B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu apakah pertumbuhan perusahaan, kebijakan deviden dan profitabilitas
berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan adanya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pertumbuhan perusahaan, kebijakan deviden dan profitabilitas
berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti khususnya mengenai pengaruh pertumbuhan perusahaan, kebijakan
deviden dan profitabilitas terhadap struktur modal perusahaan manufaktur. 2. Bagi pihak lain, khususnya praktisi bisnis dapat dijadikan sebagai refrensi
atau masukan dalam bidang pengambilan keputusan pendanaan modal perusahaan.
3. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan refrensi di dalam melakukan penelitian sejenis.
Universitas Sumatera Utara
E. Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mengeluarkan laporan
keuangan pada tahun 2006-2008. Peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan variabel independen yang berbeda dari peneliti sebelumnya yaitu
dengan cara menambah pertumbuhan perusahaan sebagai variabel independen. Peneliti juga menggunakan teknik data dan analisis yang berbeda serta sampel
yang lebih luas dari peneliti sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teoritis
1. Pertumbuhan Perusahaan
Tingkat pertumbuhan perusahaan akan menunjukkan sampai seberapa besar perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya. Dalam
hubungannya dengan leverage, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak
terjadi keagenan agency cost antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah
sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena pembayaran hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga
secara teratur. Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam
meningkatkan size Kaliapur dan Trombley, 1999. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan potensial yang tinggi tentunya memiliki tingkat kecenderungan
untuk menghasilkan arus kas yang tinggi di masa yang akan datang sehingga memungkinkan perusahaan memiliki biaya modal yang rendah. Oleh sebab itu
leverage memiliki hubungan yang negatif dengan tingkat pertumbuhan sehingga semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan semakin rendah rasio hutang
terhadap ekuitas.
Universitas Sumatera Utara
2. Kebijakan Deviden
a. Pengertian
Deviden merupakan pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar saham yang
dipegang oleh masing-masing pemilik. Deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung pada kebijakan deviden masing-masing perusahaan
yang ditentukan melalui Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. Dalam hal pembagian deviden kepada para pemegang saham suatu perusahaan
membutuhkan pertimbangan yang matang, hal ini disebabkan pihak manajemen harus memikirkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan going
concern principal. Berbicara mengenai masalah kebijakan deviden, tentunya tidak terlepas dari
keputusan yang diambil perusahaan mengenai seberapa besar deviden kas cash dividend yang harus dibayarkan dan berapa kali deviden tersebut dibayarkan
dalam satu tahun Arifin, 2005 : 103. Dengan kata lain bahwa kebijakan deviden menyangkut kebijakan yang diambil tentang seberapa besar laba yang dihasilkan
oleh perusahaan menjadi hak pemegang saham. Gitasudarmo 2002 : 227 menyatakan ”kebijaksanaan perusahaan dalam membagi keuntungan kepada
pemegang saham membawa arti dalam dua hal : 1 dana yang dibagikan kepada pemegang saham, hal ini ditandai melalui adanya pembayaran yang dilakukan, 2
dana yang digunakan untuk membiayai kebutuhan perkembangan usaha”. Kebijakan deviden merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan
pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran deviden dividend pay out ratio
Universitas Sumatera Utara
menentukan jumlah laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan. Dimana semakin besar laba yang ditahan maka semakin kecil bagian laba yang akan
dibagikan kepada pemegang saham. Dividend pay out ratio merupakan perbandingan antara deviden yang dibayarkan dengan laba bersih perusahaan
yang didapatkan. Semakin tinggi dividend pay out ratio akan semakin menguntungkan bagi para pemegang saham namun bagi pihak perusahaan tidak
mengharapkan hal tersebut terjadi karena dapat memperlemah keuangan internal melalui kecilnya laba di tahan. Di sisi lain semakin kecil dividend pay out ratio
maka akan merugikan bagi pihak pemegang saham dan menguntungkan bagi perusahaan melalui internal financial yang semakin kuat Gitasudarmo, 2002 :
232.
b. Teori Deviden
Ada beberapa teori deviden yang dikemukan oleh Harahap 2004 : 320 yang telah teruji secara empiris, yaitu :
1 Smoothing Theory Teori ini dikembangkan oleh Litnert. Litnert mengatakan ”jumlah deviden
tergantung pada keuntungan perusahaan sekarang dan deviden tahun sebelumnya”.
2 Dividend Irrelevance Theory Teori ini diperkenalkan oleh Miller dan Modigliani dalam papernya Dividend
Irrelevance Preposition. Dalam paper tersebut dijelaskan bahwa dalam dunia tanpa pajak, serta dalam kondisi pasar yang sempurna tidak diperhitungkannya
biaya transaksi maka kebijakan deviden tidak memberikan pengaruh apapun terhadap harga saham tersebut.
