Sistematika Pembahasan Tuberkulosis Identifikasi penyakit Tuberkulosis ( TB ) pada manusia menggunakan metode Naive Bayesian.

1.8 Sistematika Pembahasan

Bab I. Pendahuluan Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II. Landasan Teori Dalam bab ini berisi tentang teori yang dapat menunjang penelitian, yaitu berupa pengertian penambangan data, proses penambangan data, klasifikasi dan metode Naïve Bayesian. Bab III. Analisa dan Perancangan Sistem Dalam bab ini berisi tentang cara penerapan konsep dasar yang telah diuraikan pada Bab II untuk menganalisis dan merancang tentang sistem sesuai tahap-tahap penyelesaian masalah tersebut dengan menggunakan metode Naïve Bayesian. Bab IV. Implementasi dan Analisa Sistem Dalam bab ini berisi tentang implementasi ke program komputer berdasarkan hasil perancangan yang dibuat, analisis perangkat lunak yang telah dibuat. Bab V. Penutup Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari keseluruhan penulisan tugas akhir. 10 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang digunakan untuk mendukung penulisan tugas akhir identifikasi penyakit tuberkulosis TB pada manusia menggunakan metode Naïve Bayesian.

2.1 Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya Petunjuk Teknis Manajemen TB Anak, 2013. Berdasarkan buku Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis 2014, TB dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit atau lokasi organ tubuh yang diserang yaitu: 1. Tuberkulosis Paru Adalah TB yang terjadi pada parenkim jaringan paru . Milier TB dianggap sebagai TB paru karena adanya lesi pada jaringan paru. Limfadenitis TB rongga dada hilus dan atau mediastinum atau efusi pleura tanpa terdapat gambaran radiologis yang mendukung TB pada paru, dinyatakan sebagai TB paru. Pasien yang menderita TB paru dan sekaligus juga menderita TB Ekstra paru, diklasifikasikan sebagai pasien TB paru. 2. Tuberkulosis Ekstra Paru Adalah TB yang terjadi pada organ selain paru, misalnya : pleura, kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak dan tulang. Diagnosis TB paru dapat ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis.Diagnosis TB Ekstra paru harus diupayakan berdasarkan penemuan Mycobacterium tuberculosis. TB umumnya terjadi pada paru TB Paru . Namun, penyebaran melalui aliran darah atau getah bening dapat menyebabkan terjadinya TB diluar organ paru TB Ekstra Paru . Gejala utama pasien TB adalah batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan turun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasi, bronchitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat penderita TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang terduga pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 contoh uji dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu SPS : 1. S sewaktu : dahak ditampung pada saat terduga pasien TB datang berkunjung pertama kali ke fasyankes. Pada saat pulang, terduga pasien membawa sebuah pot dahak untuk menampung dahak pagi pada hari kedua. 2. P pagi : dahak ditampung dirumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di fasyankes. 3. S sewaktu : dahak ditampung di fasyankes pada kedua, saat menyerahkan dahak pagi. Pasien ditetapkan sebagai pasien TB apabila minimal 1 satu dari pemeriksaan contoh uji dahak SPS hasilnya BTA Bakteri Tahan Asam positif. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berikut ini adalah diagnosis tuberculosis pada orang dewasa : 1. Diagnosis TB Paru a. Dalam upaya pengendalian TB secara Nasional, maka diagnosis TB Paru pada orang dewasa harus ditegakkan terlebih dahulu dengan pemeriksaan bateriologis. Pemeriksaan bateriologis yang dimaksud adalah pemeriksaan mikroskopis langsung, biakan dan tes cepat. b. Apabila pemeriksaan secara bateriologi hasilnya negatif,maka penegakan diagnosis TB dapat dilakukan secara klinispemeriksaan tubuh pasien menggunakan hasil pemeriksaan klinis dan penunjang setidak-tidaknya pemeriksaan foto rontgen yang sesuai dan ditetapkan oleh dokter yang telah terlatih TB. c. Untuk kepentingan diagnosis dengan cara pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung, terduga pasien TB diperiksa contoh uji dahak SPS Sewaktu-Pagi-Sewaktu. d. Ditetapkan sebagian pasien TB apabila minimal 1 satu dari pemeriksaan contoh uji dahak SPS hasilnya BTA positif. 2. Diagnosis TB Ekstra paru a. Diagnosis pada pasien TB Ekstra paru ditegakkan dengan pemeriksaan klinis pemeriksaan tubuh pasien, bakteriologis pemeriksaan berdasarkan bakteri dan atas hiptopatologis pengamatan terhadap jaringan yang terserang dari contoh uji yang diambil dari organ tubuh yang terkena. b. Dilakukan pemeriksaan bakteriologis juga apabila juga ditemukan keluhan dan gejala yang sesuai, untuk menemukan kemungkinan adanya TB paru.

2.2 Penambangan Data