Manajemen strategis Masjid Jogokariyan Yogyakarta.

(1)

MANAJEMEN STRATEGIS MASJID JOGOKARIYAN

YOGYAKARTA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Dirasah Islamiyah

Oleh : Erdin Sumardianto NIM. F120915288

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Tesis Erdin Sumardianto ini telah diuji pada tanggal 26 Juli 2017

Tim Penguji:

1. Dr. Khoirul Yahya, MSI (Ketua Penguji) ………

2. Dr. Abdul Chalik, M. Ag (Penguji) ………

3. Prof. Dr. H Shonhadji Soleh, Dip. Is (Penguji) ………

Surabaya, Agustus 2016 Direktur,

Prof. Dr. H. Husein Aziz, M.Ag. NIP. 185601031985031002


(5)

(6)

ABSTRAK

Masjid adalah organisasi dakwah yang sangat penting dalam kesuksesan manajemen dakwah di masyarakat. Sebagai sebuah organisasi, penting untuk menerapkan manajemen dalam pengelolaannya sehingga bisa mencapai kesuksesan dakwah. Realitasnya, banyak masjid yang belum menerapkan manajemen masjid modern dalam mengelola aktivitasnya. Di tengah fenomena tersebut terdapat Masjid Jogokariyan Yogyakarta yang menerapkan manajemen yang modern sehingga berhasil menjadi Masjid Besar Percontohan menurut Kemenag DI Yogyakarta dan Kemenag RI tahun 2016. Kesuksesan Masjid Jogokariyan Yogyakarta ini berlangsung dalam kurun waktu yang panjang, dimulai dari tahun 1999 hingga saat ini dikenal sebagai masjid terbaik di Indonesia. Kesuksesan jangka panjang adalah realitas yang menjadi fokus dari ilmu manajemen strategis. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan manajemen strategis di Masjid Jogokariyan Yogyakarta pada periode tahun 2000-2005. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara dengan pihak sentral yang melaksanakan manajemen strategis yaitu Ketua Umum Masjid Jogokariyan Yogyakarta pada periode 2000-2005 dan ditambah dengan dokumen resmi yang dikeluarkan oleh masjid. Data yang berhasil dikumpulkan dianalisa dengan teori Manajemen Strategis Fred David.

Penelitian menemukan bahwa Masjid Jogokariyan Yogyakarta telah menerapkan manajemen strategis dalam pengelolaannya. Perumusan strategis dilakukan dengan merumuskan visi misi masjid yang dilandasi ideologi kemasjidan, yaitu menjadikan masjid sebagai pusat peradaban Islam. Penilaian keadaan internal dan eksternal masjid juga dilakukan sebagai landasan dalam merumuskan strategi. Setelah perumusan visi misi, penilaian internal dan eksternal dilakukan, maka dibuatkan sebuah Skenario Planning Masjid Jogokariyan periode Jogokariyan Islami yang berisi tujuan jangka panjang masjid beserta indikatornya. Strategi yang ditetapkan untuk mencapai tujuan adalah dengan melakukan penetrasi pasar dan pengembangan produk. Implementasi strategi ini diterapkan dengan membuat kebijakan masjid, menyusun struktur, dan mengalokasikan sumber-sumber daya masjid. Selain itu juga dengan dioperasionalkan ke dalam program-program unggulan seperti Program Pemetaan Jamaah, Program Memasjidkan Masyarakat dan Memasyarakatkan Masjid, Program Pemasaran, Program Jogokariyan Kampung Ramadhan, Program Gerakan Jamaah Mandiri, Program Pemberdayaan Ekonomi Jamaah, dan Program Gerakan Saldo Infak Nol.

Kata kunci: Masjid Jogokariyan Yogyakarta, Manajemen Strategis, Jogokariyan Kampung Ramadhan, skenario planning, Jamaah Mandiri.


(7)

ABSTRACT

The mosque is a da'wah organization that is very important in the success of da'wah management in the society. As an organization, it is important to implement management in order to achieve the success of da'wah. In reality, many mosques have not implemented modern mosque management in managing their activities. In the middle of the phenomenon, there is Jogokariyan Mosque in Yogyakarta which applied modern management so that it succeeded to become “Masjid Besar

Percontohan” according to Ministry of Religion of Yogyakarta and Ministry of Religion of Indonesia in 2016. This success take place for a long time, starting from 1999 until now known as the best mosque in Indonesia. Long-term success is the reality that becomes the focus of strategic management science.

This research aims to describe the implementation of strategic management in Jogokariyan Mosque in the period 2000-2005. The research was conducted by using descriptive-qualitative approach. The data were collected by conducting interviews with the central figure who carried out the strategic management of the General Chairman of the Jogokariyan Mosque in the period 2000-2005 and added with official documents issued by the mosque. Then, it was analyzed with Strategic Management theory by Fred David.

The study found that Jogokariyan Mosque of Yogyakarta has implemented strategic management in its management. The strategic formulation was done by formulating the vision and mission of mosque based on the Ideology of Mosque, which is to make mosque as center of Islamic Civilization. Assessment of internal and external circumstances of the mosque is also done as a foundation in formulating a strategy. After that, a Jogokariyan Mosque Planning Scenario of Jogokariyan Islami period contains the long-term objectives of the mosque along with its indicators was set. The strategy to achieve the goal was to penetrate the market and product development. Implementation of this strategy was executed by making mosque policy, arranging structure, and allocating mosque resources. Moreover, it is also operationalized into leading Programs such as “Program

Pemetaan Jamaah”, “Program Memasjidkan Masyarakat dan Memasyarakatkan

Masjid”, “Program Pemasaran”, “Program Jogokariyan Kampung Ramadhan”,

“Program Gerakan Jamaah Mandiri”, “Program Pemberdayaan Ekonomi Jamaah”, and “Program Gerakan Saldo Infak Nol.”

Keywords: Jogokariyan Mosque, Yogyakarta, Strategic Management, Jogokariyan Kampung Ramadhan, Scenario Planning.


(8)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ... i

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN PENGUJI ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

MOTTO ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

UCAPAN TERIMA KASIH ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR GAMBAR ... xx

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 11


(9)

xii

D. Tujuan Penelitian ... 12

E. Kegunaan Penelitian ... 13

F. Penelitian terdahulu ... 13

G. Metode Penelitian ... 22

1. Pendekatan Penelitian ... 22

2. Lokasi Penelitian ... 23

3. Sumber Data ... 23

4. Teknik Pengumpulan Data ... 24

5. Instrumen Penelitian... 24

6. Teknik Analisis Data ... 24

7. Pengujian Kredibilitas Data ... 26

H. Outline Penelitian ... 26

BAB II : KERANGKA TEORETIK A. Manajemen Dakwah ... 28

1. Pengertian dan Tujuan Manajemen Dakwah ... 28

2. Komponen Manajemen Dakwah ... 29

a. Da’i (Pelaku Dakwah) ... 30

b. Mad’u (Objek Dakwah) ... 32

c. Maddah (Materi Dakwah) ... 33


(10)

