Flying Oase

(1)

FLYING OASE

SKRIPSI

OLEH

PUGUH RAMOS SWARADANA

110406104

DEPARTEMEN ARSITEKTUR USU

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

FLYING OASE

SKRIPSI

OLEH

PUGUH RAMOS SWARADANA

110406104

DEPARTEMEN ARSITEKTUR USU

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

FLYING OASE

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

PUGUH RAMOS SWARADANA

110406104

DEPARTEMEN ARSITEKTUR USU

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(4)

FLYING OASE

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, ...


(5)

Nama Mahasiswa : Puguh Ramos Swaradana Nomor Pokok : 110406104

Departemen : Arsitektur

Menyetujui Dosen Pembimbing

Ir. Nurlisa Ginting, M. Sc, Ph.D NIP. 19620109198701200

Ketua Program Studi, Koordinator Skripsi,

Ir. Vinky Rahman, M.T. Ir. Vinky Rahman, M.T. NIP. 19580224198601002 NIP. 19580224198601002


(6)

Tanggal: 14 Juli 2015

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, Ph.D Anggota Komisi Penguji : 1. Ir. Tavip Kurniadi Mustafa IAI


(7)

Nama : Puguh Ramos Swaradana

NIM : 110406104

Judul Proyek Tugas Akhir : Flying Oase

Tema : Royal Heritage Architecture

Rekapitulasi Nilai :

A B+ B C C+ D E

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :

No. Status

Waktu Pengumpulan Laporan Paraf Pembimbing I Paraf Pembimbing II Koordinator RTA - 4231 1. Lulus Langsung

2. Lulus Melengkapi 3. Perbaikan Tanpa

Sidang 4. Perbaikan

Dengan Sidang 5. Tidak Lulus

Medan, Juli 2015 Ketua Departemen Arsitektur, Koordinator Tugas Akhir,

Ir. N. Vinky Rahman, M.T. Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, Ph.D


(8)

KATA PENGANTAR

Perancang bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya dimampukan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur pada Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Perancang ingin menyampaikan penghargaan dan terima-kasih kepada:

1. Ibu Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, Ph.D selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi dan telah membimbing dalam proses perancangan mata kuliah Perancangan Arsitektur 6 terimakasih atas ilmu dan keceriaan kampus yang ibu berikan.

2. Ibu Salminawati Ginting, ST, MT atas ilmu, inspirasi dan dukungan ibu terhadap karya-karya saya.

3. Ibu Wahyuni Zahrah, ST, MS yang selalu mengarahkan selama di kampus. 4. Bapak Ir. Rudolf Sitorus, M.L.A yang selalu mendukung dalam kegiatan

bersayembara.

5. Bapak Ir. Bauni Hamid, M.Des, Ph.D selaku selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi dan proses Perancangan Arsitektur 6 dan berusaha membuat kami bangga telah kuliah di arsitektur USU.

6. Bapak Ars. Tavip K Mustapa, IAI selaku Profesional Arsitek yang telah membimbing dalam proses perancangan mata kuliah Perancangan Arsitektur 6 dan membuat cara pandang yang luar biasa.

7. Alumni Arsitektur USU Krispitoyo dan Rahma Doni Dwipayana yang mau membagi ilmu dan pengalaman kerja serta diberi pengalaman dunia kerja.

8. Ayah (Pulung Sirait) yang telah meminta kelahiran saya ke dunia ini dan memiliki ayah yang selalu mendukung anaknya susah maupun senang, selalu berpikir demi masa depan anaknya tanpa memikirkan tubuhnya


(9)

yang sakit, tulang punggung keluarga, cahaya keluarga, lelucon keluarga, senyum keluarga dan sang bijaksana keluarga, saran untuk ayah, Sudah saatnya papa menikmati hidup dan tetap tersenyum.

9. Mama (Asmin Sitorus) yang selalu berpikir hari ini anaknya sudah makan atau belum. Alaram pagi hari, dokter dikala sakit, 9 bulan di kandungan mu dan sepanjang hidup ku tidak pernah bosan menyayangi anakmu yang bandal.

10.Terimakasih kepada Abang Apryan Torop menjadi abang yang selalu mendukung keluarga dan menjadi pengganti ayah disaat ayah jauh, Kak Puspa yang selalu mengerti keadaan adeknya dan juga menjadi mama di saat mama jauh, dan abang Anju yang selalu melindungi keluarga.

11.Teman mahasiswa khususnya Joshua, Robert, Bp, Try, Debora, Shella, Mary, Gunario, Fitri, Amel, Christy, Chaterine, Ruth, Octa, Hermilio, dll yang telah membuat 4 tahun lebih kuliah ini berwarna berilmu.

Perancang menyadari bahwa penyusun skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga perancang sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini.

Medan, 14 Juli 2015 Perancang,


(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xiv

ABSTRAK xv

PROLOG 1

BAB I WHAT? 3

BAB II WHO? 8

BAB III WHEN? 14

BAB IV WHERE? 22

BAB V WHY? 27

BAB VI HOW? 53

BAB VII THE ANSWER 65

BAB VIII CONCLUSION 67

EPILOG 69

DAFTAR PUSTAKA 71


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Rata-rata Okupansi Pertahun 22


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Gurney Paragon Malaysia 5

Gambar 1.2 St. Jo Sebagai Penghubung 5 Gambar 1.3 Plaza Gurney Sebagai Tempat Konser 6 Gambar 2.1 Pasar Liar Menempati Jalan 8 Gambar 2.2 Angkot sembarangan menurunkan penumpang 9

Gambar 2.3 GOR Kota Medan 9

Gambar 2.4 Gedung Nasional Pemuda 10

Gambar 2.5 Pedestrian yang digunakan 10

Gambar 2.6 Ruko Sekitaran Site 11

Gambar 2.7 Kota Tua Jakarta 12

Gambar 2.8 Instalasi Kota tua 12

Gambar 3.1. PARK ROYAL HOTEL 16

Gambar 3.2. Elemen Air tiap lantai hotel 17

Gambar 3.3. Pedestrian pada bawah 17

Gambar 3.4. Lobby Hotel Bintang 5 18

Gambar 3.5. Interior Kamar Hotel yang menjual Skyline 19

Gambar 3.6. Gurney Paragon Malaysia 19

Gambar 3.7. Site Plan Gurney Diantara 2 bangunan 20

Gambar 3.8.1 Sisi Kiri Gurne 20

Gambar 3.8.2 Sisi Kanan Gurney 21

Gambar 3.9. Konser Tahun Baru depan Gurney 21 Gambar 4.1 Site dan Pusat Kota Medan 23

Gambar 5.1. Analogi Personal 29

Gambar 5.2. Analogi Langsung 29

Gambar 5.3. Analogi Simbolik 30

Gambar 5.4. Oase dan Pohon kelapa di tepian 31

Gambar 5.5 Site Plan 32

Gambar 5.6 Ide Bangunan 32

Gambar 5.7 Sirkulasi menuju hotel melalui Gedung Nasional 34


(13)

Gambar 5.9 Baja King Cross 36

Gambar 5.10 Castela Beam 36

Gambar 5.11 Facade Bangunan 36

Gambar 5.12 Denah Skematik Roof Top 37

Gambar 5.13 Skematik Entrance 38

Gambar 5.14 Ground Floor 39

Gambar 5.15 Sunset Deck dekat Main Lobby 41

Gambar 5.16 Standart Room 42

Gambar 5.17 De luxe Room 42

Gambar 5.18 Executive Room 43

Gambar 5.19 Suite Room 44

Gambar 5.20 Presidential Suite 45

Gambar 5.21 Potongan Site A-A 46

Gambar 5.22 Potongan Site B-B 46

Gambar 5.23 Potongan C-C 47

Gambar 5.24 Potongan D-D 48

Gambar 5.25 Entrance Ground 49

Gambar 5.26 Suasana Roof Top 50

Gambar 5.27 Tampak 2D Hotel 51

Gambar 5.28 Perspektif Mata Burung Hotel 51

Gambar 5.29 Material Beton 52

Gambar 6.1 Masterplan Pertama 53

Gambar 6.2 Masterplan Terakhir 55

Gambar 6.3 Amphiteater 56

Gambar 6.4 Taman 57

Gambar 6.5 Struktur Bantuan 57

Gambar 6.6 Skema Pendistribusian Listrik Hotel 58 Gambar 6.7 Skema Pendistribusian Air Hotel 59 Gambar 6.8 Pembagian Publik dan Private 60 Gambar 6.9 Jalur Sirkulasi setelah keluar dari lift 60


(14)

Gambar 6.11 Peletakan Kamar Hotel 61

Gambar 6.12 Pendistribusian Listrik 62

Gambar 6.13 Tangga Kebakaran 63

Gambar 6.14 Sistem Struktur 63-64

Gambar 6.15 Potongan Prinsip 64

Gambar 7.1 Gambar maket bangunan dan site 66


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Luas Bangunan Hotel 68


(16)

ABSTRAK

Medan yang merupakan kota terbesar ke-3 di Indonesia merupakan kota yang dalam kondisi perkembangan menuju kota metropolitan, dengan perdagangan Asia antara India dan Cina yang melalui laut Indonesia dan menjadikan Medan salah satu kota pelabuhan selain Singapore. Hal ini kan menjadikan Medan sebagai kota yang akan dikunjungi oleh pebisnis maupun turis mancanegara maupun lokal.

Terletak di Ex-Pusat Kota Medan menjadikan tapak dipenuhi oleh bangunan bersejarah dan juga bangunan ruko yang mana pusat kota merupakan tempat berlalulalangnya uang semenjak dulu sampai sekarang. Namum di jaman moderen ini daerah medan perjuangan mulai tertinggal semenjak dipindahkannya pusat kota. Namum site yang terletak tidak lebih dari 2 kilometer dari pusat kota medan yang baru menjadikan harapan baru bagi site yang terletak tepat di ujung Medan Perjuangan untuk bangkit dan kembali menjadi kawasan yang terpandang dari segi sejarah dan dapat memberi kontribusi bagi Kota Medan.

Tema yaang dipilih adalah Flying Oase, dimana tapak yang terletak di antara ribuan bangunan beton tanpa ruang terbuka hijau ini dapat menjadi sebuah oase yang mana dapat semakin meningkatkan daya tarik masyarakat untuk datang. Terdapatnya bangunan bersejarah yang tidak lagi di perhatikam masyarakat menjadikan bangunan bersejarah ini bagaikan kawasan kumuh yang terbuang dapat dijadikan daya tarik dari segi sejarah. Namun tidak serta merta tanpa ada penambahan fungsi permasalahan yang ada dapat terselesaikan. Dengan memperhatikan kebutuhan Kota Medan akan Hotel Bintang 5 yang masih kurang serta nilai dan harga site yang sangat tinggi menjadikan Hotel bintang 5 dapat menjadi fungsi tambahan sebagai tulang punggung terwujudnya revitalisasi tersebut.

Kata kunci: Metropolitan, Ex-Pusat Kota Medan, Sejarah, Flying Oase, Ruang Terbuka Hijau, Hotel Bintang 5.


(17)

PROLOG

Medan Perjuangan yang merupakan pusat kegiatan perbelanjaan dan permukiman masyarakat menjadikan Medan Perjuangan banyak di kunjungi masyarakat, namun kalangan menengah ke bawah yang lebih sering mendatangi daerah tersebut karena kebutuhan, dan kebersihan tempat yang menjadi alasan utama ketidak datangan masyarakat kalangan atas ke site.

