2.2. PLASENTA PADA KEHAMILAN
Tipe plasenta manusia adalah plasenta tipe hemokhorial dan terdiri dari villus fetal yang bercabang banyak yang terendam pada darah ibu
dan bersirkulasi di dalam ruang antar-villus. Permukaan jaringan plasenta fetus dan darah ibu adalah sincitiotrophoblas, suatu sincitium multinukleasi
yang memanjang pada villus secara keseluruhan. Jaringan ini tidak hanya berperan terhadap plasentasi dan sintesa hormon tetapi juga bertindak
sebagai endotelium untuk ruang antar villus. Selama perkembangan manusia terutama setelah awal mulainya genom embrio, sel-sel apoptotik
dapat diamati. 1,s
Kerusakan dari villus dapat mengakibatkan perpindahan fragmen- fragmen sincitiotrofoblas, yang meningkat pada preeklampsia, atau
pelepasan produk fetal lainnya, seperti DNA, atau dimethylarginine asimetris. Karena okasi sincitiotrofoblas, produk ini akan dilepaskan
langsung ke dalam sirkulasi ibu dan oleh sebab itu dapat menyebabkan aktivasi sel-sel endotel periferal ibu. Saat ini, ada anggapan bahwa
aktivasi ini mendasari manifestasi Mink sindrom, yang sering disebut tiga serangkai, yaitu hipertensi, proteinuria dan edema periferal.
1 Syncytial fusion 2 Differentiation
3 Apoptosis 4 Syncytial knot 1 Syncytia fusion
2 Differentiation 3 Apoptosis
4 Syncytia
knots Schematic representation of trophoblast turnover. A Normal pregnancy:
The final event of ,ytotrophoblast differentiation, syncytial fusion, results in incorporation of fresh organelles and other ~ellular material into the
syncytium 1. Within the multinucleated syncytiotrophoblast differentiation 2 and subsequently late apoptosis 3 take place. Finally, the late
apoptotic material is packed into protrusions of the apical plasma membrane, syncytial knots. These knots are released into the maternal
circulation as tightly sealed corpuscles 4. B Pre-eclampsia: Enhanced proliferation and syncytial fusion 1 may overwhelm the capacity of the
syncytiotrophoblast in terms of differentiation ,2 and apoptotic release 3. This may result in a necrotic breakdown of specific sites of the
syncytiotrophoblast. If at these sites apoptosis has not yet started, pure necrosis can be observed; if however apoptosis has already lead to first
cleavage of proteins, apoptotic material will be necrotically released aponecrosis. At the same time the syncytiotrophoblast tries to counter
balance for the increased input by increasing the release of apoptotic syncytiai knots 4.
Qikutip dari 10
Universitas Sumatera Utara
Representative images of chorionic villi from term placentas derived from a normal pregnancy A and a pregnancy complicated by late-onset pre-
eclampsia B. In both images staining was performed using a primary antibody against placentalprotein 13 PP13, which is present in the apical
membrane of the syncytiotrophoblast. In A the normal villous brush border can be seen, which is stained for PP13. In B the alterations of the
brush border membrane are obvious. Protrusions on the cellular level can be seen arrows that may be released into the maternal circulation.
Magnification x900. Dikutip dari 10
Selama masa preimplantasi terjadi perubahan nyata pada tingkat transkripsi. Selama oogenesis kadarnya tinggi kemudian kadarnya
menurun hingga ke keadaan awal pada saat pembelahan pada tahap 4 dan 8 sel . Dengan dimulainya pembentukan genom embrio, ekspresi
RNA kembali meningkat hingga mencapai tingkat maksimum pada tahap blastocyst. Ini terbukti untuk beberapa gen yang mencapai puncaknya
pada waktu yang berbeda-beda selama perkembangannya. Tingkat transkripsi yang mengalami penurunan, diikuti fertitisasi clan sebelum
terjadinya genom embrio berperan dalam pengaturan apoptosis, seperti protein famili Bcl-2. Gen pro-apoptosis seperti RB1 clan Bax mencapai
tingkat maksimum setelah pemadatan pada saat sel-sel apoptotik pertama mulai bisa terdeteksi. 1
Simpul-simpul sincitial adalah tempat-tempat penghancuran material apoptosis tahap lanjut clan oleh sebab itu diterima sebagai struktur yang
berkorelasi dengan badan-badan apoptotik sel yang mengalami mononukleasi. Pada sel yang mpngalami mononukleasi apoptosis tahap
lanjut menghasilkan pembentukan badan apoptotik, fragmen sel yang mengandung fragmen nukleus yang lebih kecil. Dalam sistem yang
mengalami multinukleasi seperti sincitiotrofoblas `badan-badan apoptotik jauh lebih besar clan tidak mengandung fragmen-fragmen nukleus tunggal
melainkan nukleus apoptotik tahap lanjut yang ganda. Simpu-simpul sincitial ini bersama-sama dengan nukleus apoptotik bisa dikenali sebagai
fragmenfragmen sincitium. Di dalam sincitium yang mengalami multinukleasi terbentuk simpul-simpul sincitial yang mengandung
beberapa nukleus apoptosis tahap lanjut yang bisa menunjukkan pembentukan badan-badan apoptotik yang ditemukan di dalam sel-sel
mononukleasi apoptotik tahaplanjut.
,
Simpul-simpul sincitial akhirnya dilepaskan clan diteruskan ke membran sincitiotrofoblas apikal. Simpul-simpul ini memasuki afiran darah
ibu sebagai struktur-struktur bersegel membran yang tidak melepaskan isinya. Simpulsimpul sincitial yang mengalami multinukleasi bisa terdeteksi
di dalam darah vena rahim wanita hamil yang sehat clan juga di dasar kapiler paru ibu. Simpul-simpul tersebut dicerna di dalam sistem kapiller
pertama di balik plasenta, yaitu paru clan dengan demikian jumlahnya
Universitas Sumatera Utara
jelas berkurang hingga mencapai kadar yang hampir tidak bisa terdeteksi di dalam darah periferal.
2.3. MEKANISME APOTOSIS