xiii

e. Thariqah (Metode Dakwah) ... 35

f. Atsar (Efek Dakwah) ... 36

3. Langkah-langkah Manajemen Dakwah... 37

a. Perencanaan dakwah (Takhthith) ... 37

b.Pengorganisasian dakwah (Thanzhim) ... 39

c. Penggerakan dakwah ... 41

d.Pengendalian dan evaluasi dakwah ... 42

B. Manajemen Masjid ... 43

1. Konsep Dasar Masjid ... 43

a. Pengertian Masjid ... 43

b.Fungsi Masjid ... 44

2. Manajemen Kemasjidan ... 46

a. Dinamika Problematika Masjid ... 46

b.Penerapan Prinsip-Prinsip Manajemen Masjid ... 48

c. Materi Pokok Manajemen Masjid ... 50

C. Model Manajemen Strategis (Fred R. David) ... 57

1. Hakikat Manajemen Strategis ... 58

a. Pengertian Manajemen Strategis ... 58

b.Tahap-tahap Manajemen Strategis ... 59


(11)

xiv

d.Komponen-komponen kunci Manajemen Strategis ... 60

e. Model Manajemen Strategis ... 65

2. Perumusan Strategi... 66

a. Visi dan Misi Organisasi ... 66

b.Penilaian Eksternal ... 69

c. Penilaian Internal ... 72

d.Strategi-strategi dalam Tindakan ... 74

3. Penerapan program kerja... 78

a. Menerapkan program kerja sesuai isu-isu strategis manajemen ... 78

b.Menerapkan program kerja per bidang kerja ... 83

4. Penilaian dan Evaluasi program kerja ... 86

a. Hakikat evaluasi program kerja ... 86

b.Proses evaluasi program kerja ... 86

c. Kerangka kerja evaluasi program kerja ... 87

BAB III : PROFIL MASJID JOGOKARIYAN YOGYAKARTA A. Sejarah Berdirinya Masjid Jogokariyan ... 89

1. Gambaran tentang Kampung Jogokariyan ... 89

2. Nama Masjid ... 91

3. Lokasi Masjid Jogokariyan Yogyakarta... 92


(12)

xv

5. Makna Penting Dokumentasi ... 95

6. Logo Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 96

7. Bangunan Masjid ... 96

B. Program Unggulan Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 98

1. Pemetaan Jamaah ... 98

2. Mengundang Jamaah ke Masjid dengan Penuh Hormat ... 99

3. Gerakan Infak Selalu Tersisa Nol Rupiah ... 100

4. Gerakan Jamaah Mandiri ... 100

5. Skenario Planning ... 101

C. Susunan Pengurus Ta’mir Masjid Jogokaryan Periode 2009-2013 ... 102

D. Prestasi yang telah diraih Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 106

1. Masjid Besar Percontohan DIY oleh Kemenag Yogyakarta ... 106

2. Masjid Besar Percontohan Idarah Nasional 2016 oleh Kemenag RI ... 106

E. Jadwal Kegiatan Rutin Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 108

BAB IV : MANAJEMEN STRATEGIS MASJID JOGOKARIYAN YOGYAKARTA A. Perumusan Visi dan Misi serta Perencanaan Program Kerja Masjid Jogokariyan Yogyakarta... 111

1. Perumusan Visi dan Misi Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 112


(13)

xvi

b.Proses Perumusan Visi dan Misi Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 117

c. Penilaian Lingkungan Eksternal Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 130

d.Penilaian Internal Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 136

2. Perencanaan Program Kerja Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 142

a. Skenario Planning Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 142

b.Strategi Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 149

c. Langkah-langkah Manajemen Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 161

d.Prinsip manajemen Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 166

e. Program Kerja Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 168

B. Pelaksanaan Program Kerja Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 169

1. Tujuan Tahunan Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 169

2. Kebijakan Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 171

a. How to image ... 171

b.How to manage ... 174

c. How to make success ... 175

3. Alokasi sumber daya Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 176

4. Pengelolaan Konflik SDM Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 178

5. Struktur Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 180

6. Pengelolaan Resistensi atas Perubahan ... 183


(14)

xvii

a. Program Litbang (Pemetaan Jamaah) Masjid Jogokariyan Yogyakarta 185

b.Program “Memasjidkan Masyarakat dan Memasyarakatkan Masjid” . 188

c. Program Pemasaran Kegiatan Masjid Jogokariyan Yogyakarta

(Undangan, Spanduk, Website) ... 192

d.Program Jogokariyan Kampung Romadhon ... 197

e. Program Gerakan Jamaah Mandiri ... 201

f. Program Pemberdayaan Ekonomi Umat ... 212

g.Program Gerakan Saldo Infaq Nol ... 215

C. Evaluasi Program Kerja Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 218

1. Hasil yang didapatkan ... 219

a. Program Litbang (Pemetaan Jamaah) Masjid Jogokariyan Yogyakarta 219 b.Program Memasjidkan Masyarakat dan Memasyarakatkan Masjid... 220

c. Program Pemasaran ... 220

d.Program Jogokariyan Kampung Ramadhan ... 221

e. Program Gerakan Jamaah Mandiri ... 222

f. Program Pemberdayaan Ekonomi Warga ... 222

g.Program Gerakan Saldo Infaq Nol ... 223


(15)

xviii

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 226

B. Saran ... 230

DAFTAR PUSTAKA ... 232


(16)

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penerimaan Infaq Masjid Jogokariyan ... 5

Tabel 2. Skenario Planning Masjid Jogokariyan ... 7

Tabel 3. Profil Bangunan Masjid Jogokariyan ... 96


(17)

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model Manajemen Strategis Fred David ... 65 Gambar 2. Peta Dakwah Masjid Jogokariyan ... 219


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ajaran Islam adalah konsepsi sempurna dan komprehensif yang diturunkan oleh Allah swt kepada Rasulullah Muhammad saw, karena berisi tatanan sistem kehidupan yang tidak hanya memiliki dimensi duniawi, melainkan juga mengandung dimensi ukhrawi. Sebagai sebuah sistem kehidupan, konsekuensi logisnya adalah adanya upaya-upaya yang harus dilakukan untuk amar ma’ruf nahi

munkar kepada sesama manusia dalam aktivitas dakwah. Allah memerintahkan di dalam QS Ali Imrah ayat 1041 yang berbunyi:

نُك ت

ل و

ۡ

َ

َي لِإَ ن ُعۡ يَٞة م

ُ

أَ ۡ ُكنِ م

ٱ

َِرۡي

ۡ

ل

َ

َِبَ نوُرُ

ۡ

أ ي و

ٱ

َِفوُرۡع

ۡ

َ

َ ِن عَ نۡ ۡن ي و

ٱ

َ ِر

كنُ ۡ

َ

َُ ُهَ كِئ

ٰٓ لْوُأ و

ٱ

َ ن ُحِ ۡفُ

ۡ

َ٤و٤

َ

َ

104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung

Dalam pelaksanaannya, dakwah tidak mungkin diimplementasikan secara sembarangan. Kita bisa melihat dalam sejarah bagaimana tantangan yang dihadapi oleh Rasulullah ketika menyampaikan dakwah. Tantangan berupa embargo ekonomi, ancaman pembunuhan, siksaan secara fisik, bahkan pengusiran dari Kota


(19)

2

Mekkah dialami oleh Rasulullah.2 Tantangan dakwah saat ini barangkali tidak sama secara bentuk, namun secara prinsip memiliki kesamaan. Maka dengan persoalan yang kompleks seperti itu, menjadikan pelaku dakwah tidak mungkin menghadapi secara personal dan tidak profesional. Sebaliknya pelaksanaan dakwah harus dilaksanakan secara bersama-sama, sinergis, teratur rapi dengan persiapan yang matang serta sistem kerja yang efektif. Dari sinilah penting bagi pelaku dakwah untuk memanfaatkan ilmu manajemen dalam mengelola dakwah.3 Penggunaan

disiplin ilmu manajemen dalam mengelola dakwah ini menghasilkan ilmu yang disebut dengan Manajemen Dakwah.

