Pendekatan Pembelajaran saintifik PENDEKATAN SAINTIFIK DAN PENILAIAN AUTENTIK

Naskah Pembelajaran Matematika Kurikulum 2013 di SMA 6 ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

B. Pendekatan Pembelajaran saintifik

Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif peserta didik Alfred De Vito, 1989. Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar Joice Weil: 1996, bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta didik Zamroni, 2000; Semiawan, 1998. Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namun proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Model pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu Beyer, 1991. Model ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar. Dalam model ini peserta didik diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan scientist dalam melakukan penyelidikan ilmiah Nur: 1998, dengan demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya. Fokus proses pembelajaran diarahkan pada pengembangan keterampilan peserta didik dalam memproseskan pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan Semiawan: 1992. Model ini juga tercakup penemuan makna meanings, organisasi, dan struktur dari ide atau gagasan, sehingga secara bertahap peserta didik belajar bagaimana mengorganisasikan dan melakukan penelitian. Pembelajaran berbasis keterampilan proses sains menekankan pada kemampuan peserta didik dalam menemukan sendiri discover pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman belajar, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan generalisasi, sehingga lebih memberikan kesempatan bagi Naskah Pembelajaran Matematika Kurikulum 2013 di SMA 7 ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah berkembangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi Houston, 1988. Dengan demikian peserta didik lebih diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus berperan aktif dalam memburu informasi dari berbagai sumber belajar, dan guru lebih berperan sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran. Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains berpotensi membangun kompetensi dasar hidup peserta didik melalui pengembangan keterampilan proses sains, sikap ilmiah, dan proses konstruksi pengetahuan secara bertahap. Keterampilan proses sains pada hakikatnya adalah kemampuan dasar untuk belajar basic learning tools yaitu kemampuan yang berfungsi untuk membentuk landasan pada setiap individu dalam mengembangkan diri Chain and Evans: 1990. Karakteristik pembelajaran matematika memiliki ciri-ciri khas, yang berbeda dengan pembelajaran lainnya. Menurut Suherman 2003 karaktersitik pembelajaran matematika di sekolah yaitu sebagai berikut: 1. Pembelajaran matematika langsung bertahap Materi pembelajaran diajarkan secara berjenjang atau bertarap yaitu dari hal konkrit ke abstrak, hal yang sederhana ke kompleks atau konsep mudah ke konsep yang lebih sukar. 2. Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral. Setiap mempelajari konsep baru perlu memperhatikan konsep ataubahan yang telah dipelajari sebelumnya. Bahan yang baru selaludikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari. Pengulangan konsep dalam bahan ajar dengan cara memperluas dan memperdalam adalah perlu dalam pembelajaran matematika spiral melebar dan naik. 3. Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif Matematika adalah deduktif, matematika tersusun secara deduktif dan aksiomatik. Namun demikian harus dapat dipilihkan pendekatan yang cocok dengan kondisi peserta didik. Dalam pembelajaran belum sepenuhnya menggunakan pendekatan tetapi masih campur dengan deduktif. Dengan kata lain bahwa pembelajan matematika dapat pula didekati dengan cara d induktif, walaupun tidak semuanyadapat didekati secara induktif. 4. Pembelajaran matematika mengganti kebenaran konsistensi Naskah Pembelajaran Matematika Kurikulum 2013 di SMA 8 ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah Kebenaran-kebenaran dalam matematika pada dasarnya merupakan kebenaran konsistensi, tidak bertentangan antara kebenaran suatu konsep dengan yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar bila didasarkan atas pernyataan- pernyataan yang terdahulu yang telah diterima kebenarannya. Penguatan proses pembelajaran Matematika melalui pendekatan saintifik, mendorong peserta didik lebih mampu dalam mengamati, menanya, mengeksplorasimencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan atau mempresentasikan. Kelima pengalaman belajar mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengomunikasikan tersebut harus dibelajarkan kepada peserta didik melalui model-model pembelajaran yang sesuai dengan materi Matematika. Dibawah ini adalah diagram Venn dari model, pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang memberikan gambaran posisi masing-masing dalam proses pembelajaran. DIAGRAM VENN PEMBELAJARAN MODEL PEMBELAJARAN PENDEKATAN Pendekatan Strategi Metode Teknik Gambar 1 Keterangan: 1. Pendekatan adalah cara pandang yang digunakan atau sistem yang disusun secara terencana untuk mendekati tujuan yang akan dicapai agar memberikan pengalaman belajar peserta didik pada kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan; 2. Strategi adalah pendekatan menyeluruh yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapau suatu tujuan dan biasanya dijabarkan dari Naskah Pembelajaran Matematika Kurikulum 2013 di SMA 9 ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah pandangan falsafah atau teori tertentu.Permen Nomor 41 Tahun 2007. Strategi pembelajaran merupakan prosedur yang sistematik dalam mengomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Dalam strategi pembelajaran ada 4 komponen yang saling berkaitan langkah urutan kegiatan penyampaian muatan materi, metode, media dan waktu ; 3. Metode pembelajaran adalah cara yang dilakukan guru dalam mengorganisasikan materi pelajaran dan siswa yang memungkinkan terjadinya suatu proses belajar secara kondusif; 4. Teknik pembelajaran adalah cara-cara tertentu yang dipilih guru agar proses pembelajaran tepat sasaran dalam mencapai tujuan yang ditetapkan; 5. Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dengan demikian model pembelajaran membungkus semua kegiatan pembelajaran berlangsung dalam pencapaian kompetensi peserta didik.Model-model yang biasa digunakan dalam pembelajaran Matematika, antara lain, Inquiry Based Learning, Discovery Based Learning, Problem Based Learning, dan Project Based Learning. Pemilihan model-model pembelajaran di atas sebagai pelaksanaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran memerlukan analisis yang cermat sesuai dengan karakteristik kompetensi dan kegiatan pembelajaran dalam silabus. Pemilihan model pembelajaran mempertimbangkan hal-hal berikut; 1. Karakteristik pengetahuan yang dikembangkan menurut kategori pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural. Untuk pengetahuan faktual dan konsepetual, guru dapat memilih Inquiry Learning dan Discovery Learning, sedangkan untuk pengetahuan prosedural dapat menggunakan Project Based Learning dan Problem Based Learning. 2. Karakteristik keterampilan yang tertuang pada rumusan kompetensi dasar dari KI- 4. Untuk keterampilan abstrak, guru dapat memilih Discovery Learning dan Problem Based Learning, sedangkan untuk keterampilan konkrit menggunakan Project Based Learning. 3. Karakteristik sikap yang dikembangkan, baik sikap religious KI-1 maupun sikap sosial KI-2 Naskah Pembelajaran Matematika Kurikulum 2013 di SMA 10 ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

C. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Matematika