3 Bird in Hand Theory. Menurut teori ini dikatakan bahwa dengan mendapatkan deviden A bird in
hand adalah lebih baik daripada saldo laba A Bird in The Bush karena laba tersebut tidak akan pernah terwujud dalam masa depan it can fly away. Sehingga
berdasarkan teori diatas tingkat pengembalian yang disyaratkan atas ekuitas akan turun apabila rasio pembayaran deviden dinaikkan karena para pemegang saham
Universitas Sumatera Utara
kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan capital gain yang akan dihasilkan dari laba yang ditahan jika dibandingkan dengan seandainya menerima
deviden. 4 Tax Preference Theory
Teori ini menjelaskan bahwa dalam hal yang berkaitan dengan pajak, investor lebih memilih pembayaran deviden yang rendah dibandingkan dengan
deviden yang tinggi. Hal ini memberikan makna bahwa investor lebih suka apabila perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan karena ada adanya
keuntungan pajak. 5 Clientele Effect Theory
Teori ini menyatakan bahwa apabila perusahaan membayar deviden, investor seharusnya mendapatkan keuntungan dari deviden tersebut untuk menghilangkan
konsekuensi negatif dari pajak. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividend pay out
ratio yaitu : 1 Faktor likuiditas
Dilihat dari segi tingkat likuiditas, jika tingkat likuiditas semakin tinggi akan meningkatkan dividend pay out ratio dan sebaliknya apabila tingkat likuiditas
semakin rendah akan menurunkan rasio tersebut. 2 Kebutuhan akan dana
Hal ini berkaitan dengan dana untuk melunasi hutang. Semakin besar dana untuk melunasi hutang baik untuk obligasi hipotek dalam tahun tersebut yang
diperoleh dari kas, maka akan menurunkan dividend pay out ratio atau sebaliknya. 3 Faktor pengawasan
Adanya kemauan perusahaan untuk semakin terbuka dengan sendirinya akan semakin meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan tersebut. Hal ini
cenderung akan memperkuat modal sendiri sehingga meningkatkan dividend pay out ratio, atau sebaliknya semakin tertutup suatu perusahaan akan menurunkan
dividend pay out ratio.
Universitas Sumatera Utara
4 Tingkat ekspansi yang direncanakan Semakin tinggi tingkat ekspansi yang direncanakan oleh perusahaan akan
menurunkan dividend pay out ratio karena laba yang diperoleh perusahaan di prioritaskan untuk penambahan aktivitas.
5 Penghasilan dari pemegang saham Apabila pemegang saham memiliki ekonomi yang lemah dan bebas pajak
akan menyebabkan dividend pay out ratio lebih tinggi jika dibandingkan apabila pemegang saham memiliki ekonomi yang kuat dan kena pajak.
3. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh keuntungan, yang diindikasikan melalui besarnya laba earnings yang diperoleh
perusahaan tersebut. Setiap perusahaan selalu berupaya agar memperoleh tingkat profitabilitas yang tinggi. Dalam konteks ini perusahaan yang menguntungkan
tentunya tidak memerlukan banyak pembiayaan dengan hutang. Melalui adanya tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan membiayai sebagian
besar kebutuhan pendanaan mereka dengan dana yang dihasilkan secara internal. Rasio profitabilitas terdiri dari dua jenis rasio, yaitu rasio yang menunjukkan
laba dalam hubungannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan hubungannya dengan investasi Syamsuddin, 2000 : 63. Jika ditinjau berdasarkan
hubungan antara laba dengan penjualan, rasio profitabilitas dapat dibedakan atas :
Universitas Sumatera Utara
a. Gross Profit Margin Rasio ini merupakan perbandingan penjualan bersih dikurangi harga pokok
penjualan bersih atau rasio antara penjualan kotor dengan penjualan bersih. b. Operating Profit Margin
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. c. Net Profit Margin
Margin laba bersih net profit margin merupakan keuntungan penjualan setelah dikurangi seluruh biaya dan pajak penghasilan. Rasio ini menunjukkan
perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan.
Berdasarkan hubungan antara laba dengan investasi, rasio profitabilitas dapat dibedakan atas :
a. Return on Investment Rasio ini merupakan perbandingan antara laba setelah pajak dengan total
investasi. b. Return on Equity
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba setelah pajak dengan modal sendiri atau ekuitas pemilik.
c. Return on Assets Rasio ini merupakan perbandingan antara laba usaha dengan total aset. Rasio
ini digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan dengan menggunakan aset yang dimiliki.