Menurut KBBI, manajemen berarti 1) penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran.4 Biasanya dilakukan dengan empat fungsi yaitu Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling.5 Sedangkan dakwah, secara etimologis berasal dari Bahasa Arab, yaitu da’a, yad’u, da’wan, du’a yang diartikan sebagai mengajak/menyeru, memanggil, seruan, permohonan, dan permintaan. Para ilmuwan Islam menyatakan bahwa dakwah adalah setiap usaha aktivitas dengan lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah SWT,6 kepada keinsafan,7 termasuk amar ma’ruf nahi munkar untuk bisa memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.8

2 Husain Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, terj., Ali Audah, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1989), 127 – 180.

3 Mahmudin, Manajemen Dakwah Rasulullah, (Jakarta: Restu Ilahi, 2004), hal 7 4 http://kbbi.web.id/manajemen diakses pada tanggal 18 oktober 2016 pukul 22.00. 5 Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE, 2009), 23-27

6 Nasarudin Latif, Teori dan Praktik Dakwah Islamiah,(Jakarta: Firma Dara, tt), 11. 7 Quraish Shihab, Membumikan Al Quran, (Bandung: Mizan, 1992), 194.


(20)

3

Dari uraian dua konsep di atas bisa diambil kesimpulan bahwa manajemen dakwah adalah aktivitas pengelolaan, pengaturan, dan penataan sumber-sumber daya organisasi (lembaga dakwah) dalam upaya untuk mencapai tujuan dakwah. Penggunaan prinsip-prinsip manajemen dalam aktivitas dakwah akan mampu mengangkat level profesionalitas gerak dakwah, sebab tiap langkah dakwah telah melalui proses perhitungan dan pertimbangan yang mendalam oleh manajer dakwah agar tujuan dakwah bisa tercapai secara efektif dan efisien.9

Masjid sebagai salah satu lembaga dakwah seyogyanya juga menerapkan manajemen dakwah ini dalam menjalankan aktivitasnya. Namun realitas yang sering peneliti jumpai ternyata menunjukkan sebaliknya. Siswanto menyatakan dalam bukunya tentang beberapa problematika dalam pengelolaan masjid antara lain: bangunan masjid yang kurang memenuhi kebutuhan jamaah, sistem pengajaran Islam yang kurang baik, syiar Islam dengan cara yang kurang simpati, pengelolaan yang kurang terorganisir dan konflik intern pengurus, kurang berkembangnya himpunan jamaah masjid dan organisasi remaja masjid, sdm yang masih lemah, dan dana masjid yang minim.10 Hal-hal di atas membuktikan bahwa secara umum masjid saat ini belum menerapkan manajemen yang baik dalam menjalankan program-programnya.

Penelitian lain juga membuktikan bahwa problematika masjid sering terjadi akibat dari ketiadaan proses manajemen dari pengurusnya yang cenderung tertutup, tidak aktif, dan keluarga sentris. Keberpihakan pada satu golongan atau paham

9 Zaini Muhtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: PT al Amin Press, 1996), 37. 10 Siswanto, Panduan Pengelolaan Himpunan Jama’ah Masjid, (Jakarta : Pustaka Amani, 2002), 10-13.


(21)

4

tertentu juga sering terjadi sehingga mengakibatkan kegiatan masjid kehilangan gairah karena keadaan jamaah yang sebenarnya beragam dipaksakan untuk fanatik kepada golongan tertentu saja. Selain itu, kurangnya inovasi dalam mengelola program masjid mengakibatkan kegiatan masjid tidak hidup sehingga masjid seperti

“menganggur”.11

Di tengah realitas kurangnya penerapan manajemen oleh lembaga dakwah, ada keunikan yang peneliti temukan di salah satu masjid di Yogyakarta. Masjid Jogokariyan namanya, adalah sebuah masjid di Yogyakarta yang sudah sangat terkenal karena berbagai prestasinya.

Berdasarkan study pendahuluan yang peneliti lakukan, masjid ini memiliki beberapa keunggulan dalam hal manajemen. Indikasi awal yang bisa dilihat adalah adanya website official masjid yang cukup aktif dan dalam kondisi update.12 Tidak

jarang dijumpai lembaga-lembaga formal yang memiliki website resmi namun tidak terurus dan content yang tidak up to date. Berbeda dengan situs Masjid Jogokariyan yang penuh dengan informasi profil, program, berita, dan lain-lain.

Indikasi lainnya adalah adanya program Jamaah Mandiri yang mulai dijalankan pada tahun 2000, dengan program ini Masjid Jogokariyan berhasil memenuhi kebutuhan operasional masjid dalam 1 tahun dengan kemandirian jamaahnya sendiri dengan hanya berinfak Rp 1500/pekan. Data menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun sebagai berikut :

11 Moh E Ayub, Manajemen Masjid, (Jakarta : Gema Insani, 1996), 21-23.


(22)

5

Tabel 1. Tabel penerimaan infaq Masjid Jogokariyan13

Tahun Infaq per tahun Progress Keterangan

Sebelum - 1999 Rp. 8.460.000,- -

2000 – 2004 Rp 43.200.000,- 510 %

Setelah Gerakan Infaq Mandiri sudah berjalan

2004 – 2006 Rp 95.720.000,- 221 %

2006 – 2008 Rp 255.000.000,- 266 %

2008 – 2010 Rp 354.280.000,- 138 %

Prestasi lainnya adalah fakta bahwa jamaah sholat subuh berjamaah di masjid ini separuh jamaah sholat jumat,14 dengan total kapasitas 1350 jamaah, maka ada lebih dari 500 jamaah sholat subuh berjamaah. Tentu saja ini adalah jumlah yang cukup besar untuk sebuah sholat berjamaah di subuh hari dimana orang-orang terbiasa untuk melakukan sholat subuh di rumah.

Selain itu, Masjid Jogokariyan juga memiliki program pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan sistem baitul mal yang dikelola dengan sistem kedermawanan

(charity) dan pemberdayaan (empowerment).15 Program pemberdayaan ekonomi ini mampu menggerakkan daya beli dan tingkat kesejahteraan jamaah di sekitar Masjid Jogokariyan. Dengan berbagai keunggulan tadi, maka wajar jika pada bulan

13 Muhammad Jazir, Menuju Jamaah Mandiri, Arsip Masjid Jogokariyan.

14 http://www.icmi.or.id/blog/2015/09/jamaah-subuh-di-masjid-jogokariyan-separuh-shalat-jumat diakses pada tanggal 19 oktober 2016 pukul 22.06.

