Tinjauan atas pengendalian intern persediaan bahan baku pada PT.Continental Cosmetics

(1)

63

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI

NamaLengkap : Pricilia Carolina Rondonuwu TempatTanggalLahir : Bandung, 27 September 1992

Agama : Katolik

JenisKelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Terusan Kopo No. 304 Margahayu Kabupaten Bandung 40226

Email : Pricilia_Carolina@yahoo.com

DATA PENDIDIKAN

No. Tahun Jenjang Nama Sekolah Keterangan

1. 1999-2005 SD SDN Inti IPK Angkasa 1 Berijasah

2. 2005-2007 SMP SMPN 1 MARGAHAYU Berijasah

3. 2007-2010 SMA SMAN 1 MARGAHAYU Berijasah

4. 2010-sekarang PT

PRODI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIKOM


(2)

PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA

PT. CONTINENTAL COSMETICS

Review Of The Internal Control Of Raw Material Inventory at PT. Continental Cosmetics Bandung

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

NAMA : PRICILIA CAROLINA R NIM : 21310010

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(3)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah mengajarkan kalam-Nya kepada seluruh umat manusia dan memberikan petunjuk untuk membedakan kebenaran dan kebathilan. Tidak lupa shalawat serta salam penulis tujukan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah berjuang membawa seluruh umat islam kepada fitrah yang benar. Alhamdulillah berkat rahmat dan izin Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Tinjauan Atas Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku Pada PT. Continental Cosmetics Bandung”.

Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang diploma pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia. Penulis menyadari dalam penulisan Laporan Hasil Penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari isi maupun bahasannya. Hal ini tidak lain karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak.

Selain itu penulis menyadari bahwa Laporan ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan, dorongan, nasehat, serta doa dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih dengan rasa hormat kepada kedua orang tua serta adikku yang selalu memotivasi penulis baik moril maupun materil, memberikan kasih sayang dan doa yang selalu menyertai penulis.


(4)

iv

dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga dalam menyusun laporan ini.

Dengan selesainya laporan ini, merupakan kebanggaan tersendiri bagi penulis. Pembuatan laporan ini melibatkan beberapa pihak yang turut membantu dan mendukung dalam proses penulisan laporan. Untuk itu, dengan setulus hati pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar– sebesarnya kepada :

1. Dr. Ir. Eddy. Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Wati Aris Astuti, S.E.,M.Si. selaku Sekretaris Progran Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Adi Rachmanto, S.Kom, selaku dosen wali Ak-6 yang telah mengarahkan dan memberikan petunjuk dalam menyusun laporan ini.

4. Seluruh staf Tata Usaha, staf Jurusan, staf Kemahasiswaan, staf Perpustakaan dan karyawan Fakultas Ekonomi UNIKOM yang telah banyak membantu dalam pemenuhan kebutuhan penulis.

5. Florensia, Theodora, Bagus, keluarga besar D’Suwardi, dan keluarga Ibu Erna Iswandi yang sangat membantu dalam menyusun laporan tugas akhir ini.


(5)

v

6. Bapak Alddy Alvianus selaku Asisten PPIC dan Kepala Gudang Bahan Baku yang telah memberikan waktu luang, masukan, pengarahan serta bimbingannya selama penulis mengadakan penelitian.

7. Seluruh staf dan pegawai PT. Continental Cosmetics Bandung.

8. Cicilia, Nesiani, Ditha, Ira, Dina, Mirna, Erna, Enjang, Aria, Gunari, Tubagus Afsal, Denny, Feby, Nurin dan Agis serta teman-teman seperjuangan kelas akuntansi 6 yang telah membantu dukungan, saran dan doa, juga kebersamaan yang senantiasa memberikan semangat dan informasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Cecilia dan Eyang Wardi selaku keluarga yang membantu dalam bentuk moril dan materil sehingga penulis dapat menyusun laporan ini. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

Wassalamualaikum Wr.Wb Bandung, Juli 2013

Penulis

Pricilia Carolina R NIM : 21310010


(6)

vi LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR SIMBOL ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 5

1.3.Rumusan Masalah ... 5

1.4.Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6

1.4.1. Maksud Penelitian ... 6

1.4.2. Tujuan Penelitian ... 6

1.5.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 6

1.5.1. Lokasi Penelitian ... 6

1.5.2. Waktu Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 8

2.1.1 Pengendalian Intern ... 8


(7)

vii

2.1.1.2Komponen Pengendalian Intern ... 12

2.1.1.3Keterbatasan Pengendalian Intern ... 15

2.1.2 Persediaan ... 16

2.1.2.1Pengertian Pengertian Persediaan ... 16

2.1.2.2Fungsi Persediaan ... 17

2.1.2.3Jenis dan Macam Persediaan ... 17

2.1.2.4Faktor yang Menentukan Persediaan ... 21

2.1.2.5Pengertiaan Persediaan Bahan Baku ... 21

2.1.3 Pengendalian Persediaan Bahan Baku ... 22

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 24

3.2 Metode Penelitian... 25

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.2.2 Sumber Data ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian ... 29

4.1.1 Gambaran Umum PT. Continental Cosmetics Bandung ... 29

4.1.1.1Sejarah Singkat PT. Continental Bandung ... 29

4.1.1.2Struktur PT. Continental Bandung ... 31

4.1.1.3Job Description PT. Continental Bandung ... 32

4.1.1.4Aktivitas PT. Continental Bandung ... 43


(8)

viii

Continental Cosmetics Bandung ... 45

4.1.2.2Analisis Kendala yang Ditemui Oleh Divisi Gudang Bahan Baku xdi Dalam Pengendalian Persediaan Bahan Baku ... 50

4.2 Pembahasan ... 50

4.2.1 Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku pada Divisi Gudang Bahan Baku PT. Continental Cosmetics ... 50

4.2.2 Kendala Ditemui Oleh Divisi Gudang Bahan Baku Di Dalam Pelaksanaan Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku Pada PT. Continetal Cosmetics Bandung. ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 54

5.2 Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 57

LAMPIRAN – LAMPIRAN ... 58


(9)

57

DAFTAR PUSTAKA

Carter. W.K. 2009. Akuntansi Biaya “Cost Accounting”. Jakarta: Salemba Empat Eddy, Herjanto. 2007. Manajemen Operasi. Jakarta: Grasindo

Ely, S., & Sri, D.A.2009. Akuntansi Keuangan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Farah, M.2007. Teori dan Aplikasi Manajemen Keuangan. Jakara: Grasindo Halim, Abdul. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta:Salemba Empat. Hall, James A 2007. Accounting Information System. Jakarta:Salemba Empat. Husein, U.2011. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis (2nded).

Jakarta : Rajawali Pers

Ikatan Akuntansi Indonesia.2008. Peraturan Standar Akuntansi Indonesia.Jakarta: Salemba Empat

Iwan, S. 2011. Teknik Penulisan Skripsi, Thesis dan Disertasi. Bandung : CEPLAS.

Jones, Rama. 2008. Sistem Informasi Akuntansi 1 Jakarta: Salemba Empat

Lukman Syamsuddin.2007. Manajemen Keuangan Perusahaan, Konsep Aplikasi dalam Perencanaan, pengawasan dan Pengambilan Keputusan. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Mulyadi. 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Jakarta: Salemba Empat

Nafarin, 2007. Penanggaran Perusahaan ed3. Jakarta: Salemba Empat

Nafisah, 2010. Tinjauan Atas Sistem Pengendalian Internal Perputaran Persediaan Barang Departemen Gudang Hotel Horison Bandung. Bandung Rahayu, Siti Kurnia dan Ely Suhayati. 2009. Auditing Konsep Dasar dan

Pedoman Pemeriksaan Akuntan Publik. Bandung: Graha Ilmu.

Ristono, Agus. 2009. Manajemen Persedaan e1. Yogyakarta:Salemba Empat Resmi, Siti. 2008. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta:Salemba Empat.

Sugiyono 2009.Teknik dan Ilmu Pengetahuan Statistik dan Penelitian. Bandung: Alfabet


(10)

1 1.1Latar Belakang Penelitian

Perusahaan baik swasta maupun milik Negara dan perusahaan dalam negeri maupun perusahaan luar negeri merupakan beberapa pelaku ekonomi yang tidak bisa lepas dari era globalisasi saat ini. Semakin banyaknya perusahaan yang berkembang besar maka persaingan semakin ketat. Setiap perusahaan selalu berusaha untuk dapat bertahan dalam persaingan bisnis, terlebih lagi perusahaan dalam negeri. Karena dengan semakin banyaknya perusahaan asing yang berpartisipasi kedalam persaingan bisnis di Indonesia maka, diperlukan berbagai perbaikan kualitas dari dalam perusahaan untuk dapat bersaing secara wajar. (Nafisah:2010)

Dalam era globalisasi ini seluruh pelaku usaha mau tidak mau harus mempersiapkan produk dengan meningkatkan kualitas barang sehingga diharapkan bahwa kelangsungan produk Indonesia tidak tersisih dari produk luar negeri. Perusahaan harus mampu meningkatkan kualitas dan mutu dari produk yang dijual, dengan cara melakukan inovasi-inovasi yang baru diharapkan para konsumen tertarik untuk membeli produk perusahaan dalam negeri. (Primahorahap:2012)

Oleh karena itu sebagai konsekuensi logis dari timbulnya persaingan yang semakin tajam, perusahaan memiliki tiga kemungkinan yaitu mundur, bertahan, atau tetap unggul atau bahkan berusaha untuk semakin berkembang. Agar perusahaan dapat bertahan maka diperlukan upaya penyehatan dan penyempurnaan meliputi peningkatan produktifitas, efisiensi serta efektivitas


(11)

2

pencapaian tujuan perusahaan. Menghadapai hal ini, berbagai kebijakan dan strategi terus diterapkan dan ditingkatkan. Kebijakan ditempuh manajemen antara lain meningkatkan pengawasan dalam perusahaan melalui pengendalian intern. Pengendalian dan pengawasan dalam perusahaan melalui pengendalian intern dapat dilaksanakan terhadap aktivitas-aktivitas perusahaan sehingga dapat tercapai tujuannya. (Nafisah:2010)