Kawasan site yang membentang sejauh mata memandang hanyalah hutan beton dengan pola sama, dan keadaan tidak teratur karena terdapat pasar yang bisa di katakan secara liar (karena tidak tertata) muncul menjadi bagian dari lingkungan, namum memiliki peran penting membuat kawasan tersebut menjadi hidup. Tidak terdapatnya ruang terbuka yang lebih menjadi bagian pentingdari sebuah kawasan.

Oasis adalah daerah terpencil tumbuh-tumbuhan di padang gurun, biasanya sekitar musim semi atau serupa sumber air (wikipedia, diakses 2015). Oasis juga menyediakan habitat bagi hewan dan manusia bahkan jika daerah ini cukup besar. Lokasi Oasis telah sangat penting untuk rute dagang dan transportasi di daerah gurun; manusia harus melalui Oasis sehingga dapat pasokan air dan makanan. Sedangkan Royal merupakan ungkapan tertinggi bagi hal yang sangat penting atau berpengaruh (artikata.com, diakses 2015). Dengan kata lain pada desain ini saya berusaha menghasilkan sebuah oasae / oasis yang merupakan elemen penting bagi kehidupan manusia ke depannya atau untuk masa depan manusia yang lebih baik di pusat kota.

Tema yang besar yang diberikan adalah “Sustainability and Symbiosis“ Arsitektur dan ketika menelaah dari arti masing-masing, pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini tanpa harus mengorbankan kemampuan generasi masa depan dalam memenuhi


(18)

kebutuhannya, pengertian “Sustainable”, Bruntland (1987). Dalam dunia arsitektur selain bentuk, seni, struktur, faktor lain pembentuk arsitektur seperti material serta manusia sebagai “USER” merupakan salah satu bagian dari terbentuknya “SUSTAINABILITY” itu sendiri. Sedangkan simbiosis berasal dari bahasa Yunani sym yang berarti dengan dan biosis yang berarti kehidupan. Simbiosis merupakan interaksi antara dua organisme yang hidup berdampingan (Hutagalung RA. 2010). Simbiosis merupakan pola interaksi yang sangat erat dan khusus antara dua makhluk hidup yang berlainan jenis. Makhluk hidup yang melakukan simbiosis disebut simbion.

Dengan kata lain secara arsitektur ketika kita mendesain terdapat dua atau bahkan lebih organisme atau subjek, contohnya manusia dengan lingkungan, golongan rendah dan tinggi, konsumen dan produsen. Dengan kata lain, manusia, lingkungan (alam) dan bangunan atau manusia, alam, binatang dan bangunan yang mana dari tiap subjek yang bersimbiosis menghasilkan sebuah keuntungan bagi masing-masing subjek sehingga terciptakan sustainability itu sendiri secara mandiri yang akan terus berlangsung sampai ke masa depan karena telah berada pada jalur yang benar.

Hubungan yang erat di antara Site dengan kehidupan masyarakat, kawasan bersejarah serta kebutuhan akan ruang terbuka meningkatkan tingkat kesulitan dari simbiosis ini namum juga menjadi peluang serta potensi. Pasar yang menyebar merupakan sebuah dunia sosial yang semakin lama semakin hilang termakan waktu, dimana manusia modern sudah mulai meninggalkan kehidupan sosial sehingga kehadiran pasar tradisional pada desain ini menjadi salah satu alat menghapus paradigma tersebut, dan karena site yang yang terletak pada kawasan bersejarah menjadikan potensi tambahan bagi touris mancanegara yang memiliki ketertarikan dengan budaya serta sejarah Indonesia sehingga dibutuhkan penginapan yang bersatu dengan pasar dan bangunan kolonial yang memberikan kontribusi besar bagi ruang hijau area tersebut.


(19)

ABSTRAK

Medan yang merupakan kota terbesar ke-3 di Indonesia merupakan kota yang dalam kondisi perkembangan menuju kota metropolitan, dengan perdagangan Asia antara India dan Cina yang melalui laut Indonesia dan menjadikan Medan salah satu kota pelabuhan selain Singapore. Hal ini kan menjadikan Medan sebagai kota yang akan dikunjungi oleh pebisnis maupun turis mancanegara maupun lokal.

Terletak di Ex-Pusat Kota Medan menjadikan tapak dipenuhi oleh bangunan bersejarah dan juga bangunan ruko yang mana pusat kota merupakan tempat berlalulalangnya uang semenjak dulu sampai sekarang. Namum di jaman moderen ini daerah medan perjuangan mulai tertinggal semenjak dipindahkannya pusat kota. Namum site yang terletak tidak lebih dari 2 kilometer dari pusat kota medan yang baru menjadikan harapan baru bagi site yang terletak tepat di ujung Medan Perjuangan untuk bangkit dan kembali menjadi kawasan yang terpandang dari segi sejarah dan dapat memberi kontribusi bagi Kota Medan.

Tema yaang dipilih adalah Flying Oase, dimana tapak yang terletak di antara ribuan bangunan beton tanpa ruang terbuka hijau ini dapat menjadi sebuah oase yang mana dapat semakin meningkatkan daya tarik masyarakat untuk datang. Terdapatnya bangunan bersejarah yang tidak lagi di perhatikam masyarakat menjadikan bangunan bersejarah ini bagaikan kawasan kumuh yang terbuang dapat dijadikan daya tarik dari segi sejarah. Namun tidak serta merta tanpa ada penambahan fungsi permasalahan yang ada dapat terselesaikan. Dengan memperhatikan kebutuhan Kota Medan akan Hotel Bintang 5 yang masih kurang serta nilai dan harga site yang sangat tinggi menjadikan Hotel bintang 5 dapat menjadi fungsi tambahan sebagai tulang punggung terwujudnya revitalisasi tersebut.

Kata kunci: Metropolitan, Ex-Pusat Kota Medan, Sejarah, Flying Oase, Ruang Terbuka Hijau, Hotel Bintang 5.


(20)

BAB I

WHAT ?

Dalam kesempatan ini, perancang mendapatkan tugas dengan tema Kelompok “Royal Heritage”. Pengertian dari Royal Heritage sendiri diperoleh dari kata Royal yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti melampaui batas sedangkan Heritage memiliki arti peninggalan atau pusaka, sehingga Royal Heritage dapat diartikan menjadi peninggalan/pusaka yang Melampaui Batas. Batas dalam arti peninggalan yang mampu bertahan era modern dan memiliki nilai sejarah yang patut dipertahankan, tetapi bangunan peninggalan itu sendiri tidak dapat terus bertahan bila tetap dibiarkan tanpa fungsi sehingga akan semakin terlupakan eksistensinya. Peran arsitek adalah mengembalikan aksistensi bangunan bersejarah tanpa menghilangkan eksistensi bangunan lama namun menjadikan bangunan lama semakin terpandang dan semakin diketahui kehadirannya

Tentunya dari tema tersebut, perancang mendapat gambaran apa yang harus dilakukan terhadap bangunan yang terdapat pada site yang terletak di persimpangan antara jalan Veteran dan jalan Sutomo. Pada site terdapat 2 bangunan bersejarah yaitu Gedung Nasional dan Gedung Olahraga pertama di Medan, sedangkan di sekitar site terdapat gedung RRI Medan dan Tugu Perjuangan Medan. Selain bangunan bersejarah, keunikan lain dari site adalah sepanjang jalan Sutomo pada pukul 1-5 pagi di fungsikan menjadi “trading area” dimana pedagang besar sayur mayur menjual dagangannya dalam partai besar selama jam tersebut, setelah jam tersebut selesai jalan akan kembali kosong dan digantikan dengan pedagang pasar tradisional yang menyebar di sekitar site, di badan jalan. Kehadiran pasar tradisional di site selain merupakan permasalahan dimana sampah yang ditinggalkan pedagang tidak dibersihkan sehingga menjadi kotor. Selain itu hadirnya pasar tradisional menjadi salah satu penyebab


(21)

kemacetan di jalan Veteran dan sekitarnya sehingga dibutuhkan penanggulangan permasalahan pasar terhadap site.

Tindakan yang akan diambil terhadap bangunan bersejarah, pada kenyataannya bertolak belakang dengan permasalahan pasar, dimana bangunan bersejarah yang tidak diperhatikan pemerintah serta pasar yang juga tidak di tata pemerintah menjadikan bangunan bersejarah semakin hancur dan tidak terperhatikan. Namun tidak mudah kita menghilangkan keberadaan pasar yang menjadi daya tarik masyarakat untuk datang dan menjadi tempat masyarakat mencari nafkah. Sehingga perancang mencoba menggabungkan elemen bangunan bersejarah dan kehadiran pasar di dalamnya walau tidak mudah.

Contoh kasus nyata penggabungan Pasar tradisional dengan bangunan bersejarah belum ada, namun penggabungan bangunan bersejarah dengan pusat perbelanjaan modern sudah ada. Salah satu contohnya Gurney Paragon di Malaysia(gambar 1.1). Bangunan yang dulunya merupakan bangunan keagamaan St. Joseph yang berdiri 1925 ini merupakan bagian dari sejarah peradaban Perancis di Malaysia. Bangunan ini sekarang dikelilingi pusat perbelanjaan dan hotel serta apartement dan menjadi penghubung antara mall dan tower apartement dan hotel (gambar 1.2). Daerah ini ramai dikunjungi wisatawan yang sekedar menikmati bangunan tua yang beralih fungsi menjadi museum, atau menikmati wisata belanja. Areal bagian depan bangunan bersejarah ini difungsikan menjadi plaza tempat berlangsungnya acara atau konser (gambar 1.3).

Hal ini dapat direalisasikan karena pemerintah dan pihak swasta sama-sama melihat keuntungan dari dua sisi, dimana pemerintah dapat menekan biaya pemugaran bangunan bersejarah dan tetap mempertahankan eksistensinya dan pihak swasta dapat memanfaatkan bangunan tua sebagai daya tarik bagi wisatawan yang menjadi kaunikan tersendiri dari bangunan yang akan dibangun di sekitar St. Joseph.


(22)

Gambar 1.1 Gurney Paragon Malaysia (Sumber Google Picture)

Gambar 1.2 St. Jo Sebagai Penghubung (Sumber Google Picture)


(23)

Gambar 1.3 Plaza Gurney Sebagai Tempat Konser (Sumber Google Picture)

Berdasarkan tema “Royal Heritage” yang seharusnya menjadi acuan pembangunan di Medan dikarenakan banyaknya bangunan bersejarah, adalah satu potensi meningkatkan minat wisatawan dan masyarakat sekitar untuk berkunjung ke suatu lokasi untuk menikmati arsitektur kolonial maupun kemerdekaan yang memiliki sejarah masing-masing tiap bangunannya. Dengan pemanfaatan “Urban Heritage Tourism” selain untuk meningkatkan pendapatan kota, untuk meningkatkan nilai pariwisata di kota Medan serta dapat memperkenalkan bangunan bersejarah kota medan. Menurut perancang , Urban Heritage Tourism diartikan per-kata sebagai, Urban memiliki arti Kota, Heritage memiliki arti Sejarah (preservasi) dan Tourism memiliki arti Pariwisata, pengertian secara keseluruhan adalah pariwisata ke tempat bersejarah di suatu kota, dengan tujuan meningkatkan angka kunjungan dan tujuan wisata ke kota, khususnya dalam bidang pariwisata sejarah. Diantara tema “Royal Heritage” dan “Urban Heritage Tourism” tidak terjadi pengelaborasian, tetapi terjadi peningkatan level dari “Urban Heritage Tourism” menjadi “Royal Heritage” dimana bangunan bersejarah yang menjadi kunjungan wisata bukan hanya menjadi tempatkunjungan wisata tetapi menjadi bagian dari perkembangan tersebut. Dengan kata lain, bangunan bersejarah tersebut menjadi bagian dari bangunan baru. Dengan begitu tidak ada kemungkinan bangunan bersejarah kehilangan eksistensinya.


