winda Ariandani, yang selalu seloow tapi was-was hehe. Terimakasih
selalu hadir dan terus sama-sama dengan kita, makasih selalu dak pelit, selalu
berdoa sukses dan berkah hidup koe. Buat Isnaeni Lailatul Izaa, wanita seterong
dan wonder womennya genk tosca. Ente semacam bodyguard pelindung kita-kita
walaupun dengan volume suara yang berlebihan itu kita tetep sayang sama koe
Buk Jet.
Tuk adinda tersayang Dewi Agustiani, comelnye tosca dan yang beri name genk
yang tak pernah nyambung dan lumayan lemot hehe, berkah dunia akhirat yeh,
cepat berjodoh dengan A’
Edwin, amin. Buat
Nisa’ul Mardlliyah
yang juga
sama dengan comel, sama-sama lemot tapi alhamdulillah paling rajin shalat
semoga selalu sehat dan jangan ngeluh sakit perut terus yah hihi..
Yang terakhir Mergie Zanna sikurusnya Tosca, selalu berdoa buat Egie cepat
gendut, berkah umurnya dan cepat berjodoh dengan yang terbaik deh. Buat
semua kalian mahluk Tuhan kesayanganku, jaga diri kalian masing-masing
dikala waktu berpisah itu tiba dimanapun berada selalu mendoakan dan sukses
untuk kehidupan berikutnya. Ditunggu siapa yang nikah duluan diantara
kitaaa?? Hehe
(10)
vii
Kemudian terimakasih buat Riska Sarofah dan Dede, terimakasih yang
sangat-sangat yah buat kalian bantuan buat menyelesaikan skripsi ini sangat-sangat-sangat-sangat
saya berterimakasih. Siap sedia ketika dibutuhkan, sukses buat kalian yah..
Buat Bhe, Mba Dhian, Erdi, Mas Catong,Mas Kebo (Fikry), Ulay, Gema,
yang selalu dan selalu nampak dimata saya juga hadir memberi saye semangat
dan dukungan, tetap sayang dan gokil yah shayy..
Buat keluarga KKN 68 yang pernah hidup bareng satu atap di Desa Niron,
Anit, Fifi, Berbie Gress, Bonaya, Buk Pinta, Fiona, Raline Syah, Novi, Deong,
Egi, Kesawah, Mas Hafidz, Jen, Didin, Oni, dan Eko. Terimakasih, cerita yang
asik banget selama sebulan di Niron dan bareng kalian guys..
Buat Korps Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, terimakasih telah menerimas saya
dan memberi saya kesempatan untuk berilmu dan tidak pernah saya dapatkan
sebelumnya, terimakasih telah menjaga kebersamaan kita untuk setahun masa
kebersamaan dengan kalian organisasi tercinta. Semoga selalu membanggakan
KOMAP
Keluarga Zig Zag Management yang tidak sengaja dipertemukan oleh Tuhan
menjelang akhir-akhir kuliahku. Terimakasih telah menjadi keluarga dan
pendamping berkarir saya. Untuk, Keke, Ana, Mas Nanda, Mas Tito, Mba
Bul-Bul, Upik, Mas Made, Mas Huda, Bakti, Mas Stipen, Mba Laksmida,
Mas Dimas, Mba Indri buat semua-semuanya yang tidak bisa disebutin
satu-satu, saya bersyukur pernah kenal dengan kalian, terimakasih dan saling
mendoakan semoga silaturahmi tidak pernah putus yah.
Buat Kick Project band, terimakasih telah menerima saya menjadi bagian dari
kalian dulu, terimakasih sempat menghantar saya dan kita menjadi band yang
hampir dikenal dikota Jogja. Mas Doni, Sidog, Pepy, Anto, Dhito sukses buat
(11)
viii
mendoakan yang terbaik buat Kick Project, semoga silaturrahim tetap terjaga
yah..
Buat masyarakat kelas pertama saya pada saat memasuki pertama kuliah, kalian
mengesankan, kalian patut untuk saya ingat selalu, terimakasih telah menjadi
bagian pertama yang indah yaa gaes, sukses dan merdeka buat kita semua.
Hihhi...
Buat semua keluarga, teman, sahabat dan lainnya, terimakasih sudah pernah
hadir dalam hidup saya semoga berkah dan sukses untuk sisa umurnya, maaf jika
(12)
ix
MOTTO
Dan taatlah kepada Allah dan Rasul Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebakan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu
dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Dibalik orang-orang jahat dan dzalim, saya yakin masih banyak
orang-orang baik. Karena setiap manusia dilahirkan baik dan
sempurna oleh Allah SWT.
(Nur Ulumi)
Saya tidak perlu menjadi siapapun, tetapi saya akan belajar dengan
siapapun.
(13)
x
KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT kerena berkat Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
RELASI ANTAR ETNIS TIONGHOA DAN MELAYU DALAM
PEMILUKADA TAHUN 2013 (Studi Kasus: Tanjungpandan, Belitung)sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammdiyah Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Bapak Ali Muhammad, S.IP., M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Ibu Dr. Titin Purwaningsih., S.IP.,M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Ibu Dr. Titin Purwaningsih., S.IP., M.Si, yang juga sebagai dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak membantu meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi masukan, arahan dan telah banyak memberikan ide-ide dalam penyusunan skripsi ini, sehingga skripsi ini terselesaikan dengan arahan yang baik dari Ibu.
(14)
xi
5. Bapak Dr. Inu Kencana Syafie, M.Si Sebagai dosen Penguji skripsi I yang telah memberikan banyak masukan dalam skripsi ini.
6. Bapak Drs. Muchammad Zaenuri, M.Si Sebagai dosen Penguji skripsi II yang telah memberikan masukan dan perbaikan skripsi ini.
7. Bapak Soni Kurniawan, S.H (Ketua KPU Tanjungpandan/Belitung), yang telah memberikan izin dan bersedia menjadi irforman dalam memberikan data skripsi ini.
8. Seluruh anggota KPU yang telah bersedia menjadi informan demi kelengkapan skripsi ini.
9. Bapak Freddy, S.E. (HANURA) dan Hasbi, Firuzah, A.Ma., Yohannes (GOLKAR) perwakilan partai koalisi atas pasangan BESAER yang telah memberikan izin untuk di wawancarai dan memberikan informasi tentang calon usungannya pada Pemilukada 2013.
10.Bapak Hendry (PDIP) dan Bapak Artiyansyah (PKB) perwakilan partai koalisi atas pasangan PasTTi yang telah memberikan izin untuk di wawancarai dan memberikan informasi tentang calon usungannya pada Pemilukada 2013.
11.Bapak Akhmadi Dulhasan (BESAER) dan Bang Zufri (PasTTi) yang telah bersedia memberikan waktu dan informasi sebagai narasumber data dan dokumentasi atas masing-masing pasangan calon.
12.Masyarakat: Bapak Saiman (melayu), Ibuk Yani (melayu), Bapak Aloy (tionghoa), Ibuk Mariam (tionghoa), Bapak Suyitno (Dukcapil), Bapak Yohannes (anggota DPRD).
(15)
xii
13.Tokoh Masyarakat: Bapak Ahyen (tokoh tionghoa), Bapak Suhairi (tokoh
melayu), Bapak “S” (disamarkan) / (tokoh melayu).
14.Staf dan Karyawan Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah banyak membantu dalam hal urusan administrasi dan keperluan lainnya.
15.Seluruh pihak yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Yogyakarta, Desember 2016
(16)
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
UCAPAN TERIMAKASIH ... v
HALAMAN MOTTO ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
SINOPSIS ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 12
C. Tujuan Penelitian ... 13
D. Manfaat Penelitian ... 13
E. Kerangka Teori... 13
1. Relasi Sosial ... 13
2. Politik Identitas Etnis ... 18
3. Pemilukada ... 23
F. Definisi Konseptual ... 30
G. Definisi Operasional... 32
H. Metode Penelitian... 33
(17)
xiv
2. Sumber Data ... 35
3. Teknik Pengumpulan Data ... 36
4. Teknik Analisis Data ... 39
BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Profil Belitung ... 40
1. Sejarah ... 40
2. Kondisi Geografis ... 44
3. Kependudukan... 45
4. Visi dan Misi ... 51
B. Deskripsi Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pemilukada Tahun 2013 di Tanjungpandan, Belitung ... 52
BAB III PEMBAHASAN A. Relasi Sosial Masyarakat Melayu dan Masyarakat Tionghoa Dalam Realisasi Pada Tahapan Pemilukada Tahun 2013 ... 56
1. Tahap Pencalonan ... 57
2. Tahap Kampanye ... 67
3. Tahap Hasil ... 83
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 95
B. Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 98
(18)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Nama Pasangan Calon, Etnis, Partai Pengusung,
Dan Perolehan Suara ... 8 Tabel 1.2 Pertanyaan Wawancara ... 33 Tabel 1.3 Matriks : Teknik Pengumpulan Data ... 39 Tabel 2.1 Jumlah Desa, Dusun, RT, Dan RW Menurut Kecamatan
Di Kabupaten Belitung Tahun 2014 ... 46 Tabel 2.2 Komposisi Etnis Penduduk Tanjungpandan Berdasarkan
Etnis Jumlah Persen Tahun 2012 (%) ... 47 Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Dan Jenis Kelamin,
Tahun 2013 (Population By District and Sex, 2013)... 48 Tabel 2.4 Pemeluk Agama Di Kabupaten Belitung Tahun 2013-2014 .... 49 Tabel 2.5 Jumlah Sekolah Dan Guru Di Kabupten Belitung
Tahun 2012-2014 ... 50 Tabel 2.6 Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Di Kabupaten
Belitung Tahun 2007 (Orang) ... 50 Tabel 3.1 Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum
(19)
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Belitung ... 40 Gambar 2.2 Komposisi Luas Wilayah Menurut Desa Di Kecamatan
Tanjungpandan Tahun 2014 ... 45 Gambar 3.1 Penyampaian Visi Misi Dan Program Cabub / Cawabub
Belitung Tahun 2013/2018 Di Kantor DPRD
Kabupaten Belitung, Minggu (22/9/2013) ... 75 Gambar 3.2 Wujud Rekonsiliasi Antara Dua Rival Politik Terkuat
(20)
xvii
SINOPSIS
Melayu dan Tionghoa merupakan masyarakat dominan dengan jumlah penduduk lebih banyak dibanding dengan etnis campuran lainnya. Pemilukada tahun 2013 menghasilkan suara berbanding tipis antara dua calon terkuat dari pasangan Tionghoa dan Melayu. Perbedaan 0,2 persen menyulut permasalahan terhadap minat pilih masyarakat Belitung yang di dominasi suku asli Melayu dan bagaimana relasi atau hubungan antar masyarakat Melayu dan Tionghoa dalam pemilukada tahun 2013 di Tanjungpandan, Belitung.
Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Kualitatif dengan objek masyarakat (Melayu dan Tionghoa), tokoh masyarakat (Melayu dan Tionghoa), parpol pengusung dari dua calon pasangan terkuat PDIP/PKB (nomor urut 01) dan Golkar/Hanura (nomor urut 05). Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara Wawancara dan Dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif, dimana data yang di peroleh diklasifikasikan, digambarkan dengan kata-kata atau kalimat menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa relasi social etnis yang ada di Belitung, di dapat melalui tahapan Pencalonan, Kampanye, dan Hasil dengan mengikuti aspek Kerjasama, Persaingan, Penghalang, dan Konflik didalamnya, memberikan hasil yang baik melalui hubungan yang masih terjaga keharmonisannya. Pemilukada sempat memberikan jarak di antara berbagai pihak. Parpol (PKB) sebagai pengusung nomor satu tidak memberikan dukungan sepenuhnya terhadap salah satu calon yang diusungnya dengan alas an keagamaan dan sedikit unsure etnis, proses pemilukada tetap berlangsung karena pertimbangan yang bijak dari PKB mengenai komitmen calonnya terhadap partai pengusungnya. Mengakhiri proses pemilukada, suasana kehidupan social kembali terwujud damai seperti sediakala dan perpecahan atau jarak diantara masyarakat maupun pihak intim yang terlibat dalam pemilukada tidak lagi diungkit untuk memperkeruh hubungan sehat antar etnis (masyarakat) yang ada di Belitung.
Diharapkan adanya pemilukada menciptakan hubungan yang lebih erat dan saling toleransi diantara masyarakat juga kehidupan social harmonis sebagai penduduk dengan ragam perbedaan akan selalu terjaga pada tempatnya. Upaya pendekatan oleh pemerintah terhadap dua etnis dominan yakni Melayu dan Tionghoa harus lebih maksimal dan efektif.
(21)
xvii
SINOPSIS
Melayu dan Tionghoa merupakan masyarakat dominan dengan jumlah penduduk lebih banyak dibanding dengan etnis campuran lainnya. Pemilukada tahun 2013 menghasilkan suara berbanding tipis antara dua calon terkuat dari pasangan Tionghoa dan Melayu. Perbedaan 0,2 persen menyulut permasalahan terhadap minat pilih masyarakat Belitung yang didominasi suku asli Melayu dan bagaimana relasi atau hubungan antar masyarakat Melayu dan Tionghoa dalam pemilukada tahun 2013 di Tanjungpandan, Belitung.
Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Kualitatif dengan objek masyarakat (Melayu dan Tionghoa), tokoh masyarakat (Melayu dan Tionghoa), parpol pengusung dari dua calon pasangan terkuat PDIP/PKB (nomor urut 01) dan Golkar/Hanura (nomor urut 05). Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara Wawancara dan Dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif, dimana data yang di peroleh diklasifikasikan, digambarkan dengan kata-kata atau kalimat menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa relasi social etnis yang ada di Belitung, di dapat melalui tahapan Pencalonan, Kampanye, dan Hasil dengan mengikuti aspek Kerjasama, Persaingan, Penghalang, dan Konflik didalamnya, memberikan hasil yang baik melalui hubungan yang masih terjaga keharmonisannya. Pemilukada sempat memberikan jarak di antara berbagai pihak. Parpol (PKB) sebagai pengusung nomor satu tidak memberikan dukungan sepenuhnya terhadap salah satu calon yang diusungnya dengan alas an keagamaan dan sedikit unsure etnis, proses pemilukada tetap berlangsung karena pertimbangan yang bijak dari PKB mengenai komitmen calonnya terhadap partai pengusungnya. Mengakhiri proses pemilukada, suasana kehidupan social kembali terwujud damai seperti sediakala dan perpecahan atau jarak diantara masyarakat maupun pihak intim yang terlibat dalam pemilukada tidak lagi diungkit untuk memperkeruh hubungan sehat antar etnis (masyarakat) yang ada di Belitung.
Diharapkan adanya pemilukada menciptakan hubungan yang lebih erat dan saling toleransi diantara masyarakat juga kehidupan social harmonis sebagai penduduk dengan ragam perbedaan akan selalu terjaga pada tempatnya. Upaya pendekatan oleh pemerintah terhadap dua etnis dominan yakni Melayu dan Tionghoa harus lebih maksimal dan efektif.
(22)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dikenal luas dengan bangsa yang terdiri dari sekitar 3.000 suku bangsa, setiap suku bangsa mengakui dan diakui mempunyai daerah teritorial sendiri. Dalam antropologi, suku bangsa dikenal dengan istilah teknis golongan etnis, dan bangsa yang terdiri dari banyak suku bangsa disebut bangsa multietnis. Menurut estimasi Juli 2003, Penduduk Indonesia berjumlah 234.893.453 orang dan tersebar di 17.000 pulau.1
Indonesia merupakan salah satu di antara sedikit negara di dunia yang memiliki karakteristik sebagai negara multietnik. Di Indonesia diperkirakan terdapat 931 etnik dengan 731 bahasa. Ada etnis yang besar dan ada yang kecil. Etnis besar di Indonesia antara lain: Jawa, Sunda, Madura, Melayu, Bali, Minangkabau, Batak, Dayak, Bugis, dan Cina. Sebagai negara yang multietnis, tidak hanya bentuk fisik melainkan juga sistem religi, hukum, arsitektur, obat-obatan, makanan, dan kesenian orang Indonesia pun berbeda-beda menurut etnisnya.2
Dengan demikian Indonesia dikenal dengan keistimewaan dari keberagamannya yang berbeda-beda dan mempunyai daya tarik yang tinggi
1 Yoseph Yapi Taum, Dosen F. Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, mewakili tokoh
masyarakat adat/etnis.
2 http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbyogyakarta/2014/07/20/masalah-masalah-sosial-dalam-masyarakat-multietnik/ diakses tanggal 3 november jam 12.16
(23)
2
selain itu juga menjadi suatu identitas bangsa untuk menjaga dan memperkenalkan Indonesia kepada dunia. Perbedaan suku atau etnis biasanya akan dikaitkan atau dibawa ke dalam ranah perpolitikkan. Dominasi etnis mayoritas tidak terpisahkan dari tradisi politik yang ada. Contohnya dengan dilakukannya Pemilukada atau sekarang lebih sering disebut Pilgub. Pemilihan kepala daerah adalah sebuah ajang demokrasi untuk mencari
pemimpin yang mumpuni dan sah sesuai dengan kehendak “stake holder”
yakni (masyarakat) yang mempunyai peran dan fungsi penting terhadap pemilihan kepala daerah.
Pemilihan kepala daerah merupakan proses atau program untuk sarana pendidikan politik bagi masyarakat, karena tidak semua kalangan masyarakat paham apa itu politik atau hal-hal yang berkaitan dengan pemerintahan atau ketatanegaraan dan dengan secara tidak langsung dalam proses pemilihan kepala daerah, masyarakat langsung terjamah dengan melakukan pemilihan terhadap pemimpin daerah yang dirasa mumpuni oleh setiap individu masyarakat. Sejatinya pemilihan kepala daerah adalah sarana pendidikan politik bagi masyarakat agar dapat mengetahui bagaimana memilih pemimpin. Pemimpin diharapkan selain kharismatik juga harus mempunyai kecakapan, kemampuan, integritas, pengetahuan kepemimpinan, moralitas yang tinggi dan bertanggung jawab. 3
3H.A.W, Wijaya. Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia :Dalam Rangka Sosialisasi UU No. 32
(24)
3
Dinamika politik yang terjadi di Indonesia diawali dengan runtuhnya orde baru yang otoriter berubah menjadi sistem politik demokratis. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang-Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Otonomi Daerah) Pasal 56, Pasal 119 dan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, yang membuka peluang seluas-luasnya kepada rakyat untuk mewujudkan aspirasi daerah dengan memiliki pemimpin lokal yang dipilih oleh rakyat melalui pemilihan kepala daerah secara langsung.
Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah diatur melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Otonomi Daerah).
Pasal 1 Ayat 5 yang menyebutkan Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 1 Ayat 6 Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2014 tentang pencabutan Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor SE-06/Pred.Kab/6/1967 tanggal 28 Juni 1967. Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera itu, dahulu mengatur bahwa istilah Tjina digunakan untuk mengganti istilah Tiongkok/Tionghoa.
Tentang perubahan nama atau istilah “Tjina/China/Cina” menjadi “Tiongkok/Tionghoa” guna untuk menghindari atau meredam dampak
(25)
4
dibuat masih baru, tapi ini adalah bagian pembuktian bahwa tidak ada pembedaan berdasarkan etnis atau suku.
Sebagai penduduk minoritas, masyarakat etnis Tionghoa mulai mampu beradaptasi dengan tidak menutup diri dalam hal bersosialisasi terhadap lingkungan baru dan penduduk asli. Di Belitung sendiri masyarakat etnis Tionghoa memberi sedikit jati dirinya untuk dapat setara dengan masyarakat lain dengan merubah nama dengan menggunakan nama Indonesia. Meski demikian mereka tetap memegang kental nama asli dari etnis mereka seperti nama marga asli mereka secara turun temurun yang membuktikan mereka tidak melepas jati diri mereka yang asli dan tetap konsisten dengan nama Indonesia sebagai pelengkap identitas menjadi warga negara Indonesia.
