Kategori Kenderaan Persamaan Bina Marga

II.4. Kategori Kenderaan

Survey volume lalu-lintas yang dipakai acuan dewasa ini oleh Direktorat Jenderal Bina Marga mengkategorikan 11 kendaraan termasuk kendaraan tidak bermotor non motorised. Sebelumnya, survai pencacahan lalu lintas dengan cara manual perhitungan lalu-lintas tersebut mengkategorikan menjadi 8 kelas Ditjen Bina Marga Pd-T-19-2004. Tabel 2.16 membedakan beberapa kategori kendaraan tersebut. Untuk perencanaan perkerasan jalan digunakan 11 klasifikasi kendaraan. Untuk perencanaan geometrik, digunakan hanya 5 kelas kendaraan MKJI, 1997. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.16. Kategori Jenis Kendaraan Berdasarkan 3 Referensi IRMS, BM BM 1992 MKJI 1997 1 Sepeda motor, skuter, kendaraan roda tiga 1 Sepeda motor, skuter, sepeda kumbang dan roda tiga 1 Sepeda motor MC, kendaraan bermotor roda 2 dan 3 2 Sedan, jeep, station wagon 2 Sedan, jeep, station wagon 2 Kendaraan Ringan LV: Mobil penumpang, oplet, mikrobus, pickup, bis kecil, truk kecil 3 opelet, pikup opelet, suburban, kombi, dan mini bus 3 opelet, pikup opelet, suburban, kombi, dan mini bus 4 Pikup, mikro truk, dan Mobil Hantaran 4 Pikup, Mickro Truk, dan Mobil Hantaran 5a Bus Kecil 5 Bus 3 Kendaraan Berat LHV: Bis, Truk 2 as, 5b Bus Besar 6 Truk 2 as 6 Truk 2 sumbu 7a Truk 3 as 7 Truk 3 sumbu atau lebih dan Gandengan 4 HGV: Truk 3 as, dan truk kombinasi Truk Gandengan dan Truk Tempelan. 7b Truk Gandengan 7c Truk Tempelan Semi trailer 8 Kendaraan tidak bermotor: Sepeda, Beca, Dokar, Keretek, Andong. 8 Kendaraan tidak bermotor: Sepeda, Beca, Dokar, Keretek, Andong. 5 Kendaraan Tidak Bermotor UM Sumber : Jurnal Perencanaan Volume Lalu-Lintas Untuk Jalan Universitas Sumatera Utara

II.5. Persamaan Bina Marga

Lalu lintas pada lajur rencana w 18 diberikan dalam kumulatif beban gandar standar. Untuk mendapatkan lalu lintas pada lajur rencana ini digunakan perumusan berikut ini : w 18 = D D x D L x ŵ 18 Dimana : D D = faktor distribusi arah. D L = faktor distribusi lajur. ŵ 18 = beban gandar standar kumulatif untuk dua arah. Lalu-lintas yang digunakan untuk perencanaan tebal perkerasan lentur adalah lalu-lintas kumulatif selama umur rencana. Besaran ini didapatkan dengan mengalikan beban gandar standar kumulatif pada lajur rencana selama setahun w 18 dengan besaran kenaikan lalu lintas traffic growth. Secara numerik rumusan lalu-lintas kumulatif ini adalah sebagai berikut : W t = w 18 x i i n 1 1 − + Dimana : W t = jumlah beban gandar tunggal standar kumulatif. w 18 = beban gandar standar kumulatif selama 1 tahun. n = umur pelayanan tahun. i = perkembangan lalu lintas . Untuk menentukan ITP indeks tebal perkerasan suatu perkerasan di Indonesia biasanya digunakan rumus persamaan Bina Marga pada dasarnya bersumber dari Universitas Sumatera Utara rumus AASHTO. Kemudian rumus tersebut disesuaikan dengan kondisi yang ada di Indonesia yaitu dengan menyesuaikan beberapa parameternya. Rumus umumdasar persamaan menurut AASHTO’93 adalah : Log W t = Z R x So + 9,36 Log SN + 1 – 0,20 + 19 , 5 1 1094 4 , + +     − − SN IPf IPo IPt IPo Log + 2,32 x Log M R - 8,07 Persamaan Metode Analisa KomponenBina Marga’2002 adalah : Log W t = Z R x So + 9,36 Log ITP + 1 – 0,20 + 19 , 5 1 1094 4 , + +     − − ITP IPf IPo IPt IPo Log + 2,32 x Log M R - 8,07 Dimana : W 18 = Perkiraan jumlah beban sumbu standar ekivalen 18-kip Z R = Deviasi normal standar So = Gabungan standard error untuk perkiraan lalu-lintas dan kinerja ΔIP = Perbedaan antara indeks permukaan jalan awal IPo dan Indeks permukaan jalan akhir design IPt, IPo-IPt M R = Modulus resilient IPo = Indeks permukaan jalan awal initial design serviceability index IPt = Indeks permukaan jalan akhir terminal serviceability index IPf = Indeks permukaan jalan hancur minimum 1,5 Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI

III.1 UMUM Pada kondisi ideal, berat, daya angkut, dan dimensi kendaraan yang melewati suatu jalan menjadi acuan dalam pembangunan suatu jalan. Akan tetapi perkembangan dalam teknologi transportasi sering tidak diimbangi peningkatan desain jalan, sehinggga daya angkut dan dimensi kendaraan perlu diatur. Daya angkut dan dimensi kendaraan diatur dengan beberapa tujuan seperti, melindungi jalan dari kerusakan dini sehingga umur jalan dapat dipertahankan, mewujudkan standar keselamatan jalan, mewujudkan standar tingkat pelayanan lalu lintas, dan mewujudkan standar tingkat pelayanan lingkungan. Akibat yang ditimbulkan oleh muatan berlebih overloading adalah kerusakan jalan sebelum periode umur teknis tercapai. Secara langsung kondisi yang terjadi adalah kerusakan jalan secara langsung yang dapat mengakibatkan kemacetan yang pada akhirnya merugikan pemerintah sebagai pengelola jalan dan masyarakat umum. Dengan keterbatasan dana pemeliharaan, kondisi ini akan mengakibatkan dana tersedot pada suatu lokasi yang akan mengurangi alokasi untuk jaringan yang lain, yang pada akhirnya akan mengakibatkan kerusakan pada seluruh jaringan Jurnal Masterplan Transportasi Darat 2005, hal III-11. Kerusakan jalan mengindikasikan kondisi struktural dan fungsional jalan yang sudah tidak mampu memberikan pelayanan yang optimal terhadap pengguna jalan, seperti ketidaknyamanan dan ketidakamanan penggua jalan mengemudikan kendaraan di atas permukaan jalan yang bergelombang dan licin. Beban lalu lintas kendaraan yang dapat berupa peningkatan beban dan repetisi beban. Makin Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

PENGARUH BEBAN BERLEBIH (OVERLOAD) TERHADAP UMUR RENCANA PERKERASAN KAKU JALAN RAYA.

1 10 21

ANALISA KERUSAKAN PERKERASAN JALAN AKIBAT BEBAN KENDARAAN BERLEBIH TERHADAP UMUR RENCANA PERKERASAN.

1 13 19

PENGARUH BEBAN BERLEBIH (OVERLOAD) TERHADAP UMUR RENCANA PERKERASAN JALAN.

0 6 17

ANALISA PENGARUH BEBAN BERLEBIH (OVERLOAD) TERHADAP UMUR RENCANA PERKERASAN JALAN MENGGUNAKAN Analisa Pengaruh Beban Berlebih (Overload) Terhadap Umur Rencana Perkerasan Jalan Menggunakan Nottingham Design Method (Studi Kasus : Ruas Jalan Pantura).

0 1 20

PENDAHULUAN Analisa Pengaruh Beban Berlebih (Overload) Terhadap Umur Rencana Perkerasan Jalan Menggunakan Nottingham Design Method (Studi Kasus : Ruas Jalan Pantura).

1 11 8

ANALISA PENGARUH BEBAN BERLEBIH (OVERLOAD) TERHADAP UMUR RENCANA PERKERASAN JALAN MENGGUNAKAN Analisa Pengaruh Beban Berlebih (Overload) Terhadap Umur Rencana Perkerasan Jalan Menggunakan Nottingham Design Method (Studi Kasus : Ruas Jalan Pantura).

0 0 16

ANALISIS BEBAN BERLEBIH (OVERLOAD) TERHADAPUMUR PELAYANAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN Analisis Beban Berlebih (Overload) Terhadap Umur Pelayanan Jalan Dengan Menggunakan Metode Analitis (Studi Kasus Ruas Jalan Tol Semarang).

0 1 18

ANALISIS BEBAN BERLEBIH (OVERLOAD) TERHADAPUMUR PELAYANAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN Analisis Beban Berlebih (Overload) Terhadap Umur Pelayanan Jalan Dengan Menggunakan Metode Analitis (Studi Kasus Ruas Jalan Tol Semarang).

0 0 16

Pengaruh Beban Berlebih Truk Batubara Terhadap Umur Sisa dan Umur Rencana Perkerasan Lentur.

5 18 28

Pengaruh Beban Berlebih Truk Batubara Terhadap Umur Sisa dan Umur Rencana Perkerasan Lentur.

0 3 28