Pelaksanaan Mediasi Di Pengadilan Negeri Binjai

Berdasarkan wawancara yang dilakukan diketahui bahwa advokat yang berhasil memediasi kedua belah pihak belum memiliki sertifikat mediator. Mediator pada perkara ini dikategorikan ke dalam tipe mediator mandiri yaitu dipilih karena profesinya sebagai advokat, tidak mempunyai hubungan dengan para pihak kecuali hubungan kuasa hukum dan pemberi kuasa, serta tidak mempunyai wewenang untuk memutus sebagaimana mediator hakim.

2. Pelaksanaan Mediasi Di Pengadilan Negeri Binjai

Jumlah perkara perdata yang masuk ke Pengadilan Negeri Binjai sepanjang tahun 2009 bisa dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4: Data Keadaan Jenis Perkara Perdata Gugatan Pada Pengadilan Negeri Binjai 5 Januari 2009 sd 31 Desember 2009, Untuk Perdata Gugatan. No Jenis Perkara Perdata Gugatan Sisa Bln Lalu Msk Jlh Pts Sisa Akhir Minutasi Ket 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Tanah 03 02 05 04 01 01 03 2 Perumahan - - - - - - - 3 Brg Bkn Tnh - - - - - - - 4 Hutang Piutang 01 03 04 03 01 02 01 1 satu perkara gugur 5 Persetujuan Kerja - - - - - - - 6 Sewa Menyewa - 01 01 01 - 01 - 7 Jual Beli 02 - 02 02 - 01 01 8 Warisan 01 01 02 02 - 01 01 9 Perceraian 05 11 16 12 04 11 01 10 Harta Perkawinan - - - - - - - 11 Gadai Hipotik - - - - - - - 12 Perseroan - - - - - - - 13 Persekutuan Adat - - - - - - - 14 Surat Berharga - - - - - - - 15 Pengangkutan Darat - - - - - - - Universitas Sumatera Utara Laut 16 Asuransi - - - - - - - 17 Kepailitan - - - - - - - 18 Merek - - - - - - - 19 Penyalahgunaan Hak - 01 01 01 - - 01 20 Melampaui Batas Kekuasaan - - - - - - - 21 Lain-lain 07 06 13 11 02 09 02 Jumlah 19 25 44 36 08 26 10 Sumber data primer: Laporan Tahunan PN Binjai Dari 44 berkas perkara perdata semuanya diupayakan mengikuti prosedur mediasi sesuai dengan ketentuan PERMA No. 1 Tahun 2008. Perkara perdata yang berhasil mencapai kesepakatan damai melalui proses mediasi di Pengadilan Negeri Binjai oleh mediator hakim berjumlah 1 satu perkara. Sebagian besar berkas berlanjut kembali ke proses persidangan berikutnya. Perkara perdata yang gagal menghasilkan perdamaian melalui mediasi menurut PERMA No. 1 Tahun 2008 berjumlah 40 berkas. Dengan kata lain hampir semua perkara perdata sepanjang tahun 2009 di Pengadilan Negeri Binjai mengalami mediasi gagal karena tidak menemui kesepakatan damai melalui mediasi di pengadilan. Adapun 4 empat berkas perkara perdata dari 44 berkas perkara, 1 satu menghasilkan perdamaian melalui mediasi di pengadilan dengan melibatkan pihak hakim sebagai mediator. 3 tiga perkara lainnya damai dengan melibatkan advokat atau kuasa hukum masing-masing sebagai mediator. Atas kesepakatan para pihak dibuatlah kesepakatan perdamaian baru kemudian dikuatkan dengan akta perdamaian kepada Ketua Majelis Hakim berupa Akta van dadingakte perdamaian. Advokat yang Universitas Sumatera Utara menjadi mediator perkara yang bersangkutan tidakbelum memiliki sertifikat sebagaimana ketentuan Pasal 5 ayat 1. Pada asasnya setiap orang yang menjalankan fungsi mediator wajib memiliki sertifikat mediator. Sertifikat mediator adalah dokumen yang menyatakan bahwa seseorang telah mengikuti pelatihan atau pendidikan mediasi yang dikeluarkan oleh lembaga yang diakreditasi oleh Mahkamah Agung 127 Namun pada pelaksanaannya advokat yang menjalankan fungsi mediator tidakbelum bersertifikat. Hakim di Pengadilan Negeri Binjai tidak satupun yang memiliki sertifikat mediator sebagaimana yang diatur dalam PERMA No. 1 Tahun 2008. Daftar mediator belum ditemui di Pengadilan