Masuknya keturunan etnis Tionghoa di Pulau Belitung tidak terlepas dari sejarah pada masa pendudukan Belanda-Jepang. Pada abad ke-17, Pulau Belitung menjadi jalur perdagangan dan merupakan tempat persinggahan kaum pedagang. Dari sekian banyak pedagang, yang paling berpengaruh adalah pedagang Cina dan Arab. Hal ini dapat dibuktikan dari tembikar-tembikar yang berasal dari Wangsa Ming abad ke-14 hingga ke-17, yang banyak ditemukan dalam lapisan-lapisan tambang timah di daerah Kepenai, Buding dan Kelapa Kampit. Pedagang-pedagang Cina tersebut masuk ke Pulau Belitung kira-kira tahun 1293. Hal ini berdasarkan catatan dari seorang sejarawan Cina bernama Fei Hsin tahun 1436. Sedangkan orang Cina mengenal Belitung disebabkan pada tahun 1293, sebuah armada Cina dibawah
(26)
5
pimpinan Shi Pi, Ike Mise dan Khau Hsing yang sedang mengadakan perjalanan ke Pulau Jawa terdampar di perairan Belitung. 4
Kisah lainnya tertulis dalam catatan sejarah PT. Timah, dimana etnis Tionghoa yang sengaja didatangkan langsung dari Daratan Cina, Canton, yang dijadikan sebagai kuli tambang timah di pulau Bangka.5 Untuk itu dibentuk perusahaan Holland China Handels Compagnie yang bertugas mendatangkan tenaga kuli langsung dari Cina. Mereka didatangkan dengan kapal dari pelabuhan-pelabuhan: Pak Hoi, Hongkong Haibo dan Swato.6
Masuknya etnis Tionghoa merupakan sejarah yang berkaitan dengan kondisi wilayah atau sumber daya alam ditanah Belitung yang kaya akan hasil
alam yaitu “Timah”. Mereka sengaja didatangkan sebagai kuli tambang timah
dan dipekerjakan untuk beberapa PT tambang yang sudah banyak tersebar di Belitung. Dengan melalui banyak proses, alasan dan kejadian mereka akhirnya banyak yang memilih menetap di Pulau Belitung dan banyak diantara mereka berjodoh dengan penduduk asli Pulau Belitung dan memiliki keturunan.
Selain etnis Tionghoa penulis akan membahas masuknya suku melayu di Pulau Belitung. Belitung diperkirakan berasal dari daratan Malaka (Melayu), yang datang ke pulau Belitung pada abad ke-18. Sebelum kedatangan bangsa Melayu, pulau Belitung dahulunya dianggap kosong tidak berpenghuni.
4http://portal.belitungkab.go.id/sejarah-belitung diakses pada tanggal 6 november jam 15.45 5Sujitno, Sutejdo. Sejarah Penambangan Timah Di Indinesia (Abad Ke 18 – Abad Ke 20) Sekitar
Sejarah perkembangan teknologi dan pengelolaan penambangan timah di Indonesia (Jakarta: PT Tambang Timah, 2007), hlm 53.
(27)
6
Tetapi, sejumlah teori menyebutkan bahwa sebelum hadirnya masyarakat
Melayu di pulau Belitung, terdapat “suku asli” yang mendiami pulau itu, yang
disebut suku Ameng Sewang. Segera setelah kedatangan bangsa Melayu, tradisi dan budaya Melayu berkembang, dan hari ini menjadi budaya mayoritas di pulau Belitung. Orang Belitung sendiri menyebut diri mereka
“uang Belitong”.7
Tampaknya, pemerintah daerah Babel ingin menggiring dan mengukuhkan masyarakat Babel menjadi masyarakat Melayu. Seiring dengan pembentukan provinsi pada 21 November 2001 lalu, beberapa anggota presidium
pembentukan provinsi mulai memperkenalkan ‘telok belanga’ sebagai pakaian
khas Bangka. Pakaian ini lazim dipakai di Malaysia dan merupakan pakaian resmi.8
Pada pelantikan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, anggota DPRD, tokoh masyarakat, alim ulama, serta undangan lainnya mengenakan telok belanga. Ketua DPRD Provinsi Babel memandang pelantikan ini sebagai sebuah momentum untuk menemukan kembali jati diri masyarakat Babel yang merupakan bagian dari rentang tanah Melayu. 9
7http://www.wacananusantara.org/suku-belitung/ diakses pada tanggal 20 november 2015 pukul 12.19
8Pakaian ini merupakan pakaian khas Melayu seperti yang sering digunakan pada acara resmi di Malaysia. Perangkat pakaian ini meliputi celana dan kemeja lengan panjang yang tak memiliki kerah, sarung, dan kopiah hitam. Di Indonesia, pakaian ini sering dipakai pada acara keagamaan (Islam).
9Nurhayat Arif Permana. 2002. Revitalisasi Lembaga Adat dalam Menyelesaikan Konflik Etnis
(28)
7
Pada saat itu pula, beberapa tokoh masyarakat Bangka mendirikan Palbatu (Persaudaraan Lencang Melayu Bersatu) sebagai sebuah lembaga swadaya masyarakat yang menjembatani hubungan bilateral antara Bangka-Malaysia sebagai satu rumpun Melayu. Aktivitas Palbatu dimulai dari aktivitas budaya, yakni melalui kesenian hingga perekonomian. Walikota Pangkalpinang dan Walikota Melaka berkeinginan menjadikan Pangkalpinang dan Melaka
sebagai ‘KotaKembar’ (Twin Cities).10
Sebagai usaha untuk ‘memelayukan’ Babel, pemangku adat Bangka telah memberikan gelar ‘Datuk’ kepada Ketua DPRD, Gubernur, dan Direktur
Utama PT Timah. Pemberian gelar ini menimbulkan perdebatan dan polemik di media massa, karena menurut beberapa sesepuh adat di Bangka, tidak ada gelar Datuk dalam sejarah kemelayuan Bangka.11
10Pada tanggal 17 April 2002 diselenggarakan ‘2nd International Convention and Expotition Twin
Cities’ di Melaka, Malaysia. Di kota itu juga dilakukan Festival Gendang Melaka Nusantara V di Melaka, Malaysia, pada tanggal 12–16 April 2002.
11Gelar ‘Datuk’ diberikan pemangku adat Bangka Romawi Latif kepada Gubernur Babel, yaitu gelar Datuk Raje Mude Angin, Ketua DPRD Babel Emron Pangkapi sebagai Datuk Sungai Menduk, dan Direktur PT Tobroni Alwi. Namun pemangku adat Bangka, Romawi Latif, membantah telah memberikan gelar. Menurutnya, dia hanya diam—tidak mengiyakan dan tidak menolak—ketika seorang tokoh pemuda memberikan penjelasan kepada wartawan. Kata ‘datuk’ menurutnya bukan gelar, tetapi kata sapaan dalam adat istiadat berbahasa Melayu yang sopan dan beradab.
(29)
8
Tabel 1.1 Nama Pasangan Calon, Etnis, Partai Pengusung, dan Perolehan Suara
No Nama Pasangan Calon Etnis Partai Pengusung Perolehan Suara
1.
Telie Gozalie. SE - Taufik Rizani. Amd dengan Jargon "PASTI"
Tionghoa – Melayu
PDI-P dan PKB. 27.026
2.
Andi Saparudin Lanna. SH - Junaidi M Tamin dengan Jargon "LAJU"
Melayu -Melayu
PDK, PKBIB, PNBKI ,Barnas, PPRN, PNIM,
PPDI, PBR dan Partai Buruh
9.989
3.
dr. Wiryati Husein - Suharyanto. BA dengan Jargon "KB"
Melayu - Melayu
Demokrat, PAN dan PKPI
7.514
4.
Junaidi Haminte – Harsono dengan Jargon
"Tekad JH"
Melayu – Melayu
Gerindra, PKS dan PDP
3.285
5.
H. Sahani Saleh. S. Sos - H. Erwandi dengan Jargo "BESAER"
Melayu – Melayu
Partai Golkar dan Partai Hanura.
27.186
6. Yuslih Ihza Mahendra - H. Abdullah Ma'ruf dengan Jargon LLILLAH
Melayu – Melayu
PBB dan PPP 9.591
(30)
9
Pada Pemilukada Belitung tahun 2013 terdapat dua pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak dibanding dengan empat pasangan calon yang lain kedua pasangan calon dengan suara terbanyak memperoleh selisih yang sangat tipis. Pada pasangan nomor urut 1, ialah Tellie Gozalie, Tellie lahir di Tanjungpandan, tanggal 10 Desember 1970 merupakan Senator DPD RI perwakilan Provinsi Bangka Belitung periode tahun 2009-2014 dan tahun 2014-2019 setelah berhasil mendapatkan suara sebesar 27.026 suara. Tellie dikenal sebagai seorang Wiraswasta yang aktif di beberapa organisasi seperti PSMT Pusat sebagai Penasehat, INTI Pusat sebagai Penasehat, dan KONI Kabupaten Belitung sebagai Penasehat. Karir sekarang Anggota DPD RI dapil Bangka Belitung 2014-2019.12
Dan berikut ialah Taufik Rizani sebagai pendamping Tellie Gozalie, yang lahir pada tanggal 2 Januari 1972 di desa Aik Rayak kecamatan Tanjungpandan, pernah menjalani pendidikan Akademi Maritim Kota Semarang yang pada saat itu Taufik belum menyelesaikan studinya, dia sudah diterima bekerja diperusahaan ekspedisi terbesar kota Semarang Kala itu. Karirnya menanjak dan menduduki jabatan direktur pada perusahaan tersebut. Runtuh orde baru 1998 dia melepas jabatannya dan untuk pertama kalinya terpilih menjadi wakil rakyat pada tahun 2004 sebagai ketua komisi III DPRD Kabupaten Belitung. Kemudian kembali terpilih tahun 2009 masih sebagai
(31)
10
ketua komisi II DPRD Kabupaten Belitung. Dan terpilih kembali menjadi ketua DPRD untuk periode 2013-2018.13
Kemudian pasangan berikut yang sekaligus menjadi pemenang hasil suara
dan mengalahkan enam calon pasangan yang lain yakni, pasangan “Besaer” H.