15 Azis Muslim, ModelPemberdayaan Ekonomi Masyarakat Miskin Perkotaan Berbasis Tanggung


(23)

6

Agustus 2016 lalu, Masjid Jogokariyan ditahbiskan sebagai Masjid Besar Percontohan DIY.16

Kemajuan-kemajuan di atas banyak menarik minat peneliti untuk menjadikan Masjid Jogokariyan Yogyakarta sebagai objek kajian dalam penelitian ilmiah berupa skripsi, jurnal, tesis, bahkan disertasi. Topik yang banyak diteliti berkaitan dengan manajemen Masjid Jogokariyan Yogyakarta dalam mengelola program dakwah dan penggalangan dananya. Namun terdapat topik lain yang juga tidak kalah menarik untuk diteliti.

Dari penelusuran lanjutan, peneliti juga menemukan bahwa Pengurus Masjid Jogokariyan memiliki indikasi-indikasi telah melaksanakan manajemen strategis dalam pengelolaannya. Manajemen strategis adalah salah satu aspek penting dalam manajemen. Manajemen strategis dapat diartikan sebagai usaha manajerial menumbuhkembangkan kekuatan perusahaan untuk mengeksploitasi peluang yang muncul guna mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang telah ditentukan.17 Sedangkan Lawrence R. Jauch mendefinisikan manajemen strategis sebagai sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi atau sejumlah strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan.18

16 http://masjidjogokariyan.com/masjid-besar-percontohan-diy/ diakses pada tanggal 19 oktober 2016 pukul 21.57.

17 Suwarsono, Manajemen Strategik: Konsep, Alat Analisa, dan Konteks, (Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan, 1994), 6.

18 Lawrence R. Jauch, Manajemen Strategis & Kebijakan Perusahaan, terj., Murad, (Jakarta: Erlangga, 1993), 6.


(24)

7

Melalui website resminya, peneliti mendapatkan data yang bisa diunduh tentang

Strategic Planning yang berisi visi, misi, dan program kerja dari pengurus.19 Pada

pembahasan selanjutnya Strategic Planning ini juga disebut sebagai Scenario

Planning, kedua istilah tersebut mengacu pada realitas yang sama. Masjid Jogokariyan telah membuat rencana strategis (renstra) jangka menengah untuk 15 tahun ke depan dimulai dari tahun 2000. Rencana strategis tersebut dibagi ke dalam 3 periode, dimana masing-masing periodenya memiliki target dan indikatornya masing-masing.20

Tabel 2 Skenario Planning sejak tahun 2000-2015

No Capaian Tahun Indikator

1 Jogokariyan Islami 2000 – 2005 1. Merubah masyarakat dar kaum abangan menuju islami.

2. Pemuda yang suka mabuk di jalan diarahkan ke mesjid.

3. Warga yang belum shalat diajak untuk shalat. 4. Mengajak anak kecil

beraktivitas di Masjid. 5. Warga yang shalat di

rumah diarahkan shalat di Masjid.

6. Menjadikan para pemabuk sebagai kemaanan Masjid 2 Jogokariyan

Darusalam 1

2005 – 2010 1. Membiasakan masyarakat untuk berkomunitas di Masjid.

2. Jama’ah subuh menjadi

50% (10 shaf) dari Jama’ah

shalat jumatan.

3. Mensejahterakan Jama’ah

melalui lumbung Masjid,

19 Muhammad Jazir, Strategic Planning, Arsip Masjid Jogokariyan.

20 Wahyu Panca Hidayat, Social Capital: Strategy of Takmir of Jogokariyan Mosque on Developing


(25)

8

4. Memperbanyak pelayanan, membuka poliklinik, memberikan bantuan beasiswa, memberikan layanan modal bantuan usaha.

3 Jogokariyan Darusalam 2

2010 – 2015 1. Meningkatkan kualitas keagamaan masyarakat. 2. Menuntaskan orang yang

belum shalat Jama’ah.

3. Meningkatkan Jama’ah

shalat subuh menjadi 75%

(14 shaf) dari Jama’ah

shalat jumatan.

4. Menjadikan para (eks) pemabuk menjadi bagian dari Masjid (BBM, relawan Masjid, dll).

Adanya strategic planning yang telah disusun oleh pengurus Masjid Jogokariyan Yogyakarta menunjukkan suatu fenomena yang cukup langka karena secara umum, masjid-masjid yang ada di Indonesia dikelola dengan sistem yang sederhana. Strategic Planning ini dapat digunakan sebagai panduan bagi arah gerak dan langkah pengurus masjid dalam jangka menengah dan jangka panjang. Sehingga kesuksesan gerak dakwah tidak hanya akan dinikmati dalam jangka pendek. Selain itu, dengan adanya sebuah strategic planning maka program kerja yang disusun akan memiliki keterhubungan secara sistemik dan tidak parsial, berbeda halnya jika program kerja disusun tanpa pijakan strategic planning yang berisi visi, misi, tujuan, sasaran, dan kebijakan organisasi.

Lebih lanjut, dari proses wawancara yang penulis lakukan dengan salah satu pengurus, didapatkan juga data bahwa manajemen Masjid Jogokariyan Yogyakarta memiliki sebuah visi besar yaitu menjadikan masjid sebagai sebuah pusat


(26)

9

peradaban.21 Hal ini berkonsekuensi pada cara pandang pengurus terhadap pengelolaan Masjid Jogokariyan Yogyakarta. Masjid dipandang harus mampu memberikan warna bagi masyarakat dimana masjid tersebut berdiri. Sebab percuma jika kegiatan masjid ramai, namun yang datang dan aktif memakmurkan masjid adalah aktivis-aktivis dakwah dari luar, sedangkan warga sekitarnya tetap abangan, tetap berjudi, tetap minum minuman keras, dan lain-lain. Hal tersebut mengindikasikan bahwa masjid belum mampu menjadi pusat peradaban yang mampu mewarnai lingkungannya. Ini juga salah satu yang membuat Masjid Jogokariyan Yogyakarta menjadi cukup unik dan istimewa.

Dalam kesempatan kunjungan ke Masjid Jogokariyan Yogyakarta, penulis juga membuktikan secara langsung bagaimana Masjid Jogokariyan Yogyakarta telah berhasil mewarnai Kampung Jogokariyan itu sendiri. Dari pengamatan penulis, Kampung Jogokariyan sangat terlihat islami dengan beberapa artefak di beberapa sisi Kampung.22 Dari gerbang kampung saja sudah terasa sekali kesan islami

dengan adanya gapura yang bertuliskan “Kampung Ramadhan Jogokariyan”.

Hiasan gapura ini sebenarnya terpasang sejak momen Ramadhan sebelum-sebelumnya, namun terus terpasang secara permanen dan seolah menjadi identitas yang menyambut para tamu yang hendak berkunjung untuk studi banding. Selain itu juga terdapat beberapa hotel yang berdiri dengan megah. Hotel-hotel ini

bukanlah hotel syar’i seperti yang saat ini sedang booming, namun kesan yang

tertangkap dari segi arsitekturnya sangat terasa kesan islaminya. Lalu ada juga

21 Hasil wawancara dengan K.H. M. Jazir selaku Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan.

22 Menurut catatan observasi penulis ada hotel Burza, Hotel Jogokariyan, Syfa Café, Azzahrah Salon and Spa Muslimah, Omah Dakwah, dll yang penulis temukan di sekitar Masjid Jogokariyan yang cukup mewarnai denyut nadi ekonomi dan aktivitas dakwah masjid.


(27)

10

café yang juga cukup kental nuansa islaminya, belum lagi juga berdiri sebuah

bangunan bernama “Omah Dakwah” yang juga menjadi penopang aktivitas dakwah

masjid.