(24)

Menurut data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Medan angka kunjungan ke Kota Medan paling banyak adalah Istana Maimun dengan jumlah kunjungan 107.800 orang pada tahun 2011 dan jumlah kunjungan untuk Gedung Nasional, GOR, Gedung RRI, Tugu Perjuangan adalah 0 (Nol), bahkan tidak dianggap pemerintah ini merupakan situs bersejarah dan menjadi tempat sampah di beberapa titik. Miris merupakan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan pola pikir pemerintah yang tidak berpikir maju, hanya berpikir menikmati apa yang ada. Perlu adanya campur tangan pihak swasta dalam pelaksanaan proyek ini menjadi tujuan utama agar tercapainya perbaikan kota dan penyelamatan situs bersejarah.

Penambahan fasilitas dan pemanfaatan bangunan bersejarah merupakan potensi yang direncanakan pada lokasi site tentunya dapat menjadi sebuah “Oase” di tengah gurun beton kota Medan yang menarik minat pengunjung lokal maupun wisatawan mancanegara untuk berkunjung, berbelanja di pasar tradisional, menikmati bangunan dan situs bersejarah karena penambahan dan perbaikan fasilitas pada site. Fasilitas yang direncanakan perancang pada site adalah pembangunan Hotel Bintang 5 dan Upperclass Apartement, penyediaan tempat pasar tradisional serta areal terbuka hijau yang lebih besar agar dapat menjadi “Oase” kota maupun daerah sekitar bagi wisatawan yang menginginkan nuansa berbeda.

Untuk perencanaan pasar sebagai salah satu potensi, perancang merencanakan fungsi pasar yang memiliki akses mudah dari apartemen dimana kebutuhan orang yang tinggal di apartement akan lebih banyak berhubungan dengan pasar dibandingkan hotel Bintang 5. Diharapkan dengan penambahan fasilitas hotel Bintang 5, upperclass apartement dan ruang publik dapat menjadi solusi permasalahan hubungan antara situs sejarah, ruang publik, pasar tradisional dan fasilitas berkelas sehingga meningkatkan jumlah pengunjung yang datang dan menjadi daya tarik wisatawan sesuai dengan perencanaan perancang.


(25)

BAB II

WHO ?

Berdasarkan pengetahuan kondisi site dan potensi yang terdapat pada site dan mendasari perencanaan fungsi, perancang melakukan survey pada lokasi site dan sekitaran site. Pada survey tersebut perancang melihat tidak adanya akomodasi bagi pasar liar (gambar 2.1),

Gambar 2.1. Pasar liar menempati jalan (Sumber Koleksi Pribadi)

yang menyebar di jalan sehingga menciptakan lingkungan yang kumur dikarenakan pasar ini berlokasi mengambil badan jalan sekitar site namun pasar ini merupakan salah satu potensi penting yang dapat di masukan dalam perancangan desain. Kendaraan umum (gambar 2.2) yang naik dan menurunkan penumpang secara sembarangan menjadikan kemacetan pada sekitar site semakin memburuk pada Jln. Veteran. Pada site tempat perancang juga memiliki bangunan besejarah yang dijadikan tempat pembuangan sampah dan tidak terawat. Pemerintah tidak tegas dalam memberlakukan peraturan bagi bangunan bersejarah yang terdapat di kawasan site sehingga pengambil alih fungsi bangunan bersejarah kepada pihak swasta dan menjadikan bangunan bersejarah menjadi bagian daya tarik fungsi atau pengubahan fungsi bangunan bersejarah sangatlah penting.


(26)

Gambar 2.2. Angkot sembarangan naik dan Menurunkan penumpang

(Sumber Koleksi Pribadi)

Bangunan lama GOR Kota Medan (gambar 2.3) memiliki kapasitas yang besar dapat di fungsikan kembali menjadi convention dan bagian dari fungsi besar Hotel yang direncanakan.

Gambar 2.3. GOR Kota Medan (Sumber Koleksi Pribadi)

Sedangkan Gedung Nasional Pemuda (gambar 2.4) dapat di fungsikan menjadi lobby ground bagi hotel. Parkir juga tidak tersedia pada site, sehingga pengunjung pasar biasanya memarkirkan kendaraannya di badan Jln. Sutomo yang memiliki lebar 20 meter dan perencanaan pelebaran menjadi 26 meter sehingga dibutuhkan areal parkir bagi pengunjung fungsi pasar yang menjadi bagian dari perancangan pada site ini.


(27)

Gambar 2.4. Gedung Nasional Pemuda (Sumber Koleksi Pribadi)

Pedestrian (gambar 2.5) pada kawasan sekitar juga tidak dapat digunakan dengan nyaman karena digunakan pedagang untuk berjualan.

Gambar 2.5. Pedestrian yang digunakan Pedagang asongan

(Sumber Koleksi Pribadi)

Site dapat diakses oleh 4 jalur yang masing masing memiliki kepadatan berbeda, namun jalur pada Jln. Veteran dan Jln. Sutomo merupakan jalur yang paling banyak di lalui di karenakan terdapat 2 pusat perbelanjaan, yaitu Medan Mall pada jalan Sutomo dan Centre Point Mall, juga terdapat Stasiun Kereta Listrik yang menjadi penghubung dengan Bandara Internasional Kualanamu dan pada Jln. Veteran. Di sekitar tapak sisi utara terdapat banyak Ruko (gambar 2.6)


(28)

Gambar 2.6. Ruko Sekitaran Site (Sumber Koleksi Pribadi)

yang kebanyakan sudah tidak digunakan untuk berjual beli lagi sehingga terlihat suram walau di siang hari yang terletak paling banyak pada bagian utara dari site ditambah lagi dengan banyaknya preman yang berkeliaran dan bahkan bermarkas di Gedung Nasional Pemuda menjadikan banyak wisatawan asing maupun lokal tidak berniat datang ke kawasan tersebut walau daerah tersebut memiliki nilai sejarah yang tinggi dengan menjadi bekas pusat kota medan pada tahun perjuangan Indonesia, sehingga terdapat banyak bangunan dengan arsitektur modern di Eranya.

Berbeda dengan Kota Tua Jakarta (gambar 2.7) yang dimana bangunan bersejarah sekitar site namun digunakan menjadi tempat wisata sebagai di kawasan terbukanya digunakan menjadi area wisata kuliner dan pasar seni tempat menjajakan karya seni maupun tempat kumpulnya orang yang mencintai sejarah perjuangan Indonesia dan bangunan kolonial.


(29)

Gambar 2.7. Kota Tua Jakarta (Sumber Koleksi Pribadi)

Pada plaza yang terletak di Kota Tua ditujukan untuk pengendara sepeda ontel dan instalasi arsitektur (gambar 2.8) yang dapat digunakan dengan menyewa sepeda ontel atau membawa sepeda, dan menjadi tempat bagi seniman muda memamerkan karya mereka.

Gambar 2.8. Instalasi di Kota Tua (Sumber Koleksi Pribadi)

Hal ini menjadikan tempat ini hidup selain itu pemerintah menjaga keamanan, kebersihan tempat ini dengan retribusi kebersihan dan disediakannya toilet umum. Parkir pengunjung yang menggunakan kendaraan pribadi berada di badan jalan yang dengan lebar 26 meter tanpa mengganggu sirkulasi jalan raya dan disediakan


(30)

pula halte tempat menurun-naikan penumpang dan bahkan akses untuk delman pun disediakan dan menjadi daya tarik Kota Tua ini.

Perbedaan mendasar antara Kawasan Site dengan kota tua adalah Pemerintah yang memanfaatkan dengan baik ruang terbuka yang ada dan menjadikan objek wisata yang selalu ramai dan aman karena tertata dan terawat dengan baik, sedangkan bangunan GOR dan Gedung Nasional Pemuda tidak terawat dan digunakan secara sembarangan oleh masyarakat. Sedangkan kesamaan yang paling menonjol adalah kedua tempat tersebut memiliki sejarah yang dapat dijual dan menarik lebih banyak wisatawan untuk datang melihat keunikan budaya serta perilaku orang Indonesia.


(31)

BAB III

WHEN ?

Berdasarkan hasil survey lapangan (Studi Lapangan) yang dilakukan dengan beberapa aspek yang terdapat pada site Medan Perjuangan memiliki kekurangan maupun kelebihan termasuk potensi yang didapat dan diterapkan dalam desain. Tahap selanjutnya dalam proses perencanaan penambahan dan pengubahan fungsi serta fasilitas pada lokasi adalah studi kasus proyek sejenis dan beberapa fungsi sejenis yang ada. Pencarian studi kasus proyek sejenis akan sangat membantu dalam memasuki tahap perancangan karena memiliki nilai-nilai positif yang dapat di ambil ke diimplementasikan secara fungsi maupun secara konsep dan tema, seperti jumlah ruangan, fungsi ruangan, program ruang, teknologi bangunan, struktur, tampak, konsep masa bangunan, sirkulasi kendaraan serta potensi dan pencapaian desain ke depannya, dan lain-lain.

Pemilihan Medan Perjuangan sebagai sebagai site projek adalah posisi dimana tapak yang memiliki jarak yang dekat dengan pusat kota dan transportasi penghubung antara Medan dan Bandara Kualanamu serta site yang membutuhkan pembangunan yang lebih baik.

Fasilitas yang ditambahkan ke dalam site adalah Hotel Bintang 5 dan Upperclass Apartement, dan di bagi menjadi 2 kelompok kecil, yaitu kelompok Hotel Bintang 5 dan Kelompok Apartement Upper class. Dan pada pembahasan pengembangan Program ini perancang mendapat bagian Hotel bintang 5 sebagai Pembahasan. Pemilihan Hotel bintang 5 dikarenakan alasan laju pergerakan dunia Internasional dan beberapa alasan yang mendukung seperti MEA yang telah berjalan dan Medan merupakan Kota yang memiliki perbatasan Internasional paling dekat dengan Singapura, dan Malaysia sebagai salah satu dari negara yang berpengaruh di ASEAN dibanding dengan kota lain di Indonesia. Medan dan Singapura merupakan gerbang laut bagi kapal logistik Internasional antar Negara


(32)

di Benua Asia seperti India dan China menjadikan Medan menjadi jalur strategis perdagangan Insternsional.

Hal ini menjadi alasan Medan ke depannya akan dipenuhi dengan Perusahaan dan Pengusaha Skala Internasional dimana Kenyamanan pertemuan antar mitra dan tempat penginapan berkelas dan sekaligus menjadi wisata yang didapatkan menjadi sasaran utama para pengusaha besar. Hal ini lah yang telah lama diperhatikan pengembang dan management Hotel Bintang 5 seperti JW Marriot dan SwissBel sehingga mereka berani membangun.