Sahani Saleh, S.Sos, lahir di Belitung pada 7 november 1958 beragama Islam, pernah menjalani pendidikan di APMD Yogyakarta, Universitas Jakarta, Jakarta dan pernah berkarir awal menjadi Camat Selat Nasik (2005-2008), Camat Sijuk (2005-2008), Kabag Tata Pemerintahan Setda (2008), Wakil Bupati (2008-20013) dan sekarang menjabat sebagai Bupati Belitung Periode 2014-2019. 14
Berikut Erwandi A.Rani ialah Wakil Bupati Belitung kelahiran Sijuk 13 Oktober 1959 yang lahir dari keluarga Guru yang berpenghasilan minim. Setelah menamatkan pendidikan wajib 9 tahun, Erwandi melanjutkan pendidikan ke IKIP Jakarta dan diterima bekerja di Lab School IKIP untuk mengajar. Pada tahun 2003 terjadi pemekaran di Belitung dan beliau diajak untuk membenahi Belitung Timur, karirnya mulai menanjak dari bekerja di Dinas, menjadi Kabag TU Dinas, Kepala Dinas, Asisten Bupati, Sekda Kabupaten Belitung Timur dan akhirnya pada suatu kesempatan beliau
13 http://portal.belitungkab.go.id/read-artikel/74/menyusur-jejak-ketua-dprd-kabupaten-belitung-taufik-rizaniamd diakses tgl 4 desember 2015 (12.32)
14
(32)
11
dipinang untuk menjadi pasangan bersama Sahani Saleh dan akhirnya hingga saat ini masih menjabat sebagai Wakil Bupati. 15
Perolehan suara paling besar yakni Pasangan nomor urut 1 Tellie Gozellie-Taufik Rizani (PasTTi) dan nomor urut 5 Sahani Saleh-Erwandi A.Rani (Besaer), pasangan Besaer ini berhasil unggul dengan selisih 160 suara atau sekitar 0,2 persen dari perolehan suara Pasangan PasTTi dan hasil pemilukada kali ini adalah yang tertipis sepanjang sejarah Babel.16
Tahapan pemilukada berdampak dengan hubungan relasi sosial dimasyarakat dengan ragam etnisnya, banyak menimbulkan pro dan kontra di berbagai pihak. Pemilukada tahun 2013 menghasilkan suara berbanding tipis antara dua calon terkuat dari pasangan Tionghoa dan Melayu. Perbedaan 0,2 persen menyulut permasalahan terhadap minat pilih masyarakat Belitung yang juga banyak menaruh pilihannya terhadap pasangan nomor urut 01 (Tionghoa & Melayu) yang sebenarnya Belitung didominasi oleh penduduk Melayu sebanyak 75% juga tidak kalah terbesar kedua dari 20% penduduk Tionghoa dan sisa lainnya merupakan penduduk campuran.
Adanya calon dari Tionghoa ini berimbas terhadap relasi masyarakat, bagaimana sikap masyarakat terhadap calon atau nama baru yang berasal dari etnis Tionghoa. Masyarakat/penduduk etnis Tionghoa jarang sekali atau
15 http://portal.belitungkab.go.id/read-artikel/72/secangkir-kopi-bersama-sang-guru-bincang-akrab-bersama-wakil-bupati-belitung-drs-h-erwandi-a-rani diakses tanggal 4 Desember 2015 (12.57)
16http://bangka.tribunnews.com/2013/10/15/agustin-selisih-suara-pemilukada-belitung-tipis
(33)
12
bahkan belum pernah melibatkan diri mereka terhadap kinerja pemerintahan maupun membangun daerah di Belitung dan pada tahun ini salah satu dari perwakilan mereka muncul untuk ikut serta terhadap pemilihan politik. Hal ini memberi gairah baru terhadap seluruh penduduk Belitung, melihat bagaimana dua etnis terbesar di Belitung bersaing mencapai kedudukan. Karena hal ini muncul relasi sosial yang berbeda dari kehidupan sehari-hari biasanya. Isu-isu, pro/kontra, dan ketegangan lainnya bermunculan. Inilah mengapa diangkat sebuah permasalahan untuk diketahui sebagai bahan penelitian pada skripsi ini.
Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti akan melakukan penelitian
dengan judul “RELASI ANTAR ETNIS TIONGHOA DAN MELAYU
DALAM PEMILUKADA TAHUN 2013 DI TANJUNG PANDAN, BELITUNG. Keselarasan atau hubungan sosial antara dua etnis ini akan mempengaruhi kondisi perpolitikan daerah Belitung terutama dalam Pemilukada.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana relasi antar etnis Tionghoa dan Melayu dalam Pemilukada Tahun 2013 di Tanjung Pandan, Belitung?
2. Apa kendala yang dihadapi oleh etnis Tionghoa dan Melayu dalam Pemilukada Tahun 2013 di Tanjung Pandan, Belitung?
(34)
13 C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui relasi antar etnis Tionghoa dan Melayu dalam Pemilukada Tahun 2013 di Tanjung Pandan, Belitung.
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam Pemilukada Tahun 2013 di Tanjung Pandan, Belitung.
D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya terutama tentang Politik etnis dalam Pemilukada di Daerah.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Partai politik, elite politik maupun masyarakat untuk menjaga keselarasan dalam Pemilukada di Daerah. Selain itu diharapkan penelitian ini akan mendapatkan sebuah informasi tentang sejauh mana pilihan politik dan keselarasan antara etnis politik.
E. Kerangka Teori 1. Relasi Sosial
a. Pengertian Relasi Sosial
Pengertian Relasi Sosial, Hubungan antar sesama dalam istilah sosiologi disebut relasi atau relation. Relasi sosial juga disebut hubungan sosial yang merupakan hasil dari interaksi (rangkaian tingkah laku) yang
(35)
14
sistematik antara dua orang atau lebih. Hubungan dalam relasi sosial merupakan hubungan yang sifatnya timbal balik antar individu yang satu dengan individu yang lain dan saling mempengaruhi.
Beberapa tahapan terjadinya relasi sosial yaitu :
(a) Zero contact yaitu kondisi dimana tidak terjadi hubungan
antara dua orang;
(b) Awarness yaitu seseorang sudah mulai menyadari kehadiran
orang lain;
(c) Surface contact yaitu orang pertama menyadari adanya
aktivitas yang sama oleh seseorang di sekitarnya; dan
(d) Mutuality yaitu sudah mulai terjalin relasi sosial antara 2 orang
yang tadinya saling asing. 17
Relasi sosial juga disebut hubungan sosial merupakan hasil dari interaksi (rangkaian tingkah laku) yang sistematik antara dua orang atau lebih. Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa relasi sosial merupakan hubungan timbal balik antar organisasi dengan individu yang lain atau masyarakat dan saling mempengaruhi.18 Hal ini sangat berhubungan dengan kegiatan Public Relations bahwa pada hakikatnya
17Hidayati, D.S. 2014. “Peningkatan Relasi Sosial melalui Social Skill Therapy pada Penderita
Schizophrenia Katatonik”. Jurnal Online Psikologi, 2 (1): 17-28.
18 Astuti, S. 2012. “Pola Relasi Sosial dengan Buruh Tani dalam Produksi Pertanian”. Skripsi, Medan: Universitas Sumatera Utara.
(36)
15
Public Relations memiliki ciri-ciri yaiu two way communications atau
komunikasi timbal balik.19
Menurut Spradley dan McCurdy dalam Ramadhan, relasi sosial atau hubungan sosial yang terjalin antara individu yang berlangsung dalam waktu yang relatif lama akan membentuk suatu pola, pola hubungan ini juga disebut sebagai pola relasi sosial.20
Manusia ditakdirkan sebagai makhluk pribadi dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk pribadi, manusia berusaha mencukupi semua kebutuhannya untuk kelangsungan hidupnya. Dalam memenuhi kebutuhannya manusia tidak mampu berusaha sendiri, mereka membutuhkan orang lain. Itulah sebabnya manusia perlu berelasi atau berhubungan dengan orang lain sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial dalam rangka menjalani kehidupannya selalu melakukan relasi yang melibatkan dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu. Hubungan sosial merupakan interaksi sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar individu, antar kelompok, ataupun antara individu dengan kelompok. Hubungan sosial atau relasi sosial merupakan hubungan timbal balik antar individu yang satu dengan individu yang lain, saling mempengaruhi dan didasarkan pada kesadaran untuk saling menolong. Relasi sosial merupakan proses mempengaruhi diantara dua orang atau lebih.
19 Soemirat, S dan Elvinaro, A. 2010. Dasar-dasar Public Relation. Bandung: Rosdakarya 20 Spradley dan McCurdy, 1975 dalam Ramadhan, 2009 : 11
(37)
16
Relasi sosial yakni sama halnya dengan interaksi sosial dan pada tindakannya interaksi sosial yang sesungguhnya terjadi adalah hubungan insan yang bermakna. Melalui hubungan itu berlangsung kontak makna-makna yang diresponi kedua belah pihak. Makna-makna-makna dikomunikasikan dalam simbol-simbol. Misalnya rasa senang akan diungkapkan dengan senyum, jabat tangan,dan tindakan positif lainnya sebagai tambahan rangsangan panca indera atau rangsangan pengertian penuh.
