Sumber-Sumber Sulfur dioksida Dampak Pencemaran Sulfur Dioksida

Udara yang mengandung uap air akan bereaksi dengan gas SO 2 sehingga membentuk asam sulfit : SO 2 + H 2 O → H 2 SO 3 asam sulfit Udara yang mengandung uap air juga akan bereaksi dengan gas SO 3 membentuk asam sulfat: SO 3 + H 2 O → H 2 SO 4 asam sulfat Whardana, 2004

2.2.2 Sumber-Sumber Sulfur dioksida

Sulfur dioksida didapat baik dari sumber alamiah maupun sumber buatan. Sumber-sumber SO 2 alamiah adalah gunung-gunung berapi, pembusukan bahan organik oleh mikroba, dan reduksi sulfat secara biologis. Proses pembusukan akan menghasilkan H 2 S yang akan cepat berubah menjadi SO 2 sebagai berikut: H 2 S + 32 O 2 SO 2 + H 2 O Sumber-sumber SO 2 buatan adalah pembakaran bahan bakar minyak, gas, dan batu bara yang mengandung sulfur tinggi. Sumber-sumber buatan ini diperkirakan memberi kontribusi sebanyak sepertiganya saja dari seluruh SO 2 atmosfer per tahun. Akan tetapi, karena hampir seluruhnya berasal dari buangan industri, maka hal ini dianggap cukup gawat. Apabila bahan bakar fosil ini bertambah di kemudian hari, maka dalam waktu singkat sumber-sumber ini akan dapat memproduksi lebih banyak SO 2 dari pada sumber alamiah. Slamet, 2009 Industri peleburan baja merupakan industri terbesar yang menghasilkan SO x . Hal ini disebabkan karena berbagai elemen yang penting secara alami terdapat dalam bentuk logam sulfida, misalnya tembaga Cu 2 S, seng ZnS, merkuri HgS, dan timbal PbS. Di samping itu sulfur merupakan kontaminan yang tidak dikehendaki di dalam logam. Beberapa reaksi yang terjadi jika logam dipanaskan adalah sebagai berikut: 2ZnS + 3O 2 → 2ZnO + 2SO 2 2PbS + 3O 2 → 2PbO + 2SO 2 Oleh karena itu SO 2 secara rutin diproduksi sebagai produk sampingan dalam industri metal dan sebagian akan terdapat di atmosfer. Kristanto,2002

2.2.3 Dampak Pencemaran Sulfur Dioksida

Akibat utama polutan SO 2 terhadap manusia adalah terjadinya iritasi pada sistem pernapasan. Dalam tabel 2.1 ditunjukkan konsentrasi SO 2 yang berpengaruh terhadap manusia. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa iritasi pada tenggorokan terjadi pada konsentrasi SO 2 sebesar 5 ppm atau lebih, bahkan pada beberapa individu yang sensitif, iritasi terjadi pada konsentrasi 1-2 ppm. SO 2 dianggap polutan yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap manusia usia lanjut dan penderita yang mengalami penyakit kronis pada sistem pernapasan dan kardiovaskular. Individu dengan gejala tersebut sangat sensitif jika kontak dengan SO 2 walaupun dengan konsentrasi yang relatif rendah, misalnya 0,2 ppm atau lebih. Tabel 2.1 pengaruh SO 2 terhadap manusia Konsentrasi ppm Pengaruh 3-5 Jumlah minimum yang dapat di deteksi dari baunya. 8-12 Jumlah minimum yang segera mengakibatkan iritasi pada tenggorokan 20 Jumlah minimum yang mengakibatkan iritasi pada mata. Jumlah minimum yang segera mengakibatkan batuk. Jumlah maksimum yang diperkenankan untuk kontak dalam waktu lama. 50-100 Jumlah maksimum yang diperkenankan untuk kontak dalam waktu singkat 30 menit. 400-500 Berbahaya walaupun kontak secara singkat. Kristanto,2002 Selain pengaruhnya terhadap kesehatan manusia, sulfur dioksida juga berpengaruh terhadap tanaman dan hewan. Pengaruh SO 2 terhadap hewan sangat menyerupai efek SO 2 pada manusia. Efek SO 2 terhadap tumbuhan tampak terutama pada daun yang menjadi putih atau terjadi nekrosis, daun yang hijau dapat berubah menjadi kuning, atau tejadi bercak-bercak putih. Pengaruh pada daun ini terjadi terutama di siang hari sewaktu stomata daun sedang terbuka. Apabila yang terpapar SO 2 itu adalah sayuran, maka perubahan pada warna daun tentunya sangat mempengaruhi harga jual sayuran. Slamet, 2002 Karena gas ini dapat bereaksi dengan air, maka air hujan yang mengandung asam sulfat atau sulfit menyebabkan peristiwa yang disebut dengan hujan asam. Hal ini akan menyebabkan turunnya pH tanah, air, rawa dan sebagainya yang lebih jauh akan menyebabkan rusaknya beberapa jenis tanaman dan matinya beberapa jenis biota air. Terbentuknya asam sulfat juga menyebabkan korosi pada logam, bangunan, seperti bangunan dari semen, batu-batuan candi, menara dan sebagainya dan tekstil. Sarudji, 2010

2.3 Spektrofotometri UV-Visible