PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
World Health Organization telah menetapkan bahwa tanggal 31 Mei sebagai hari bebas tembakau sedunia. Hal ini menunjukkan semakin meningkatnya perhatian
dunia terhadap akibat negatif rokok bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia.
1
Data WHO tahun 2002 menyebutkan bahwa Indonesia mengkonsumsi tembakau rokok sebesar 217.000 miliar batang sehingga Indonesia menempati
urutan kelima di antara negara-negara dengan tingkat agregat konsumsi tembakau tertinggi dunia setelah Cina 1.697.291 miliar batang, Amerika 463.504 miliar
batang, Rusia 375.000 miliar batang, Jepang 299.085 miliar batang.
2,13
Konsumsi rokok meningkat terus sebesar 67 pada kurun waktu 1980-1990 dan menurun
sebesar 54 selama periode 1990-2000. Pada tahun 2001, konsumsi menurun sampai 199 milyar batang berdasarkan data United State Departement of Agriculture
USDA 1960-2002.
3
Prevalensi merokok pada pria meningkat cepat seiring dengan bertambahnya umur, dari 0,7 10-14 tahun menjadi 24,2 15-19 tahun, melonjak ke 60,1
20-24 tahun yang umumnya kelompok umur 20-24 tahun adalah mahasiswa. Pada kelompok umur 20-24 tahun memiliki prevalensi merokok paling tinggi disebabkan
karena kemudahan dalam mengakses rokok di dalam kampus.
3,6
Kebiasaan merokok yang dapat merugikan diri sendiri telah terbukti berhubungan dengan banyak penyakit diantaranya penyakit jantung, penyakit
Universitas Sumatera Utara
pernapasan, kanker paru, bronkhitis kronik, kenaikan tekanan darah, kanker mulut, tenggorok, kerongkongan, serta gangguan pembuluh darah, gangguan kehamilan dan
cacat pada janin. Selain itu, dampak merokok pada mahasiswa dapat merusak kehidupan pribadi bahkan menurunkan kualitas kehidupan pada masa akan
datang.
1,7,8,9
Salah satu akibat dari kebiasaan merokok yang terjadi di rongga mulut adalah smoker’s melanosis, menunjukkan prevalensi sekitar 31 yang terdapat pada
gingiva cekat mandibula di bagian labial. Ciri-cirinya adalah makula berwarna kecoklatan, disebabkan karena meningkatnya produksi melanin oleh melanosit dan
letaknya dengan lapisan sel basal dan lamina propria, pigmentasinya bersifat reversibel walaupun biasanya hilang setelah betahun-tahun atau setelah berhenti
kebiasaan merokok. Gambaran klinik pada melanosis menunjukkan sama dengan pigmentasi dan makula melanotik.
10,11
Di Swedia, dari hasil studi terhadap 31.000 kulit putih, sebanyak 21.5 perokok memperlihatkan smokers melanosis, sementara hanya 3 of non-smokers
yang menderita lesi melanosis. Dalam sebuah studi terhadap subjek penelitian komunitas Thailand dan Malaysia, hampir semua memperlihatkan pigmentasi
fisiologis tetapi perokok lebih banyak memperlihatkan pigmentasi di atas permukaan rongga mulut. Studi di Nigeria melaporkan prevalensi 52 pigmentasi pada
perokok dan 6 pada tidak perokok. Mukosa bukal adalah tempat yang paling umum terhadap smoker’s melanosis Norderyd, 1998.
12
Universitas Sumatera Utara
Namun sampai saat ini belum diketahui dengan secara pasti apakah kebiasaan merokok yang dapat menimbulkan terjadinya smoker’s melanosis, sehingga perlu
dilakukan penelitian khususnya dikalangan mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara FMIPA USU. Hasil penelitian ini
nantinya diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang dengan usaha memberikan pengetahuan tentang kebiasaan merokok yang dapat menyebabkan
timbulnya smoker’s melanosis. 1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah umum yaitu
Apakah ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya smoker’s melanosis di kalangan mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara? Masalah khusus yang dapat dirumuskan yaitu :
1. Apakah ada hubungan antara jenis rokok yang dihisap dengan smoker’s
melanosis rongga mulut pada mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara ?
2. Apakah ada hubungan hubungan antara lama merokok dengan smoker’s
melanosis rongga mulut pada mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara ?
Universitas Sumatera Utara
3. Apakah ada hubungan hubungan antara jumlah rokok yang dihisap
dengan smoker’s melanosis rongga mulut pada mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara ?
4. Apakah ada hubungan hubungan antara cara menghisap rokok dengan
smoker’s melanosis rongga mulut pada mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara ?
1.3. Hipotesis Penelitian