BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang M asalah
M asjid yang berfungsi sebagai pusat kegiat an kaum M uslim, memiliki kedudukan dan art i sangat pent ing bagi kehidupan masyarakat beriman dari segala
sekt or dan penjuru kehidupan. Polit ik, ekonomi, sosial, dan budaya, bahkan sam pai urusan pert ahanan dan keamananpun bermarkas di masjid. Demikianlah
keberadaan masjid yang dalam sejarah kegemilangan peradaban Islam senant iasa memiliki peran sent ral sebagai t empat memut uskan dan mengendalikan gerak
kehidupan masyarakat luas. Selain fungsi pokoknya menjadi t empat unt uk beribadah kepada Allah, ada fungsi-fungsi lain dari m asjid; fungsi sosial
kemasyarakat an, fungsi pendidikan, dan fungsi ekonomi. Sut armadi,2001:17 Bila m enilik keberadaan m asjid-m asjid bersejarah di Nusant ara pun, t idaklah
bisa diabaikan akan peranannya dalam membina dan mengont rol set iap akt ivit as yang t erjadi di kalangan m asyarakat . M asjid-masjid selalu dibangun berdampingan
dengan pusat-pusat kekuasaan sekaligus bersanding dengan pasar sebagai t empat kegiat an ekonomi umat . Tat a let ak t iap bangunan mencerminkan adanya sat u
kesat uan yang diikat oleh cahaya iman. Di pusat-pusat pemerint ahan, posisi masjid jami’ senant iasa menghadap Alun-alun, yang konon kabarnya sebagai t em pat
berkumpul khalayak dalam mobilisasi umum Ah mad M ansyur,1995:167 . Jadi, di m asa-masa aw al sejarah Islam Indonesia, masjid masih memerankan fungsi pent ing
1
bagi kehidupan umat . Denyut kehidupan t erpompa dari pusat peribadat an, bait ullah.
Sebagai rum ah yang sangat suci, t erhormat ,dan sebagai simbol kebanggaan segenap kaum muslimin, masjid yang bagus dan baik adalah masjid yang indah
bangunannya, ramai jama’ahnya dan bagus pengelolaannya. M asjid yang demikianlah yang bisa berdampak posit if bagi perubahan dit engah-t engah
masyarakat . Rasulullah SAW. secara syari’at t elah melet akkan konsep dasar pembangunan masjid secara menyeluruh yang berfungsi sebagai t empat
pem bent ukan m asyarakat seut uhnya; ilm u penget ahuan, sosial, polit ik, ekonom i, kebudayaan, dan ket ahanan umat . Dengan demikian seharusnya set iap masjid bisa
berfungsi sebagai Islamic Cent re Pusat Kegiat an Umat DDII,vii . M asjid Nabaw i semasa hidup Rasulullah pernah berfungsi sebagai kamp pelat ihan milit er,
mahkamah pengadilan, t empat penyampaian pidat o polit ik, gedung parlem en, t empat menerima delegasi asing, balaikot a, klinik medis, bahkan
sekolah universit as. Peranan-peranan it u kemudian dilanjut kan oleh masjid-masjid pelopor set elahnya, sampai t iba suat u masa ket ika perhat ian kaum muslimin hanya
t ercurah pada bangunan dan seni arsit ekt ur m asjid sem at a; seolah-olah m asjid- masjid it u sedang diperlombakan dalam ajang penganugerahan rekor t ert ent u.
Padahal masjid memiliki peranan besar dalam seluruh dimensi kehidupan umat Islam. M asjid merupakan simbol yang menggambarkan pet a kekuat an mereka, yang
menyat ukankat a mereka, dan mew ujudkan set iap makna kebaikan. Tanpa masjid,
persat uan kaum muslimin mudah dipat ahkan; mereka akan bercerai-berai. Huri Yasin,2011:1
Karena it u, Rasulullah menaruh perhat ian yang begit u besar t erhadap masjid. Di manapun beliau berada; Quba, M adinah, dan sebagainya; adalah masjid
yang selalu menjadi pusat perhat iannya. Selain it u masjid juga mendapat perhat ian dari para Khulafaur Rasyidin, pemimpin umat Islam sepanjang masa. Set iap kali baru
saja membuka kaw asan baru, past ilah mereka membangun masjid sebelum membangun rumah, kot a, dan pasar. Pasalnya mereka benar-benar memahami
masjid. Juga memahami peranannya yang begit u besar bagi kehidupan umat Islam. Sebab, masjid merupakan kut ub pergerakan masyarakat muslim sekaligus poros
kegiat an mereka. Huri Yasin,2011:2 Fungsi m asjid pada zam an Rasulullah bukan sekedar sebagai t em pat unt uk
melaksanakan sholat semat a. M asjid pada masa it u juga dipergunakan sebagai madrasah bagi umat M uslim unt uk menerima pengajaran Islam. M asjid juga
menjadi balai pert emuan unt uk mempersat ukan berbagai unsur kekabilahan. M asjid juga berfungsi sebagai t empat unt uk bermusyaw arah dan menjalankan
rodapemerint ahan. Keberadaan masjid pada era Rasulullah lebih t epat dikat akan sebagai inst it usi yang membangun peradaban umat Islam yang modern.