Fred David menjelaskan dalam bukunya tentang prosedur pelaksanaan manajemen strategis yang diawali dengan perumusan strategi dengan menanyakan visi dan misi apa yang ingin dicapai organisasi,23 penilaian terhadap keadaan internal dan eksternal untuk menentukan posisi strategis organisasi sehingga dapat menemukan strategi yang tepat sesuai dengan posisi strategis tersebut.24 Dari langkah perumusan lalu diterapkan strategi per bidang misi tersebut, antara lain: pemasaran, keuangan, litbang, SIM, dan lain-lain.25 Hingga pada tahap akhirnya melakukan pengkajian ulang, evaluasi, dan pengendalian strategis26 agar pencapaian organisasi bisa terus sustainable dalam jangka waktu yang lama. Dengan mekanisme kerja yang demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen strategis memegang peranan yang penting bagi kesuksesan manajemen dalam menjalankan roda organisasi mencapai tujuannya di jangka pendek dan jangka panjang.

Data di atas, memberikan gambaran awal bagi peneliti bahwa Masjid Jogokariyan telah menjalankan fungsi manajemen yang cukup baik dalam pengelolaannya, khususnya manajemen strategis. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk mengetahui proses manajemen strategis yang telah dilakukan masjid tersebut.

23 Fred R. David, Manajemen Strategis : Konsep, terj., Dono Sunardi, (Jakarta : Salemba Empat, 2009), 80-90.

24 Ibid, 118. 25 Ibid, 450. 26 Ibid, 500.


(28)

11

Realitas manajemen tersebut akan didekati dengan teori manajemen strategis Fred David yang berusaha mengungkap penerapan manajemen strategis yang telah diterapkan di Masjid Jogokariyan dalam mencapai keunggulan-keunggulan dibandingkan masjid lainnya di Indonesia.

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

1. Masih banyak lembaga dakwah yang belum menerapkan manajemen dakwah dalam pengelolaannya.

2. Lemahnya manajemen pengurus masjid berakibat pada tidak efektifnya gerak dakwah masjid.

3. Banyaknya pengurus Masjid yang belum menerapkan manajemen strategis dalam pengelolaannya.

4. Ketiadaan manajemen strategis oleh Lembaga Dakwah ini mengakibatkan kesuksesan dakwah tidak memiliki sustainability atau efek jangka panjang Dari beberapa identifikasi masalah di atas, tidak semua permasalahan yang ada akan diteliti. Oleh karena itu peneliti merasa perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian dapat lebih fokus dan mendalam. Penelitian ini membatasi pada permasalahan manajemen strategis yang diterapkan oleh pengurus Masjid Jogokariyan masa bakti 2000 – 2005 yang meliputi proses perencanaan dan implementasi rencana strategis tersebut. Alasan pemilihannya dikarenakan belum banyak penelitian tentang model manajemen strategis di sebuah lembaga dakwah.


(29)

12

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perumusan visi dan misi serta perencanaan program kerja Masjid Jogokariyan pada periode Jogokariyan Islami tahun 2000-2005?

2. Bagaimana pelaksanaan program kerja Masjid Jogokariyan Yogyakarta pada periode Jogokariyan Islami tahun 2000-2005?

3. Bagaimana evaluasi program kerja Masjid Jogokariyan Yogyakarta pada periode Jogokariyan Islami tahun 2000-2005?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses penerapan manajemen strategis oleh Pengurus Masjid Jogokariyan Yogyakarta, atau jika dirinci tujuan penelitian meliputi:

1. Untuk mendeskripsikan perumusan visi dan misi serta perencanaan program kerja yang dilakukan oleh Pengurus Masjid Jogokariyan Yogyakarta pada periode Jogokariyan Islami tahun 2000-2005.

2. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan program kerja yang dilakukan oleh Pengurus Masjid Jogokariyan Yogyakarta pada periode Jogokariyan Islami tahun 2000-2005.

3. Untuk mendeskripsikan evaluasi program kerja yang dilakukan oleh Pengurus Masjid Jogokariyan Yogyakarta pada periode Jogokariyan Islami tahun 2000-2005.


(30)

13

E. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat teoritis

Ilmu manajemen strategis adalah ilmu yang banyak dikembangkan dalam kajian ilmu manajemen bisnis. Penerapan manajemen strategis diperlukan agar kesuksesan organisasi bisa berlangsung secara sustainable di masa kini dan di masa mendatang. Penerapan ilmu manajemen strategis dalam bidang manajemen dakwah belum banyak dilakukan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengembangan khasanah ilmu manajemen dakwah berupa model manajemen strategis lembaga dakwah.

2. Manfaat praksis

Secara praksis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi input bagi lembaga dakwah dalam menjalankan manajemennya. Lembaga dakwah dapat mulai menyusun visi, misi, isu strategis, dan strategi jangka panjang serta jangka pendeknya untuk menjamin keberlangsungan kesuksesan gerak dakwah di masyarakat secara jangka pendek, menengah dan jangka panjang.

F. Penelitian terdahulu

Berdasarkan penelusuran, terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang manajemen strategis dan juga menjadikan Masjid Jogokariyan sebagai kajian penelitian, diantaranya adalah :

1. Penelitian manajemen strategis:

Pertama, artikel yang berjudul Model Manajemen Strategis Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Zakat, Infak, Sedekah. Artikel ini terdapat pada Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol.5, No. 2, 2015. Penelitian ini bertujuan untuk


(31)

14

mengetahui model manajemen strategis dan pengelolaan ZIS melalui pendekatan deskriptif-kualitatif. Teori yang digunakan adalah teori manajemen strategis model yang dikembangkan oleh Hunger & Wheelen dan teori pemberdayaan ekonomi umat. Penelitian ini adalah penelitian deksriptif-kualitatif dengan jenis penelitian lapangan (field research) dimana penyusun mengumpulkan data dengan melakukan study mendalam (in depth study). Hasil penelitian ini adalah bahwa model manajemen strategis yang dilakukan oleh LAZIS Qaryah Thayyibah pertama, Pengamatan Lingkungan yang terdiri analisis eksternal (berupa peluang dan ancaman) dan analisis internal (berupa kekuatan dan kelemahan). Kedua, Perumusan Strategi, yaitu penguatan visi misi, serta bagaimana memanfaatkan peluang, ancaman, kekuatan, serta kelemahan untuk membentuk strategi dalam pengelolaan dan pemahaman kepada masyarakat tentang pengetahuan ZIS. Ketiga,

Implementasi Strategi, menuangkan dalam berbagai program. Dan sebagai program unggulan yaitu beasiswa dan pemberdayaan ekonomi umat melalui pengguliran kambing. Keempat, evaluasi dan pengendalian, LAZIS mengadakan evaluasi setiap selesai melaksanakan program secara bersama serta untuk perbaikan program-program selanjutnya.27

Kedua, artikel yang berjudul Manajemen Strategis Organisasi Nirlaba. Artikel ini terdapat pada Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 1, No. 4, Februari, 2007. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang manajemen strategis organisasi nirlaba. Hasil penelitian ini menyimpulkan manajemen strategis

27 Siti Maghfiroh, Model Manajemen Strategis Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Zakat,Infak,


(32)