Pengendalian merupakan suatu kontrol untuk mencapai tujuan perusahaan, pengendalian sangat dibutuhkan didalam aktifitas proses produksi perusahaan. Pengendalian tersebut yaitu pengendalian persediaan bahan baku dimana persediaan bahan baku adalah komponen dari aktifitas proses produksi yang dilakukan oleh suatu perusahaan khususnya dalam perusahaan industri. Untuk mencapai tujuan dalam perusahaan industri diharuskan adanya suatu pengawasan atau kontrol yang dilakukan oleh pihak perusahaan dalam pengendalian persediaan bahan baku, dimana dengan adanya suatu pengawasan terhadap persediaan bahan baku maka perusahaan akan terhindar dari suatu masalah yaitu terjadinya kelebihan atau kekurangan persediaan bahan baku yang terdapat diperusahaan tersebut, kelebihan persediaan bahan baku dapat menimbulkan biaya persediaan yang besar dan kualitas bahan baku akan menurun bila disimpan dalam waktu yang lama, sedangkan kekurangan persediaan dapat mengakibatkan proses produksi akan terhenti sehingga tidak dapat menyelesaikan barang tepat pada waktunya. (Eddy Herjanto, 2007:238)

Permasalahan yang dihadapi dalam pengendalian intern persediaan adalah hal-hal yang berkaitan dengan penentuan kuantitas barang yang akan dibuat atau dipesan, saat pembuatan atau pemesanan serta jumlah persedian pengamannya


(12)

yang dikaitkan dengan biaya pembuatan dan atau pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya kekuarangan barang. Persoalan perbandingan keuntungan yang diperoleh dengan besarnya biaya yang ditimbulkan dari cara memperlakukan persediaan.

Untuk meminimalisir hal tersebut, serta agar dapat dilaksanakannya aktivitas pengadaan persediaan barang seperti yang diharapkan oleh pemimpin perusahaan, dibutuhkan suatu alat untuk mengendalikan kuantitas persediaan barang yaitu pengendalian intern. Pengendalian intern digunakan untuk menjaga atau melindungi aktiva atau persediaan itu sendiri, menghasilkan informasi yang jelas dan dapat dipercaya, memperbaiki efisiensi dan mendorong di taatnya kebijakan manajemen. Alasan utama melakukan pengendalian terhadap aktivitas bisnis adalah untuk memberikan jaminan bahwa seluruh kegiatan operasional perusahaan berjalan sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang berlaku di perusahaan tersebut dan untuk mengurangi resiko terhadap segala kecurangan yang dapat dilakukan oleh setiap karyawan.

Berdasarkan hal tersebut, seharusnya menjadi perhatian bagi setiap perusahaan yang tengah melakukan perbaikan pengembangan sistem pengendalian internal agar setiap barang yang digunakan untuk operasional perusahaan dimanfaatkan secara bijak dan bertanggung jawab.

Untuk memastikan kegiatan proses produksi berjalan sesuai dengan yang diinginkan oleh perusahaan maka diperlukan suatu persediaan. Persediaan merupakan aktiva lancar yang ada dalam suatu perusahaan, sehingga persediaan berperan sangat penting dalam kelangsungan proses produksi suatu perusahaan. Setiap perusahaan memiliki persediaan masing-masing sesuai dengan jenis


(13)

4

perusahaannya, namun perusahaan jasa tidak memiliki persediaan karena perusahaan jasa hanya menjual jasanya saja, tidak seperti perusahaan dagang dan perusahaan industri. Perusahaan dagang hanya memiliki persediaan barang dagangannya saja, sedangkan perusahaan industri memiliki tiga macam persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. Biasanya dalam perusahaan industri persediaan bahan baku menjadi bahan utama untuk memulai suatu produksi yang akan mengikuti serangkaian prosedur formal dimana bahan baku utama dikumpulkan, diproses menjadi barang jadi dan didistribusikan ke para konsumen. Dalam hal ini persediaan bahan baku yang baik memiliki peranan yang penting dalam menjaga kualitas produk sebuah perusahaan. (Ely Suhayati, 2009:114)

PT. Continental Cosmeticss merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industry Cosmetic. Menurut Alddy Alvianus selaku kepala divisi gudang adanya kekurangan bahan baku (stock out) dan kelebihan bahan baku (overstock) pada divisi gudang bahan baku. Jika terjadinya kekurangan bahan baku, maka produksi akan mengalami keterlambatan sehingga perusahaan mengalami kerugian. Selain itu juga gudang mengalami kelebihan bahan baku, maka akan menyebabkan penumpukan bahan baku dan perputaran modal menjadi tidak lancar, dan mengakibatkan masa kadarluasa barang tersebut habis dan menjadi tidak terpakai. Selain itu terdapat selisih antara persediaan di gudang dengan data persediaan gudang yang di indikasikan karena adanya human error.

Berdasarkan urarian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengendalian persediaan bahan baku dalam tugas akhir dengan judul


(14)

“Tinjauan Atas Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku Pada PT. Continental Cosmetics Bandung.”

1.2Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan dengan apa yang telah diuraikan dalam latar belakang diatas maka pokok-pokok masalah yang dibahas adalah sebagai berikut :

1. Kurang efektifnya pengendalian intern persediaan bahan baku yang digunakan oleh perusahaan, sehingga menyebabkan kekurangan bahan baku (stock out) atau kelebihan bahan baku (overstock) pada divisi gudang bahan baku.

2. Terdapat selisih antara persediaan barang yang berada di gudang dengan data persediaan gudang.

1.2.2 Rumusan Masalah

Pokok-pokok permasalahan untuk menyusun penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengendalian intern persediaan bahan baku yang berlaku pada Divisi gudang bahan baku PT. Continental Cosmetics.

2. Kendala saja yang ditemui Divisi gudang bahan baku di dalam pengendalian intern persediaan bahan baku yang berlaku pada Divisi gudang PT. Continental Cosmetics.


(15)

6

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai pengendalian intern persediaan bahan baku pada Divisi gudang bahan baku PT. Continental Cosmetics.

1.3.2 Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengendalian intern persediaan bahan baku pada Divisi gudang bahan baku PT. Continental Cosmetics.

2. Untuk mengetahui kendala dan upaya yang dilakukan oleh Divisi gudang di dalam pelaksanaan pengendalian intern persediaan bahan baku pada Divisi gudang bahan baku PT. Continental Cosmetics.

1.4Lokasi dan Waktu Penelitian 1.4.1 Lokasi Penelitian

Lokasi pelaksanaan untuk memperoleh data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah PT. Continental Cosmetics Jalan Sumber Asih No. 22 Bandung, Jawa Barat 40222

1.5.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian pada PT. Continental Cosmetics Jalan Sumber Asih No. 22 Bandung, Jawa Barat 40222.


(16)

Tabel 1.1

Time Schedule Pelaksanaan Penelitian

No Keterangan

Waktu kegiatan Feb

2013

Maret 2013

April 2013

Mei 2013

Juni 2013

Juli 2013 1. Tahap Persiapan

a. Penyusunan Usulan Penelitian b. Pengumpulan Usulan Penelitian 2. Tahap Pelaksanaan

a. Pengumpulan Data Perusahaan 3. Tahap Pelaporan

a. Bimbingan Tugas Akhir b. Pengumpulan Laporan Tugas

Akhir

4. Tahap Pengujian a. Sidang


(17)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengendalian Intern

Pengendalian intern meliputi struktur organisasi metode, ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi serta serta mendorong efisiensi dipatuhinya kebijakan manajemen. Definisi pengendalian intern akan menekan pada tujuan yang hendak dicapai dan bukan pada unsur-unsur yang membentuk sistem tetapi untuk mengamankan aktiva perusahaan.

Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati menyatakan bahwa :

“Pengendalian intern adalah suatu proses, yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas, yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai guna mencapai tujuan-tujuan berikut ini: (a)keandalan pelaporan keuangan, (b)menjaga kekayaan dan catatan organisasi, (c)kepatuhan terhadap hukum dan peraturan, (d)efektifitas dan sistem operasi.”

(2009:221) Sementara menurut Rama menyatakan bahwa :

“Pengendalian intern adalah suatu proses, yang dipengaruhui oleh dewan direksi entitas, manajemen, dan personel lainnya, yang dirancang untuk memberikan kepastian yang beralasan terkait dengan pencapaian sasaran kategori sebagai berikut: efektivitas dan efisiensi operasi;keandalan laporan pelaporan keuangan; dan ketaatan terhadap hokum dan peraturan yang berlaku.”

(2008:132) Adapun pengertian pengendalian intern menurut Mulyadi adalah :

“Pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran -ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi,


(18)

mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.”

(2008:163) Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern adalah usaha atau tindakan yang dilakukan dalam perusahaan untuk menjaga dan mengamankan kekayaan perusahaan dan memastikaan ditaatinya kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh perusahaan itu sendiri.

Terdapat beberapa konsep dasar pengendalian intern : a. Pengendalian intern merupakan suatu proses.

Pengendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu. Pengendalian intern itu sendiri bukan merupakan suatu tujuan melainkan suatu rangkaian tindakan persuasif dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan bukan hanya sebagai tambahan infrastruktur suatu entitas.

b. Pengendalian intern dijalankan oleh orang.

Pengendalian intern bukan hanya terdiri dari pedoman kebijakan dan formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi yang mencakup dewan komisaris, manajemen dan personel lain.

c. Pengendalian intern dapat diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai, bukan keyakinan mutlak, bagi manajemen dan dewan komisaris entitas. Keterbatasan yang melekat dalam semua sistem pengendalian intern dan pertimbangan manfaat pengorbanan dalam pencapaian tujuan pengendalian menyebabkan pengendalian intern dapat memberikan keyakinan mutlak.


(19)

10

d. Pengendalian intern ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan antara pelaporan keuangan, kepatuhan dan operasi.