Di m asa-masa sesudahnya, ket ika peradaban Islam masih mendominasi dunia, t ercat at bahw a para penjelajah muslim sepert i Ibnu Bat ut a, Ibnu Jubair, dan
lainnya mengisahkan bagaimana dengan mudahnya mereka berint eraksi dengan kaum muslimin di set iap daerah yang mereka kunjungi sew akt u singgah di
masjidnya, padahal mereka sama-sekali belum mengenal penduduknya sebelum it u. M ereka saling bert at ap muka di masjid; berjumpa dengan saudara-saudara seiman
yang shalat berjama’ah; dijamu; disediakan segala sarana ist irahat ; dibukakan pint u rumah dan pint u hat i; permint aan merekapun dikabulkan. Tidak lama kemudian
mereka langsung dipert emukan dengan pembesar daerah it u, set elah t ahu mereka t ergolong ulama kaum muslimin.
Kedudukan dan peranan masjid di bidang kemanusiaan juga t ampak menonjol sew akt u kit a ket ahui bahw a beberapa masjid ikut andil mengobat i orang-
orang yang sakit dan t erluka. Di sana t erdapat apot ek yang menyediakan berbagai jenis obat dan minuman un t uk memberikan pert olongan pert ama pada orang-orang
yang shalat , t erut ama pada hari jum’at yang disesaki jama’ah. Cont ohnya M asjid Thulun M esir, di sana ada peraw at dan dokt er yang siap menangani para jamaah
yang jat uh pingsan, khususnya hari Jum’at ; layaknya pet ugas medis unit reaksi cepat di rum ah-rumah sakit zaman sekarang. Huri Yasin,2011:153
M asyarakat muslim adalah bagian yang t ak t erpisahkan dari masjid, hampir set iap hari kaum muslim senant iasa mengunjungi masjid sebagai bent uk realisasi
dari keimanan mereka. M aka bisa dipast ikan, masjid akan senant iasa ada pengunjungnya, t erlebih lagi jika dat ang hari jum’at , semua kaum muslim dengan
penuh kesadaran dan ant ausiasme yang t inggi hadir mengunjungi masjid unt uk menunaikan kew ajiban syar’i shalat jum’ at .
Kaum muslimin dan masjid adalah dua hal yang t idak mungkin berpisah. Ket ika masjid berdiri, bisa dipast ikan akan adanya orang Islam yang senant iasa
berusaha unt uk mengelola dan memakmurkannya. Begit u juga bila di suat u daerah hanya baru ada sedikit orang muslim, past ilah mereka berusaha mendirikan t empat
ibadah at au masjid meskipun dalam bent uk yang sangat sederhana. Demikianlah fenomena kehidupan kaum muslim sepanjang sejarahnya.