15

adalah proses dan pendekatan terintegrasi yang mencakup analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal organisasi, formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi program kerja dalam rangka menyediakan pelayanan secara efektif dan efisien kepada pelanggan termasuk pemangku kepentingan,harus dilakukan oleh para pimpinan dan harus dituangkan dalam dokumen kerja untuk menjadi panduan dalam menghadapi perubahan internal dan eksternal.28

Ketiga, artikel yang berjudul Pengembangan Model Manajemen Kinerja Strategis pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia: Bagian 2. Artikel ini terdapat pada Jurnal Aplikasi Manajemen | Volume 10 | Nomor 2 | Juni 2012. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah model Manajemen Kinerja Strategis (MKS) KPRI. Teori yang digunakan. Model diuji keefektifannya melalui

field testing berbasis pre-test/post-test without control group design dalam forum workshop. Sampel diambil secara purposif mencakup sampel KPRI dan sampel insan KPRI. Data dianalisis menggunakan paired-samples t test dan one-sample t test. Hasil analisis data menunjukkan bahwa field testing model dalam forum workshop: (1) memberikan kontribusi positif pada sikap insan KPRI; (2) memberikan efek bagi peningkatan pengetahuan insan KPRI mengenai prinsip-prinsip model MKS KPRI; dan (3) efektif baik dari segi proses maupun produknya. Penelitian-penelitian lanjutan berbasis operational field testing sangat penting dilakukan untuk menindaklanjuti field testing berbasis workshop. Dalam

28 Sumengen Sutomo, Manajemen Strategis Organisasi Nirlaba, (ESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 1, No. 4, Februari, 2007), 176-187.


(33)

16

operational field testing, keefektifan model diuji melalui aktivitas-aktivitas sehari-hari KPRI.29

Keempat, artikel yang berjudul Pengembangan Manajemen Strategis dengan Kajian dalam Knowledge Externalization. Artikel ini terdapat pada Jurnal Metris, 15 (2014). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor yang memengaruhi knowledge externalization yang ditemukan di tempat penelitian, yaitu UKM Keripik Buah So Kressh CV. Kajeye Food Malang, menentukan strategi pengembangan dan peningkatan produktivitas Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mempertahankan ciri khas UKM serta peningkatan kualitas produk yang selanjutnya dapat meningkatkan performansinya berdasarkan proses

knowledge externalization yang telah dilakukan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa, Pertama, faktor yang memengaruhi knowledge externalization yang ditemukan di tempat penelitian, yaitu metode, kemampuan individual dan interim expression. Proses knowledge externalization yang paling tepat adalah pembuatan manual book dengan metode kerja sebagai item yang dapat merepresentasikan keberadaan knowledge externalization. Kedua, Strategi pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mempertahankan ciri khas UKM berdasarkan proses

knowledge externalization yang telah dilakukan yaitu melakukan program yang berfokus pada metode kerja yang efektif dan efisien, komunikasi yang efektif,

29 F. Danardana Murwani, Pengembangan Model Manajemen Kinerja Strategis pada Koperasi

Pegawai Republik Indonesia: Bagian 2, (Jurnal Aplikasi Manajemen | Volume 10 | Nomor 2 | Juni 2012), 383 – 394.


(34)

17

konsep dua arah dalam pemberian materi pelatihan (training), pengadaan simulasi dalam pelatihan, pengadaan sosialisasi program.30

Kelima, artikel yang berjudul Manajemen Strategis Lingkungan Hidup. Artikel ini terdapat pada Jurnal JKAP Volume 5, Nomer 2 (November, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang dapat mempengaruhi terlaksananya tugas dan fungsi Bapedalda Kota Palembang, melakukan analisis SWOT tentang isu-isu strategis yang dihadapi oleh Bapedalda Kota Palembang, menemukan strategi yang dapat diterapkan oleh Bapedalda Kota Palembang untuk mengelola lingkungan hidup agar tugas dan fungsi yang diembannya dapat terlaksana dengan baik. Teori yang digunakan adalah teori pengelolaan lingkungan hidup dan teori manajemen strategis Bryson. Metode yang digunakan adalah RnD (Research And Development): peneliti terjun langsung untuk terlibat dan merumuskan strategic planning yang dibutuhkan oleh Bapedadal Kota Palembang. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dengan analisis SWOT dan model manajamen strategis Bryson, dapat ditemukan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki Bapedalda, lalu isu strategis apa yang harus dipecahkan, serta program yang diperlukan untuk memecahkan persoalan tersebut agar Bapedalda dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.31

2. Penelitian yang mengkaji Masjid Jogokariyan :

Pertama, disertasi yang berjudul Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Miskin Perkotaan Berbasis Tanggung Jawab Sosial Masjid. Penelitian ini bertujuan

30 Augustina Asih Rumanti, Pengembangan Manajemen Strategis dengan Kajian dalam Knowledge

Externalization, (Jurnal Metris, 15 (2014): 23 – 28

31 Muh. Andhy Syamsul Commar, Manajemen Strategis Lingkungan Hidup, JKAP Volume 5, Nomer 2 (November, 2011). 34 – 50.


(35)

18

untuk mendeksripsikan model pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin perkotaan yang dilakukan oleh Masjid Nurul Jannah Gresik, Masjid Jogokariyan Yogyakarta, dan Masjid Yayasan Perjuangan Wahidiyah Kediri. Teori yang digunakan adalah teori pemberdayaan ekonomi masyarakat, konsep kemiskinan perkotaan, dan masjid sebagai lembaga pemberdayaan ekonomi masyarakat kota. Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif-kualitatif dengan metode analisis data model analisis-interaktif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tata kelola masjid: pertama, membangun tahapan pengelolaan masjid. Kedua, menyusun langkah-langkah pengelolaan masjid. Ketiga, menetapkan prinsip-prinsip pengelolaan masjid. Keempat, menyusun strategi pengelolaan masjid. Kemitraan dilakukan secara mutualistik, peleburan dan pengembangan. Model pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin meliputi: lembaga keuangan, kepemimpinan, sasaran pemberdayaan, kerja sama, pembangunan spiritualitas, pembangunan kesadaran wirausaha, pemberian kapasitas, pemberian daya, bina manusia, bina usaha, bina lingkungan, bina kelembagaan, dan keberdayaan ekonomi jamaah.32

Kedua, tesis yang berjudul Peranan Masjid Jogokariyan Dalam Memberdayaan Masyarakat Di Bidang Keagamaan, Pendidikan, Dan Ekonomi Tahun 2012. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peran Masjid Jogokariyan dalam memberdayakan masyarakat di bidang keagamaan, pendidikan, dan ekonomi. Teori yang digunakan adalah teori manajemen yang dispesifikkan pada manajemen masjid. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif-kualitatif dengan

32 Azis Muslim, Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Miskin Perkotaan Berbasis Tanggung

Jawab Sosial Masjid, [Disertasi] (Solo: UNS-Pascasarjana Penyuluhan Pembangunan, 2014), 247 –


(36)

19

jenis study kasus (case study). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Masjid Jogokariyan Yogyakarta sebagai pusat kegiatan masyarakat yang mengacu pada fungsi ideal sebuah masjid, selalu berbenah untuk melayani jamaah dalam berbagai sektor kehidupan antara lain: bidang keagamaan, bidang pendidikan, dan bidang ekonomi.33