Pengertian Hotel sendiri menurut Grolier Electronic Publishing Inc.(1995) adalah usaha komersial yang menyediakan tempat menginap, makanan, dan pelayanan-pelayanan lain untuk umum. Salah satu jenis akomodasi yang menggunakan sebagian atau keseluruhan bagian untuk jasa pelayanan penginapan, penyediaan makanan dan minuman serta jasa lainnya bagi masyarakat umum yang dikelola secara komersil (Keputusan Menteri Parpostel no Km 94/HK103/MPPT 1987). Yang dimaksud dengan dikelola secara komersial adalah dikelolah dengan memperhitungkan untung atau rugi, serta yang utama adalah bertujuan untuk mendapatkan keuntungan berupa uang sebagai tolak ukurnya, dan Bintang 5 merupakan pembagian kelas terhadap fungsi bangunan Hotel dan Bintang 5 merupakan kelas tertinggi dengan fasilitas serta pelayanan terbaik diantara semua kelas bahkan dengan material, dan service yang sangat berkelas.

Hotel bintang 5 memiliki kondisi minimum, memiliki 100 kamar dengan 4 kamar suite 52 meter persegi dan ketinggian tiap lantai minimum 2.6 meter (MAI-BS, 2015). Selain minimum 3 retoran dengan 3 jenis atau tema berbeda, pencapaian terhadap site yang mudah, fasilitas penunjang seperti sarana rekreasi dan olahraga, terdapat stand belanja, kenyamanan berkomunikasi, dan banyak hal lainnya menjadikan sebuah Hotel bintang 5 merupakan penginapan dengan standar penuh kenyamanan bagi pengguna dan tidak dilupakan terdapatnya konvensi dan ruang serbaguna tempat pertemuan atau rapat dengan kapasitas


(33)

minimal 400 orang. Dalam pasar yang dituju hotel bintang 5 merupakan identitas perkembangan sebuah kota, dimana dalam skala internasional yang menjadi acuan utama profesionalisme pengusaha adalah dengan menggunakan hotel bintang 5 sebagai akomodasi perusahaan agar menunjukan kelasnya dalam kancah pebisnis dunia, namum dalam hal ini perancang tidak hanya mengincar target pengusaha/pebisnis, namum wisatawan mancanegara yang ingin menikmati liburan tropis dengan akomodasi bintang 5 yang sepaket dengan wisata sejarah serta budaya masyarakat lokalpun menjadi daya tarik.

Hotel Bintang 5 yang dipilih perancang menjadi studi kasus secara fungsi dalam projek sejenis adalah Park Royal Pickering Hotel, Singapore (gambar 3.1) karya WOHA architect yang selesai di bangun pada tahun 2013. Berdiri di lahan seluas 29.811 meter persegi di tengah kota dan mengakomodasi 50% lebih ruang hijau dari lahan yang dibangun, lahan hijau seluas 15.000 meter persegi yang terdiri dari 4 lantai areal hijau dan menggunakan sistem daur ulang “grey water” atau air yang di gunakan untuk menyiram/mencuci tangan atau mandi untuk digunakan kembali menjadikan hotel ini mendapatkan penghargaan Singapore’s Green Mark Platinum dan masuk dalam nominasi penghargaan International Sustainable design.


(34)

Adanya elemen air (gambar 3.2) pada hotel namum menggunakan air yang didaur ulang tidak menjadikan bangunan ini boros akan air, ditambah dengan masa hotel yang di mulai dari lantai ke-2 bangunan ini memberikan akomodasi kenyamanan bagi pengguna jalan dan pejalan kaki ikut menikmati hijaunya areal ini (gambar 3.3).

Gambar 3.2. Elemen Air tiap lantai hotel (Sumber archdaily.com)

Gambar 3.3. Pedestrian pada bawah Hotel (Sumber archdaily.com)


(35)

Perancang berpendapat bahwa bangunan yang terletak di tengah padatnya bangunan tinggi dan bangunan beton jarang ada yang memikirkan ruang hijau yang menjadi kebutuhan lingkungan yang terletak di daerah tropis, dimana kebutuhan pohon dan ruang hijau sangat vital sehingga hotel ini menjadikan ruang terbuka hijau menjadi daya tarik unik bagi pengguna selain berfungsi sebagai tempat pertemuan dan tempat menginap di tengah kota. Bintang 5 hotel ini di perlihatkan dari Lobby (gambar 3.4) yang menjadi ciri khas seberapa berkelasnya hotel ini serta material yang digunakan pada interior bangunan. Tiap kamar mendapatkan pemandangan skyline kota Singapore dan view hijau taman di tiap lantai (gambar 3.5). Nilai positif yang dapat di ambil adalah pada rancangan “Flying Oase” yang dimana tema ini di angkat dari penuhnya daerah sekitar dengan beton serta kurangnya ruang terbuka hijau pada site menjadikan “Park Royal Pickering” sebagai ide untuk menghadirkan ruang terbuka hijau, sehingga bangunan tidak terlihat kaku dan lebih menarik di tengah kota melihat di Indonesia belum adanya kesadaran akan pentingnya ruang terbuka hijau pada site.

Gambar 3.4. Lobby Hotel Bintang 5 (Sumber archdaily.com)


(36)

Gambar 3.5. Interior Kamar Hotel View Skyline (Sumber archdaily.com)

Sedangkan studi kasus yang diangkat mengenai adanya bangunan bersejarah pada site adalah Gurney Paragon Malaysia (gambar 3.6) dimana Gurney merupakan kompleks perbelanjaan dan hiburan yang dirancang di sekitar bekas lokasi para biarawan St. Joseph yang kemudian dinamakan St. Jo. Dibangun pada tahun 1925, bangunan bersejarah ini merupakan “focal point” yang unik dari Gurney Paragon Mall. St.Jo adalah bangunan kolonial yang merupakan jantung arsitektur dari Gurney Paragon Mall, pusat kota yang dinamis, dimana seni, peninggalan sejarah, dan warisan budaya hidup berdampingan dengan harmonis. Upaya pemerintah Malaysia dalam konservasi bangunan heritage ini mendapat beberapa pernghargaan dunia.

Gambar 3.6. Gurney Paragon Malaysia (Sumber Google Picture)


(37)

Terdapat dua halaman di kedua sisi bangunan (gambar 3.7) (plaza) sehingga menjadikan tempat ini sebagai lokasi sempurna untuk acara makan malam outdoor (gambar 3.8). Bangunan bersejarah ini dijadikan bagian aktif dalam desain dimana pengunjung dapat masuk ke dalam hanya sekedar untuk melihat atau meneruskan berjalan belanja dan bangunan bersejarah ini diapit oleh dua tower yang memiliki jarak baik untuk view agar tidak mematikan Gurney. Sedangkan pada saat tertentu bagian depan Gurney dapat difungsikan menjadi tempat Konser (gambar 3.9) secara bersamaan.

Gambar 3.7. Site Plan Gurney Diantara 2 bangunan (Sumber Google Picture)

Gambar 3.8.1 Sisi Kiri Gurney (Sumber Google Picture)


(38)

Gambar 3.8.2 Sisi Kanan Gurney (Sumber Google Picture)

Gambar 3.9. Konser Tahun Baru depan Gurney (Sumber Google Picture)

Dari studi kasus bangunan bersejarah, nilai yang dapat kita ambil adalah bangunan bersejarah dapat menjadi daya tarik yang lebih bila bangunan sekitar memfungsikan kembali bangunan sejarah menjadi bagian dari bangunan baru sehingga antara bangunan bersejarah yang memiliki nilai historis dapat mendukung bangunan baru yang memberikan dampak saling menguntungkan. Seperti halnya bangunan bersejarah yang terdapat pada site yang mungkin dapat digunakan sebagai penghubung antara sejarah kemerdekaan kepada pengunjung, dan keharmonisan antara tua-muda, atau baru-lama menjadi keseimbangan.


(39)

BAB IV

WHERE ?

Dari pembahasan sebelumnya mengenai studi kasus proyek sejenis terdapat beberapa hal yang akan berguna nantinya bagi proyek yang akan di laksanakan, berdasarkan rencana penambahan fasilitas hotel bintang 5 pada lokasi site guna meningkatkan kunjungan serta minat wisatawan lokal maupun mancanegara.

Program ruang adalah cara untuk mengetahun kebutuhan ruang yang di gunakan di dalam hotel dan memudahkan penyelesaian desain. Dalam program ruang, yang perlu di perhatikan adalah jumlah ruang dan tingkatan kelas kamar, kebutuhan fasilitas bagi konsumen hotel seperti parkir, restaurant, convention, bar, fitnes, spa dan lain-lain.

Luas lokasi site adalah ± 4,1 hektar dan luas lokasi pembangunan Hotel sekitar ± 8.000 meter persegi. Dari data yang didapat secara tidak langsung memiliki keterbatasan dalam merancang hotel bintang 5. Bangunan sekitar yang mendominasi site adalah pertokoan, mall dan pasar dan akses yang dekat menuju pusat kota menjadi keuntungan bagi site (gambar 4.1).


(40)

Gambar 4.1 Site dan Pusat Kota Medan

Dengan jarak 5 menit berjalan kaki dapat sampai ke stasiun dan pusat kota Medan dan walau berada di kawasan pasar, perancang menggunakan itu sebagai sebuah potensi yang balik mendukung penempatan hotel bintang 5 namun tentunya dengan penataan kawasan dengan menggunakan Urban Design Guideline. Harga tanah yang mahal juga menjadi penentu fungsi yang bukan hanya dapat memberi benefit bagi masyarakat dengan meningkatkan kualitas hidup, tapi juga memberi keuntungan bagi pengembang.

Terdapat 3 hotel Bintang 5 di kota Medan dengan total kamar yang di miliki 700 kamar. Jika di bagi dengan jumlah hotel bintang 5 di kota Medan maka rata-rata hotel bintang 5 memiliki 233 kamar. Dari badan pusat statistik kota Medan, rata-rata okupansi setiap tahun meningkat. (tabel 4.1)


(41)

Tabel 4.1 Rata-rata okupansi per-tahun

Tahun Rata-rata Okupansi

2010 42,81%

2011 42,85%

2012 42,86%

2013 44,01%

2014 59,06%

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan 2014

Rata-rata okupansi dari 5 Tahun sebesar 46,31%. Dari rata-rata okupansi tersebut akan didapat jumlah kamar yang efektif atau yang dibutuhkan pada tahun 2015 yaitu 46,31% x 233 kamar = 107 kamar hotel. Sedangkan jika menghitung menggunakan jumlah kedatangan wisatawan maka.

Tn = t (1+I)n Tn = Jumlah Wisatawan Tahun Ke-n t = Jumlah wisatawan Tahun awal (2014) I = Persentase pertumbuhan rata-rata pertahun n = Jumlah tahun yang di proyeksikan (10 tahun)

dengan asumsi 70% orang yang datang urusan bisnis dan 30% orang datang untuk berwisata. Dari badan pusat statistik Kota Medan tahun 2014, wisatawan kota medan hanya mencapai 222.640 orang, maka:

Tn = 222.640 ( 1 + 6,50% ) 10 Tn = 222.640 ( 1,065 ) 10 Tn = 222.640 ( 1,877 ) Tn = 417.895 orang

Jumlah orang yang menginap di hotel berbintang 5 di asumsikan 70% pebisnis dan 10% nya wisatawan maka:


(42)

417.894 x 80% = 355.211 orang menginap di hotel bintang 5 dalam 1 tahun.