Sekalipun kaum muslim t idak bisa dipisahkan dari masjid, bukan berart i mereka yang senant iasa akt if m enjalankan ibadah set iap w akt u di m asjid at aupun
yang berdomisili di sekit arnya bisa mengambil manfaat dari masjid di lingkungannya. Banyak kasus lapangan yang memberikan bukt i nyat a bahw a set elah
masjid berdiri dengan megah dan kokoh diiringi pendapat an kas masjidnya melimpah, namun masyarakat muslim di lingkungan masjid yang kehidupanmereka
masih serba kesusahan dan kebingungan belum bisa dat ang ke masjid unt uk sekedar mencari solusi memecahkan persoalan yang dihadapi sekedar
m eringankan beban yang m enghim pit hidupnya. M asjid belum bisa diharapkan dan belum mampu memberi jaw abandalam mengat asi problemat ika kehidupan umat
disekelilingnya. Keadaan demikian bisa dikat a aneh bila mengingat kas`masjid yang melimpah t api masyarakat seput aran masjid yang didera kesusahan belum bisa
mengambil manfaat dari keberadaan masjid. M engapa hal ini mest i t erjadi? Ada dua hal yang bisa diajukan unt uk menjaw ab permasalahan demikian,
pert ama ; masih banyaknya pengurus masjid yang belum mampu mengelola
masjidnya dengan baik dan t epat . Hal ini disebabkan karena minimnya SDM pengurus masjid yang memiliki bekal penget ahuan yang benar t ent ang masjid dan
fungsinya bagi masyarakat M uslim. Akibat nya berujung pada pengelolaan masjid
yang asal jalan dan t idak memiliki visi, misi yang jelas t ent ang masjid dan masyarakat sekelilingnya. Program kerjapun belum t ersusun dengan rapi, sebagai
akibat nya keberhasilan sat u periode Takmir M asjid belum bisa diukur dengan past i. M ayorit as t akmir masjid sement ara w akt u baru mampu menunjukkkan hasil
kerjanya dalam membangun fisik masjid semat a. Namun belum mampu membangun kesejaht eraan umat sekelilingnya, w alaupun bangunan fisik masjidnya
sangat megah dit opang oleh dana yang melimpah. Kedua; masih banyaknya t akmir m asjid hari ini yang t idak memahami realit as masayarakat muslim di sekit ar
masjidnya sendiri secara baik, sehingga empat i dan kepedulian t erhadap mereka sangat kurang. Rut init as kegiat an t akmir sement ara ini masih t erbat as pada dat ang
dan pulang dari masjid semata. Jarang kit a jumpai pengurus masjid berusaha menyelami kondisi masyarakat muslim di lingkungan masjid yang diurusnya,
sehingga peran sebagai pemimpin umat belum bisa benar-benar mew ujud dan dirasakan dalam realit a harian yang t idak hanya sebat as di dalam masjid saja.
Jumadi,2011:22-25 Jaw aban pert ama menyirat kan sebuah realit as mandegnya kreat ivit as
pengurus masjid dalam mengembangkan dan membuat t erobosan-t erobosan baru unt uk kemakmuran masjid yang dit opang kesejaht eraan w arga masjid set empat .
M inim nya ilm u dan penget ahuan m engant arkan pada akibat-akibat susulan yang berant ai sehingga rasa kepemilikan juga kepedulian sert a kerinduan masyarakat
pada masjid semakin menipis.
Paradigma t ent ang pengurus masjid perlu diperbaharui mengingat bet apa st rat egisnya masjid bila difungsikan sebagai pemant ik kebangkit an umat . Bukan
hanya berhent i pada megahnya bangunan fisik belaka yang menjadi ukuran keberhasilan pengurus masjid dalam mengelola dan memajukan masjidnya. Perlu
ada ide-ide baru dan segar sesuai kebut uhan yang diperlukan w arga lingkungan masjid set empat , sehingga masjid bisa menjadi t empat kembali bila ada berbagai
persoalan yang dihadapi jama’ahnya. Alasan ini dibut uhkan orang-orang yang berkapabilit as unt uk menjadi pengurus masjid. Bukan asal-asalan. M aka sudah
saat nya unt uk disem arakkan pelat ihan-pelat ihan t akmir masjid sebagai bekal aw al membangkit kan kekuat an umat berbasis masjid.
Adapun kenyat aan bahw a masih banyaknya pengurus masjid yang kurang memahami realit as sosial di lingkungan masjidnya karena berbagai alasan akan
kesibukan diri pengurus sehingga t idak sempat unt uk memperhat ikan gerak kehidupan masyarakat , maka perlu adanya pemikiran supaya siapapun yang
menjadi t akmir masjid bukan dari kalangan yang t elah t erlalu padat jadw al kegiat an mereka sehingga t ugas pokok sebagai t akmir t erabaikan. Hal demikian dipilih
karena rasa sayang dan kasihan bila t ugas yang sangat mulia ini t erabaikan dan t ersia-siakan, sement ara t elah menant i pert anggungjaw aban di hadapan Allah Azza
w a Jalla. M enjadi t akmir masjid memang dit unt ut unt uk pro akt if demi t ercapainya fungsi masjid dalam membant u jama’ah menyelesaikan problem kehidupannya,
sehingga diperlukan banyak w akt u unt uk bersosialisasi dengan masyarakat sekit ar m asjid.