2.1.1.1 Tujuan Pengendalian Intern

Fungsi dan tujuan pengendalian terdiri atas berbagai kebijakan, praktik,dan prosedur yang diterapkan oleh perusahaan untuk mencapai empat tujuantersebut menurut James A. Hall yang di terjemahkan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos :

1. Menjaga aktiva perusahaan.

2. Memastikan akurasi dan keandalan catatan serta informasi akuntansi. 3. Mendorong efesiensi dalam operasional perusahaan.

4. Mengukur kesesuaian dengan kebijakan serta prosedur yang ditetapkan oleh pihak manajemen.

(2007:181) Menurut fungsi dan tujuan pengendalian diatasdapat diuraikan sebagai berikut: 1. Menjaga aktiva perusahaan.

Aktiva (kekayaan) perusahaan dapat berupa aktiva yang berwujud maupunaktiva yang tidak berwujud. Kekayaan sangat diperlukan untuk menjalankan kegiatan perusahaan. Jika aktiva itu hilang maka perusahaan akan mengalami kerugian besar sebab harta adalah bagian penting selain modal yang membuat perusahaan tetap eksis dan berdiri.

2. Memastikan akurasi dan keandalan catatan serta informasi akuntansi.

Informasi menjadi dasar pembuatan keputusan, apabila informasi salah maka keputusan yang diambil, baik oleh manajemen maupun pihak lainakan menjadi salah juga. Perusahaan harus mengawasi atau mengontrol serta memastikan pembuat catatan-catatan mengenai transaksi-transaksi yang terjadi, dimana catatan-catatan tersebut harus benar, tepat dan andal sebab


(20)

dari catatan-catatan tersebut akan menjadi informasi akuntansi yang akan disampaikan kepada pihak menejemen.

3. Mendorong efesiensi dalam operasional perusahaan.

Adalah perusahaan harus mengendalikan jalannya operasional perusahaan untuk mendorong efisiensinya kegiatan operasional perusahaan agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang mengakibatkan kerugian. Efisiensi merupakan suatu perbandingan antara besarnya pengorbanan dan hasil yang diperoleh.

4. Mengukur kesesuaian dengan kebijakan serta prosedur yang ditetapkan oleh pihak manajemen.

Secara berkala manajemen telah menetapkan tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan dan tujuan tersebut hanya dapat dicapai apabila semua pihak dalam perusahaan bekerja sama dengan baik dengan cara mematuhi kebijakan-kebijakan serta prosedur yang sudah ditetapkan oleh pihak manajemen.

Dari uraian yang dijelaskan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa didalam pengendalian intern ada berbagai macam konsep agar pengendalian intern berjalan dengan baik yaitu dengan menjaga aktiva perusahaan, memastikan akurasi dan keandalan catatan serta informasi akuntansi, mendorong efisiensi dalam operasional perusahaan dan mengukur kesesuaian dengan kebijakan serta prosedur yang ditetapkan oleh pihak manajemen.


(21)

12

2.1.1.2 Komponen Pengendalian Intern

Pengendalian intern memiliki 5 komponen pengendalian yang menunjangj alannya pengendalian dengan baik, adapun unsur-unsur pengendalian COSO oleh yang dikutip oleh Rama adalah sebagai berikut :

1. Lingkungan pengendalian 2. Penentuan risiko

3. Aktivitas pengendalian 4. Informasi dan komunikasi 5. Pengawasan

(2008:104) Komponen-komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Lingkungan pengendalian mengacu pada faktor-faktor umum yang menetapkan sifat organisasi dan mempengaruhi kesadaran karyawan terhadap pengendalian. Faktor-faktor ini meliputi, intergritas, nilai-nilai etika, struktur organisasi, keterlibatan dewan komisaris dan komite audit, Prosedur untuk mendelegasikan tanggung jawab dan otoritas, kebijakan dan praktik perusahaan dalam mengelola sumber daya manusia, serta filosofi dan gaya operasi manajemen. Juga meliputi cara manajemen memberikan wewenang dan tanggung jawab, mengatur dan mengembangkan karyawannya, serta perhatian dan arahan yang diberikan oleh dewan direksi. Adapun penjelasan dari elemen-elemen penting dari lingkungan pengendaliaan adalah :

a. Integritas dan nilai etika manajemen

Efektifitas pengendalian tidak dapat meningkat melampaui integritas dan nilai etika orang yang menciptakan, mengurus, dan memantaunya. Integritas dan nilai etika merupakan unsur pokok lingkungan pengendalian, yang mempengaruhi pendesainan pengurusunan, dan


(22)

pemantauan komponen yang lain. Integritas dan perilaku etika merupakan produk dari standar etika dan prilaku entitas, bagaimana hal itu dikomunikasikan, dan ditegakkan dalam praktik.

b. Struktur organisasi

Struktur organisasi suatu entitas memberikan kerangka kerja menyeluruh bagi perencanaan, pengarahan, dan pengendalian operasi. Suatu struktur organisasi meliputi pertimbangan bentuk dan unit-unit organisasi entitas, termasuk organisasi pengolahan data serta hubungan fungsi manajemen yang berkaitan dengan pelaporan.

c. Keterlibatan dewan komisaris dan komite audit

Kesadaran pengendalian entitas sangat dipengaruhi oleh dewan komisaris dan komite audit. Atribut yang berkaitan dengan dewan komisaris atau komite audit ini mencangkup independensi dewan komisaris atau komite audit dari manajemen, pengalaman dan tingginya pengetahuan anggotanya, luasnya keterlibatan dan kegiatan pengawasan, memadainya tindakan, tingkat sulitnya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh dewan atau komite tersebut kepada manajemen, dan interaksi dewan atau komite tersebut dengan auditor intern dan ekstern.

d. Filosofi manajemen dan siklus operasionalnya

Falsafah dan siklus organisasi menjangkau tentang karakteristik yang luas. Karakteristik ini dapat meliputi pendekatan manajemen dalam mengambil dan memantau resiko usaha, sikap dan tindakan manajemen terhadap pelaporan keuangan dan upaya manajemen terhadap pelaporan keungan


(23)

14

dan upaya manajemen untuk mencapa anggaran, laba serta tujuan bidang keuangan dan sasaran operasi.

e. Prosedur untuk mendelegasikan tanggung jawab dan otoritas

Metode ini mempengaruhi pemahaman terhadap hubungan pelaporan dan tanggungjawab yang ditetapkan dalam entitas. Metode tersebut meliputi kebijakan entitas mengenai masakah seperti praktik usaha yang dapat diterima, konflik kepetingan dan aturan prilaku.

f. Kebijakan dan praktik perusahaan dalam mengelola sumber daya manusianya

Praktik dan kebijakan karyawan berkaitan dengan pemekerja, orientasi, pelatihan, evaluasi, bimbingan, promosi, dan pemberian kompensasi, dan tindakan perbaik

2. Penentuan risiko adalah identifikasi dan analisis risiko yang mengganggu pencapaian sasaran pengendalian intern.

3. Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh organisasi untuk menghadapi risiko. Ativitas pengendalian meliputi hal-hal berikut :

a. Penelaahan kerja merupakan aktivitas-aktivitas yang mencakup analisis kinerja, misalnya, melalui perbandingan hasil aktual dengan anggaran, proyeksi standar, dan data periode lalu.

b. Pemisahaan tugas mencakup pembebanan tanggung jawab untuk otorisasi transaksi, pelaksanaan transaksi, pencatatan transaksi,dan pemeliharaan aset kepada karyawan yang berbeda-beda.


(24)

c. Pengendalian aplikasi diterapkan pada masing-masing aplikasi SIA (misalnya, entri pesanan dan utang usaha).

d. Pengendalian umum adalah pengendalian umum yang berkaitan dengan banyak apliaksi. Sebagai contoh, pengendalian yang membatasi akses ke komputer, peranti lunak, dan data perusahaan. Pengendaliaan umum juga mencakup pengendalian atas proeses pengembangan dan pemeliharaan peranti lunak aplikasi.

4. Informasi dan komunikasi. Sistem informasi perusahaan merupakan kumpulan prosedur (otomasi dan manual) dan record yang dibuat untuk memulai, mencatat, memproses, dan melaporkan kejadian pada proses entitas. Komunikasi meliputi penyediaan pemahaman mengenai peran dan tanggung jawab individu.

5. Pengawasan. Manajemen harus mengawasi pengendalian intern untuk memastikan bahwa pengendalian organisasi berfungsi sebagaimana dimaksudkan.

2.1.1.3 Keterbatasan Pengendalian Intern

Walaupun pengendalian intern telah disusun dan diselenggarakan secara memadai dapat dianggap sepenuhnya tidak efektif, karena pada dasarnya pengendalian intern tidak dapat menjamin sepenuhnya tercapai tujuan organisasi. Faktor-faktor yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan organisasi antara lain adalah management oversides (kegagalan manajemen) dan internal control versebenefit (internal kontrol berlawanan dengan keuntungan)

Sedangkan keterbatasan pengendalian intern yang dikemukaan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia adalah sebagai berikut :


(25)

16

1. Pertimbangan manusia dalam mengambil keputusan dapat salah dan bahwa pengendalian intern dapat rusak karena kegagalan yang bersifat manusiawi, seperti kekeliruan atas kesalahan yang bersifat sederhana. 2. Biaya pengendalian intern entitas tidak boleh melebihi manfaat yang

diharapkan dari pengendalian tersebut.

3. Adat-istiadat, kultur dan Cooperate Governance system dapat mencegah ketidakberesan yang dilakukan oleh manajemen.

(2009:16)

2.1.2 Persediaan

2.1.2.1 Pengertian Persediaan

Setiap perusahaan, baik itu perusahaan dagang atau industri. Tanpa adanya peresediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan yang memerlukan atau meminta barang jasa.

Menurut Ely Suhayati dan Sri Dewi Anggadini mengungkapkan bahwa : “Persediaan merupakan aktiva lancar yang ada dalam suatu perusahaan, apabila perusahaan tersebut perusahaan dagang maka persediaan diartikan sebagai barang dagangan yang disimpan untuk dijual dalam operasi normal perusahaan. Sedangkan apabila perusahaan manufaktur maka persediaan diartikan sebagai bahan baku yang terdapat dalam proses produksi / yang disimpan untuk tujuan tertentu (proses produksi).”