Hendro Puspito menyatakan bahwa pada umumnya para ahli sosiologi mengklasifikasikan bentuk dan pola interaksi sosial menjadi dua, yaitu proses sosial yang bersifat menggabungkan (associative processes) dan proses sosial yang menceraikan (dissociative processes). Proses sosial yang mengarah ditujukan bagi terwujudnya nilai-nilai yang disebut kebajikan-kebajikan sosial seperti keadilan sosial, cinta kasih, kerukunan, solidaritas dan dikatakan sebagai proses positif. Sedangkan proses sosial menceraikan mengarah kepada terciptanya nilai-nilai negatif atau asosial seperti kebencian, permusuhan, egoisme, kesombongan, pertentangan, perpecahan dan ini dikatakan proses negatif.
b. Bentuk Relasi Sosial (Proses Sosial)
Bentuk-bentuk proses sosial asosiatif adalah:
1) Kerja sama, ialah suatu bentuk proses sosial dimana dua atau lebih perorangan atau kelompok mengadakan kegiatan bersama guna
(38)
17
mencapai tujuan yang sama. Bentuk ini paling umum terdapat di antara masyarakat untuk mencapai dan meningkatkan prestasi material maupun non material.
2) Asimilasi, ialah berasal dari kata latin assimilare yang artinya menjadi sama. Definisi sosiologisnya adalah suatu bentuk proses sosial dimana dua atau lebih individu atau kelompok saling menerima pola kelakuan masing-masing sehingga akhirnya menjadi satu kelompok yang terpadu. Mereka memasuki proses baru menuju penciptaan satu pola kebudayaan sebagai landasan tunggal untuk hidup bersama.
3) Akomodasi, berasal dari kata latin acemodare yang berarti menyesuaikan. Definisi sosiologisnya adalah suatu bentuk proses sosial yang di dalamnya dua atau lebih individu atau kelompok berusaha untuk tidak saling menggangu dengan cara mencegah, mengurangi atau menghentikan ketegangan yang akan timbul atau yang sudah ada. Akomodasi ada dua bentuk yaitu toleransi dan kompromi. Bila pihak-pihak yang terlibat dalam proses ini bersedia menanggung derita akibat kelemahan yang dibuat masing-masing. Bila masing-masing pihak mau memberikan konsesi kepada pihak lain yang berarti mau melepaskan sebagian tuntutan yang semula dipertahankan sehingga ketegangan menjadi kendor disebut kompromi.
(39)
18
1) Persaingan, adalah bentuk proses sosial dimana satu atau lebih individu atau kelompok berusaha mencapai tujuan bersama dengan cara yang lebih cepat dan mutu yang lebih tinggi. Dengan adanya persaingan itu, masyarakat mengadakan seleksi untuk mencapai kemajuan.
2) Penghalang (oposisi), berasal dari bahasa latin opponere yang artinya menempatkan sesuatu atau seseorang dengan maksud permusuhan. Oposisi adalah proses sosial dimana seseorang atau sekelompok orang berusaha menghalangi pihak lain mencapai tujuannya.
3) Konflik, berasal dari bahasa latin confligere yang berarti saling memukul. Konflik berarti suatu proses dimana orang atau kelompok berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya. 21
2. Politik Identitas Etnis
Politik identitas sendiri merupakan konsep baru dalam kajian ilmu politik. Politik identitas adalah nama lain dari biopolitik dan politik perbedaan. Biopolitik mendasarkan diri pada perbedaan-perbedaan yang timbul dari perbedaan tubuh. Dalam filsafat, sebenarnya wacana ini sudah lama muncul, namun penerapannya dalam kajian ilmu politik mengemukakan setelah disimposiumkan pada suatu pertemuan
21
(40)
19
internasional Asosiasi Ilmuwan Politik Internasional di Wina pada 1994. Pertemuan tersebut menghasilkan konsepsi tentang dasar-dasar praktik politik identitas dan menjadikannya sebagai kajian dalam bidang ilmu politik. Agnes Heller mengambil defenisi politik identitas sebagai konsep dan gerakan politik yang fokus perhatiannya adalah perbedaan (difference) sebagai suatu kategori politik yang utama. Setelah kegagalan narasi besar
(grand narative), ide perbedaan telah menjanjikan suatu kebebasan
bermain (free play), meskipun kemudian ancaman baru muncul. Politik perbedaan menjadi suatu nama baru dari politik identitas; rasisme (race
thinking), biofeminisme, dan perselisihan etnis menduduki tempat yang
terlarang oleh gagasan besar lama. Berbagai baru intoleransi, praktik-praktik kekerasan, pun muncul.
Klaus Von Beyme menganalisis karakter gerakan politik identitas dalam beberapa tahap perkembangannya, mulai dari tahap pramodern sampai dengan postmodern. Tahap pertama ialah gerakan politik pramodern. Perpecahan fundamental, kelompok-kelompok kesukuan, dan kebangsaan memunculkan gerakan sosial politik yang menyeluruh. Dalam hal ini mobilisasi secara ideologis diprakarsai oleh para pemimpin. Tujuannya adalah perampasan dan perebutan kekuasaan dari suatu penguasa ke penguasa yang baru.
Pada tahap modern, gerakan tersebut muncul dengan adanya pendekatan kondisional, keterpecahan membutuhkan sumber-sumber
(41)
20
untuk dimobilisasi. Terjadi keseimbangan mobilisasi dari atas dan partisipasi dari bawah , peran pemimpin tidak lagi dominan dan tujuan akhirnya adalah pembagian kekuasaan.
Kemudian, pada perkembangannya postmodern, munculnya gerakan itu berasal dari dinamikanya sendiri, protes muncul atas berbagai macam kesempatan individual, tidak ada satu kelompok atau pecahan yang dominan. Pola aksi dan kegiatannya berdasarkan kesadaran diri yang bersifat otonomi sebagai tujuan finalnya.
Politik identitas etnis dalam perkembangannya dewasa ini lebih banyak menampilkan diri dalam wacana politik kebudayaan. Politik identitas sendiri merupakan proses yang lahir dari kegagalan modernitas untuk memenuhi janjinya. Modernitas kemudian memunculkan gerakan baru wacana kebudayaan, yakni postmodern. Peter Gyorgy mengemukakan bahwa biopolitik secara jelas merupakan kesan atas teknologi politik dalam mengontrol tubuh. Era yang mengikuti disintegrasi semua harapan sampai pada kontrak antara tubuh dan jiwa dapat digambarkan sebagai era baru dalam sejarah kebudayaan (postmodern). Agnes Heller menguatkan hal ini, bahwa politik identitas sendiri merupakan milik dari budaya massa dan erat kaitanyya dengan revolusi kebudayaan yang terjadi pada era postmodern. Dengan demikian, politik identitas juga bisa dikategorikan dalam politik kebudayaan.
(42)
21
Postmodernitas sendiri merupakan suatu bentuk politik. Seperti diungkapkan oleh Michael Dear, sikap kedudukan atas nama postmodernitas dalam kebudayaan, baik bentuk apologi maupun sigmatisasi, pada suatu ketika dan pada waktu yang sama, secara eksplisit maupun implisit merupakan sikap mental politik atas kapitalisme multinasional. Politik identitas dalam konteks ini mempunyai nama lain yang selaras, yaitu politik perbedaan (politic of difference). Situasi postmodernitas adalah situasi keterserakan, keanekaragaman entitas-entitas perbedaan. Politik kebudayaan dalam situasi ini adalah perjuangan kelompok-kelompok budaya marginal (pinggiran) sebagai akibat banjir budaya kapitalisme untuk mengeksistensi diri. Pada perkembangan ini politik etnis, yang tampil dalam corak kebudayaannya, senantiasa menampilkan diri dan mencoba bertahan bereksistensi.
Dalam situasi keterserakan identitas dan entitas-entitas perbedaan, politik perbedaan sangat subur dalam situasi negara atau masyarakat yang multikultular dan multietnis. Dalam kerangka ini, hubungan interaktif antarkelompok perbedaan, terutama kelompok etnis yang berbeda-beda harus menjalin suatu kerangka etis, dalam hal ini adalah sikap toleran. Toleransi politik hanya mungkin dalam suasana politik negara yang demokratis. Oleh karena toleransi politik (political tolerance) sangat dipengaruhi oleh sistem, struktur dan atmosfer politik yang berlaku.
(43)
22
Politik identitas merupakan wacana baru dalam kajian ilmu politik. Secara singkat, politik identitas adalah politik yang fokus utama kajian dan permasalahannya menyangkut perbedaan-perbedaan yang didasarkan atas aumsi-asumsi fisik tubuh seperti persoalan politik yang dimunculkan akibat problematika jender, feminisme dan maskulinisme, persoalan politik etnis yang secara dasariah berbeda fisik dan karakter fisiologis, dan pertentangan-pertentangan yang dimunculkannya, atau persoalan-persoalan politik karena perbedaan agama dan kepercayaan dan bahasa.
Konsep politik identitas relevan untuk diterapkan, paling tidak diwacanakan mengingat peta politik masa depan, yang berkembang ke arah politik yang beragam, lebih melihat kembali pada tataran humanitas dan etik. Geoff Mulgan, seorang ilmuwan politik, mengemukakan bahwa peran-peran etis dan moral harus dikedepankan. Oleh karena seiring runtuhnya narasi besar, ideologi-ideologi besar, partai-partai politik berkurang perannya. Moralitas pun akan lebih dibutuhkan untuk mengatasi gejolak-gejolak politik dan menumbuhkan perilaku politik yang etis dan bermoral.
Penyikapan terhadap pluralitas politik etnis dan multikulturalisme dapat pula diartikan sebagai pembicaraan tentang multikulturalisme di Indonesia yang notabene secara faktual merupakan negara yang pluralistik, beragam budaya, kaya bahasa, banyak etnis, sebagaimana yang termaktub
(44)
23
secara simbolis pada lambang negara dan dasar filosofis kebangsaan, Bhineka Tunggal Ika. 22
3. Pemilukada
a. Pengertian Pemilukada
Dinamika politik yang terjadi di Indonesia diawali dengan runtuhnya orde baru yang otoriter berubah menjadi sistem politik demokratis. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Otonomi Daerah) Pasal 56, Pasal 119 dan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2005.
