Kepala Daerah Dipilih Secara Demokratis

36 Dalam hal jumlah elektorat pula yang tercatat di dalam Pemilu Nasional di Indonesia adalah Pemilu satu hari yang tergolong kedua terbesar di dunia setelah Amerika Serikat. Menurut sensus nasional April 2010, total populasi di Indonesia saat ini adalah 237,56 juta jiwa. Batas umur minimal sebagai pemilih adalah 17 tahun pada hari pemilihan atau usia berapapun asalkan telah atau pernah menikah. Bagi negara-negara yang menyebut dirinya sebagai negara demokrasi, Pemilu merupakan ciri penting yang harus dilaksanakan secara berkala sesuai dengan peraturan yang ada. Pemilu diselenggarakan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, DPD, DPR, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi maupun KabupatenKota, dan DPRD Provinsi maupun KabupatenKota. Pemilu perlu diselenggarakan secara berkala dikarenakan beberapa hal sebagai berikut: 1. Menyalurkan pendapat atau aspirasi dari rakyat mengenai beberapa aspek kehidupan bersama dalam masyarakat yang berkembang dari waktu ke waktu. 2. Kondisi kehidupan bersama dalam masyarakat dapat pula berubah, baik karena pengaruh dunia internasional ataupun karena faktor dalam negeri sendiri. 3. Perubahan-perubahan aspirasi dan pendapat rakyat juga dimungkinkan terjadi karena pertambahan jumlah penduduk dan rakyat yang dewasa. 4. Pemilu perlu diadakan secara teratur untuk menjamin terjadinya pergantian kepemimpinan negara, baik eksekutif maupun legislatif.

2.2 Pemilihan Kepala Daerah Pilkada

2.2.1 Kepala Daerah Dipilih Secara Demokratis

Untuk melaksanakan Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diperlukan Undang-Undang Pemerintahan Daerah yang substansinya antara lain memuat ketentuan tentang Pemilihan Kepala Daerah Pilkada. Dalam hubungan itu, untuk melaksanakan ketentuan tersebut adalah kewenangan dari pembuat undang-undang untuk memilih cara pemilihan langsung maupun cara lain tersebut harus berpedoman pada asas-asas Pemilu yang berlaku secara umum. 37 Dalam menjabarkan maksud “dipilih secara demokratis” dalam Pasal 18 ayat 4 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pembuat undang-undang telah memilih cara Pilkada secara langsung, maka sebagai konsekuensi logisnya, asas-asas penyelenggaraan Pemilu harus tercermin dalam penyelenggaraan Pilkada yaitu langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil yang diselenggarakan oleh lembaga yang independen. Terhadap pendapat apakah Pilkada langsung termasuk kategori Pemilu yang secara formal terkait dengan ketentuan Pasal 22E UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan segala peraturan penjabaran dari pasal a quo, Pilkada langsung tidak termasuk dalam kategori Pemilu sebagaimana dimaksudkan Pasal 22E Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Namun demikian Pilkada secara materiil untuk mengimplementasikan Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu dalam penyelenggaraannya dapat berbeda dengan Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22E Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, misalnya dalam hal regulator, penyelenggara, dan badan yang menyelesaikan hasil Pilkada, meskipun harus tetap didasarkan atas asas-asas Pemilu yang berlaku. 16 Mekanisme pengisian jabatan kepala daerah dilakukan dengan cara dipilih secara demokratis. Pengertian dipilih secara demokratis mempunyai makna yang fleksibel yaitu bisa dipilih secara langsung oleh rakyat melalui DPRD. Dipilih secara langsung oleh rakyat adalah demokratis, dipilih melalui DPRD juga sama demokratisnya. Namun, Valina Singka Subekti, memaknai dipilih secara demokratis adalah dipilih rakyat secara langsung, sebagai upaya untuk meningkatkan aspek akuntabilitas Gubernur, Bupati, dan Walikota kepada rakyat.

2.2.2 Pemilihan Gubernur, Pemilihan Bupati, atau Pemilihan Walikota

Dokumen yang terkait

Efektifitas Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilukada oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi

3 55 122

KAJIAN YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA HASIL PEMILUKADA OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI (Berdasarkan Peraturan Mahkamah Konstitusi No. 15 Tahun 2008 Tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Putusan Mahkamah Konstitusi No.

0 4 15

KAJIAN YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA HASIL PEMILUKADA OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI (Berdasarkan Peraturan Mahkamah Konstitusi No. 15 Tahun 2008 Tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Putusan Mahkamah Konstitusi No.

0 2 15

KAJIAN YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 41/PHPU.D-VI/2008 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN GUBERNUR JAWA TIMUR

0 3 18

PENDAHULUAN PERTIMBANGAN YURIDIS MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM PUTUSANNYA MENGENAI PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2009 TERKAIT DENGAN DPT.

0 2 20

Perubahan Atas Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Tahapan, Kegiatan, dan Jadwal Penaganan Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota

0 0 15

Perubahan Atas Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Pedoman Beracara Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota Dengan Satu Pasangan Calon

0 0 12

Perubahan Atas Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Pedoman Beracara dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota

0 0 11

TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN BERACARA DALAM PERKARA PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN - Kajian Terhadap Kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2015 (Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 1/PHP.BUP-XIV/2016

0 0 26