(2008:79) Sedangkan menurut PSAK no. 14 menuliskan bahwa :

“Pengertian persediaan menurut PSAK no. 14 :

a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan

c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunkan dalam proses produksi atau pemberian jasa

(2008:79) Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah aktiva lancar atau barang yang digunakan sebagai bahan baku yang selanjutnya


(26)

digunakan untuk kegiatan usaha, baik digunakan dalam usaha dagang maupun industri untuk menunjang tercapainya tujuan perusahaan.

2.1.2.2 Fungsi Persediaan

Persediaan memiliki berbagai fungsi yang berguna untukmempertahankan kualitas perusahaan dan mempertahankan kepercayaan dari konsumen.Menurut Eddy Herjanto fungsi persediaan adalah sebagai berikut:

1. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang dibutuhkan perusahaan

2. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan

3. Menaikan risiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi

4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan tidak akan kesulitan jika bahan baku itu tidak tersedia di pasaran

5. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan diskon kuantitas 6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang yang

diperlukan.

(2007:238) Maka dari fungsi persediaan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi persediaan untuk menghilangkan resiko keterlambatan bahan baku,resiko kenaikan harga bahan baku dan untuk menyimpan bahan baku yang sewaktu-waktu dibutuhkan oleh perusahaan untuk proses produksi.

2.1.2.3 Jenis dan Macam Persediaan

Pembagian jenis persediaan dapat berdasarkan proses manufaktur yang dijalani dan berdasarkan tujuan. Maka persediaan dibagi dalam tiga kategori yang sebagaimana dijelaskan oleh Agus Ristono yaitu:

1) Persedian bahan baku dan penolong 2) Persedian bahan setengah jadi


(27)

18

3) Persediaan bahan jadi

(2009:7) Pembagian jenis persediaan berdasarkan tujuan terdiri dari :

1. Persediaan pengamanan (safety stock)

Persediaan pengamanan atau sering pula disebut sebagai safety stock adalah persediaan yang dilakukan untuk mengantisipasi unsur ketidakpastian permintaan dan persediaan. Apabila persediaan pengamanan tidak mampu mengantisipasi tersebut, maka akan terjadi kekurangan persediaan (stockout).

Faktor- faktor yang menentukan besarnya safety stock a. Penggunaan bahan baku rata-rata

b. Faktor lama atau lead time (procurement time) 2. Persediaan antisipasi

Persediaan antisipasi disebut sebagai stabilization stock merupakan persediaan yang dilakukan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yng sudah dapat diperlukan sebelumnya.

3. Persediaan dalam pengiriman (transit stock)

Persediaan dalam pengiriman disebut work-in process stock adalah persediaan yang masih dalam pengiriman, yaitu :

a. Eksternal transit stock adalah persediaan yang masih berada dalam transportasi.

b. Internal transit stock adalah persediaan yang masih menunggu untuk proses atau menunggu sebelum dipindahkan.


(28)

Lukman Syamsuddin menjelaskan bahwa ada tiga bentuk utama dari persediaan perusahaan yaitu persediaan bahan mentah, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi. Sekalipun ketiga macam persediaan ini biasanya tidak diperlihatkan secara terpisah dalam neraca perusahaan, tetapi pemahaman atas ciri dari masing-masing macam persediaan tersebut adalah merupakan suatu faktor yang sangat penting.

a. Persediaan bahan mentah

b. Perseediaan barang dalam proses.

c. Persediaan barang jadi

(2007:281) Berikut ini adalah penjelasan tentang bentuk utama dari persediaan sebuah perusahaan :

1. Persediaan bahan mentah

Bahan mentah adalah merupakan persediaan yang dibeli oleh perusahaan untuk diproses menjadi barang setengah jadi dan akhirnya barang jadi atau produk akhir dari perusahaan. Adapun jumlah bahan mentah yang harus dipertahankan oleh perusahaan akan sangat tergantung pada:

a. Lead Time (waktu yang dibutuhkan sejak saat pemesanan sampai dengan bahan diterima).

b. Jumlah Pemakaian.

c. Jumlah Investasi dalam Persediaan.


(29)

20

Frekuensi atau jumlah pemakaian bahan mentah juga mempengaruhi tingkat persediaan. Semakin sering atau semakin banyak suatu bahan digunakan dalam proses produksi maka akan semakin besar jumlah persediaan bahan tersebut yang dibutuhkan oleh persusahaan. Faktor lain yang juga mempengaruhi tingkat persediaan bahan mentah adalah karakteristik fisik dari bahan mentah itu sendiri, misalnya besar kecilnya ukuran bahan.

2. Perseediaan barang dalam proses.

Persediaaan barang dalam proses terdiri dari keseluruhan barang-barang yang digunakan dalam proses produksi tetapi masih membutuhkan proses lebih lanjut untuk menjadi barang yang siap untuk dijual (barang jadi). Tingkat penyelesaian dalam proses sangat tergantung pada panjang serta kompleksnya proses produksi yamg dilaksanakan. Besarnya persediaan barang dalam proses ini akan menyebabkan semakin besarnya biaya-biaya persediaan karena modal yang terikat di dalam persediaan tersebut semakin besar, dimana bersarnya modal ini berkaitan langsung dengan lambatnya perputaran persediaan. Persediaan barang dalam proses adalah merupakan proses persediaan yang paling tidak likuid karena akan cukup sulit bagi perusahaan untuk dapat menjual barang-barang yang masih dalam bentuk setengah jadi.

3. Persediaan barang jadi

Persediaan barang jadi adalah merupakan persediaan barang-barang yang telah selesai oleh perusahaan, tetapi masih balum terjual.


(30)

2.1.2.4 Faktor-faktor Yang Menentukan Persediaan

Yang menjadi masalah bagi perusahaan adalah bagaimana menentukan persediaan yang optimal, oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya persediaan.

Menurut Agus Ristono faktor-faktor yang menentukan persediaan adalah sebagai berikut :

a. Volume atau jumlah yang dibutuhkan b. Kontinuitas produksi tidak terhenti c. Sifat bahan baku/penolong

(2009:6) Faktor-faktor diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Volume atau jumlah yang dibutuhkan, yaitu yang dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan (kontinuitas) proses produksi. Semakin banyak jumlah bahan baku yang dibutuhkan, maka akan semakin besar tingkat persediaan bahan baku.

b. Kontinuitas produksi tidak terhenti, diperlukan tingkat persediaan bahan baku yang tinggi dan sebaliknya.

c. Sifat bahan baku/penolong, apakah cepat rusak (durable good) atau tahan lama (udurable good).

2.1.2.5 Pengertian Persediaan Bahan Baku

Adapun pengertian persediaan bahan baku menurut Farah Margaret adalah:

“Persediaan Bahan Baku merupakan bahan baku atau bahan tambahaan yang dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam aktivitas proses


(31)

22

produksi persediaan material menjadi komponen utama dari suatu produk.”

(2007:147) Dan menurut Fredy Rangkuti persediaan bahan baku adalah:

“Persediaan bahan baku mempunyai kedudukan yang penting dalam perusahaan karena persediaan bahan baku sangat besar pengaruhnya terhadap kelancaran proses produksi.”

(2007:425) Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa persediaan bahan baku adalah bahan baku yang digunakan untuk aktifitas proses produksi,karena persediaan bahan baku sangat besar pengaruhnya terhadap kelancaran proses produsi.

2.1.3 Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Pengendalian menentukan dan menjamin tersedianya persediaan yang tepat agar tidak ada kelebihan maupun kekurangan bahan baku dan dalam kuantitas dan waktu yang tepat.

Adapun pengertian Pengendalian Persediaan Bahan Baku menurut Wiliam K. Carter yang dialih bahasakan oleh Krista adalah :

“Pengendalian persediaan bahan baku harus memenuhi dua kebutuhan yang saling berlawanan yaitu menjaga persediaan dalam jumlah dan variasi yang memadai guna beroprasi secara efisien dan menjaga tingkat persediaan yang menguntungkan secara financial”.

(2007:322) Maka dari definisi diatas pengendalian persediaan bahan baku adalah suatu sistem persediaan dengan serangkaian kebijakan pengendalian


(32)

untukmenentukan tingkat persediaan sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan persediaan bahan baku.

Menurut William K. Carter pengendalian persediaan yang efektif sebaiknya:

1. Menyediakan pasokan bahan baku yang diperlukan untuk operasi yang efisien dan bebas gangguan.

2. Menyediakan cukup persediaan dalam periode dimana pasokan kecil (musiman, siklus, atau pemogokan kerja) dan mengantisipasi perubahanharga.

3. Menyimpan bahan baku dengan waktu pengananan dan biaya minimum serta melindungi bahan baku tersebut dari kehilangan akibat kebakaran, pencurian, cuaca, dan kerusakan dalam pengananan.

4. Meminimalkan item-item yang tidak aktif, berlebih, atau usang dengan cara melaporkan perubahan produk yang mepengaruhi persediaanbahan baku

5. Memastikan persediaan yang cukup untuk pengiriman segera kepelanggan 6. Menjaga agar jumlah modal yang diinfestasikan dalam persediaan berada

ditingkat yang konsisten dengan kebutuhan operasi dan rencana menejemen. (2009:322)


(33)

24

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Sugiono mendefinisikan objek penelitian sebagai berikut:

“Objek penelitian merupakan Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

(2009:38) Iwan Satibi mendefinisikan objek penelitian sebagai berikut :

“ Objek penelitian secara umum akan memetakan atau menggambarkan wilayah penelitian atau sasaran penelitian secara komperhensif, yang meliputi karakteristik wilayah, sejarah perkembangan, struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi lain-lain sesuai dengan pemetaan wilayah penelitian yang dimaksud.”

(2011:74) Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian adalah suatu sasaran ilmiah dengan tujuan dan kegunaan tertentu untuk mendapatkan data tertentu untuk mempunyai nilai, skor dan ukuran yang berbeda.

Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan tujuan tertentu mengenai suatu hal yang akan dibuktikan secara objektif untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaant tertentu. Adapun objek penelitian yang diteliti oleh penulis adalah Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku Pada PT. Continental Cosmetics Bandung


(34)

3.2 Metode Penelitian

Dalam memecahkan masalah yang ada suatu penelitian diperlukan penyelidikan yang hati-hati, teratur, dan terus-menerus, sedangkan untuk mengetahui bagaimana seharusnya langkah penelitian harus dilakukan dengan metode penelitian. Metode penelitian adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan atau mencatat data, baik berupa data primer maupun data sekunder yang digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah dan kemudian menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan terdapat suatu kebenaran data-data yang akan diperoleh. Untuk lebih jelasnya ada beberapa pengertian metode penelitian menurut Sugiyono definisi metode penelitian sebagai berikut:

“Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisifikasi masalah”

(2010:2) Cara ilmiah disini berarti kegiatan penelitian ini didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yang rasional, empiris, dan sistematik. Rasional berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sedangkan sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah yang bersifat logis.


(35)

26

Menurut Husein umar yang dikutip dari pendapat Travers definisi metode deskriptif adalah sebagai berikut:

“Suatu metode yang bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.”

(2011:22) Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif adalah metode yang berupa pengumpulan data dan berdasarkan data-data tersebut disusun suatu gambaran untuk diteliti tanpa adanya perbandingan.

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik atau cara pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut :

1. Penelitian kepustakaan (Library Research)

Yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mempelajari serta mengumpulkan teori-teori yang relevan dengan pembahasan ini, guna dijadikan dasar dalam melakukan penelitian dan perbandingan dengan praktek yang ada, penelitian ini dilakukan dengan mengadakan penelaahan terhadap buku-buku literature, teks book dan catatan dari perusahaan, dengan metode ini akan diproleh gambaran yang berhubungan dengan topik yaitu mengenai Tinjauan Atas Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku Pada PT. Continental Cosmetics Bandung.


(36)

2. Penelitian lapangan (Field Research)

Yaitu penulis melakukan pengamatan secara langsung ke perusahaan yang dituju yaitu PT. Continental Cosmetics Jalan Sumber Asih No. 22 Bandung, Jawa Barat 40222. Adapun cara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

a. Observasi (pengamatan)

Metode observasi adalah suatu metode dengan cara melakukan penelitian langsung ke perusahaan dengan mempelajari dan mengetahui dokumen-dokumen perusahaan yang diperlukan dalam penyusunan penelitian ini. Sumber untuk memperoleh data dalam teknik observasi adalah PT. Continental Cosmetics Bandung.

b. Interview (wawancara)

Wawancara yaitu dengan cara mengadakan tanya jawab langsung dengan pihak yang berkaitan. Hal ini dilakukan untuk memproleh informasi mengenai objek yang diteliti.

c. Dokumentasi (mengumpulkan data)

Dokumentasi, yaitu mengumpulkan bahan-bahan yang tertulis berupa data yang diperoleh dari tempat penelitian berlangsung.


(37)

28

3.2.2 Sumber Data

Sumber yang diperoleh peneliti untuk mendapatkan data mengenai objek yang akan diteliti didapat langsung dari PT. Continental Cosmetics Bandung.

Untuk menunjang hasil penelitian, maka penulis melakukan pengelompokan data yang diperlukan kedalam dua golongan, yaitu :

1. Data Primer

Data primer yaitu data atau segala informasi yang diperoleh dan didapat oleh penulis langsung dari sumber pertama baik individu atau sekelompok bagian dari objek penelitian, seperti hasil wawancara dan observasi langsung pada objek yang diteliti.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pengumpul data primer atau pihak lain. Data sekunder disajikan antara lain dalam bentuk tabel-tabel atau diagram serta segala informasi yang berasal dari literature yang ada hubungannya dengan teori-teori mengenai topik penelitian.


(38)

PRICILIA CAROLINA RONDONUWU 21310010

ABSTRAK

Dalam era globalisasi ini seluruh pelaku usaha mau tidak mau harus mempersiapkan produk dengan meningkatkan kualitas barang sehingga diharapkan bahwa kelangsungan produk Indonesia tidak tersisih dari produk luar negeri. Perusahaan harus mampu meningkatkan kualitas dan mutu dari produk yang dijual, dengan cara melakukan inovasi-inovasi yang baru diharapkan para konsumen tertarik untuk membeli produk perusahaan dalam negeri. Untuk memastikan kegiatan proses produksi berjalan sesuai dengan yang diinginkan oleh perusahaan maka diperlukan suatu persediaan. Persediaan merupakan aktiva lancar yang ada dalam suatu perusahaan, sehingga persediaan berperan sangat penting dalam kelangsungan proses produksi suatu perusahaan. PT. Continental Cosmetics merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri Kosmetik. Pada PT. Continental Cosmetics sering kali terjadi kekuarangan dan kelebihan stock pada divisi gudang yang meyebabkan kegiatan produksi menjadi terganggu karena adanya hal tersebut. Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengendalian intern persediaan bahan baku pada PT. Continental Cosmetics dan untuk mengetahui apa saja kendala yang di hadapi PT. Continental dalam pengendalian intern persediaan bahan baku pada PT. Continental Cosmetics. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perusahaan dan bagi peneliti selanjutnya sebagai bahan referensi.

Kata Kunci : Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku ABSTRACT

In this globalization era, the whole business would not want to prepare a product by improving the quality of goods so it is expected that the continuity of Indonesian products are not excluded from foreign products. Companies should be able to improve the quality and the quality of products sold, by way of new innovations expected consumers interested in buying the company's products in the country. To ensure the production process runs as desired by the company required an inventory. Inventories are current assets that exist within a company, so stock very important role in the continuity of the production process of a company. PT.

Continental Cosmetics is a company engaged in the Cosmetics industry. At PT. Continental Cosmetics often occurs drawback and excess stock at the warehouse division that led to production being disrupted because of it. The aim of this study was to determine how to control the internal supply of raw materials at PT. Continental Cosmetics and to find out what are the constraints faced by PT. Continental in internal control raw material inventory at PT. Continental Cosmetics. The method used is descriptive method. The result is expected to be input for the company and for further research as reference material.

Keyword’s : The Internal Control Of Raw Material Inventory I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perusahaan baik swasta maupun milik Negara dan perusahaan dalam negeri maupun perusahaan luar negeri merupakan beberapa pelaku ekonomi yang tidak bisa lepas dari era globalisasi saat ini. Semakin

banyaknya perusahaan yang berkembang besar maka persaingan semakin ketat. Setiap perusahaan selalu berusaha untuk dapat bertahan dalam persaingan bisnis, terlebih lagi perusahaan dalam negeri. Karena dengan semakin banyaknya


(39)

perusahaan asing yang berpartisipasi kedalam persaingan bisnis di Indonesia maka, diperlukan berbagai perbaikan kualitas dari dalam perusahaan untuk dapat bersaing secara wajar. (Nafisah:2010)

Dalam era globalisasi ini seluruh pelaku usaha mau tidak mau harus mempersiapkan produk dengan meningkatkan kualitas barang sehingga diharapkan bahwa kelangsungan produk Indonesia tidak tersisih dari produk luar negeri. Perusahaan harus mampu meningkatkan kualitas dan mutu dari produk yang dijual, dengan cara melakukan inovasi-inovasi yang baru diharapkan para konsumen tertarik untuk membeli produk perusahaan dalam negeri. (Primahorahap:2012)

Oleh karena itu sebagai konsekuensi logis dari timbulnya persaingan yang semakin tajam, perusahaan memiliki tiga kemungkinan yaitu mundur, bertahan, atau tetap unggul atau bahkan berusaha untuk semakin berkembang. Agar perusahaan dapat bertahan maka diperlukan upaya penyehatan dan penyempurnaan meliputi peningkatan produktifitas, efisiensi serta efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Menghadapai hal ini, berbagai kebijakan dan strategi terus diterapkan dan ditingkatkan. Kebijakan ditempuh manajemen antara lain meningkatkan pengawasan dalam perusahaan melalui pengendalian intern. Pengendalian dan pengawasan dalam perusahaan melalui pengendalian intern dapat dilaksanakan terhadap aktivitas-aktivitas perusahaan sehingga dapat tercapai tujuannya. (Nafisah:2010)

Untuk memastikan kegiatan proses produksi berjalan sesuai dengan yang diinginkan oleh perusahaan maka diperlukan suatu persediaan. Persediaan merupakan aktiva lancar yang ada dalam suatu perusahaan, sehingga persediaan berperan sangat penting dalam kelangsungan proses produksi suatu perusahaan. Setiap perusahaan memiliki persediaan masing-masing sesuai dengan jenis perusahaannya, namun perusahaan jasa tidak memiliki persediaan karena perusahaan jasa hanya menjual jasanya saja, tidak seperti perusahaan dagang dan perusahaan industri. Perusahaan dagang hanya memiliki persediaan barang

dagangannya saja, sedangkan perusahaan industri memiliki tiga macam persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. Biasanya dalam perusahaan industri persediaan bahan baku menjadi bahan utama untuk memulai suatu produksi yang akan mengikuti serangkaian prosedur formal dimana bahan baku utama dikumpulkan, diproses menjadi barang jadi dan didistribusikan ke para konsumen. Dalam hal ini persediaan bahan baku yang baik memiliki peranan yang penting dalam menjaga kualitas produk sebuah perusahaan. (Ely Suhayati, 2009:114)

PT. Continental Cosmeticss merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industry Cosmetic. Menurut Alddy Alvianus selaku kepala divisi gudang adanya kekurangan bahan baku (stock out)

dan kelebihan bahan baku (overstock) pada divisi gudang bahan baku. Jika terjadinya kekurangan bahan baku, maka produksi akan mengalami keterlambatan sehingga perusahaan mengalami kerugian. Selain itu juga gudang mengalami kelebihan bahan baku, maka akan menyebabkan penumpukan bahan baku dan perputaran modal menjadi tidak lancar, dan mengakibatkan masa kadarluasa barang tersebut habis dan menjadi tidak terpakai. Selain itu terdapat selisih antara persediaan di gudang dengan data persediaan gudang yang di indikasikan karena adanya human error.