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung telah menjadi bagian tidak terpisahkan dalam pembangunan demokrasi di Indonesia. Konsolidasi demokrasi di tingkat lokal diyakini menjadi bagian yang krusial dalam mewujudkan konsolidasi tingkat nasional secara lebih kokoh dan demokratis. Dan pasca-dimasukannya Pilkada sebagai bagian dari rezim Pemilu, yang selanjutnya dikenal dengan Pemilukada, kembali menguatkan peran dan fungsinya sebagai bagian pokok proses demokratisasi di Indonesia. 23
22 Abdillah, Ubed. 2002. Politik Identitas Etnis: Pergaulan Tanda Tanpa Identitas. Magelang: Transmedia Pustaka, hal 11-25.
23
(45)
24
Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah diatur melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Otonomi Daerah).
Pasal 1 Ayat 5 yang menyebutkan Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 1 Ayat 6 Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dari sudut pandang teori, pemilihan umum adalah sarana sekaligus instrumen terpenting bagi demokratisasi. Bagaimanapun, perwujudan demokrasi akan dapat dirasakan secara riil oleh masyarakat ketika proses pemilihan umum diselenggarakan dalam rangka menentukan kandidat pemimpin yang layak memegang tampuk kekuasaan. Tanpa langkah itu, maka kebenaran demokrasi sebagai sarana dalam mewujudkan kedaulatan rakyat masih akan mengundang sejumlah persoalan tersendiri yang kemudian membuka ruang bagi kemunculan gugatan legitimasi pemerintahan yang berkuasa. Dalam tataran yang lebih sederhana, pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah ditanah air adalah bagian dari langkah mewujudkan agenda demokrasi secara menyeluruh. Pelaksanaan pemilihan kepala daerah yang saat ini digelar secara langsung di Indonesia adalah salah satu perwujudan komitmen negara demokrasi sebagaimana yang telah digariskan dalam konstitusi. Dengan proses demokrasi di
(46)
25
tingkat lokal, maka diharapkan agar keterpilihan para pemimpin didaerah juga mencerminkan aspirasi rakyat yang sesungguhnya.24
Pemilihan umum kepala daerah adalah pemilihan umum yang diselenggarakan ditingkat lokal. Oleh karenanya, makna dan tujuan pelaksanaan pemilukada tidak ada bedanya dengan makna dan tujuan pelaksanaan pemilu pada umumnya. Hanya kalau pemilu sering dimaknai dalam artian yang lebih luas dengan cakupan nasional, pemilukada merupakan pelaksanaan pemilu ditingkat daerah dalam rangka memilih pemimpin di daerah.
a. Fungsi Pemilukada
Sebagai sebuah aktivitas politik, pemilihan umum pastinya memiliki fungsi-fungsi yang saling berkaitan atau interdependensi.
Adapun fungsi-fungsi dari pemilihan umum itu sendiri adalah:
1) Sebagai sarana legitimasi politik
Fungsi legitimasi ini terutama menjadi kebutuhan pemerintah dan sistem politik. Melalui pemilihan umum kepala daerah, keabsahan pemerintahan daerah yang berkuasa dapat ditegakkan, begitu pula program dan kebijakkan yang dihasilkannya. Dengan begitu,
24 Simamora, Janpatar. Mimbar Hukum. Volume 23 Nomor 1, Februari 2011. Eksistensi
Pemilukada dalam Rangka Mewujudkan Pemerintahan Daerah yang Demokratis. Medan: Fakultas Hukum Universitas HKBP Nommensen.
(47)
26
pemerintah berdasarkan hukum yang disepakati bersama tak hanya memiliki otoritas untuk berkuasa, melainkan juga memberikan sanksi berupa hukuman dan ganjaran bagi siapapun yang melanggarnya. Menurut Ginsberg, fungsi legitimasi politik ini merupakan konsekuensi logis dari pemilihan umum. Ada tiga alasan pemilihan umum dapat menjadi legitimasi politik bagi pemerintahan yang berkuasa. Pertama, melalui pemilihan umum pemerintah dapat meyakinkan atau memperbaharui kesepakatan-kesepakatan politik dengan rakyat. Kedua, melalui pemilihan umum pemerintah dapat pula mempengaruhi perilaku rakyat atau warga negara. Dan ketiga, dalam dunia modern para penguasa dituntut untuk mengadakan kesepakatan dari rakyat ketimbang pemaksaan (coercion) untuk mempertahankan legitimasinya. Gramsci (1971) menunjukkan bahwa kesepakatan (consent) yang diperoleh melalui hegemoni oleh penguasa ternyata lebih efektif dan bertahan lama sebagai sarana kontrol dan pelestarian legitimasi dan otoritasnya. Ketimbang penggunaan kekerasan dan dominasi.
2) Fungsi perwakilan politik
Fungsi ini terutama menjadi kebutuhan rakyat, baik untuk mengevaluasi maupun mengontrol perilaku pemerintahan dan program serta kebijakan yang dihasilkan. Pemilihan umum dalam kaitan ini merupakan mekanisme demokratis bagi rakyat umtuk
(48)
27
menentukan wakil-wakil yang dapat dipercaya yang akan duduk dalam pemerintahan.
3) Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah sebagai mekanisme bagi pergantian atau sirkulasi elit penguasa tingkat daerah. Keterkaitan pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah dengan sirkulasi elit didasarkan pada asumsi bahwa elit berasal dari dan bertugas mewakili masyarakat luas atau rakyat. Secara teoritis, hubungan pemilihan umum dengan sirkulasi elit dapat dijelaskan dengan melihat proses mobilitas kaum elit atau monelit yang menggunakan jalur institusi politik, dan organisasi kemasyarakatan untuk menjadi anggota elit tingkat nasional, yakni sebagai anggota kabinet dan jabatan yang setara. Dalam kaitan itu, pemilihan umum merupakan saran dan jalur langsung untuk mencapai posisi elit penguasa. Dengan begitu diharapkan selama pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah dapat berlangsung pergantian atau sirkulasi elit penguasa tingkat daerah secara kompetitif dan demokratis.
4) Sebagai sarana pendidikan politik bagi rakyat
Pemilihan umum merupakan salah satu bentuk pendidikan politik bagi rakyat yang bersifat langsung, terbuka dan massal, yang
(49)
28
diharapkan bisa mencerdaskan pemahaman politik dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang demokrasi. 25
b. Tahapan Pemilukada
Berdasarkan UU nomor 32 Tahun 2004 memenuhi syarat disebut sebagai Pemilukada langsung karena dilaksanakan dengan kegiatan yang melibatkan rakyat sebagai pemilih, memberikan kesempatan kepada masyarakat melalui partai politik untuk menjadi calon, menjadi penyelenggara, dan mengawasi jalannya pelaksanaan kegiatan.26
Pelaksanaan Pemilukada langsung dilaksanakan dalam 2 tahap yaitu masa persiapan dan tahap pelaksanaan, sebagaimana dikatakan dalam pasal 65 ayat 1.27 Selanjutnya pada ayat 2 pasal yang sama disebutkan bahwa kegiatan – kegiatan yang tercakup dalam masa persiapan adalah :
a. Pemberitahuan DPRD kepada kepala daerah mengenai berakhirnya masa jabatan.
b. Pemberitahuan DPRD kepada KPUD mengenai berakhirnya masa jabatan kepala daerah
25 Haris S, 1998, Menggugat Pemilihan Umum Orde Baru, Sebuah Bunga Rampai,Yayasan Obor
Indonesia dan PPW LIPI Jakarta
26UU nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
(50)
29
c. Perencanaan penyelenggaraan yang meliputi penetapan tata cara dan jadwal tahapan pelaksanaan pemilihan kepala daerah
d. Pembentukan Panitia pengawas, PPK, PPS dan KPPS
e. Pembentukan dan pendaftaran pemantau.
Pada masa persiapan keterlibatan rakyat sangat menonjol dalam pembentukan Panitia Pengawas (Panwas), PPK, PPS, dan KPPS serta memiliki akses untuk memantau melalui mekanisme uji publik melalui lembaga – lembaga tersebut. Selanjutnya tahap pelaksanaan terdiri dari 6 kegiatan sesuai pasal 65 ayat 3.28 yaitu :
a. Penetapan daftar pemilih
b. Pendaftaran dan penetapan calon kepala daerah / wakil kepala daerah.
c. Kampanye
d. Pemungutan Suara
e. Penghitungan Suara
f. Penetapan pasangan calon kepala daerah / wakil kepala daerah terpilih, pengesahan, dan pelantikan.
(51)
30
Dari beberapa tahapan pemilukada diatas maka diambil kesimpulan untuk memilih tiga tahapan guna melakukan penelitian, meliputi;
a) Tahap Pencalonan b) Tahap Kampanye c) Dan Hasil
F. Definisi Konseptual
Defenisi konseptual adalah pernyataan yang mengartikan atau memberi makna suatu konsep istilah tertentu. Defenisi konseptual merupakan penggambaran secara umum dan menyeluruh yang menyiratkan maksud dan konsep atau istilah tersebut bersifat konstitutif (merupakan defenisi yang tersepakati oleh banyak pihak dan telah dibakukan setidaknya dikamus bahasa), formal dan mempunyai pengertian yang abstrak. 29
Defenisi konsepsional yang dipakai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
a) Relasi Sosial
Pengertian Relasi Sosial, Hubungan antar sesama dalam istilah sosiologi disebut relasi atau relation. Relasi sosial juga disebut
(52)
31
hubungan sosial yang merupakan hasil dari interaksi (rangkaian tingkah laku) yang sistematik antara dua orang atau lebih. Hubungan dalam relasi sosial merupakan hubungan yang sifatnya timbal balik antar individu yang satu dengan individu yang lain dan saling mempengaruhi.
b) Politik Identitas Etnis
Politik identitas etnis dalam perkembangannya dewasa ini lebih banyak menampilkan diri dalam wacana politik kebudayaan. Dikarenakan politik identitas ialah bagian dari budaya, maka politik identitas etnis ini dikategorikan dalam politik kebudayaan.
c) Pemilukada
Pemilukada merupakan peran yang menguatkan dan fungsinya sebagai bagian pokok proses demokratisasi di Indonesia. Pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) adalah pemilihan umum yang diselenggarakan ditingkat lokal atau daerah, dalam rangka memilih pemimpin di daerah.