M enurut Hermaw an K. Dipojono Ket ua Umum Badan Pelaksana Yayasan Pembina M asjid Salman ITB, Dosen Pasca Sarjana Inst rumensi dan Kont rol
Depart emen Teknik Fisika, Fakult as Teknologi Indust ri ITB dalam makalahnya M asjid Sebagai Pusat Informasi Unt uk M embent uk Komunit as Belajar Berbasis
M asjid, menyat akan bahw a ada sejum lah alasan m engapa M asjid dit unt ut unt uk
lebih pro akt if memberikan kont ribusi dalam penyelesaian masalah yang dihadapi m asyarakat, alasan-alasan t ersebut adalah:
a. M asjid mempunyai resources pot ensi, baik yang t angible t erukur maupun
int engible t idak t erukur unt uk memberikan kont ribusi dalam
menyelesaikan masalah yang muncul di masyarakat . b.
Inst it usi M asjid t ersebar merat a hampir ke pelosok t anah air sehingga pot ensi pengem bangannya m enjadi suat u jaringan nasional yang efekt if
merupakan sebuah keniscayaan. c.
M asjid yang m erupakan sebuah inst it usi norm at if m em punyai kekuat an daya him pun yang relat if lebih kuat dibanding inst it usi lainnya di t engah-
t engah umat d.
M asjid mempunyai akt ifit as massal rut in, sehingga bisa menjadi basis kekuat an kaum M uslimin unt uk menyelesaikan semua permasalahan yang
ada dalam segala aspek kehidupan. DDII:31-32 Fungsi ideal masjid sepert i paparan di at as belumlah t erealisasi secara
m aksim al dalam kehidupan nyat a kaum m uslim in saat ini. Pergeseran peran dan fungsi masjid sehingga hanya digunakan sebagai sarana ibadah mahdhah saja begit u
menggejala dan t ampak t elah menjadi sebuah model ideal sebuah masjid. Padahal sesungguhnya ada sesuat u yang keliru dalam mempersepsikan peran dan fungsi
m asjid sebagai sarana t ransform asi ilm u dan penget ahuan unt uk pijakan kaum muslim dalam menggapai kejayaan di dua alam.
Kurang berfungsinya masjid secara maksimal di ant aranya disebabkan oleh rendahnya penget ahuan dan pemahaman masyarakat t ent ang masjid. Selain itu,
perhat ian kit a masih t erfokus pada usaha pengadaan sarana fisik. Padahal, pemenuhan kebut uhan non-fisik unt uk memakmurkan masjid sepert i yang
diperint ahkan Allah dalam Al Quran, hingga saal ini masih relat if t erabaikan. Krisis peranan masjid perlu dicermat i sehingga masjid t idak menjadi saksi
bisu dalam ingar-bingar perubahan sosial umat nya. M asjid perlu dilihat kembali sebagai agen t ransformasi umat dengan memperluas peranan dan fungsinya yang
t idak lagi sebat as serambi shaf-shaf shalat yang kosong t anpa jemaah. Sudah saat nya masjid direkonst ruksi sebagai inst it usi agama yang modern yang dilengkapi
dengan fasilit as-fasilit as yang dapat memberdayakan umat dan t idak lagi sekadar sebagai sarana penyelenggara shalat . Oleh sebab it u, pengelolaan masjid
memerlukan manajemen yang profesional dan mempunyai kegiat an yang inovat if ht t p silfiahananisyafei.blogspot .com.diunduh, 3 Februari 2012, jam 15.45
Takmir masjid haruslah menjadi orang-orang yang cerdas unt uk memakmurkan masjid dengan berbagai kegiat an yang melibat kan semua komponen
masyarakat , sehingga akan menumbuhkan rasa t anggungjaw ab bersama t erhadap kemakmuran masjid. Suasana ideal ini bisa t ercipt a bila pihak t akmir mampu
mengenali dan menggali pot ensi-pot ensi yang ada di lingkungan masjidnya. M enurut Nasrullah Jumadi, dalam 5 Langkah M udah M embent uk dan
M engopt imalkan Bait ul M aal M asjid, menyebut kan 3 jenis pot ensi yang harus
diopt imalkan pemanfaat annya yait u: a. Pot ensi spirit dan mot ivasi umat t erhadap masjidnya, b. Pot ensi dana umat ,
dan c. Pot ensi sumber daya manusia di sekit ar masjid.