Universitas Sumatera Utara
Jika dihubungkan dengan struktur modal, rasio profitabilitas berasosiasi dengan struktur modal. Struktur modal perusahaan merupakan komposisi hutang
dengan ekuitas. Biasanya dana yang diperoleh melalui pinjaman yaitu dalam bentuk hutang mempunyai biaya modal dalam bentuk bunga, sementara dana yang
diperoleh dari ekuitas mempunyai biaya modal dalam bentuk deviden. Dilihat dari sisi biayanya, biasanya suatu perusahaan akan memilih sumber dana yang
memiliki biaya yang paling rendah di antara sumber dana yang tersedia. Menurut Syamsuddin 2000 : 63 Return on Equity ROE merupakan ”rasio profitabilitas
yang berhubungan dengan struktur modal secara teoritis”. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar keuntungan yang menjadi hak pemilik modal
sendiri. ROE merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Jika dihubungkan dengan
deviden, sebenarnya deviden akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan sehingga semakin tinggi ROE suatu perusahaan maka kemungkinan
deviden yang akan dibagikan kepada pemegang saham akan semakin besar.
4. Struktur Modal
a. Kebijakan Struktur Modal
Kebijakan struktur modal dibangun dari hubungan antara keputusan dalam hal pemilihan sumber dana financing decision dengan jenis investasi yang harus
dipilih oleh suatu perusahaan investment decision agar sejalan dengan tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham maxsimize
shareholder wealth yang tercermin dari nilai suatu perusahaan value firm.
Universitas Sumatera Utara
Struktur modal merupakan bentuk pembiayaan permanen bagi perusahaan yang terdiri dari instrumen hutang jangka panjang long term debt dan saham Equity.
Pada umumnya perusahaan menghadapi banyak permasalahan bagaimana mengatur kombinasi yang optimal antara pinjaman hutang dengan modal sendiri
untuk memaksimalkan nilai perusahaan secara keseluruhan. Penentuan struktur modal yang optimal untuk meningkatkan nilai perusahaan dapat dilihat dari efek
struktur modal terhadap tingkat pengembalian saham return to stockholder. Menurut Brigham 2001 : 5 ”kebijakan struktur modal melibatkan
perimbangan trade-off antara resiko dengan tingkat pengembalian”. Adapun yang harus diperhatikan dalam hal ini, antara lain :
a. Menggunakan lebih banyak hutang sebagai sumber pendanaan berarti memperbesar resiko yang ditanggung pemegang saham.
b. Menggunakan lebih besar hutang juga akan memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan.
Dengan adanya resiko yang semakin tinggi cenderung akan menurunkan harga saham, akan tetapi dengan meningkatnya tingkat pengembalian yang
diharapkan expected rate of return akan menaikkan harga saham tersebut. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa struktur modal yang optimal harus berada pada
keseimbangan antara resiko dengan yang memaksimumkan harga saham.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keputusan dalam struktur modal. Jika dilihat berdasarkan rasio, apabila rasio hutang yang sesungguhnya
Universitas Sumatera Utara
lebih rendah dari tingkat yang ditargetkan hal ini memungkinkan suatu perusahaan melakukan ekspansi modalnya dengan menggunakan pinjaman.
Sementara apabila rasio hutang lebih besar dari target yang sudah ditetapkan maka saham perlu digunakan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
struktur modal antara lain : 1. Stabilitas penjualan
Perusahaan yang mempunyai penjualan yang relatif stabil akan lebih aman memperoleh banyak pinjaman dan akan menanggung beban tetap yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki tingkat penjualan yang tidak stabil.
2. Struktur aset Struktur aset juga dapat mempengaruhi kebijakan struktur modal. Dalam
konteks ini perusahaan yang memiliki banyak aset untuk dijadikan sebagai jaminan kredit cenderung akan lebih banyak menggunakan hutang.
3. Leverage operasi Jika hal-hal lain tetap sama constant perusahaan dengan leverage operasi
yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena ia akan mempunyai resiko bisnis yang lebih kecil.
4. Tingkat pertumbuhan Jika diasumsikan hal-hal lain tetap sama, maka perusahaan yang tumbuh
dengan pesat lebih banyak mengandalkan pendanaan eksternal. Akan tetapi pada suatu kondisi perusahaan yang tumbuh dengan pesat sering
menghadapi ketidakpastian yang lebih besar yang menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
perusahaan tersebut mengurangi keinginan untuk menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan.
5. Profitabilitas Pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat
pengembalian yang tinggi atas investasi ROI menggunakan hutang yang lebih kecil.