Negeri Binjai. Demikian juga ruang mediasi yang disediakan masih terkesan asal ada saja. Mediasi di Pengadilan Negeri Binjai belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai prosedur yang ditentukan PERMA No. 1 Tahun 2008. Pelaksanaan mediasi tidak mencapai target. Berdasarkan wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri Binjai 128 , peran hakim yang ditunjuk sebagai mediator sangat besar dalam pelaksanaan mediasi di pengadilan. Hakim harus mengupayakan tercapainya perdamaian diantara kedua belah pihak yang berperkara. Hakim semestinya melakukan pendekatan psikologis terhadap para pihak yang berperkara sehingga upaya mendamaikan bisa optimal. Namun pada praktiknya sangat 127 Pasal 1 butir 11 PERMA No. 1 Tahun 2008 128 Fauzi, hakim pada Pengadilan Negeri Binjai yang ditetapkan sebagai mediator hakim. Universitas Sumatera Utara sulit diimplementasikan mengingat semua keputusan terpulang kembali pada para pihak. mediator hakim hanya menjembatani jalannya mediasi. 129 Ada 2 dua sisi yang menyertai dalam pelaksanaan mediasi di Pengadilan Negeri Binjai, di satu sisi jika mediasi oleh hakim mediator berhasil mencapai kesepakatan, maka pengurangan perkara yang lanjut melalui litigasi akan efektif, berarti tujuan mediasi dapat tercapai. Di sisi lain pada kenyataannya mediasi ini menambah lama waktu penyelesaian dari suatu perkara. 130 Mediasi di Pengadilan Negeri Binjai tidak semata-mata formalitas belaka. Hal ini sangat dipengaruhi oleh keaktifan mediator hakim dalam mengupayakan perdamaian kedua belah pihak meski hasil mediasinya dikembalikan lagi pada para pihak dan kuasa hukumnya. Ada juga mediator hakim yang tidak aktif mengupayakan tercapainya target mediasi ini. 131 Tidak ada alasan hukum untuk mengatakan bahwa pelaksanaan mediasi di pengadilan merupakan proses yang sifatnya formalitas belaka. Hal ini dikarenakan mediasi merupakan aturan yang wajib dilaksanakan. 132 Tercapainya kesepakatan damai oleh para pihak tidak terlepas dari adanya itikad baik dari para pihak yang berperkara itu sendiri. Jika para pihak mau sedikit menurunkan egoismenya, gengsi dan kekerasan hatinya, maka konsensus antara kedua belah pihak dapat dicapai. Perkara perdata yang berhasil mencapai kesepakatan 129 Wawancara dengan Fauzi, hakim Pengadilan Negeri Binjai yang menjadi mediator hakim pada perkara perdata di Pengadilan Negeri Medan. 130 Ibid 131 Ibid. 132 Ibid. Universitas Sumatera Utara melalui mediasi di Pengadilan Negeri Binjai dengan hakim sebagai mediatornya ditemui sebanyak 1 satu perkara. 133 Deskripsi perkara perdata yang berhasil mencapai kesepakatan damai melalui mediasi oleh hakim Pengadilan Negeri Binjai adalah sebagai berikut: Akta Perdamaian untuk perkara perdata No. 21Pdt.G2009PN.BJ. Duduk perkaranya adalah bahwa antara Penggugat Ny. Siti Aman Hasibuan, bertempat tinggal di Jl. Padang Sidempuan Kel. Rambung Barat Kec, Binjai Selatan, mengajukan gugatan terhadap Tergugat I, Ny. Hj. Ratna Yani, bertempat tinggal di. Jl. Letjen Umar Baki, Kel. Paya Roba Kec. Binjai Barat, Kota Binjai, dan Tergugat II, Tn. M. Irfan Tanjung, bertempat tinggal di Jl. Letjen Umar Baki, Kel. Paya Roba, Kec. Binjai Barat Kota Binjai, yang didampingi oleh Kuasa Hukumnya Azriadi. Posita gugatannya menyatakan Penggugat menggugat Tergugat I dan Tergugat II karena tidak mengakui bahwa suami Tergugat I dan ayah dari Tergugat II telah menerima uang titipan dari Penggugat sejumlah Rp. 135.800,- seratus tiga puluh lima juta delapan ratus ribu rupiah dan Para Tergugat tidak mau mengembalikan uang titipan tersebut kepada Pihak Penggugat. Setelah surat gugatan tersebut masuk ke Pengadilan Negeri Binjai dan telah dilakukannya penetapan Ketua Pengadilan Negeri Binjai tentang penunjukan Majelis Hakim, Ketua Majelis Hakim menetapkan nama mediator untuk menangani proses mediasi paling lama 40 empat puluh hari kerja terhitung sejak tanggal penetapan. 