Berdasarkan urarian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengendalian persediaan bahan baku dalam tugas akhir dengan judul “Tinjauan Atas

Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku Pada PT. Continental Cosmetics

Bandung.”

1.1.1 Rumusan Masalah

Pokok-pokok permasalahan untuk menyusun penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengendalian intern persediaan bahan baku yang berlaku pada Divisi gudang bahan baku PT. Continental Cosmetics.

2. Kendala saja yang ditemui Divisi gudang bahan baku di dalam pengendalian intern persediaan bahan


(40)

1.2.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai pengendalian intern persediaan bahan baku pada Divisi gudang bahan baku PT. Continental Cosmetics.

1.2.2 Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengendalian intern persediaan bahan baku pada Divisi gudang bahan baku PT. Continental Cosmetics.

2. Untuk mengetahui kendala dan upaya yang dilakukan oleh Divisi gudang di dalam pelaksanaan pengendalian intern persediaan bahan baku pada Divisi gudang bahan baku PT. Continental Cosmetics.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengendalian Intern

Pengendalian intern meliputi struktur organisasi metode, ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi serta serta mendorong efisiensi dipatuhinya kebijakan manajemen. Definisi pengendalian intern akan menekan pada tujuan yang hendak dicapai dan bukan pada unsur-unsur yang membentuk sistem tetapi untuk mengamankan aktiva perusahaan.

Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati menyatakan bahwa :

“Pengendalian intern adalah suatu proses, yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas, yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai guna mencapai tujuan-tujuan berikut

(c)kepatuhan terhadap hukum dan peraturan, (d)efektifitas dan sistem operasi.”

(2009:221)

2.1.2 Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Pengendalian menentukan dan menjamin tersedianya persediaan yang tepat agar tidak ada kelebihan maupun kekurangan bahan baku dan dalam kuantitas dan waktu yang tepat.

Adapun pengertian Pengendalian Persediaan Bahan Baku menurut Wiliam K. Carter yang dialih bahasakan oleh Krista adalah :

“Pengendalian persediaan bahan baku harus memenuhi dua kebutuhan yang saling berlawanan yaitu menjaga persediaan dalam jumlah dan variasi yang memadai guna beroprasi secara efisien dan menjaga tingkat persediaan yang menguntungkan secara financial”.

(2007:322) Maka dari definisi diatas pengendalian persediaan bahan baku adalah suatu sistem persediaan dengan serangkaian kebijakan pengendalian untukmenentukan tingkat persediaan sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan persediaan bahan baku. Menurut William K. Carter pengendalian persediaan yang efektif sebaiknya:

1. Menyediakan pasokan bahan baku yang diperlukan untuk operasi yang efisien dan bebas gangguan.

2. Menyediakan cukup persediaan dalam periode dimana pasokan kecil (musiman, siklus, atau pemogokan kerja) dan mengantisipasi perubahanharga.

3. Menyimpan bahan baku dengan waktu pengananan dan biaya minimum serta melindungi bahan baku tersebut dari kehilangan akibat kebakaran, pencurian, cuaca, dan kerusakan dalam pengananan.

4. Meminimalkan item-item yang tidak aktif, berlebih, atau usang dengan cara


(41)

melaporkan perubahan produk yang mepengaruhi persediaanbahan baku 5. Memastikan persediaan yang cukup untuk pengiriman segera kepelanggan 6. Menjaga agar jumlah modal yang

diinfestasikan dalam persediaan berada

ditingkat yang konsisten dengan kebutuhan operasi dan rencana menejemen.

(2009:322)

III Objek dan Metode Penelitian 3.1 Objek Penelitian

Sugiono mendefinisikan objek penelitian sebagai berikut:

“Objek penelitian merupakan Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

(2009:38) Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian adalah suatu sasaran ilmiah dengan tujuan dan kegunaan tertentu untuk mendapatkan data tertentu untuk mempunyai nilai, skor dan ukuran yang berbeda.

Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan tujuan tertentu mengenai suatu hal yang akan dibuktikan secara objektif untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaant tertentu. Adapun objek penelitian yang diteliti oleh penulis adalah Pengendalian Intern

Persediaan Bahan Baku Pada PT. Continental Cosmetics Bandung

3.2 Metode Penelitian

Dalam memecahkan masalah yang ada suatu penelitian diperlukan penyelidikan yang hati-hati, teratur, dan terus-menerus, sedangkan untuk mengetahui bagaimana seharusnya langkah penelitian harus dilakukan dengan metode penelitian. Metode penelitian adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan atau mencatat data, baik berupa data primer maupun data sekunder yang digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah dan kemudian menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan terdapat suatu kebenaran data-data yang akan diperoleh. Untuk lebih jelasnya ada beberapa pengertian metode penelitian menurut Sugiyono definisimetode penelitian sebagai berikut:

Dalam memecahkan masalah yang ada suatu penelitian diperlukan penyelidikan yang hati-hati, teratur, dan terus-menerus, sedangkan untuk mengetahui bagaimana seharusnya langkah penelitian harus dilakukan dengan metode penelitian. Metode penelitian adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan atau mencatat data, baik berupa data primer maupun data sekunder yang digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah dan kemudian menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan terdapat suatu kebenaran data-data yang akan diperoleh. Untuk lebih jelasnya ada beberapa pengertian metode penelitian menurut Sugiyono definisimetode penelitian sebagai berikut:

“Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan “Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisifikasi masalah”

(2010:2) Metode yang digunakan dalam

pengerjaan penelitian ini adalah

metode deskriptif yaitu hasil penelitian yang dapat diambil kesimpulannya berdasarkan masalah yang ada dalam penelitian.


(42)

“Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan, menguraikan, dan menjelaskan fenomena objek penelitian. Metode ini menjelaskan data secara alami, objektif, dan apa adanya (faktual). Metode deskriptif yang digunakan untuk meneliti wancana pada umumnya dimulai dengan mengklasifikasi objek penelitian, kemudian hasil klasifikasi itu dianalisis secara deskriptif.”

(Junaiyah H.M, E. Zaenal Arifin : 2010) Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif karena sesuai dengan pengertian dari metode deskriptif itu sendiri, dalam mengerjakan penulisan ini, penulis datang ke sumber data dan menganalisis data tersebut apa adanya, kemudian memaparkan hasil penelitian dengan apa adanya untuk akhirnya

VI. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Analisis Deskriftif

4.1.1 Analisis Pengendalian Intern

Persediaan Bahan Baku pada Divisi Gudang Bahan Baku PT. Continental Cosmetics.

Pada PT. Continental Cosmetics Bandung metode pencatatan yang

digunakan dalam pencatatan persediaan bahan baku pada divisi gudang bahan baku adalah FIFO (First In First Out) dimana setiap mutasi persediaan dicatat dalam kartu bincard (kartu gudang) untuk mencatat kuantitas persediaan barang yang disimpan digudang.

Berikut ini adalah penjelasan dari

Flowchart pada halaman :

1. Pemesanan bahan baku pada Pemasok

Pemesanan bahan baku oleh divisi pembelian dilakukan apabila stock

bahan baku tidak mencukupi untuk berlangsungnya kegiatan produksi setelah stock bahan baku dicek ulang di awal penerimaan purchase order

oleh divisi gudang. Maka prosedur pemesanan bahan baku adalah sebagai berikut :

a. Divisi pemasaran menyiapkan

forcase (perkiraan order

pembelian) dalam jangka waktu 6 bulan kedepan. Hasil Forcase di berikan ke divisi gudang untuk dianalisa berapa banyak bahan baku yang akan dipesan.

b. Divisi gudang bahan baku menyiapkan Purchase order list

untuk supplier berdasarkan

Purchase Order customer dan

Forcase dari divisi pemasaran untuk menganalisa berapa banyak jumlah bahan baku yang akan dipesan dengan tujuan agar bahan baku tersebut dapat berada dalam

stock yang aman pada jangka waktu 6 bulan kedepan. Kegiatan ini dibantu berdasarkan koordinasi langsung dengan divisi PPIC. c. Setelah menganalisa, divisi

gudang bahan baku membuat

Purchase Request untuk diajukan ke divisi Pembelian. Purchase request yang dibuat berisi, tanggal, nama supplier, quantity, kode


(43)

bahan baku, nama bahan baku,

No Purchase Order dari Customer.

d. Purchase Request yang telah dibuat di kirim ke divisi PPIC untuk dapat persetujuan pemesanan bahan baku.

e. Setelah mendapat persetujuan dari divisi PPIC, purchase request

dikirim ke divisi pembelian.

f. Berdasarkan purchase yang diterima, divisi pembelian membuat purchase order untuk

supplier.

g. Purchase order yang dibuat terdiri dari 4 rangkap, rangkap pertama diberikan ke supplier, rangkap kedua disimpan oleh divisi pembelian, rangkap ketiga diberikan ke divisi keuangan dan rangkap keempat diberikan ke divisi gudang.

2. Penerimaan Bahan Baku

a. Menerima dan memeriksa surat jalan dari pengirim barang dengan menyatakan jenis dan jumlah barang yang dikirim.

b. Meneliti jenis, jumlah, dan kualitas barang yang dikirim apakah sesuai dengan yang tercantum dalam surat jalan dan kondisi baik. c. Apabila barang yang diterima

jumlahnya kurang, maka barang akan tetap diterima dan jumlah barang yang telah diterima tersebut dicatat pada faktur. Apabila barang yang dikirim rusak, atau tidak sesuai dengan pesanan, maka harus ditolak.

d. Memberi cap pada surat jalan sebagai tanda barang telah diterima dengan baik.

e. Membuat LPB (Lembar Penerimaan Barang) untuk bukti terima dan copy LPB diberikan ke

supplier, divisi pembelian dan divisi keuangan sebagai arsip dan sebagai data hutang perusahaan. f. Setiap minggu dibuatkan Weekly

Report yang berisi daftar

penerimaan bahan baku selama jangka waktu satu minggu. Weekly report ini di kirim ke divisi keuangan.

g. LPB dan faktur disusun di masing-masing map sebagai arsip dan sebagai data history perusahaan. 3. Pengaturan dan Penyimpanan

a. Memasukan bahan baku pada tempatnya dan diatur peletakannya agar arus bahan baku bisa lancar pada saat penempatan dan pengambilannya, dan bahan baku tidak mudah rusak atau dicuri.

b. Penempatan bahan baku di atur sesuai dengan jenisnya agara mudah diingat dan ketentuan suhunya agar bahan baku tidak mudah rusak sebelum masa

expired.

c. Persediaan semua bahan baku harus diperiksa sesuai dengan masing-masing bincard (kartu gudang) dimana jumlah persediaaan bahan baku yang tertera pada kartu tersebut sesuai dengan jumlah fisik bahan bakunya. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi kehabisan persediaan pada saat bahan baku tersebut diminta atau adanya bahan baku yang tidak pernah digunakan (slow moving).