Jumadi,2011:34-40 Sem ua pot ensi yang ada di sekit ar m asjid tersebut bi la mampu
dimanfaat kan dengan opt imal maka diharapkan bisa memberikan peranan besar unt uk kesejaht eraan hidup masyarakat di lingkungan masjid. Sehingga masjid
mampu memerankan dirinya sebagai t empat unt uk mengadu dan memberi solusi berbagai problemat ika kehidupan umat di lingkungannya. Lebih-lebih masjid
dengan pot ensi sumber dananya bisa berfungsi sebagai lembaga penanggulangan bahaya ket erjerat an umat dari prakt ek rent ernir dan ribaw i. Namun kenyat aan
bercerit a lain, kini mayorit as masjid belum berperan demikian hebat . Hal ini disebabkan karena masyarakat muslim belum menjadikan masjid sebagai pusat
kegiat an dan akt ivit as, sehingga masjid baru berfungsi sebagai t empat ibadah mahdhah semat a. Jum adi,2011:44 M aka t idak heran bila berbagai persoalan
umat belum mampu dicarikan solusinya lew at masjid. Hal ini t ent u sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan masjid pada
masa silam yang mampu berperan sedemikian luas, disebabkan ant ara lain oleh: 1.
Keadaan masyarakat yang masih sangat berpegang t eguh kepada nilai, norma, dan jiw a agama.
2. Kemampuan pembina-pem bina m asjid menghubungkan kondisi sosial dan
kebut uhan masyarakat dengan uraian dan kegiat an masjid. 3.
M anifest asi pemerint ahan t erlaksana di dalam masjid, baik pada pribadi - pribadi pemimpin pemerint ahan yang menjadi imam khat ib maupun di
dalam ruangan-ruangan m asjid yang dijadikan t empat- t empat kegiat an pemerint ahan dan syura musyaw arah.
Keadaan it u kini t elah berubah, sehingga t imbullah lembaga-lembaga baru yang m engam bil alih sebagian peranan m asjid di m asa lalu, yait u organisasi-
organisasi keagam aan sw ast a dan lembaga-lembaga pemerint ah sebagai pengarah kehidupan duniaw i dan ukhraw i umat beragama. Lembaga-lembaga it u memiliki
mampuan mat erial dan t eknis melebihi masjid. Fungsi dan peranan masjid besar sepert i yang disebut kan pada masa
keemasan Islam it u t ent unya sulit diw ujudkan pada masa kini. Namun, ini t idak berart i bahw a masjid t idak dapat berperan di dalam hal-hal t ersebut . Apabila masjid
dit unt ut berfungsi membina umat , t ent u sarana yang dimilikinya harus t epat , menyenangkan dan menarik semua umat , baik dew asa, kanak-kanak, t ua, muda,
pria, w anit a, yang t erpelajar maupun t idak, sehat at au sakit , sert a kaya dan miskin. M ukt amar Risalat ul M asjid di M akkah pada t ahun 1975, t elah
men diskusikan dan mensepakat i, bahw a suat u m asjid baru dapat dikat akan berperan secara baik apabila memiliki ruangan, dan peralat an yang memadai
unt uk: a.
Ruang shalat yang memenuhi syarat-syarat kesehat an.
b. Ruang-ruang khusus w anit a yang memungkinkan mereka keluar masuk
t anpa bercampur dengan pria baik digunakan unt uk shalat , maupun digunakan unt uk Pendidikan Kesejaht eraan Keluarga PKK.
c. Ruang pert emuan dan perpust akaan.
d. Ruang poliklinik, dan ruang unt uk memandikan dan mengkafankan mayat .
e. Ruang bermain, berolahraga, dan berlat ih bagi remaja.