(53)
32 G. Definisi Operasional
Defenisi operasional adalah mendefenisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang di amati ketika melakukan pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena dengan menggunakan parameter yang jelas. 30
Relasi sosial antar etnis dalam pemilukada 2013 dilihat dari:
Tahapan Pemilukada Relasi Sosial
1. Pencalonan 1. Kerja Sama
2. Kampanye 2. Persaingan
3. Hasil 3. Penghalang (oposisi)
4. Konflik
Dari tabel diatas menjelaskan hubungan tahapan pemilu yang direalisasikan dengan relasi sosial. Kemudian dibuktikan dari tahap pencalonan, kampanye, dan hasil adakah pengaruh yang terkait dengan bentuk kerjasama, persaingan, penghalang (oposisi), dan konflik. Berikut ini penulis cantumkan, Lampiran Defenisi Konseptual dan Operasional.
30 https://www.academia.edu/4498524/BAB_III diakses pada tanggal 13 Desember 2015 jam (03.33)
(54)
33 Tabel 1.2
Pertanyaan Wawancara No. Defenisi
Konseptual
Defenisi
Operasional Instrumen
Pertanyaan
1. Pencalonan Kerjasama 1. Alasan pengusung W. 1 2. Perhatian terhadap calon W. 2 Persaingan 3. Tingkat persaingan calon W. 3
Penghalang 4. Penghalang W. 4
2. Kampanye Kerjasama
5. Kerjasama partai W. 5 6. Upaya partai meningkatkan
kerjasama etnis
W.6 7. Upaya partai memperoleh
dukungan masyarakat dan merangkul etnis
W.7
Persaingan 8. Tingkat persaingan para pendukung
W. 8
Penghalang
9. Proses kampanye W. 9 10.Upaya partai mengatasi
kendala etnis
W.10
Konflik
11.Tingkat konflik W. 11 12.Upaya partai meminimalisir
konflik
W.12 3. Hasil Kerjasama 13.Kerjasama etnis W. 13
Penghalang 14.Penghalang dalam proses akhir
W. 14
Konflik
15.Konflik sesudah perhitungan W. 15 16.Opini oleh masyarakat W.16 H. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam suatu penelitian tidak bisa terlepas dari apa yang disebut dengan metodologi, dikarenakan metedologi adalah sebuah sistem penelitian yang penting dan sangat diperlukan untuk membuktikan kebenaran dan dapat dipertanggung jawabkan. Dengan itu perlu
(55)
34
kecermatan dan ketelitian dalam memlilih metode yang akan digunakan dalam sebuah penelitian hingga kita akan mendapatkan data yang tepat dan akurat secara ilmiyah dari proses ketelitian tersebut dan karenanya akan memudahkan penulis dalam penelitiannya.
Penyusunan skripsi ini penulis menggunakan case study yaitu metode penelitian yang menggunakan teori-teori yang di ambil dari literatur buku yang sesuai dengan pembahasan skripsi. Selain itu penulis menggunakan fild reasearch yaitu metode penelelitian dengan menggunakan penelitian lapangan yang sesuai dengan obyek yang penulis pilih.31
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif. Pendekatan kualitatif ialah pendekatan yang di dalam usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan kesimpulan data sampai dengan penulisannya mempergunakan aspek-aspek kecenderungan, non perhitungan numerik, situasional deskriptif, interview mendalam, analisis isi, bola salju dan story.32
Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor seperti dikutip oleh Moleong menyebut metode kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
31 http://digilib.uinsby.ac.id/8920/4/Bab.%20III.pdf diakses pada tanggal 14 desember 2015 (12.26)
32 Musianto, Lukas S. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Volume 4 Nomor 2, September
2002, hal. 123-136. Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dengan Pendekatan Kualitatif dalam Metode Penelitian. Surabaya: Fakultas Ekonomi dan Fakultas Komunikasi Universitas Kristen Petra, hal. 125.
(56)
35
orang-orang dan perilaku yang diamati. Data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak berupa angka-angka tetapi data yang terkumpul berbentuk kata-kata lisan yang mencakup catatan laporan dan foto-foto. 33
Pada penulisan skripsi ini penulis menggunakan penelitian kualitatif. Berdasarkan data kualitatif yang akan didapatkan dengan melihat dan melakukan perjalanan lapangan atau studi kasus yang dilihat melalui fenomena gejolak perpolitikkan yang berlandaskan etnis melalui data pada pemilukada 2013 terhadap relasi politik yang mencalonkan dan oleh masyarakat sebagai peran utama yang menentukan, dengan mengamati dua karakter etnis yang berbeda yaitu Melayu dan Tionghoa dan bagaimana pengaruh perbedaan terhadap masih terjaganya keselarasan yang terjadi di Belitung Barat.
2. Sumber Data
Dalam penelitian adalah yang terpenting perolehan data atau sumber data untuk menjadi bahan pembahasan, maka yang perlu dilakukan oleh penulis ialah bagaimana memperoleh data tersebut secara akurat dan sesuai dengan topik pembahasan. Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data.34
Penelitian ini diperoleh dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud
33 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Karya, 1989, hal.3. 34 http://eprints.walisongo.ac.id/761/4/082411129_Bab3.pdf diakses pada tanggal 15 desember
(57)
36
khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan.35 Data primer yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan dan dokumentasi, data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian ini dilakukan, data yang dikumpulkan melalui sumber-sumber lain yang tidak tersedia dinamakan data sekunder. Data sekunder yang diperoleh dari penelitian ini yaitu sumber tertulis yang meliputi laporan Jurnal, data halaman web, laporan riset, surat kabar dan peraturan hukum. Yaitu data berupa, jumlah pemilih, jumlah penduduk, deskripsi wilayah, dan jumlah partai pengusung. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penulis memperoleh data yang seimbang dan akurat terkait pada pembahasan skripsi ini ialah Politik Etnis dalam Pemilukada Bupati dan Wakil Bupati Belitung Barat tahun 2013.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi mendukung keberhasilan penelitian, dan demi mendapatkan hasil penelitian yang sesuai agar memberikan pemahaman yang tepat bagi peneliti dan pembaca akhirnya. Hal ini berkaitan bagaimana cara
35 http://eprints.walisongo.ac.id/761/4/082411129_Bab3.pdf diakses tanggal 27 Desember 2015 (23.47)
(58)
37
mendapatkannya, mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan.
Ada dua teknik pengumpulan data yang digunakan dalam studi ini yaitu, Wawancara dan Dokumentasi.
a. Wawancara
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data. Pengumpulan data dengan memperoleh informasi secara langsung melalui tanya jawab dengan pihak-pihak yang diwawancarai berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disiapkan, tetapi tidak menutup kemungkinan muncul pertanyaan lain ketika wawancara sedang berlangsung dalam memperoleh data informasi yang diperlukan. Dengan wawancara akan mampu memperimbangkan secara konkrit data yang diterima dan akan mempermudah peneliti mengelola data secara tepat dan akurat. Dengan hal lain perolehan data juga haru didapat dari orang yang berkompeten dengan masalah yang diteliti, seperti sekretaris KPUD, masyarakat, aktivis partai, aktivis mahasiswa dan unsur-unsur terkait lainnya. Wawancara dilakukan dengan partai pengusung dan masyarakat.
(59)
38 b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati serta mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pengamatan yang diteliti. Pendokumentasian dengan sendirinya merupakan kewajiban untuk mendapatkan bukti pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi suatu pengamatan penelitian, organisasi, maupun kegiatan lainnya. Dokumentasi biasanya melalui kamera dengan video, rekaman suara, maupun foto.
(60)
39
Tabel 1.3 Matriks: Teknik Pengumpulan Data
No. Data Penelitian Wawancara Dokumentasi
1. Proses Pencalonan
2. Kampanye
3. Hasil Pemilu
4. Deskripsi Wilayah Penelitian -
5. Jumlah Pemilih -
6. Daftar Pengusung Calon -
4. Teknik Analisis Data
Menurut Nasution (1988) menyatakan analisa telah mulai sejak merumuskandan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung sampai penulisan hasil penelitian. Teknik analisis data yang penulis gunakan ialah deskriptif kualitatif. Dari data yang telah diperoleh baik dari hasil wawancara maupun dokumentasi dianalisis secara deskriptif, dengan memberikan gambaran secara khusus dan teliti dari hasil data yang diperoleh secara kualitatif. Sehingga menemukan jawaban dari perumusan masalah masalah dengan menarik kesimpulan secara deduktif, dari hal yang bersifat umum ke hal yang bersifat khusus, dan selanjutnya dipastikan kebenarannya.
(61)
40 BAB II
DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Profil Belitung
Peta 1.1 Belitung
1. Sejarah
Belitung merupakan kepulauan yang mengalami beberapa pemerintahan raja-raja. Sejak abad ke-15 di Belitung telah berdiri sebuah kerajaan yaitu Kerajaan Badau dengan Datuk Mayang Geresik sebagai raja pertama. Pusat pemerintahannya disekitar daerah Pelulusan sekarang ini. Wilayah kekuasaaannya
(62)
41
meliputi daerah Badau, Ibul, Bange, Bentaian, Simpang Tiga, bahkan jauh sampai ke daerah Buding, Manggar dan Gantung. Beberapa peninggalan sejarah yang menunjukkan sisa-sisa kerajaan Badau, berupa tombak berlok 13, keris, pedang, gong, kelinang, dan garu rasul. Peninggalan-peninggalan tersebut dapat ditemui dilihat di Museum Badau.