Sedangkan untuk mencari jumlah tempat tidur yang dibutuhkan: Bf = Ty x Sn Bf = Jumlah Tempat Tidur yang dibutuhkan 365 Of Ty = Jumlah wisatawan perperiode waktu

Sn = Rata-rata masa menginap Of = Faktor Peluang Menginap

Maka :

Bf = 355.211 x 3 365 x 80 % Bf = 1.06.633 : 297 Bf= 3.649,4 (3.650) bed

Tempat tidur yang dibutuhkan 10 tahun kedepan untuk hotel bintang 5 sekitar 3.650 Bed. Dan untuk menghitung kebutuhan kamar.

Rf = Br / Pr Rf = Total kamar yang diperlukan Br = Tempat tidur yang dibutuhkan

Pr = Jumlah Rata-rata Nilai Hunian kamar (isi orang perkamar)

Maka :

Rf = 3650 / 1,2 Rf = 3041 kamar

Sehingga kesimpulannya adalah dalam 10 tahun ke depan kebutuhan kamar hotel berbintang 4 dan 5 mencapai 3.041 kamar dimana pada tahun 2015 jumlah kamar 7 hotel bintang 4 sebanyak 1.196 dan 3 hotel bintang 5 sebanyak 700 kamar hanya bisa mengakomodir 1.896 kamar dan masih ada selisih 1.145 kamar hotel berbintang. Sedangkan standar jumlah kamar menurut peraturan perhotelan untuk bintang 5 (MAI-BS, 2015) adalah 100 kamar satndar dan 4


(43)

kamar suite dengan total 104 dan untuk mengatasi pelonjakan pengunjung hotel yang dipengaruhi faktor ekonomi dan bisnis maka total kamar yang kami berikan adalah 350 kamar yang di bagi menjadi 4 Tipe kamar (tabel 4.2) dan dengan fasilitas hotel bintang 5 yaitu 3 restauran dengan spesiali masakan (Indonesia/Chinese or Japanese/European food), kolam renang anak dan dewasa, spa sauna dan fitness center, ball room dengan kapasitas 1.000 orang

Tabel 4.2 Tipe Kamar Hotel

Type Luasan (m2) Jumlah Ruang

Standart 32 160

Deluxe 48 100

Eksekutif 80 70

Suite 100 18

Presidensial 200 2

Menurut Juwana (2005), dalam buku berjudul “Sistem Bangunan Tinggi”, untuk 5 kamar hotel memerlukan 1 parkir kendaraan roda 4 sehingga total parkir untuk 350 kamar adalah 70 parkir kendaraan roda 4 dan pengunjung ball room kapasitas 1000 orang di butuhkan sekitar 150 parkir kendaraan roda 4 dan setiap 20 kamar perlantai atau 75 unit kamar memerlukan 1 lift sehingga 5 lift dibagi menjadi 4 lift penumpang dan 1 lift servis. Jumlah parkir untuk pekerja diasumsikan 10% dari jumlah parkir semua maka 22 parkir untuk staff, sehingga parkir yang dibutuhkan adalah 242 parkir.


(44)

BAB V

WHY ?

Kata dasar untuk judul dan perencanaan rancangan dan konsep untuk bentukan massa dan perencanaan disekitar tapak yang digunakan oleh perancang adalah kata “Oase atau Oasis”. Ide tersebut muncul dari keadaan site yang mana terlihat seperti gurun atau padang beton, dimana semua bangunan terlihat sama dan kumuh serta tandus, tidak adanya ruang terbuka hijau menjadikan area ini semakin tertinggal. Tentunya tujuan dari perancangan ini adalah merivitalisasi site dan dapat mempengaruhi kawasan sekitar site dan juga menghidupkan kembali bangunan bersejarah yang terdapat di site serta meningkatkan kunjungan dan minat wisatawan nasional atau internasional untuk berkunjung ke kota Medan.

Tujuan lain dari perancangan ini adalah pasar tradisional sekitar site semakin tertata sehingga dapat menarik konsumen sekitar site atau di luar site untuk melakukan transaksi jual beli. Dengan adanya fungsi tambahan serta penataan pasar yang menjadikan pasar semakin bersih, karena menurut perancang masyarakat sering datang ke pasar tradisional dengan keadaan terpaksa mengakibatkan orang menengah ke atas lebih sering memilih berbelanja ke supermarket atau mall karena keadaan pasar tradisional yang tidak tertata sehingga mengurungkan niat konsumen untuk datang berbelanja. Namun berbeda jika pasar tersebut dapat ditata dan memiliki fungsi tambahan seperti ruang terbuka hijau serta jalur pedestrian yang baik ditambah lagi terdapat situs bersejarah yang dapat sekaligus menjadi wisata.

Tujuan pembangunan Hotel bintang 5 dan Upperclass Apartement yang pertama adalah, masih kurangnya pemenuhan kebutuhan hotel bintang 5 di kota Medan dan juga mengingat site yang yang memiliki potensi aksesibilitas yang sangat baik terhadap bandara maupun pusat kota menjadikan nilai tanah pada site sangat mahal menjadikan pemilihan Hotel bintang 5 menjadi pemilihan utama dan


(45)

berdampingan dengan Upperclass Appartement melihat dimana kebutuhan tempat tinggal semakin meningkat di pusat kota maka hadirnya tempat tinggal secara vertikal selain itu faktor hadirnya pasar dan apartemen yang dapat saling bersimbiosis dimana kehadiran pasar memberi kemudahan pemilik apartement dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Begitu juga dengan hotel yang bersimbiosis dengan bangunan bersejarah sekitar, seperti Gedung Nasional yang menjadi secondary entrace untuk hotel dan GOR sebagai gedung serbaguna yang dapat digunakan untuk pertemuan besar atau acara exibition besar sehingga pengguna hotel mendapat keuntungan lebih. Dengan penambahan fungsi tersebut site dapat menjadi tertata dan menjadi daya tarik di tengah kita yang padat, dengan kata lain menjadi “Oase” bagi kota Medan.

Pendekatan teori arsitektur yang digunakan dalam konsep perancangan bangunan pada site adalah Arsitektur Analogi. Analogi merupakan Konsep yang berdasarkan pada "kemiripan secara visual" dengan sesuatu yang lain, bisa bangunan lain, hal-hal yang terdapat pada alam, maupun benda-benda hasil buatan tangan maupun pemikiran manusia. Desain analogi memerlukan penggunaan beberapa medium sebagai sebuah gambaran untuk menerjemahkan keaslian kedalam bentuk-bentuk barunya. Seperti halnya gambar, model, atau program komputer akan digunakan sebagai contoh gambaran dasar bagi seorang desainer demi memudahkan jalannya proses desain.

Dengan demikian suatu desain akan mengalami transformasi analogikal ketika desain tersebut memiiki kriteria penggambaran tentang sesuatu hal. Hal ini dapat berupa benda, watak ataupun suatu kejadian. Desain analogikal pada prinsipnya adalah menggambarkan visual analogi ke dalam solusi "permasalahan desain". Kualitas kenampakan fisik dalam arsitektur dapat digolongkan dalam beberapa kategori berdasarkan simektik (symectic) desain seperti yang dikemukakan oleh WJ. Gordon (1961) yaitu Analogi Personal, Analogi Langsung, dan Analogi Simbolik. Analogi Personal (gambar 5.1) membuat perancang


(46)

mengidentifikasikan dirinya sendiri lewat aspek-aspek mikro dalam permasalahan desain.

Gambar 5.1. Analogi Personal (Sumber Sketsa Tangan)

Analogi langsung (gambar 5.2) adalah permasalahan dalam desain dikomparasikan/dibandingkan dengan fakta-fakta yang ada di ruang lingkup ilmu lain, seperti seni, ilmu pengetahuan atau teknologi.

Gambar 5.2. Analogi Langsung (Sumber Sketsa Tangan)

Analogi Simbolik (gambar 5.3) dimana perancang mencoba untuk masuk ke esensi dari arti khusus dari sebuah rancangan yang digabungkan pada permasalahan desain. Dapat disimpulkan dari kategori–kategori di atas bahwa


(47)

dalam teori analogi bentuk sangat bertumpu pada simbol dan penanda tertentu yang ada pada bangunan yang menjadi ciri khas. Simbol dan penanda yang dimaksud adalah kekhasan fisik, baik itu bentuk maupun elemen-elemen yang ada pada bangunan yang tidak ada pada bangunan lain.

Gambar 5.3. Analogi Simbolik (Sumber Sketsa Tangan)

Analogi objek atau subjek yang digunakan untuk perencanaan pada bentuk bangunan adalah “oase” sedangkan bentukan tower yang di ambil adalah analogi dari bentuk batang kelapa yang mana hubungan antara OASE dan kelapa menjadi gambaran di tengah padanggurun dimana terdapat oase sudah pasti adanya pohon kelapa yang menjadi simbol dari OASE itu sendiri (gambar 5.4). Dari analogi yang telah disebutkan maka masuk dalam Analogi Simbolik. Hal ini dikarenakan bangunan yang direncanakan akan seolah-olah oasis yang berada di tengah gurun kota Medan.


(48)

Gambar 5.4. Oase dan Pohon kelapa di tepian (Gambar Google)

Terdapat beberapa tahap yang dilakukan oleh perancang dalam perencanaan siteplan, yaitu tahap awal pembagian zooning. Pada tahap ini perancang melihat kondisi lokasi yang tidak teratur, pasar yang menyebar di sepanjang jalan menjadi permasalahan dan juga situs sejarah yang berada pada site tidak dapat dilakukan perubahan posisi maupun bentuk sehingga perancang harus menggabungkan fungsi Pasar Tradisional yang mencakup keseluruhan penjual yang berada di jalan, dengan situs sejarah, ruang terbuka hijau, serta hotel dan apartemen. Karena kebutuhan lahan yang tidak mencukupi maka perancang memutuskan untuk membuat 2 (dua) “layer” pembangunan.

Situs sejarah, ruang terbuka hijau, dan pasar berada pada layer 1 (satu) sedangkan hotel dan apartemen berada di “layer” 2 (dua) tepat di atas pasar dan taman serta ampiteater. “Layer” 2 berfungsi juga sebagai atap bagi ruang publik. Sedangkan bangunan bersejarah Gedung Nasional dan Gedung Olahraga tetap berada di depan menjadi wajah site sehingga keindahan bangunannya akan tetap terlihat tanpa tertutup bangunan baru (gambar 5.5).


(49)

Gambar 5.5 Site Plan

Setelah pembagian zona pada tapak, selanjutnya dalah penerapan teori arsitektur ke bentuk bangunan. Objek yang digunakan oleh perancang adalah batang kelapa dimana kehadiran kelapa di oasis merupakan pemandangan lazim oleh karena itu digunakan dalam analogi Simbolik dalam penggambaran kehadiran batang kelapa yang menjulang tinggi melewati awan (gambar 5.6), sehingga dengan ketinggian batang kelapa tersebut orang dapat melihat adanya oase di tengah gurun kota Medan.