4. Pelayanan Permintaan Barang

a. Menerima permintaan bahan baku dari divisi produksi melalui Bon Permintaan yang sebelumnya sudah ditanda tangani oleh kepala divisi dengan melampirkan Form Worksheet guna mendata identitas permintaan yang berisi no

Purchase Order.

b. Memeriksa jumlah dan jenis bahan baku yang diminta dan menuliskan bahan baku yang dapat dikeluarkan.

c. Mengambil barang yang diminta di lokasi penyimpanan, kemudian diserahkan kepada pemesan disertai dengan copy Bon Permintaan dan menyimpan yang asli sebagai arsip. Bahan baku ditimbang sesuai kebutuhan permintaan untuk PO (Purchase Order) yang akan diproduksi. d. Catat pengeluaran barang pada


(44)

masing-4.1.2. Analisis Kendala yang Ditemui Oleh Divisi Gudang Bahan Baku

di Dalam Pengendalian

Persediaan Bahan Baku

Menurut Alddy Alvianus selaku Kepala divisi gudang, terdapat beberapa kendala yang ditemui divisi gudang didalam pengendaliaan persediaan bahan baku pada PT. Continental Cosmetics antara lain yaitu :

1. Adanya kekurangan bahan baku

(stock out) atau kelebihan bahan baku (over stock) pada divisi gudang. mengakibatkan kegiatan produksi terhambat.

2. Terdapat selisih antara persediaan barang yang berada di gudang dengan data persediaan gudang.

4.2 Pembahasan

4.2.2 Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku pada Divisi Gudang Bahan Baku PT. Continental Cosmetics.

Pada dasarnya dalam pelaksanaan pengendalian intern persediaan bahan baku divisi gudang pada PT. Continental Cosmetics belum begitu efektif seperti yang dikatakan oleh William K. Carter, masih banyak kendala yang di hadapi. Pada PT. Continental Cosmetics kurang meminimalkan produk-produk yang tidak aktif, berlebih atau usang dan tidak dapat memastikan jumlah persediaan yang cukup untuk pengiriman segera ke pelanggan.

Metode yang digunakan dalam pencatatan persediaan bahan baku pada divisi gudang ini adalah metode mutasi persediaan FIFO (First In First Out) diamana setiap mutasi persediaan dicatat dalam kartu persediaan bincard (kartu gudang) untuk mencatat kuantitas persediaan barang yang disimpan di gudang.

Pada PT. Continental Cosmetics dalam pelaksanaan pengendaliaan intern persediaan bahan baku, diselenggarakan tiga catatan akuntansi, yaitu pada divisi gudang, divisi keuangan dan divisi pembelian. Pada divisi gudang, hanya melakukan pencatatan jenis bahan baku berdasarkan permintaan dari divisi produksi. Sedangkan pada divisi pembelian dilakukan

dilakukan pencatatan atas harga setiap jenis persediaan bahan baku dan mempunyai kewenangan untuk mencatat jumlah persediaan barang di divisi gudang bahan baku. Karena pada akhirnya divisi keuanganlah yang mencatat perhitungan modal yang berputar secara lancar dan modal yang mengendap maupun modal yang hilang (lost).

Dengan demikian pelaksanaan pengendaliaan intern persediaan bahan baku divisi gudang bahan baku yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen tersebut dapat meminimalisir kecurangan yang dapat dilakukan oleh karyawan. Bukan hanya perusahaan saja yang harus bertanggung jawab atas setiap aset perusahaan, akan tetapi pimpinan dan seluruh karyawan pun ikut andil dalam terlaksananya sistem pengendalian intern yang telah dilakukan oleh perusahaan agar pengendalian intern ini dapat berjalan dengan optimal.

Pada PT. Continental Cosmetics, Divisi pemasaran memperkirakan purchase order yaitu Forcase yang akan turun selama 6 bulan ke depan berdasarkan penjualan dari customer. Setelah divisi pemasaran memberikan hasil forcase kepada divisi gudang untuk dianalisa dan divisi gudanglah yang membuat daftar barang yang akan digunakan untuk diproduksi. Akan tetapi sering terjadi salah perhitungan forcase oleh divisi pemasaran dan kesalahan menganalisa oleh divisi gudang yang menyebabkan kekurangan bahan bahan baku ataupun kelebihan bahan baku di gudang, karena tidak tepatnya perhitungan

forcase. Hal seperti ini lah yang membuat kegiatan produksi tertunda dan dapat membuat perusahaan menderita kerugian atau pun adanya kelebihan bahan baku yang mengakibatkan bahan baku kadarluasa.

4.2.2 Kendala Ditemui Oleh Divisi

Gudang Bahan Baku Di Dalam Pelaksanaan Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku Pada PT. Continetal Cosmetics Bandung.


(1)

bahan baku, nama bahan baku, No Purchase Order dari Customer. d. Purchase Request yang telah dibuat di kirim ke divisi PPIC untuk dapat persetujuan pemesanan bahan baku.

e. Setelah mendapat persetujuan dari divisi PPIC, purchase request dikirim ke divisi pembelian.

f. Berdasarkan purchase yang diterima, divisi pembelian membuat purchase order untuk supplier.

g. Purchase order yang dibuat terdiri dari 4 rangkap, rangkap pertama diberikan ke supplier, rangkap kedua disimpan oleh divisi pembelian, rangkap ketiga diberikan ke divisi keuangan dan rangkap keempat diberikan ke divisi gudang.

2. Penerimaan Bahan Baku

a. Menerima dan memeriksa surat jalan dari pengirim barang dengan menyatakan jenis dan jumlah barang yang dikirim.

b. Meneliti jenis, jumlah, dan kualitas barang yang dikirim apakah sesuai dengan yang tercantum dalam surat jalan dan kondisi baik. c. Apabila barang yang diterima

jumlahnya kurang, maka barang akan tetap diterima dan jumlah barang yang telah diterima tersebut dicatat pada faktur. Apabila barang yang dikirim rusak, atau tidak sesuai dengan pesanan, maka harus ditolak.

d. Memberi cap pada surat jalan sebagai tanda barang telah diterima dengan baik.

e. Membuat LPB (Lembar Penerimaan Barang) untuk bukti terima dan copy LPB diberikan ke supplier, divisi pembelian dan divisi keuangan sebagai arsip dan sebagai data hutang perusahaan. f. Setiap minggu dibuatkan Weekly

Report yang berisi daftar penerimaan bahan baku selama jangka waktu satu minggu. Weekly report ini di kirim ke divisi keuangan.

g. LPB dan faktur disusun di masing-masing map sebagai arsip dan sebagai data history perusahaan. 3. Pengaturan dan Penyimpanan

a. Memasukan bahan baku pada tempatnya dan diatur peletakannya agar arus bahan baku bisa lancar pada saat penempatan dan pengambilannya, dan bahan baku tidak mudah rusak atau dicuri.

b. Penempatan bahan baku di atur sesuai dengan jenisnya agara mudah diingat dan ketentuan suhunya agar bahan baku tidak mudah rusak sebelum masa expired.

c. Persediaan semua bahan baku harus diperiksa sesuai dengan masing-masing bincard (kartu gudang) dimana jumlah persediaaan bahan baku yang tertera pada kartu tersebut sesuai dengan jumlah fisik bahan bakunya. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi kehabisan persediaan pada saat bahan baku tersebut diminta atau adanya bahan baku yang tidak pernah digunakan (slow moving).

4. Pelayanan Permintaan Barang

a. Menerima permintaan bahan baku dari divisi produksi melalui Bon Permintaan yang sebelumnya sudah ditanda tangani oleh kepala divisi dengan melampirkan Form Worksheet guna mendata identitas permintaan yang berisi no Purchase Order.

b. Memeriksa jumlah dan jenis bahan baku yang diminta dan menuliskan bahan baku yang dapat dikeluarkan.

c. Mengambil barang yang diminta di lokasi penyimpanan, kemudian diserahkan kepada pemesan disertai dengan copy Bon Permintaan dan menyimpan yang asli sebagai arsip. Bahan baku ditimbang sesuai kebutuhan permintaan untuk PO (Purchase Order) yang akan diproduksi. d. Catat pengeluaran barang pada


(2)

masing-masing tempat penyimpanan barang.

4.1.2. Analisis Kendala yang Ditemui Oleh Divisi Gudang Bahan Baku di Dalam Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Menurut Alddy Alvianus selaku Kepala divisi gudang, terdapat beberapa kendala yang ditemui divisi gudang didalam pengendaliaan persediaan bahan baku pada PT. Continental Cosmetics antara lain yaitu :

1. Adanya kekurangan bahan baku (stock out) atau kelebihan bahan baku (over stock) pada divisi gudang. mengakibatkan kegiatan produksi terhambat.

2. Terdapat selisih antara persediaan barang yang berada di gudang dengan data persediaan gudang.

4.2 Pembahasan

4.2.2 Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku pada Divisi Gudang Bahan Baku PT. Continental Cosmetics.

Pada dasarnya dalam pelaksanaan pengendalian intern persediaan bahan baku divisi gudang pada PT. Continental Cosmetics belum begitu efektif seperti yang dikatakan oleh William K. Carter, masih banyak kendala yang di hadapi. Pada PT. Continental Cosmetics kurang meminimalkan produk-produk yang tidak aktif, berlebih atau usang dan tidak dapat memastikan jumlah persediaan yang cukup untuk pengiriman segera ke pelanggan.