Kerajaan kedua adalah Kerajaan Balok. Raja pertamanya berasal dari keturunan bangsawaan Jawa dari Kerajaan Mataram Islam bernama Kiai Agus Masud atau Kiai Agus Gedeh Ja'kub, yang bergelar Depati Cakraningrat I dan memerintah dari tahun 1618-1661. Selanjutnya pemerintahan dijalankan oleh Kiai Agus Mending atau Depati Cakraningrat II (1661-1696), yang memindahkan pusat kerajaan dari Balok Lama ke suatu daerah yang kemudian dikenal dengan nama Balok Baru. Selanjutnya pemerintahan dipegang oleh Kiai Agus Gending yang bergelar Depati Cakraningrat III.
Kerajaan ketiga adalah Kerajaan Belantu, yang merupakan bagian wilayah Ngabehi Kerajaan Balok. Rajanya yang pertama adalah Datuk Ahmad (1705-1741), yang bergelar Datuk Mempawah. Sedangkan rajanya yang terakhir bernama KA. Umar.
Kerajaan keempat atau yang terakhir yang pernah berdiri adalah Kerajaan Buding, yang merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Balok. Rajanya bernama Datuk Kemiring Wali Raib. Dari keempat kerajaan yang telah disebutkan diatas, Kerajaan Balok merupakan kerajaan terbesar yang pernah ada di Pulau Belitung.
(63)
42 a. Masa pendudukan Belanda-Jepang.
Pada abad ke-17, Pulau Belitung menjadi jalur perdagangan dan merupakan tempat persinggahan kaum pedagang. Dari sekian banyak pedagang, yang paling berpengaruh adalah pedagangn Cina dan Arab. Hal ini dapat dibuktikan dari tembikar-tembikar yang berasal dari Wangsa Ming abad ke-14 hingga ke-17, yang banyak ditemukan dalam lapisan-lapisan tambang timah di daerah Kepenai, Buding dan Kelapa Kampit.
Tanggal 1 Januari 1939 berlaku peraturan baru di wilayah di wilayah Belitung, yang berarti Pulau Belitung sudah diberi hak untuk mengatur daerahnya sendiri. Tentu saja hal tersebut mempengaruhi beberapa keadaan, misalnya Onder-afdeling Belitung meliputi 2 distrik yaitu, Distrik Belitung Barat dan Distrik Belitung Timur, yang masing-masing dikepalai oleh seorang Demang.
Tentara Jepang menduduki Pulau Belitung pada bulan April 1944, pemerintahan dikedua distrik dikepalai oleh Gunco. Pada awal tahun1945 oleh Jepang di Belitung dibentuk Badan Kebaktian Rakyat yang bertugas membantu pemerintahan. Masa pendudukan Jepang tidak lama, selanjutnya perubahan kembali terjadi ketika tentara Belanda kembali menguasai Belitung pada tahun 1946. Pada masa pemerintahan Belanda ini, Onder-afdeling Belitung diperintah kembali oleh Asisten Residen Bangsa Belanda, sedangkan penguasaan distrik tetap dipegang oleh seorang Demang yang kemudian diganti dengan sebutan Bestuurhoofd.
(64)
43 b. Masa kemerdekaan
Sebagai badan pemerintahan dibentuklah Dewan Belitung pada tahun 1947. Pada waktu pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS), Neolanchap Belitung merupakan negara tersendiri, bahkan karena sesuatu hal tidak menjadi negara bagian. Tahun 1950 Belitung dipisahkan dari RIS dan digabungkan dalam Republik Indonesia. Pulau Belitung menjadi sebuah kabupaten yang termasuk dalam Provinsi Sumatera Selatan dibawah kekeuasaan militer, karena pada waktu itu Sumatera Selatan merupakan Daerah Militer Istimewa. Sesudah berakhirnya pemerintahan militer, Belitung kembali menjadi kabupaten yang dikepalai oleh seorang Bupati.
c. Masa sekarang
Pada tanggal 21 November 2000, berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000, Pulau Belitung bersama dengan Pulau Bangka memekarkan diri dan membentuk satu provinsi baru dengan nama Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Provinsi ini merupakan provinsi ke-31 di Indonesia.
Selanjutnya berdasarkan aspirasi masyarakat dan setelah melalui berbagai pertimbangan, Kabupaten Belitung memekarkan diri menjadi 2 kabupaten yaitu Kabupaten Belitung beribukota di Tanjungpandan dengan cakupan wilayah
(1)
99 Jurnal
Simamora, Janpatar. Mimbar Hukum. Volume 23 Nomor 1, Februari 2011. Eksistensi Pemilukada dalam Rangka Mewujudkan Pemerintahan Daerah yang Demokratis. Medan: Fakultas Hukum Universitas HKBP Nommensen.
Hidayati, D. S. 2014. “Peningkatan Relasi Sosial Melalui Social Skill Therapy pada Penderita Schizophrenia Katatonik”. Jurnal Online Psikologi, 2 (1): 17-28.
Musianto, Lukas S. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Volume 4 Nomor 2, September 2002, hal. 123-136. Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dengan Pendekatan Kualitatif dalam Metode Penelitian. Surabaya: Fakultas Ekonomi dan Fakultas Komunikasi Universitas Kristen Petra.
Skripsi
Firmansyah, Dedi. 2010. Peran Politik Etnis dalam Pilkada (Studi atas Pilgub Provinsi Bengkulu tahun 2005. Skripsi, Yogyakarta: Prodi Jinayah Siyasah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Astuti, S. 2012. “Pola Relasi Sosial dengan Buruh Tani dalam Produksi Pertanian”. Skripsi, Medan: Universitas Sumatera Utara.
Adrian, FIKRI. 2013. Identitas Etnis Dalam Pemlihan Kepala Daerah (Studi Pemilihan
(2)
100
Gubernur DKI Jakarta Tahun 2012). Skripsi, Jakarta: Prodi Studi Ilmu Politik
(Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Website
www. kebudayaan.kemdikbud.go.id
www. wacananusantara.org.
www. profil.merdeka.com.
www. portal.belitungkab.go.id.
www. bangka.tribunnews.com.
www. repository.uinjkt.ac.id.
www. perludem.org.
www. dosen.narotama.ac.id.
www. belitunginfo.com.
(3)
101
(4)
102
I. Daftar wawancara untuk partai pengusung
1) Apa alasan atau pertimbangan dalam mengusung calon?
2) Apakah partai pengusung memperhatikan calon berdasarkan latar belakang etnis ?
3) Apakah sudah muncul persaingan antar masa pendukung masing-masing calon pada tahapan pencalonan? Bagaimana persaingan saat pencalonan?
4) Apakah ada yang menjadi penghalang setiap calon dalam menyusun strategi pemenangan ?
5) Bagaimana kerjasama partai pengusung dalam melaksanakan kampanye yang efektif untuk menarik masa ?
6) Bagaimana upaya partai dalam meningkatkan kerjasama antar etnis? 7) Bagaimana upaya partai dalam memperoleh dukungan masyarakat
termasuk dalam merangkul etnis yang berbeda?
8) Apa saja bentuk persaingan yang dilakukan oleh masa pendukung calon masing-masing ?
9) Apa yang menjadi penghalang pada proses kampanye? 10)Bagaimana upaya partai dalam mengatasi kendala etnis?
11)Bentuk seperti apa konflik yang muncul pada saat proses kampanye? 12)Bagaimana upaya partai dalam meminimalisir konflik?
13)Bagaimana kerjasama antara etnis Tionghoa dan Melayu selama pemilukada 2013 di Tanjung Pandan, Belitung?
(5)
103
15)Apakah ada konflik setelah mengetahui hasil suara dalam pemilukada tahun 2013 lalu?
16)Apakah masyarakat bisa menerima pemimpin dari etnis yang berbeda? II. Daftar wawancara untuk masyarakat
Etnis Tionghoa
1) Apa yang menjadi dasar pemilihan terhadap calon yang anda pilih?
2) Sebagai warga dari etnis Tionghoa apakah saudara memilih calon berdasarkan etnis yang sama dengan saudara?
3) Apakah perbedaan etnis mempengaruhi kualitas kepemimpinan?
4) Bagaimana saudara menanggapi ketika calon yang saudara pilih menang dan jika sebaliknya tidak?
5) Apakah masyarakat bisa menerima pemimpin dari etnis yang berbeda? 6) Bagaimana sikap masyarakat terhadap pilihan yang berbeda?
7) Apa yang dilakukan partai dalam mengatasi konflik?
8) Jika terjadi konflik, bagaimana peran pemerintah dalam mengatasinya? 9) Jika terjadi konflik, bagaimana peran partai dalam mengatasinya? 10)Jika terjadi konflik, bagaimana peran elit politik dalam mengatasinya? 11)Jika terjadi konflik, bagaimana peran masyarakat sendiri dalam
menghadapinya?
Etnis Melayu
(6)
104
2) Sebagai warga dari etnis Melayu apakah saudara memilih calon berdasarkan etnis yang sama dengan saudara?
3) Apakah perbedaan etnis mempengaruhi kualitas kepemimpinan?
4) Bagaimana saudara menanggapi ketika calon yang saudara pilih menang dan jika sebaliknya tidak?
5) Apakah masyarakat bisa menerima pemimpin dari etnis yang berbeda? 6) Bagaimana sikap masyarakat terhadap pilihan yang berbeda?
7) Apa yang dilakukan partai dalam mengatasi konflik?
8) Jika terjadi konflik, bagaimana peran pemerintah dalam mengatasinya? 9) Jika terjadi konflik, bagaimana peran partai dalam mengatasinya? 10)Jika terjadi konflik, bagaimana peran elit politik dalam mengatasinya? 11)Jika terjadi konflik, bagaimana peran masyarakat sendiri dalam
menghadapinya?
12)Sebagai warga dari etnis Melayu, apa yang anda harapkan terhadap warga lain ketika populasi warga di dominasi dengan etnis Melayu?