133 Ibid. Universitas Sumatera Utara Dari penetapan mediator, yang memediasi perkara tersebut diatas adalah Rosmina, hakim Pengadilan Negeri Binjai. Mediasi kedua belah pihak mencapai kesepakatan damai yang dituangkan dalam lembar Kesepakatan Perdamaian. Poin- poin persetujuan yang dimuat dalam lembar tersebut sekaligus juga memuat kesepakatan antara Penggugat dan Para Tergugat untuk mencabut Perkara Perdata di Pengadilan Negeri Binjai dengan nomor perkara No. 21Pdt.G2009PN.BJ. Karena telah dicapainya perdamaian antara para pihak maka para pihak datang menghadap ke Pengadilan Negeri Binjai untuk dibuatkan Akta Perdamaian. Bahwa mereka bersedia untuk mengakhiri persengketaan antara mereka seperti termuat dalam surat gugatan tersebut, dengan jalan perdamaian melalui proses mediasi di pengadilan dengan Mediator Rosmina. Bahwa Para Tergugat pada dasarnya mengakui kebenaran gugatan Penggugat yang pada pokoknya menyatakan suami Tergugat I dan ayah dari Tergugat II telah menerima uang titipan dari Penggugat sejumlah Rp. 135.800,- seratus tiga puluh lima juta delapan ratus ribu rupiah dan Para Tergugat akan mengembalikan uang titipan tersebut kepada Pihak Penggugat sejumlah Rp. 112.500.000,- seratus dua belas juta lima ratus ribu rupiah. Bahwa Para Tergugat mengembalikan uang titipan tersebut secara bertahap yaitu pertama dibayarkan pada hari Kamis tanggal 17 Desember 2009 dihadapan Majelis Hakim yang menyidangkan perkara ini sejumlah Rp. 100.000.000,- seratus juta rupiah dan tahap kedua kekurangannya sejumlah Rp. 12.500.000,- dua belas juta Universitas Sumatera Utara lima ratus ribu rupiah akan dibayarkan oleh Tergugat kepada Penggugat pada hari Senin tanggal 18 Januari 2010 di Kantor Pengadilan Negeri Binjai. Bahwa dengan telah dibayarkan oleh Tergugat kepada Penggugat uang seluruhnya berjumlah Rp. 112.500.000,- seratus dua belas juta lima ratus ribu rupiah maka seluruh surat-surat bukti titipan uang tidak berlaku lagi dan tidak dapat dipergunakan lagi sebagai bukti. Bahwa diantara para pihak tidak akan ada lagi saling menuntut yang berkaitan dengan uang titipan ini. Bahwa kedua belah pihak mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa perkara tersebut untuk menguatkan kesepakatan perdamaian dalam akta perdamaian. Seluruh isi persetujuan perdamaian tersebut dibuat secara tertulis pada hari Kamis tanggal 3 Desember 2009 dan dibacakan kepada kedua belah pihak, maka mereka masing-masing menerangkan dan menyatakan menyetujui seluruh isi persetujuan perdamaian tersebut. Berdasarkan persetujuan diatas maka Majelis Hakim Pengadilan Negeri Binjai mengadili kedua belah pihak yang amar putusannya sebagai berikut: 1 Menghukum kedua belah pihak yaitu Penggugat dan Tergugat I serta Tergugat II tersebut untuk menaati isi persetujuan yang telah disepakati tersebut diatas 2 Menghukum kedua belah pihak untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 319.000,- tiga ratus sembilan belas ribu rupiah masing-masing separuhnya. Universitas Sumatera Utara Dengan adanya akta perdamaian diatas maka perkara ini sudah selesai dan tidak perlu dilanjutkan ke proses persidangan berikutnya. Dengan kata lain proses mediasi di pengadilan bisa dikatakan berhasil dengan hakim sebagai mediatornya. Menurut salah seorang advokat 134 sebelum para pihak membawa persoalannya ke pengadilan, biasanya di antara mereka telah lebih dahulu ada mediasi secara kekeluargaan. Ketika mediasi informal itu tidak menemukan kata sepakat atau buntu, dan para pihak pun sama-sama berkeras serta masing-masing mengedepankan kepentingannya, maka dibawalah permasalahan ini ke Pengadilan Negeri Binjai. 