(50)

Untuk ruang terbuka hijau yang direncanakan oleh perancang pada lokasi tapak, diusahakan semua ruang yang terbuka dapat dipenuhi dengan pepohonan dan rerumputan hijau yang menyejukan site, diberikan juga tempat bersantai dan jalur pejalan kaki yang nyaman dengan tujuan memberikan hutan kota atau memberikan hal yang sulit didapatkan di kota Medan yaitu ruang terbuka hijau yang nyaman yang dapat diakses dengan berjalan kaki atau bersepeda selain itu memiliki tujuan agar beton pada pembangunan hotel dan apartemen dapat dihilangkan dengan kehadiran hutan pada site ini.

Dari segi keamanan, perancang akan menempatkan pos jaga pada setiap jalan masuk dan keluar site dan juga patroli pada ruang terbuka hijau agar pengunjung merasa aman. Sedangkan akses untuk apartemen hanya 1 dan 2 akses untuk hotel dengan pengamanan penuh sehingga keamanan tamu dapat terjaga penuh. Pejalan kaki yang menuju hotel dapat melalui Gedung Nasional dan Pengguna mobil dapat melalui ramp menuju “Main Entrance” lobby hotel yang berada 3 lantai bangunan di atas jalan.

Jika dikaitkan dengan penambahan fasilitas bangunan pada lokasi site, seperti Gedung RRI dan tugu Perjuangan yang selama ini tidak terperhatikan maka kehadiran bangunan dapat menjadi “landmark” atau penanda bagi bangunan sekitar sehingga dapat menarik pengunjung pada site maupun sekitar site dan juga pengunjung sekitar site dapat dimanjakan dengan kehadiran taman dan ruang terbuka hijau dan fasilitas tambahan seperti “food court” pada malam hari di site.

Kendaraan pengunjung terbagi atas 2 yaitu kendaraan pengunjung hotel dan kendaraan pengunjung pasar. Kendaraan pengunjung hotel merupakan kendaraan tamu hotel dan tamu acara di hotel atau acara di GOR. Sirkulasi tamu hotel terbagi menjadi 2, yaitu tamu yang membawa kendaraan sendiri atau diantar menggunakan kendaraan. Bagi tamu yang menggunakan kendaraan sendiri akses menuju hotel dapat melalui lift basement dan dapat juga melalui lobby yang


(51)

terletak di dalam Gedung Nasional. Hal ini dilakukan agar kehadiran gedung nasional dapat sebagai akses penghubung antara hotel dan GOR sehingga Gedung Nasional tidak hanya berdiri tanda digunakan, begitu juga akses yang sama bagi tamu yang menghadiri acara di hotel atau yang menginap di hotel dan memiliki acara di GOR harus melalui Gedung Nasional (gambar 5.7).

Gambar 5.7 Sirkulasi menuju hotel melalui Gedung Nasional

Sedangkan akses menuju pasar dapat langsung dengan kendaraan pribadi menuju parkir khusus kawasan pasar yang terletak didekat jalan keluar dari site sehingga tidak mengganggu pengguna parkir yang memiliki kegiatan di GOR (gambar 5.8).


(52)

Gambar 5.8 Sirkulasi menuju pasar

Struktur bangunan yang digunakan untuk bangunan hotel dan podium layang adalah struktur baja dimana jenis kolom baja yang digunakan adalah King Cross (gambar 5.9) dimana baja ini memiliki keunggulan dalam bentang yang lebih lebar serta keunggulan dalam “over stacking” dan “maintenance”nya walau harga yang terbilang mahal, dan penggunaan balok baja berjenis Castela Beam (gambar 5.10) dimana balok ini memiliki rongga yang memudahkan pemasangan

plumbing dan elektrikal pada bangunan.

Grid bangunan dan podium layang yang digunakan adalah bentang antara 10-12 meter dengan tujuan agar tidak terjadi hujan kolom/banyak kebutuhan kolom pada bagian bawah bangunan yang difungsikan sebagai taman dan pasar. Kolom bangunan dilapisi dengan beton dengan tujuan menambah kuat tekan dari baja sekaligus melindungi baja dari pembengkokan bila terjadi kebakaran terhadap bangunan.


(53)

Gambar 5.9 Baja King Cross (Sumber Gambar Google)

Gambar 5.10 Castela Beam

Konsep tampak bangunan akan mengikuti teori analogi dimana pada tower hotel akan ada penanda seperti yang dimiliki batang kelapa yaitu berupa ruas-ruas (gambar 5.11) tempat pijakan yang biasanya dibuat untuk membantu pemanjat pohon kelapa memanjat pohon, sedangkan podiumnya di bentuk sedemikian terihat seperti tanah yang terangkat dari daratan dan melayang di udara.


(54)

Selanjutnya penggabungan tema dan kebutuhan ruang dalam perencanaan setiap lantai atau denah skematik, bangunan hotel ini memiliki 2 lobby, yaitu satu lobby utama yang terletak pada podium layang dan satu lagi terletak di dalam museum Gedung Nasional dimana lobby ke-2 memaksa tamu harus melalui bangunan tua dan menuju pintu yang tersembunyi di dalam bangunan. Pada podium hotel memberi kesan “paradaise” yang sangat VIP dikarenakan tidak sembarang orang yang dapat masuk ke dalam podium hotel dan “city view” yang didapat dari podium hotel karena terletak 12 meter dari permukaan jalan menjadikan nuansa “paradaise” memanjakan mata di antara hijaunya tanaman di podium dan bangunan yang berkonsep “sky deck”. Klimaks dari podium adalah roof podium yang difungsikan menjadi area olahraga yang penuh dengan penghijauan dimana konsumen dapat menikmati alam terbuka karena ketinggian podium yang tidak biasa (gambar 5.12).


(55)

Pembahasan mengenai Perencanaan tata letak ruang hotel pada lokasi site (Lampiran 1). Ketika pengunjung hotel masuk melalui ramp menuju Main Lobby, maka pengunjung akan turun pada “drop off” yang sedikit dicoak kedalam podium dengan void hingga lantai 2 begitu juga dengan “hall lobby” (gambar 5.13)

Gambar 5.13 Skematik Entrance

Pada “ground floor”, perancang membagi zona menjadi 2 bagian yaitu bagian yang berbatasan langsung dengan zona publik ditempatkan untuk restoran. Restoran ini dilengkapi dengan outdoor dan dapat diakses langsung dari ruang publik. Keunggulan dari restoran pada bagian ini adalah pengunjung restoran akan dimanjakan dengan nuansa pepohonan ynag menjadi pembatas dengan jalan serta nuansa sejarah yang menjadi bagian dari ground floor (gambar 5.14). Pada bagian lainnya perancang menempatkan ATM center dan Lobby yang berdekatan dan dapat mengakses menuju lantai 2 menggunakan eskalator atau lift. Pada lantai 1 perancang menempatkan kantor, retail, bussines centre dan cafebar. Yang


(56)

berbatasan langsung dengan jalan Sutomo, hal ini bertujuan agar tamu atau pengunjung cafebar dapat menikmati nuansa kota dari deck lantai 1.

Gambar 5.14 Ground Floor

Pada bagian belakang ground floor terdapat loading dock untuk barang yang menuju hotel maupun museum Gedung Nasional. Loading dock berhubungan langsung dengan core 1 yang terdapat 2 lift penumpang dan 2 lift servis, shaft elektrikal, shaft sampah, ruang AHU, shaft air dan tangga kebakaran yang terhubung langsung dengan loading dock area ground floor.


(57)

Pada lantai 2 yang dapat diakses melalui lift maupun eskalator, disini merupakan podium utama dari bangunan hotel. Perancang membagi menjadi 3 bagian yaitu coffee shop dan sky dock restaurant, lobby utama dan lounge beserta retail area. Lobby utama terletak di antara restoran dan lounge dimana lounge memiliki akses lebih dekat dengan entrance sedangkan sky dock restaurant

memiliki view yang memperlihatkan kota Medan secara langsung sehingga pengunjung dapat menikmati jamuan dengan view kota medan.

Pada hall lobby utama terdapat sunset deck dimana melalui deck tersebut pengunjung dapat menikmati tenggelamnya matahari di barat Kota Medan, void setinggi 2 lantai dan grand stairs sebagai penghubung antara lantai 2 dengan lantai 3 (gambar 5.15) dimana memberi kesan megah ketika memasuki entrance utama dilapisi dengan beton dibalut railing kaca. Pada lantai 3 merupakan fasilitas dari hotel, yaitu 8 balll-room yang dapat disatukan; gym area yang besar dan memiliki view pusat kota Medan; dan Spa and Massage area.

Pada roof podium terdapat area terbuka yang difungsikan menjadi area kolam renang dewasa; kolam renang anak; mini golf; 2 squash area; joging track; yoga and meditation area. (gambar 5.16) pada area ini terdapat locker area dimana difungsikan sebagai tempat penyimpanan pakaian bagi pengguna kolam renang. Akses menuju area ini hanya dapat menggunakan lift sehingga hanya member


(58)

Gambar 5.15 Sunset Deck dekat Main Lobby

Tema yang diterapkan pada areal ini adalah tropical garden dimana tiap area memiliki tanaman yang berbeda, seperti pada area kolam yang memiliki pohon palem dan pohon kelapa dan area meditasi dan golf mini yang menggunakan pohon bambu. Pemanfaatan pohon yang ditanam pada area ini harus memiliki akar serabut agar dapat tumbuh dan tidak merusak bangunan.

Untuk kamar hotel perancang memiliki 5 tipe ruangan, perancang meletakkan ruangan-ruangan yang dibutuhkan dari lantai 4 hingga lantai 24. Pada setiap lantai terdapat mini garden untuk beberapa kamar dan balkon bersama serta balkon pribadi bagi beberapa jenis kamar besar. Penyediaan ini dikarenakan agar tamu hotel dapat menikmati suasana di luar bangunan tinggi bukan hanya dari kamar. Pada tower hotel terdapat 2 tower dan 2 core yang dihubungkan dengan lantai yang terlihat seperti jembatan dengan 5 tipe kamar (tabel 4.2). pada tiap lantai bangunan memiliki perbedaan besar dock bagian depan dan setiap 4 lantai akan berulang. Sehingga tiap lantai dan beberapa kamar dapat menikmati view luar bangunan. Lima detail arsitektural kamar hotel bintang 5, yaitu Standart


(59)

Room (gambar 5.16), Deluxe Room (gambar 5.17), Executive Suite (gambar 5.18), Residence Suite (gambar 5.19), Presidential Suite (gambar 5.20).

Gambar 5.16 Denah Standart Room


(60)

(61)

(62)

(63)

Potongan site Gedung Nasional, GOR dan Hotel (gambar 5.21). pada potongan site A-A, garis potongan yang dibuat berada ditengah site, lebih tepatnya pada Gedung Olahraga sehingga pada potongan dapat terlihat batasan 2 jalan antara 2 site, ramp menuju podium utama, areal hijau, pasar tradisional. Bangunan hotel memiliki ketinggian total 117,7 meter (25 lantai).

Gambar 5.21 Potongan Site A-A


(64)

Pada potongan B-B (gambar 5.22)., dapat dikatakan sebagai tampak site dari jalan Veteran. Bangunan Hotel yang tampak menggunakan Analogi dan bangunan apartemen yang menggunakan tema lain (tugas anggota lain). Pada view hotel perancang ingin menunjukan tower dan podium layang menjadi sebuah bagian yang menyatu antara Oase dan Pohon Kelapa sehingga menjadi petanda bahwa adanya oase di tempat ini dan menarik wisatawan untuk datang. Pada site section C-C (gambar 5.23), garis potongan berada pada Jln. Sutomo yang menunjukan view langsung dari ampiteater dan restoran hotel yang berada di

ground floor. Sedangkan potongan D-D (gambar 5.24). merupakan potongan site dari jalan Seram dan memperlihatkan perbandingan ketinggian antara apartemen, jalan laying, dan hotel.