Ketiga, tesis yang berjudul Strategi Pendidikan Islam Dalam Meningkatkan Religiusitas Bagi Para Jamaah Masjid Jogokaryan Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pendidikan Islam kepada jama’ah di Masjid Jogokariyan Yogyakarta, mengetahui keberhasilan strategi pendidikan Islam dalam

meningkatkan religiusitas jama’ah di Masjid Jogokariyan Yogyakarta,

Menganalisis faktor-faktor pendukung dan penghambat upaya peningkatan

religiusitas jama’ah di Masjid Jogokariyan Yogyakarta. Jenis penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan pendekatan naturalistik yang dilakukan secara langsung di tempat penelitian.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa,

Pertama, Stategi Pendidikan islam yang digunakan dalam meningkatkan religiusitas jamaah masjid Jogokariyan antara lain; memberikan pendidikan islam secara berkelanjutan mulai usia dini hingga lanjut usia, mengemas acara yang menarik dan tidak membosankan, merangkul semua organisasi masyarakat, memberikan pelayanan terhadap segala kebutuhan jamaah, mengundang pembicara yang benar-benar kompeten di bidangnya, dan menggunakan media MJ TV dan buletin. Kedua, Adapun keberhasilan strategi pendidikan islam dalam

33 Susapto, Peranan Masjid Jogokariyan Dalam Memberdayaan Masyarakat Di Bidang

Keagamaan, Pendidikan, Dan Ekonomi Tahun 2012, [Tesis] (Universitas Muhammadiyah Surakarta—Pascasarjana Magister Pemikiran Islam, 2013).


(37)

20

meningkatkan religiusitas jamaah dapat dilihat dari keaktifan jamaah baik ketika mengikuti kegiatan ubudiayah yang bersifat harian seperti jamaah sholat lima waktu dan tadarus rutin ibu-ibu setelah maghrib, dan juga kegiatan ubudiyah yang bersifat insidental seperti buka bersama ramadhan dan puasa arafah, jamaah sholat taraweh, dan kajian-kajian yang diadakan oleh biro-biro pendidikan. Ketiga, Keberhasilan tersebut tidak lepas dari faktor pendukung yang berasal dari masyarakat Jogokariyan seperti tingginya motivasi masyarakat untuk memperdalam wawasan keislaman, Kepercayaan warga kepada takmir cukup tinggi, pola hidup masyarakat Jogokariyan yang longgar di malam hari, dan rasa memiliki masjid sebagai bagian dari kehidupan masyarakat Jogokariyan. Keempat, Sementara untuk faktor penghalang sebenarnya tidaklah banyak seperti heterogenitas jamaah yang memiliki banyak aliran dan tingginya tingkat pendidikan warga sehingga setiap acara kajian butuh pemateri-pemateri yang berkompeten dalam bidangnya.34

Keempat, artikel yang berjudul Social Capital: Strategy of Takmir of Jogokariyan Mosque on Developing the Worshipers. Artikel ini terdapat pada International Journal of Nusantara Islam, Vol .03 No .02 – 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena Masjid Jogokariyan yan mampu meningkatkan jumlah jamaah secara signifikan. Metode yang digunakan adalah analisis dekriptif-kualitatif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Pengurus Masjid Jogokariyan telah merealisasikan sebuah pelayanan terbaik bagi jamaahnya

34 Hafidudin Badrun Zaman, Strategi Pendidikan Islam Dalam Meningkatkan Religiusitas Bagi

Para Jamaah Masjid Jogokaryan Yogyakarta, [Tesis] (UIN Sunan Kalijaga—Pascasarjana Magister


(38)

21

sehingga menghasilkan jamaah yang sangat mencitntai masjid. Pelayanannya menyentuh tigas aspek : spiritual, sosial, dan ekonomi.35

Kelima, artikel yang berjudul Perancangan Dan Implementasi Sistem Informasi Manajemen Kegiatan Masjid. Artikel ini terdapat pada Jurnal Sarjana Teknik Informatika Volume 1 Nomor 1, Juni 2013. Penelitian ini bertujuan untuk membuat aplikasi sistem informasi administrasi masjid Jogokariyan, guna mendukung kinerja dan tugas pengelolaan administrasi masjid. Dalam melakukan perancangan dan pembuatan aplikasi ini mengunakan metode waterfall dengan metode pengumpulan data digunakan metode observasi, metode interview, dan metode literature. Adapun pengembangan sistem dilakukan dengan analisis sistem, perancangan sistem, mengimplimentasikan program dengan Microsoft Visual Basic 6.0 dan pengujian program dengan black box test. dan alpha test.. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa analisis kebutuhan sistem yang berhubungan dengan informasi administrasi masjid. Dari penelitian tersebut dihasilkan sebuah aplikasi sistem informasi administrasi Masjid Jogokariyan Yogyakarta yang dapat digunakan untuk membantu kinerja petugas dalam mengelola administrasi sekertariatan masjid dan pengelolaan keuangan masjid.36

Dari kajian terhadap penelitian-penelitian terdahulu di atas, ditemukan beberapa kesamaan dan perbedaan dengan judul penelitian yang akan peneliti angkat. Penelitian ini akan dilakukan pada lembaga dakwah dalam hal ini adalah Masjid

35 Wahyu Panca Hidayat, Social Capital: Strategy of Takmir of Jogokariyan Mosque on Developing

the Worshipers, International Journal of Nusantara Islam, Vol .03 No .02 – 2015; (79–86)

36 Indra Wardana & Eko Ariwibowo, Perancangan Dan Implementasi Sistem Informasi Manajemen


(39)

22

Jogokariyan berkaitan dengan aspek manajemen strategisnya. Sedangkan dari penelitian terdahulu yang telah diuraikan di atas, belum ada yang meneliti aspek manajemen strategis dari Masjid Jogokariyan Yogyakarta. Di sisi lain, jurnal, tesis maupun disertasi yang membahas tentang manajemen strategis, belum ada yang menjadikan Masjid Jogokariyan Yogyakarta sebagai objek kajian. Sehingga dari sini peneliti memastikan bahwa penelitian ini memiliki orisinalitas dan penting untuk dilakukan.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian tentang ini diarahkan pada pendekatan deskriptif kualitatif. Alasannya adalah pertama, pendekatan ini dapat menjadi sumber bagi deskripsi dan eksplanasi yang lebih mendalam, terutama mengenai proses-proses yang terjadi di dalam perumusan manajemen strategis yang telah dilakukan. Kedua, pendekatan ini mampu membangun hubungan yang lebih akrab dengan subyek-subyek yang menjadi sasaran kajiannya. Ketiga, pendekatan ini lebih mampu memberikan peluang bagi peneliti untuk mengungkapkan kronologi proses-proses sosial, menilai dan memberikan ekplanasi atas hubungan-hubungan kausalitas di antara berbagai peristiwa lokal dan mengungkap eksplanasi yang lebih mendalam mengenai hubungan-hubungan tersebut. Keempat, pendekatan ini lebih mampu menjawab pertanyaan yang diajukan.