Semua hal di at as harus diw arnai oleh kesederhanaan fisik bangunan, namun harus t et ap menunjang peranan masjid ideal t ermakt ub. Karena menurut
pengamat an sement ara pakar, sejarah kaum M uslim menunjukkan bahw a perhat ian yang berlebihan t erhadap nilai-nilai arsit ekt ur dan est et ika suat u masjid
sering dit andai dengan kedangkalan, kekurangan, bahkan kelumpuhannya dalam pem enuhan fungsi-fungsinya. Seakan-akan nilai arsit ekt ur dan est et ika dijadikan
konpensasi unt uk menut up-nut upi kekurangan at au kelumpuhan t ersebut . Quraish,1999:462
Negeri kit a, yang konon jumlah masjid t ermasuk langgar dan mushalla, dari t ahun ke t ahun t erus meningkat . Jika pada t ahun 1977 rumah ibadah umat Islam
berjumlah 392.044, maka pada t ahun 2004 menjadi 643.834. ini berart i ada kenaikan sebesar 64 persen. Namun jumlah peningkat an ini menurut Kepala Bagian
Kemasjidan Depart emen Agama, A. Juraidi M A, relat if kecil dibanding persent ase kenaikan t empat ibadah agama lain yang rat a-rat a di at as 100 persen [Dalam kurun
yang sama, rumah ibadah Krist en bert ambah dari 18.977 menjadi 43.909, at au naik 131 persen. Sedangkan rumah ibadah Kat holik naik dari 4.934 menjadi 12.473 at au
meningkat 153 persen, dan rumah ibadah Budha meningkat dari 1.523 menjadi 7.129, at au naik 368 persen].
Berapapun peningkat an jumlah masjid it u, yang past i jumlah masjid di Tanah Air semakin banyak. Tapi sayang, eksist ensinya t idak didukung oleh manajemen
kepengurusan yang baik. Salah sat u kendalanya adalah rendahnya kualit as sumberdaya manusia SDM pengurus masjid. “ Saat ini banyak masjid yang diurus
oleh orang-orang yang t idak lulus perguruan t inggi,” ujar Juraidi. Padahal kualit as SDM pengurus masjid sangat menent ukan akt ivit as masjid. Hingga t ak bisa
dipungkiri masih banyak masjid yang belum berfungsi sebagaimana mest inya: m asjid sebagai t empat pembinaan dan pencerahan umat . Kebanyakan masjid saat
ini hanya berfungsi sebagai t empat shalat jamaah saja. Tak lebih dari it u. Seharusnya masjid menjadi t empat kegiat an yang mencerahkan umat dan
membant u merangsang peningkat an ekonomi umat , misalnya dengan adanya koperasi , lembaga pendidikan, bahkan klinik di masjid. Karena it u pengurus masjid
harus memiliki w aw asan luas, profesional, dan mau t erjun langsung melakukan kegiat an di masjid.
M enurut Ket ua Ikat an Da’i Indonesia Ikadi Prof. Dr. Satori Ismail, unt uk memakmurkan masjid harus ada upaya meningkat kan kualit as umat . Sebab orang-
orang yang bisa memakmurkan masjid adalah mereka yang memiliki krit eria sepert i yang disebut kan dalam al-Qur’an surt at-Taubah ayat 18. “ M ereka yang dapat
memakmurkan masjid adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, yang senant iasa menegakkan shalat , menunaikan zakat , dan t idak t akut
kepada siapapun selain Allah,” paparnya. Para pengurus masjid harus memiliki
program pendekat an kepada umat agar me reka mau dat ang ke masjid. Ada dat a siapa saja dari masyarakat sekit ar masjid yang rut in dat ang ke masjid. Sement ara
yang belum akt if bisa diajak melalui orang-orang t erdekat yang sudah akt if di m asjid.
Hal senada dikat akan H. Suhada Bahri. M enurut Ket ua Dew an Dakw ah Islamiyah Indonesia DDII it u, sebaiknya para pengurus masjid melakukan
pembenahan int ernal. Sebab, selama ini mereka cenderung hanya memikirkan soal- soal fisik pembangunan masjid. Soal pembinaan dan pencerdasan umat belum
t erlaksana, padahal masjid adalah t empat pencerdasan umat . Pengurus masjid, kat a Dr. Suhairi Ilyas Lc.M A. dari Dew an Kemakmuran
M asjid Pengurus Pusat muhammadiyah, rat a- rat a t idak dibekali dengan pelat ihan- pelat ihan at au kursus-kursus unt uk meningkat kan kualit asnya. Tambahan lagi Ket ua
Lembaga Takmir M asjid Indonesia Nahdhat ul Ulama LTM I-NU , Syarifuddin M uhammad, mengat akan fungsi masjid sangat t ergant ung kepada pengurusnya.