Metode yang digunakan dalam pencatatan persediaan bahan baku pada divisi gudang ini adalah metode mutasi persediaan FIFO (First In First Out) diamana setiap mutasi persediaan dicatat dalam kartu persediaan bincard (kartu gudang) untuk mencatat kuantitas persediaan barang yang disimpan di gudang.

Pada PT. Continental Cosmetics dalam pelaksanaan pengendaliaan intern persediaan bahan baku, diselenggarakan tiga catatan akuntansi, yaitu pada divisi gudang, divisi keuangan dan divisi pembelian. Pada divisi gudang, hanya melakukan pencatatan jenis bahan baku berdasarkan permintaan dari divisi produksi. Sedangkan pada divisi pembelian dilakukan

pencatatan atas jenis bahan baku, jumlah bahan baku berdasarkan permintaa dari divisi gudang. Pada divisi keuangan dilakukan pencatatan atas harga setiap jenis persediaan bahan baku dan mempunyai kewenangan untuk mencatat jumlah persediaan barang di divisi gudang bahan baku. Karena pada akhirnya divisi keuanganlah yang mencatat perhitungan modal yang berputar secara lancar dan modal yang mengendap maupun modal yang hilang (lost).

Dengan demikian pelaksanaan pengendaliaan intern persediaan bahan baku divisi gudang bahan baku yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen tersebut dapat meminimalisir kecurangan yang dapat dilakukan oleh karyawan. Bukan hanya perusahaan saja yang harus bertanggung jawab atas setiap aset perusahaan, akan tetapi pimpinan dan seluruh karyawan pun ikut andil dalam terlaksananya sistem pengendalian intern yang telah dilakukan oleh perusahaan agar pengendalian intern ini dapat berjalan dengan optimal.

Pada PT. Continental Cosmetics, Divisi pemasaran memperkirakan purchase order yaitu Forcase yang akan turun selama 6 bulan ke depan berdasarkan penjualan dari customer. Setelah divisi pemasaran memberikan hasil forcase kepada divisi gudang untuk dianalisa dan divisi gudanglah yang membuat daftar barang yang akan digunakan untuk diproduksi. Akan tetapi sering terjadi salah perhitungan forcase oleh divisi pemasaran dan kesalahan menganalisa oleh divisi gudang yang menyebabkan kekurangan bahan bahan baku ataupun kelebihan bahan baku di gudang, karena tidak tepatnya perhitungan forcase. Hal seperti ini lah yang membuat kegiatan produksi tertunda dan dapat membuat perusahaan menderita kerugian atau pun adanya kelebihan bahan baku yang mengakibatkan bahan baku kadarluasa.

4.2.2 Kendala Ditemui Oleh Divisi Gudang Bahan Baku Di Dalam Pelaksanaan Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku Pada PT. Continetal Cosmetics Bandung.


(3)

Dalam pengendalian intern persediaan intern bahan baku pada PT. Continetal Cosmetics Bandung ini terdapat kendala yang terjadi dalam pelaksanaan pengendalian intern persediaan bahan baku divisi gudang bahan baku yaitu sering terjadinya kekurangan bahan baku atau kelebihan bahan baku di divisi gudang bahan baku. Hal ini mengakibatkan kegiatan produksi menjadi tertunda atau bahakan tidak berjalan sama sekali karena kurangnya bahan baku di gudang. Atau pun mengakibatkan banyaknya bahan baku yang kadarluasa.

Selisih perhitungan pendataan persediaan bahan baku di gudang dengan persediaan yang real ada di gudang ini pun menjadi kendala, karena adanya perbedaan perhitungan dan pendataan barang yang tersedia di gudang. Hal ini terjadi karena adanya persediaan bahan baku yang quantity nya berkurang secara ilmiah, misalnya alkohol karena semakin lama disimpan semakin banyak juga jumlah pengupannya jika tidak dipakai dalam jangka waktu yang lama, hal seperti inilah yang menyebabkan data real di gudang dengan data persidiaan bahan baku pada catatan gudang menjadi tidak sesuai. Selain itu karena kesalahan perhitungan oleh staf gudang (human error). Hal ini membuat staf divisi gudang bekerja dua kali, karena jika terdapat selisih maka mereka harus melakukan perhitungan ulang.

Kendala tersebut tidak dapat diselesaikan hanya oleh pihak divisi gudang saja, akan tetapi kerjasama dari semua karyawanlah yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya ketidaksesuaian antara kebijakan perusahaan dengan pengaplikasian kebijakan tersebut.

Hal yang dapat dijadikan landasan oleh PT. Continental Cosmetics dalam pengendalian intern persediaan bahan baku adalah dengan melaksanakan kebijakan perusahaan tersebut agar sistem pengendalian intern dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan.

V. Kesimpulan Dan Saran 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada PT. Continental

Cosmetics Bandung, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pada PT. Continental Cosmetics dalam pelaksanaan pengendaliaan intern persediaan bahan baku, diselenggarakan tiga catatan akuntansi, yaitu pada divisi gudang bahan baku, divisi pembelian dan divisi keuangan. Pada divisi gudang bahan baku, hanya melakukan pencatatan jenis bahan baku berdasarkan permintaan dari divisi produksi. Sedangkan pada divisi pembelian dilakukan pencatatan atas jenis bahan baku, jumlah bahan baku berdasarkan permintaa dari divisi gudang. Pada divisi keuangan dilakukan pencatatan atas harga setiap jenis persediaan bahan baku dan mempunyai kewenangan untuk mencatat jumlah persediaan barang di divisi gudang. Karena pada akhirnya divisi keuanganlah yang mencatat perhitungan modal yang berputar secara lancar dan modal yang mengendap maupun modal yang hilang (lost). Akan tetapi pengendalian intern persediaan bahan baku pada PT. Continental Cosmetic kurang baik karena divisi pemasaran maupun

gudang tidak dapat

memperkirakan dan menganalisa forcase dengan baik. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kekurangan atau kelebihan persediaan bahan baku yang dapat merugikan perusahaan. 2. Pada PT. Continental Cosmetics

terdapat beberapa kendala yang ditemui oleh divisi gudang bahan baku dalam pelaksanaan pengendalian persediaan bahan baku pada PT. Continental Cosmetics antara lain kekurangan bahan baku (stock out) atau kelebihan bahan baku pada divisi gudang bahan baku. Sering terjadinya kekurangan bahan baku di divisi gudang bahan baku. Hal ini mengakibatkan kegiatan produksi menjadi tertunda atau bahakan tidak berjalan sama sekali karena kurangnya bahan


(4)

baku di gudang. Selain itu selisih perhitungan pendataan persediaan bahan baku di gudang dengan bahan baku real yang ada di gudang yang mengakibatkan staf divisi gudang bahan baku bekerja dua kali, karena jika terdapat selisih maka mereka harus melakukan perhitungan ulang.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis pada PT. Continental Cosmetics Bandung dan berdasarkan kesimpulan diatas, penulis mencoba mengajukan beberapa saran untuk dipertimbangkan dalam menghadapi hambatan yang terjadi dalam pengendalian intern persediaan bahan baku pada divisi gudang bahan baku antara lain sebagai berikut:

1. Untuk mewujudkan pengendalian intern persediaan bahan baku yang baik, maka yang diutamakan adalah kerjasama antara staf divisi gudang bahan baku dengan staf divisi lainnya terutama divisi pemasaran dalam bentuk koordinasi yang lebih rutin, agar setiap karyawan dapat melaksanakan dan mewujudkan pengendalian intern sesuai dengan ketetapan yang telah ditetapkan oleh manajemen

perusahaan. Selain itu diperlukan lagi ketelitian dalam perhitungan forcase agar tidak terjadi kekurangan bahan baku ataupun kelebihan bahan baku di gudang. Yang dapat menyebabkan produksi menjadi tertunda atau pun bahan baku menjadi kadarluasa.

2. Meningkatkan kecermatan dan ketepatan jumlah pemesanan persediaan bahan baku kepada supplier dan lebih meningkatkan explorasi untuk membuat produk baru dengan menggunakan bahan baku yang overstock tersebut sebagai bahan baku dasar. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tingkat kadarluasa persediaan bahan divisi gudang akibat terlalu banyaknya bahan baku yang dipesan dan agar kegiatan produksi dapat berjalan dengan lancar. Meningkatkan kecermatan dan ketelitian dalam perhitungan bahan baku yang real digudang dengan bahan baku yang tercatat pada gudang. Hal tersebut dapat meminimalisir terjadinya selisih data pada gudang. Selain itu untuk perhitungan forecase lebih baik dihitung atau di analisis kurang dari 6 bulan kedepan, sehingga bisa meminimalisir kelebihan bahan baku.


(5)

Gambar 4.1

Flowchart Pengendalian persediaan Bahan Baku

PEMASARAN PPIC GUDANG PEMBELIAAN KEUANGAN PRODUKSI SUPPLIER

Mulai

Membuat Forcase & PO

Forcase+PO

Membuat LPB+Faktur Pengecekan

SESUAI ?

Membuat Laporan LPB+Faktur Purchase Req

LAPORAN

Membuat Purchase Order Supplier

Menyiapkan Barang

BO

B A Mmembuat Purchase Order List

Surat Jalan Purchase Req Forcase+PO

Purchase Req

Purchase Order Supplier

PURCHASE REQ.

BON

Membuat

Bon A

Membuat Surat Jalan

B Surat Jalan Purchase Order


(6)

VI. Daftar Pustaka

Carter. W.K. 2009. Akuntansi Biaya “Cost Accounting”. Jakarta: Salemba Empat Ely, S., & Sri, D.A.2009. Akuntansi

Keuangan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Junaiyah H.M dan E. Zaenal Arifin. 2010. Keutuhan Wancana. Jakarta:Grasindo.

Nafisah, 2010. Tinjauan Atas Sistem Pengendalian Internal Perputaran Persediaan Barang Departemen Gudang Hotel Horison Bandung. Bandung. Sugiyono 2009.Teknik dan Ilmu

Pengetahuan Statistik dan Penelitian. Bandung: Alfabet