6. Pajak Bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan untuk tujuan perpajakan
dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaan yang terkena tarif pajak yang tinggi. Oleh karena itu semakin tinggi tarif pajak semakin
besar manfaat penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan. 7. Pengendalian
Pengaruh hutang lawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen dapat mempengaruhi struktur modal.
8. Sikap manajemen Sebagian manajemen cenderung lebih konservatif daripada manajemen
yang lain, sehingga menggunakan hutang yang lebih kecil daripada rata- rata industri yang bersangkutan sementara manajemen yang lain
cenderung menggunakan banyak hutang usaha dalam upaya mengejar laba yang tinggi.
9. Sikap pemberi pinjaman dan penilai peringkat Sikap pemberi pinjaman dan penilai peringkat dapat juga mempengaruhi
kebijakan dalam struktur modal.
Universitas Sumatera Utara
10. Kondisi pasar Kondisi pasar saham dan obligasi yang mengalami perubahan dalam
jangka panjang dan jangka pendek sangat berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang optimal.
11. Kondisi internal perusahaan Dalam hal ini kondisi internal suatu perusahaan juga berpengaruh terhadap
kebijakan struktur modal. 12. Fleksibilitas keuangan
Dengan fleksibilitas keuangan maka sangat membantu perusahaan dalam bidang pendanaan karena melalui adanya fleksibilitas keuangan maka
kapasitas cadangan yang memadai dapat dipertahankan.
Husnan 1996 : 261 menyatakan ”ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi struktur pendanaan” yaitu :
1. Lokasi distribusi keuntungan Lokasi distribusi keuntungan merupakan besarnya nilai yang diharapkan
dari keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan. 2. Stabilitas penjualan dan keuntungan
Jika suatu perusahaan memiliki keuntungan yang semakin stabil maka semakin besar kemungkinan perusahaan mampu memenuhi kewajiban
tetapnya. Sehingga perusahaan dapat membiayai aktivitasnya dengan proporsi hutang yang lebih besar.
3. Kebijakan deviden Perusahaan yang menggunakan kebijakan deviden yang stabil
menyebabkan pihak manajemen harus menyediakan dana untuk membayar deviden yang tetap.
4. Pengawasan Dalam kondisi tertentu perusahaan mungkin memilih menggunakan
leverage yang agak tinggi daripada mengeluarkan saham baru. Hal ini diakibatkan tidak adanya keinginan untuk membagi kontrol terhadap pihak
lain.
Universitas Sumatera Utara
5. Adanya resiko kebangkrutan Pada dasarnya suatu perusahaan akan dihadapkan pada suatu kondisi
dimana tingkat bunga yang makin meningkat makin cepat setelah melewati tingkat leverage tertentu diakibatkan kreditur mulai khawatir
terhadap terjadinya kebangkrutan perusahaan collapse.
c. Teori Struktur Modal
Banyak teori yang menjelaskan mengenai struktur modal. Arifin 2005 : 80 menyatakan ”ada tiga teori utama yang berhubungan dengan struktur modal”,
antara lain : 1. Agency theory
2. Pecking Order Hiphotesys 3. Signaling Theory dan Asymetric Information Model
Agency theory sering juga disebut dengan Tax shield Trade-off model. Berdasarkan teori ini diasumsikan bahwa struktur modal suatu perusahaan
ditentukan dengan mempertimbangkan manfaat pengurangan pajak ketika hutang meningkat di satu sisi dan meningkatnya agency cost pada saat hutang meningkat
di sisi yang lain. Ketika manfaat pengurangan pajak diperkirakan masih lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan agency cost maka perusahaan masih bisa
meningkatkan hutangnya dan peningkatan hutang tersebut harus dihentikan pada saat manfaat pengurangan atas pajak sudah lebih rendah jika dibandingkan dengan
peningkatan agency cost. Model trade-off merupakan model yang sangat konsisten dengan upaya
mencari sruktur modal yang optimal sehingga nilai perusahaan dapat di maksimumkan. Akan tetapi model ini tidak dapat menjawab berbagai persoalan
Universitas Sumatera Utara
yang muncul berkaitan dengan temuan penting yang berhubungan dengan struktur modal perusahaan, yaitu dalam setiap industri ditemukan bahwa
perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi merupakan perusahaan yang memiliki rasio hutang yang rendah. Hal ini tentunya
bertentangan dengan model trade-off, dimana menurut teori trade-off suatu perusahaan akan lebih memilih hutang sebagai sumber pendanaan jika manfaat
dari tambahan hutang masih lebih besar dibandingkan dengan kerugiannya. Sehingga suatu perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi
mestinya sudah mengoptimalkan hutangnya bukan sebaliknya. Pecking Order Hiphotesys pertama kali diperkenalkan oleh Donaldson pada
tahun 1961. Sedangkan penamaan pecking order theory dilakukan pada tahun 1984 oleh Myers Husnan, 1996 : 324. Pada dasarnya teori ini dibangun
berdasarkan asumsi dan temuan empiris tentang perilaku keuangan perusahaan berikut : 1 kebijakan deviden perusahaan yang bersifat ”sticky” tidak gampang
naik ataupun turun, 2 perusahaan lebih menyukai sumber pendanaan internal laba ditahan dibandingkan dengan sumber dana external hutang dan ekuitas,
3 apabila harus menggunakan sumber dana external maka perusahaan tentunya akan menggunakan sekuritas yang teraman, 4 ketika kebutuhan dana external
cukup besar maka perusahaan akan memilih menerbitkan sekuritas menurut urutan ; hutang yang paling aman, hutang yang beriko tinggi, convertible
securities, preferred stock dan saham biasa. Teori ini juga dapat menjelaskan beberapa temuan empiris yang lain. Dengan
adanya penerbitan saham baru yang selalu negatif oleh pasar modal, maka
Universitas Sumatera Utara
manajer hanya akan menerbitkan saham baru atau melakukan aktivitas menurunkan porsi hutang yang lain apabila mereka merasa terpaksa
melakukannya yang disebabkan karena tidak adanya dana internal atau dengan sengaja mencari keuntungan sendiri dengan mengorbankan kepentingan
pemegang saham lama. Sedangkan kenaikan pengumuman porsi hutang dapat diartikan bahwa perusahaan cukup yakin tentang peningkatan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang yang pada akhirnya memberanikan mereka untuk menaikkan porsi hutangnya, sehingga
nantinya kenaikan porsi hutang akan direspon positif oleh pasar. Signaling Theory dan Asymetric Information Model didasarkan terhadap
asumsi yaitu bahwa manajer yang memiliki informasi yang bagus tentang perusahaan akan menyampaikan kepada investor luar sehingga akan
meningkatkan harga saham perusahaan. Akan tetapi dengan adanya masalah asymetric information maka manajer tidak bisa hanya menyampaikan informasi
yang bagus tersebut, karena bisa jadi manajer lain juga menyampaikan hal yang sama yang dapat menimbulkan kurangnya kepercayaan para investor.
Para investor tentunya dapat membedakan apakah perusahaan tersebut memiliki kinerja yang bagus atau sebaliknya. Hal ini dilakukan dengan melihat
struktur modal perusahaan dan biasanya investor akan memberikan nilai value yang lebih tinggi apabila suatu perusahaan mempunyai porsi hutang yang lebih
besar. Penerbitan hutang merupakan berita bagus karena manajer memiliki keyakinan akan kinerja perusahaan di masa yang akan datang sehingga dapat
meningkatkan harga saham melalui pengumuman adanya kenaikan hutang.
Universitas Sumatera Utara
Sementara di sisi lain penerbitan ekuitas berupa saham dianggap sebagai berita buruk karena adanya kemungkinan turunnya earnings di masa yang akan datang
sehingga menyebabkan turunnya harga saham akibat adanya pengumuman penerbitan saham baru.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu sehubungan dengan penelitian saya, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti
Judul Hasil Penelitian
1 Mayangsari
2001 Analisis faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Pendanaan Perusahaan :
Pengujian Pecking Order Theory.
Besaran perusahaan, struktur aset, profitabilitas dan
perubahan modal
kerja berpengaruh positif terhadap
keputusan pendanaan. Profitabilitas berpengaruh
negatif terhadap rasio hutang. 2
Sriwardani 2006
Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap
Struktur Modal dan Dampaknya Terhadap
Perubahan Harga Saham Perusahaan Manufaktur
Tbk. Pertumbuhan perusahaan
berpengaruh negatif terhadap perubahan struktur modal.
Universitas Sumatera Utara
3 Jortan
2007 Pengaruh Struktur Aktiva,
Profitabilitas dan Kebijakan Deviden Terhadap Struktur
Pendanaan. Struktur aktiva dan
profitabilitas secara parsial berpengaruh secara signifikan
terhadap struktur pendanaan. Variabel kebijakan deviden
tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur pendanaan.
4 Septin
2008 Pengaruh Kebijakan
Deviden dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal
Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEI. Baik secara parsial maupun
secara simultan Dividend Pay out Ratio dan Return On
Equity tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap Debt to Equity Ratio.
Universitas Sumatera Utara
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis penelitian 1.