Kecerdasan pengurus dalam melihat dan memanfaat kan peluang-peluang bagi kemakmuran masjid sesuai dengan kondisi masing-masing sangat dibut uhkan.
Pendirian lembaga keuangan syari’ah BM T Bait ul M aal w a Tamw il , membangun koperasi, at au mengadakan pelat ihan kew irausahaan, mendirikan lembaga
pendidikan, mengadakan kursus bahasa, pelat ihan ket rampi lan, poliklinik, dll Fat khurrozi,2007:12-13 . Semua it u sangat menghajat kan pada kemampuan
pengurus masjid.
Fakta-fakt a t ent ang kegelisahan dan keprihat inan yang dikemukakan para t okoh t ent ang kondisi m asjid-masjid di Tanah Air yang belum bi sa berfungsi secara
maksimal diat as, memang ada kekecualinya bagi beberapa masjid di Tanah Air ini. Walaupun harus diakui jumlahnya masih sangat sedikit . M ajalah Gont or edisi
Sya’ban 1428 H memuat cont oh beberapa masjid yang selalu ramai pengunjung unt uk beribadah bukan w isat a , diant aranya: M asjid Ist iqlal, M asjid Kebon Jeruk,
M asjid Falet ehan, dan M asjid Raya Pondok Indah. Semuanya di Jakart a. Pada um um nya m asjid-masjid it u mamiliki manajemen pengelolaan yang baik.
Yogyakart a, kot a bersejarah di republ ik ini, dit empat i sat u m asjid yang kegiat annya sangat lah dinamis. It ulah M asjid Jogokariyan yang t erlet ak di kampung
Jogokariyan kelurahan M ant rijeron kecamat an M ant rijeron Kot a Yogyakart a. Pengurus masjid Jogokariyan ini, berupaya semaksimal mungkin unt uk
memakmurkan masjid dengan berbagai macam kegiat an unt uk kemaslahat an jamaahnya, t ermasuk dalam upaya pemberdayaan masyarakat yang berbasis
m asjid. Kegiat an didikut i oleh segala lapisan m asyarakat dari yang m asih anak-anak sampai usia t ua selama masih mampu berakt ifit as di masjid. Rut init as jamaah shalat
lima w akt u selalu dihadiri banyak pesert a dari kampung ini. Bahkan t erlihat pula tamu-t amu dari luar yang sering mengikut i jamaah di Jogokariyan. Kegiat an-
kegiat an layanan kemasyarakat an, mulai dari kajian agama, layanan kesehat an, sampai juga konsult asi berbagai persoalan kehidupan dilakukan disela-sela
pelaksanaan shalat jam aah. Observasi dan w aw ancara penulis dengan bagian Kerumaht anggaan pada t anggal 2 Desember 2012
Kondisi masjid Jogokariyan yang boleh dikat a t elah mampu memberikan banyak kont ribusi posit if bagi masyarakat sekit ar bila dit ilik dari indikasi -indikasi
yang mendukungnya baik dari berbagai macam acara yang selalu mew arnai kedinamisan masjid ini at aupun pernyat aan-pernyat aan t am u yang silih bergant i
berombongan unt uk menimba berbagai ilmu dan pengalaman dalam mengelola masjid, menjadikan masjid ini banyak dilirik unt uk dijadikan percont ohan. Bahkan
ada beberapa t amu dari luar negeri yang diant arkan ke masjid ini unt uk st udi banding. Dan konon juga kini seorang mahasisw a Jepang dalam merampungkan
desert asi S3 nya mengadakan penelit ian di kampung Jogokariyan yang berbasis di m asjid ini. Waw ancara denga Ust ad M uhammad Jazir pada t anggal 25 desember
2012 Namun sejauh penelusuran yang penulis lakukan, penelit ian t ent ang
pemberdayaan masyarakat berbasis masjid di Jogokariyan yang fokus dalam bidang keagamaan, pendidikan, dan ekonomi ini belumlah ada, oleh karena it u penelit ian
ini dimaksudkan unt uk mendeskripsikan apa saja peranan yang t elah dilakukan masjid Jogokariyan dalam memberdayakan masyarakat dalam bidang keagamaan,
pendidikan, dan ekonomi dilingkungannya.
B. Rumusan M asalah