135 Pada waktu advokat melayangkan somasi kepada pihak lawan kliennya, dan ditanggapi dengan datangnya para pihak di kantor advokat yang bersangkutan. Maka diadakanlah proses mediasi dalam pertemuan tersebut. Dari mediasi yang dilakukan akhirnya dicapailah kesepakatan untuk berdamai dan perkara ini tidak sampai dibawa ke pengadilan. 136 Pelaksanaan mediasi kadang kala hanya sebatas formalitas, hal ini disebabkan mediatornya tidak sungguh-sungguh bertujuan untuk mendamaikan para pihak. Hakim, misalnya tidak bersemangat untuk menyelesaikan perkara ini melalui mediasi. Apalagi dalam PERMA No.1 Tahun 2008 disebutkan bahwa mediator hakim tidak dibayar, otomatis hal ini berdampak pada kinerjanya dalam menjalankan fungsi mediator. 137 134 Saifuddin AW, advokat yang menangani perkara di Pengadilan Negeri Binjai. 135 Berdasarkan wawancara dengan Saifuddin AW. 136 Ibid. 137 Ibid. Universitas Sumatera Utara Faktor penyebab sering gagalnya mediasi adalah pendekatan yang digunakan mediator hanya sebatas pendekatan hukum. Dalam proses mediasi hendaklah dilakukan dengan pendekatan hati, itikad baik dan nurani. Agar proses berjalan dengan lancar dan hasil yang diharapkan dapat tercapai sangat diperlukan para pihak yang terlibat melepas kepentingan jangka pendeknya. 138 Pendapat yang menyatakan bahwa advokat lebih senang apabila perkara kliennya berlanjut terus sampai putusan daripada selesai melalui mediasi adalah tidak benar. Hal ini dinyatakan berkaitan dengan honorarium yang diterima dari klien dapat menjadi lebih besar apabila perkara terus berlanjut. Pembayaran honor advokat biasanya sudah dilakukan di awal penandatanganan surat kuasa. Jadi advokat malah lebih diuntungkan bila perkaranya selesai melalui mediasi di pengadilan karena tidak perlu berlama-lama menangani perkara tetapi honor telah diterima di depan. 139 Satu masalah lagi yaitu mengenai mediator yang wajib memiliki sertifikat mediator sesuai Pasal 5 ayat 1 PERMA No. 1 Tahun 2008, pada praktiknya sangat sulit memperolehnya. Informasi yang beredar bahwa biaya sertifikasi mediator dari Mahkamah Agung sekitar Rp. 6 juta, tetapi faktanya bisa sampai Rp. 25 juta. Hal ini menjadi penghambat diperolehnya sertifikat mediator. 140 Adanya mediasi di pengadilan masih lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Karena meskipun jumlah perkara yang berhasil diselesaikan lewat mediasi masih 138 Ibid. 139 Ibid. 140 Ibid. Universitas Sumatera Utara minim tetapi tetaplah berarti untuk mengurangi penumpukan perkara di pengadilan. Namun hendaklah mediasi tidak menjadi bagian dari persyaratan saja karena konsep awal mediasi adalah dengan kesukarelaan para pihak. Mediasi tidak bisa dipaksakan wajib dijalani oleh para pihak sehingga seringkali sifatnya mengarah pada formalitas saja. Mediator harus punya kesungguhan dan semangat dalam menjalankan fungsinya demi tercapainya kesepakatan yang diharapkan bersama. 141 Mediator pada perkara ini dikategorikan ke dalam tipe mediator otoritatif yaitu hakim berasal dari institusi Pengadilan Negeri Binjai dan memiliki kapasitas mengarahkan hasil perundingan.

3. Pelaksanaan Mediasi Di Pengadilan Negeri Kisaran