(65)

Gambar 5.24 Potongan D-D

Ruang terbuka hijau dan ruang publik yang berada di tengah site hadir dengan maksud masyarakat dapat melaluinya untuk melintas melalui tengah site walau hanya sekedar melintas atau memiliki kegiatan di pasar atau di tempat lain menjadikan areal ini hidup dan nyaman untuk dilalui warga, dan elemen air menjadi pendamping yang sangat penting di antara pepohonan, di sepanjang pedestrian dan jalan di dalam site direncanakan oleh perancang akan terdapat tanaman hias dan pohon sehingga pejalan kaki nyaman untuk berjalan pada jalur yang telah direncanakan.

Pada hotel menggunakan struktur yang sama dengan struktur podium layang dan modul kolom yang sama dan dengan material yang sama juga yaitu beton yang menjadi analogi beton merupakan gurun di Kota Medan. Pada bangunan ini menggunakan kolom King Cross dan pada bagian kantilever menggunakan sistem truss.

Kantilever pada bangunan memiliki bentang terpanjang 3 meter. Perancang memutuskan untuk menggunakan sistem truss sebagai penyelesaian pada bagian kantilever bangunan. Truss tersebut akan menjadi pengaku pada bagian kantilever dan akan dibebankan pada kolom utama bangunan dengan ukuran yang berbeda.


(66)

Pada potongan bangunan hotel Bintang 5 A-A pada bagian lantai ground terdapat lobby hotel yang dapat diraih melalui Gedung Nasional yang mana kemegahan lobby sudah terasa semenjak memasuki Gedung Nasional karena adanya Void yang dari Gedung Nasional sampai kedalam lobby hotel dengan ketinggian hingga 2 lantai (gambar 5.25). pada lantai ini juga terdapat restoran yang di buka untuk umum. Pada lantai 1 terdapat cafe bar dan beberapa retail serta kantor pegawai hotel.

Gambar 5.25 Enterance Ground

Pada lantai 2 terdapat Main Lobby hotel yang terletak tepat berdekatan dengan grand stair dan juga void besar. Di lantai ini juga tersedia lounge, coffee shop yang memfasilitasi sarapan pagi bagi tamu, serta waiting room, retail area dan sunset deck yang terletak berdekatan dengan Main Lobby. Sedangkan pada lantai 3 merupakan tempat GYM, Spa Sauna and Massage serta Ball-room dan di roof top podium terdapat fasilitas kolam renang, mini golf, yoga area, squash dan

joging track bagi member dan juga pengunjung (gambar 5.26). Dan lantai 4 sampai lantai 25 merupakan kamar hotel dimana tiap lantai memiliki balkon agar tamu dapat menikmati pemandangan dari ketinggian sampai 100 meter.


(67)

Gambar 5.26 Suasana Roof Top

Ruang bawah tanah yang digunakan menjadi daerah servis seperti parkir kendaraan pengunjung hotel dan juga ruang generator tangki air dan pegawai hotel. Ramp menuju podium hotel memiliki perbandingan 1:7 untuk kendaraan naik 12 meter dari tanah. Sehingga panjang ramp yang di butuhkan adalah 84,8 meter. Basement yang dimiliki hanya 1 lantai, fungsi sebagian untuk parkir pengguna hotel dan apartemen dan sebagian untuk penambahan ruang seperti ruang generator dan ruangan servis apartement.

Tampak bangunan merupakan unsur penting terhadap bangunan bertemakan analogi, karena tampak dari suatu bangunan yang bertemakan analogi akan diupayakan mencerminkan apa yang diinginkan atau yang dimaksudkan oleh perancang kepada orang yang melihat dan menikmati bangunan secara visual. Begitu juga dengan penataan tapak dan bahkan penataan fungsi dan interior. Arsitektur analogi merupakan arsitektur yang menggunakan suatu pesan pada bangunan yang dimunculkan melalui visual. Analogi juga coba menyampaikan maksud dari analogi batang kelapa dengan memberikan ruas-ruas pada bangunan seperti halnya ruas ruas tempat pijakan pada batang kelapa


(68)

Tampak 2D (gambar 5.27), Perspektif (gambar 5.28) dan perspektif mata burung dari bangunan hotel (jumlah lantai : 25 lantai) yang menggunakan pendekatan Analogi Simbolik sebagai tema arsitektur.

Gambar 5.27 Tampak 2D Hotel

Perspektif dari bangunan hotel (gambar 5.28). Material yang akan digunakan pada tampak podium hotel adalah beton expose (gambar 5.29), dikarenakan beton expose sebagai material tidak akan teralu mencolok dalam segi warna terhadap bangunan sekitar dan dapat menyatu dengan balutan warna kayu dan hijaunya pepohonan.


(69)

Gambar 5.29 Material Beton (Sumber Gambar Google)

Beton yang memiliki teksture yang memberi kesan tua sehingga dapat bersembunyi di balik warna cerah bangunan Gedung Nesional dan GOR dan menjadi backgroundnya. Sedangkan tower menggunakan material pelapis kaca. Secara keseluruhan sehingga menimbulkan perbedaan yang sangat jelas antara podium sebagai analogi pasir dan tower sebagai analogi batang kelapa, kaca juga harus dapat merefleksikan langit di kala cerah sehiingga bangunan tower akan tersembunyi diantara langit.


(70)

BAB VI

HOW ?

Satu minggu sebelum pengumpulan akhir hasil rancangan, perancang yang mendapat nasihat dari salah satu dosen penguji mengenai fungsi bangunan mulai berpikir apakah sepantasnya daerah ini dijadikan hotel berbintang 5? Apakah seharusnya memang hotel bintang 5? Kenapa tidak Pusat Pasar dengan luas 4 Ha bentang lebar dimana atapnya dapat digunakan menjadi ruang terbuka hijau seperti bukit, di mana pusat pasar ini belum ada di kota Medan dan menjadikan ini seperti trade center sembako dan kebutuhan sehari-hari masyarakat yang terbesar bahkan bisa jadi teraman dan terbersih. Belum lagi terletak di tengah kota yang menjadikan akses mudah dari setiap daerah, dan lahan 4 Ha sudah dapat mengakomodir pengolahan sampah, sirkulasi pasar yang besar untuk dapat dilalui kendaraan truk maupun pejalan kaki (gambar 6.1). Imajinasi yang menyenangkan bukan?


(71)

Tetapi balik kembali dalam tugas ini perancang diminta untuk bekerja dalam kelompok, dalam arti menghasilkan karya dalam bentuk masterplan atau plan skala besar. Hal ini menjadikan imajinasi yang sebelumnya harus di tinggalkan. Tiap mahasiswa harus mendesain minimal 1 bangunan dengan skala atau bobot yang kurang lebih sama dengan analisa yang sama, dan pemanfaatan kembali bangunan bersejarah yang berada di site menjadi tantangan terhadap pemilihan fungsi pada site dan akhirnya perancang dan team memutuskan untuk memilih 2 fungsi utama, Hotel Bintang 5 dan Apartement Upperclass dengan banyak pertimbangan, masukan dan kritik yang perancang dan team terima.

Dengan pemilihan fungsi tersebut, perancang masih mendapat masalah terhadap pasar Induk yang berada pada jalan Sutomo yang hingga sekarang belum dapat terselesaikan. Hal ini jugalah yang menyebabkan perancang merasa bimbang terhadap fungsi yang telah diajukan. Namun hal ini menjadi pertimbangan bahwa desain ini harus tetap memberikan dampak positif bagi masyarakat dan kota sehingga menjadi tantangan baru bagi perancang untuk menghasilkan desain yang maksimal mungkin berguna.

Dalam proses menghasilkan masterplan yang sesuai, beberapa kali perancang dan tim mengalami perubahan dalam master plan (gambar 6.2) mulai dari kebutuhan parkir, kebutuhan ruang pasar tradisional, kebutuhan taman dan area sirkulasi jalan raya, sama halnya ketika perancang memutuskan penggunaan material konstruksi dan bentang dari kolom bangunan hotel perancang.


(72)

Gambar 6.2 Masterplan Terakhir

Permasalahan yang sering ditemukan antara tim perancang adalah perbedaan penggunaan material dan sistem konstruksi yang menyebabkan hasil akhir dari gabungan kerja team masih jauh dari layak namun dalam ide dan konsep yang diterapkan team mampu menjawab kebutuhan dalam perancangan. Kerja dalam tim dan dengan fungsi berbeda-beda ternyata bukanlah hal yang mudah. Namun perubahan yang terjadi pada masterplan tidak mengubah ide perancang dalam mengutamakan ruang publik yang mendominasi seperti pasar, taman, plaza, ampiteater. Pada UDGL yang tim perancang telah buat, jalur untuk kawasan ini dibagi menjadi 2 yaitu jalur pejalan kaki dan jalur pesepeda, jalur pesepeda dan jalur pejalan kaki dibuat dengan ketinggian 25 cm dari permukaan jalan dan antara jalur pejalan kaki dan kendaraan dipisahkan dengan pohon yang berguna sebagai peneduh saat orang berjalan. Pada bagian belakang GOR dan samping kanan GOR di peruntukan bagi parkir pasar dan pengunjung GOR serta


(73)

di sediakan 2 Bus Stop pada daerah jalan Sutomo dan Veteran yang pedestriannya langsung terakses dengan Gedung Nasional Pemuda.

Pada bagian belakang podium hotel ground floor tepat di seberang loading dock hotel terdapat ruang publik yaitu ampiteather (gambar 6.3) yang berfungsi sebagai tempat pegelaran seni atau tempat paduan suara atau sekedar berkumpul. Tepat di sebelah amphiteather terdapat plaza tempat beristirahat dan berteduh di mana terdapat tempat duduk dan dihiasi pepohonan rindang dan sekaligus dapat menjadi tempat untuk menikmati makanan yang dijual pada malam hari pada bagian pasar (gambar 6.4).


(74)

Gambar 6.4 Taman

Struktur menggunakan sistem struktur baja dengan kantilever yang melebihi 3 meter akan dibantu dengan struktur kabel yang menopang pada kolom baja profil King Cross (gambar 6.5). Kantilever digunakan sebagai taman pada tiap 4 lantai untuk penambahan ruang terbuka hijau dan taman bagi lantai yang tidak memiliki taman dan dapat diakses melalui jembatan penghubung antar tower.

Gambar 6.5 Struktur Bantuan

Selain struktur bangunan yang merupakan salah satu bagian penting dalam suatu bangunan. Bagian lain yang sama pentingnya adalah rencana elektrikal dan


(75)

rencana sanitasi. Pada rencana elektrikal merupakan penjelasan dari bagaimana listrik dari PLN yang akan didistribusikan ke bangunan dan dari bangunan didistribusikan ke dalam ruang-ruang yang ada didalam bangunan. Biasanya pada suatu bangunan terdapat aliran listrik diawali dari PLN lalu didistribusikan ke MCB atau “Miniature Circuit Breaker”. Pada MCB arus terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu langsung dan menuju generator. Fungsi dari MCB adalah sebagai pemindah arus listrik pada saat terjadi pemadaman listrik. Dari MCB kemudian didistribusikan ke panel induk dan dari panel induk akan didistribusikan ke setiap lantai dan ruangan (gambar 6.6).

Gambar 6.6 Skema Pendistribusian Listrik Hotel

Rencana sanitasi merupakan unsur penting selain elektrikal dalam bangunan tinggi. Karena jika perencanaan pemipaan tidak dilaksanakan dengan baik maka akan terjadi kesalahan fatal dalam pembangunan. Sama seperti halnya dalam lapangan perlu ketelitian dan logika yang baik agar tidak menjadi masalah.

Perencanaan sanitasi dibedakan menjadi 4 pipa yaitu air bersih, air kotor, air berat, air hujan dan air panas. Dengan pembedaan warna tiap jenisnya, air bersih (biru), air kotor (kuning), air kotoran (cokelat), air hujan (hijau) dan air


(76)

panas (biru). Berikut merupakan skema pendistribusian air pada hotel (gambar 6.7).

l

Gambar 6.7 Skema Pendistribusian Air Hotel

Pada bangunan terdapat zona-zona yang dibagi, seperti ruangan, sirkulasi, taman, pendistribusian sanitasi dan pendistribusian elektrikal akan dibuat dalam diagram aksonometri. Diagam aksonometri berguna dalam pembagian zona karena zona dapat terlihat dalam bentuk 3 dimensi sehingga dalam melihat denah orang lapangan tau dimana zona-zona yang terbagi sesuai di gambar.

Berikut merupakan diagram aksonometri bangunan hotel, yaitu pembagian zona pada bagian publik (kuning) dan zona private (abu-abu), pada zona private


(77)

merupakan ruangan kamar hotel yang akan diperuntukan untuk tamu hotel (gambar 6.8), jalur sirkulasi tamu hotel setelah keluar dari lift (gambar 6.9).

Gambar 6.8 Pembagian Publik dan Private

Gambar 6.9 Jalur Sirkulasi setelah keluar dari lift

Core bangunan (biru) dan sirkulasi masuknya pengunjung dari lantai lobby menuju tiap lantai (gambar 6.10). ruangan kamar hotel pada tower (gambar 6.11), sistem elektrikal yang digunakan pada bangunan, pada bagian vertikal berwarna

PRIVATE PUBLIC


(78)

kuning merupakan shaft elektrikal dimana setiap lantai akan terdapat sub-panel yang akan mendistribusikan listrik ke tiap-tiap kamar. Hal ini memudahkan teknisi ketika melakukan pengecekan pada kamar atau ruangan jika terjadi kerusakan aliran listrik (gambar 6.12).

Gambar 6.10 Akses dan Core

Gambar 6.11 Peletakan Kamar Hotel

Sirkulasi Pengunjung Core

Lokasi Kamar Hotel Podium


(79)

Gambar 6.12 Pendistribusian Listrik

Tangga kebakaran terletak di tengah bangunan tiap tower sehingga apabila terjadi kebakaran pada bangunan, orang-orang lebih mudah menjangkaunya. Pada hotel terdapat 2 tangga kebakaran (gambar 6.13). Sistem sanitasi pada bangunan (biru = air bersih dan merah = air panas). Air bersih pada bangunan ini ditampung pada bagian lantai bawah dan dipompa menuju tanki air di atas tower. Terdapat 2 tanki air tiap tower, kemudian salah satu dari tanki air didistribusikan ke boiler (kotak merah) kemudian didistribusikan pada tiap lantai kamar hotel dan loker kolam renang. Sistem distribusi air dari atap bangunan akan disalurkan pada tiap shaft yang telah direncanakan sehingga ketika pendistribusian akan menjadi lebih mudah dan lebih mudah untuk kontrol bila terjadi penyumbatan. Antar tiap kamar memiliki 1 shaft.


(80)

Gambar 6.13 Tangga Kebakaran

Struktur bangunan hotel menggunakan sistem struktur baja King Cross dan Castela Beam. Pemilihan sistem struktur baja pada bangunan (gambar 6.14) karena pada bangunan ini memiliki bentang 10-12 meter agar tidak terlihat banyak kolom pada baguan bawah podium serta dapat menopang cantilever lebih panjang dibandingkan dengan beton.


(81)

Gambar 6.14 Sistem Struktur

Kolom dan balok yang digunakan merupakan sistem struktur baja, sehingga penyambungan antara baja yang satu dengan baja yang lainnya menggunakan plat sebagai penyatu kemudian pemasangan baut. Kolom dan balok akan dilapisi dengan cor semen agar jika terjadi kebakaran, baja tersebut tidak cepat membengkok atau meleleh dan menambah kuat tekan dari struktur. Ukuran kolom King Cross 80x80 dan sampai ke atas semakin kecil hingga ukuran 50x50 sedangkan untuk balok castela induk dengan ukuran 40x25 dengan balok anak 20x10.


(82)

BAB VII

THE ANSWER

Pada tahap preview akhir, penjelasan tentang ide, permasalahan, konsep dan perancangan dari “Flying Oase”. Dimulai dari ide yang berdasarkan akan kebutuhan Kota Medan pada 2025 mendatang serta potensi site sebagai daya tarik wisatawan serta yang dapat dimanfaatkan atau dapat dihilangkan dari site.

Pada presentasi bagian sistem pengairan dan air bersih terdapat permasalahan dimana perancang merencanakan penyaluran langsung dari lantai dasar sampai bak penampungan air di puncak tower tanpa ada pembagian penampungan air tiap 5 atau 6 lantai agar pompa yang di gunakan tidak besar dan

maintenance-nya lebih mudah. Hal ini menyebabkan perancang mengubah kembali desain dengan menempatkan bak penampungan air tiap 4 lantai bangunan agar memudahkan distribusi serta maintenance penyaluran air bersih.

Pemanfaatan kembali GOR sebagai bangunan serbaguna tanpa mengganggu fisik bangunan, namun mendapatkan peremajaan serta perbaikan dan pembersihan menjadi bagian dari penjelasan perancang. Pemanfaatan komoditi pasar sebagai fungsi gabungan dan peluang usaha bagi masyarakat lokal.

Penataan kembali site dan kawasan sekitar site yang menjadikan site tidak terlihat kumuh dan lebih bersih serta nyaman untuk dilalui oleh pejalan kaki dan pengendara sepeda yang menjadi fokus utama dalam desain kawasan ini. Dalam pemanfaatan tipikal bangunan sekitar, perancang tidak dapat mengangkat atau menggunakan aspek-aspek lokal dikarenakan bangunan sekitar dapat dilihat merupakan bangunan tipikal Belanda yang bukan merupakan ciri khas dari Indonesia itu sendiri mengakibatkan perancang lebih memilih menekankan desain kepada pemanfaatan ruang hijau dan ruang public karena ruang publik dan ruang


(83)

hijau merupakan elemen netral dimana dapat masuk apapun gaya bangunan sekitarnya.

Maket bangunan yang dibuat secara monochrome dan satu kesatuan

dengan bangunan apartemen. Dengan perpauduan 2-3 warna dan tidak lebih (gambar 7.1). Pada maket juga dilengkapi dengan penyebaran pohon sebagai area hijau pada site utama dan sekitar dan juga penataan sirkulasi kendaraan umum serta penempatan terminal bus serta pasar tradisional yang dipindahkan.

Gambar 7.1 Maket bangunan dan Site

Hasil presentasi perancang banyak mendapat masukan terlebih pada bagian dimana perancang menggabungkan fungsi antara pasar tradisional dan apartemen, dan bagaimana menjaga agar keamanan apartemen tetap terjaga. Sedangkan untuk kebersihan site yang terdapat pasar tradisional serta ruang publik berupa taman di tempatkan dengan jarak tiap 20 meter tong sampah dengan 3 jenis sampah, plastik, kertas, sampah basah. Sedangkan pada areal pasar terdapat penempatan pembuangan besar yang berfungsi pembuangan sampah pasar dapat terpusat dan lebih mudah dikendalikan.


(84)

BAB VIII

CONCLUSION

Tema dari arsitektur yang digunakan pada bangunan adalah Arsitektur Analogi Langsung. Dimana perancang menganalogikan OASE / OASIS dalam rancangan masterplan sedangkan batang pohon kelapa sebagai analogi yang digunakan pada tower bangunan yang mana gambaran oase atau oasis yang selalu terdapat pohon kelapa karena tujuan dari Royal Heritage Masterplan ini adalah sebagai OASE di tengah kepadatan kota yang tinggi sehingga dengan kehadiran elemen hijau di tengah-tengah dapat menarik minat serta wisatawan untuk datang dengan fasilitas hotel bintang 5 serta apartemen upperclass.

Bentuk apartemen yang berdampingan langsung dengan hotel memiliki tema paradaise yang saling mendukung dengan konsep OASE. Dengan bentuk dari pelepah pohon kelapa yang membelah. Areal hijau yang munculkan pada tower masing-masing sehingga perluasan areal hijau secara vertical menambah areal ruang hijau.

Pada bagian ground pemanfaatan lahan dimaksimalkan pada ruang publik dan berupa plaza, taman, pasar, amphiteather dengan luasan makimal mencakup hampir 70% dari luas ground sedangkan sisanya di manfatkan sebagai areal parkir dan sirkulasi. Hal ini dapat di lakukan karena pembangunan masa tower di mulai dari lantai ketiga bangunan.

Pada bangunan hotel, terdiri dari 25 lantai dengan 2 lobby, ground dan lobby utama pada lantai ketiga. Dengan fasilitas penunjang bagi hotel bintang 5. Pada roof top podium hotel terdapat area kolam renang besar, area joging, yoga, mini golf yang hanya dapat di akses oleh pengunjung hotel. Hotel dengan 8 function hall yang dapat di gunakan dengan skala besar. Penempatan kamar hotel


(85)

pada tower di mulai dari lantai 5 sampai rantai 25. Dan tiap 4 lantai terdapat side garden yang dapat digunakan bagi lantai yang tidak memiliki balkon perlantai.

Pasar tradisional yang awalnya berada pada area jalan raya dipindahkan posisinya ke dalam site dengan sistem sewa yang di pungut terhadap pihak

developer. Pasar akan mulai buka pada pagi hari pukul 4 pagi sampai pukul 4 sore dan pada malam hari areal ini akan berganti menjadi areal tempat makan yang buka dari malam sampai subuh sehingga area ini tetap hidup. Dapat di akses dengan berjalan kaki maupun bersepeda. Areal masuk menggunakan kendaraan bermotor sudah ditentukan, yaitu melaluijalan Veteran dan terbagi 2, menuju podium lantai 3 dan menuju area parkir di belakang gedung GOR.

Kehadiran hotel sebagai pelengkap apartemen memiliki dampak peningkatan nilai tanah melalui kedatangan wisata dan menjadikan kawasan sebagait tempat wisata Heritage sehingga membantu penyebaran pengembangan Kota Medan. Sedangkan aspek sustainable yang dihasilkan lebih secara skala besar dimana tapak master plan yang memberi ruang terbuka hijau dan kenyamanan bagi pengguna, masyarakat sekitar, dan pengunjung.


(1)

76

Universitas Sumatera Utara Lampiran 2


(2)

77


(3)

78


(4)

79


(5)

80


(6)

81