(40)

23

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Masjid Jogokariyan Yogyakarta. Letak persisnya di Jalan Jogokaryan No. 36, Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 5514.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian disesuai dengan fokus dan tujuan penelitian. Karena penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif maka sumber data primer yang berupa people akan disebut informan. Dalam penelitian ini ada dua jenis sumber daya yang digunakan, yaitu

a. Sumber Data Primer:

Sumber data primer adalah sumber data utama dalam pengumpulan data penelitian. Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah orang-orang yang terlibat secara mendalam pada proses manajemen strategis di Masjid Jogokariyan Yogyakarta. Informan yang diwawancarai adalah Ketua Umum Masjid Jogokariyan Yogyakarta pada periode 2000 – 2005 yaitu K.H. M. Jazir, ASP, dan juga Bapak Suharyanto yang menjabat sebagai Bendahara Masjid Jogokariyan Yogyakarta pada periode 2000 – 2005. b. Sumber Data Sekunder:

Sumber data sekunder adalah sumber data yang bisa menunjang dan menambahkan data-data yang diperlukan dalam penelitian. Sumber data sekunder yang digunakan adalah dari dokumen resmi Masjid Jogokariyan Yogyakarta, sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan data yang disampaikan di situs resmi masjid.


(41)

24

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Pengumpulan data akan dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam (in depth interview) kepada informan-informan yang telah ditentukan di atas.

b. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang tidak diperoleh dengan wawancara, tetapi hanya diperoleh dengan cara melakukan penelusuran data dengan menelaah buku, majalah, surat kabar, jurnal, internet, dokumen resmi, dokumen pribadi dan sumber lain yang berkaitan dengan apa yang sedang diteliti oleh penulis.

5. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian deskriptif-kualitatif instrumen penelitian yang utama adalah peneliti sendiri, namun setelah fokus penelitian menjadi jelas mungkin akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat digunakan untuk menjaring data pada sumber data yang lebih luas, dan mempertajam serta melengkapi data hasil pengamatan dan observasi secara langsung.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini disesuaikan dengan desain penelitian kualitatif, mengikuti konsep yang disampaikan oleh Miles and Huberman dan Spradley.37 Yaitu dengan langkah-langkah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan terakhir adalah penarikan kesimpulan.


(42)

25

a. Pengumpulan data

Dalam pengumpulan data dilakukan dengan dua metode, yaitu wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi, data tersebut dicatat dalam catatan lapangan.

b. Reduksi data

Reduksi data adalah proses dimana peneliti melakukan pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar dari catatan tertulis di lapangan. Cara mereduksi data dengan melakukan seleksi, membuat ringkasan atau uraian singkat, menggolong-golongkan kedalam pola-pola dengan membuat transkrip penelitian, mempertegas, memperpadu, membuat focus, membuang bagian yang tidak penting dan mengatur data agar dapat ditarik kesimpulan.

c. Penyajian data

Setelah data direduksi, proses selanjutnya adalah penyajian data. Penyajian data merupakan upaya penyusunan sekumpulan informasi ke dalam suatu penjabaran yang mudah dipahami.

d. Penarikan kesimpulan

Setelah proses penyajian data, tahap selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan. Proses penarikan kesimpuan dengan penginterpretasian peneliti, yakni penggambaran makna dari data yang ditampilkan. Disini peneliti berusaha untuk mencari makna dari data yang dihasilkan dalam penelitian, serta menganalisa dan kemudian menarik kesimpulan. Dalam


(43)

26

proses penyampaian dibutuhkan pertimbangan yang kuat, hal ini dilakukan agar peneliti dalam menyampaikan atau menafsirkan data tidak salah.

7. Pengujian Kredibilitas Data

Pengujian kredibiltasi dilakukan dengan beberapa cara, antara lain : a. Perpanjangan pengamatan

Perpanjangan pengamatan akan dilakukan jika dirasakan data yang telah didapatkan masih terdapat kekurangan dan perlu untuk diperdalam lagi. b. Triangulasi metode

Triangulasi yang akan dilakukan adalah melakukan perbandingan antara informan dengan dokumen yang telah ditemukan pada proses penelusuran data.

H. Outline Penelitian

Secara umum, penelitian ini disusun dalam kerangka sebagai berikut : Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi dan Batasan Masalah C. Rumusan Masalah

D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian Bab II. Kerangka Teoritis

A. Manajemen Strategis

B. Manajemen Strategis : Perspektif Syariah C. Manajemen Masjid


(44)

27

Bab III. Metode Penelitian

A. Pendekatan Penelitian B. Lokasi Penelitian

C. Sumber

D. Teknik Pengumpulan Data E. Instrumen Penelitian F. Metode Analisa Data G. Pengujian Kredibilitas Data Bab IV. Pembahasan

A. Pemaparan Data Hasil Wawancara dan Study Dokumentasi B. Analisa Data Hasil Wawancara dan Study Dokumentasi C. keterbatasan


(45)

28

BAB II

KERANGKA TEORETIK

A. Manajemen Dakwah

1. Pengertian dan Tujuan Manajemen Dakwah

Manajemen dakwah merupakan sebuah disiplin ilmu yang relatif baru dalam ranah ilmu manajemen. Terdiri dari dua kata yaitu Manajemen dan Dakwah, keduanya merupakan bentuk integrasi dari dua kutub yang sama sekali berbeda. Manajemen identik dengan ilmu ekonomi yang sekuler, sedangkan istilah

“dakwah” mengacu pada konsep agama yang menekankan pada keseimbangan

dunia dan akhirat. Kedua konsep ini melebur dan menjadi satu disiplin ilmu tersendiri untuk menyesuaikan dengan kebutuhan profesionalitas organisasi dakwah dalam menjalankan aktivitasnya.

Untuk dapat memahami dengan lebih mendalam mengenai konsep manajemen dakwah ini, kita dapat memulai dari aspek pengertiannya. Menurut Mahmuddin, manajemen dakwah adalah suatu proses dalam memanfaatkan sumber daya (insani dan alam) dan dilakukan untuk merealisasikan nilai-nilai ajaran Islam sebagai tujuan bersama.1 Sedangkan menurut M. Munir dalam bukunya mendefinisikan manajemen dakwah sebagai pengaturan secara sistematis dan koordinatif dalam kegiatan atau aktivitas dakwah yang dimulai dari sebelum pelaksanaan sampai akhir dari kegiatan dakwah.2 Pengertian tersebut membawa kepada pemahaman

1 Mahmudin, Manajemen Dakwah Rasulullah, (Jakarta: Restu Ilahi, 2004), hal 23. 2 M. Munir, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), 36-37.


(46)

29

bahwa di dalam sebuah manajemen dakwah terdapat sistem yang cukup kompleks sehingga membutuhkan sinergisitas semenjak awal perencanaan yang ditetapkan hingga pada implementasi aktifitas dakwah.

Dari pendapat beberapa ilmuwan di atas mengenai pengertian manajemen dakwah, dapat disimpulkan bahwa manajemen dakwah adalah aktifitas organisasi dakwah untuk mengelola seluruh sumber daya yang dimiliki melalui proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian untuk mencapai tujuan dakwah yaitu

amar ma’ruf nahi munkar.

Manajemen dakwah sangat dibutuhkan mengingat tantangan dakwah yang semakin berat. Jika dakwah dilakukan dengan sporadis dan tanpa perencanaan, bisa dipastikan akan dikalahkan oleh kejahiliyahan yang dilakukan oleh profesional. Dakwah harus dikemas dan dirancang sedemikian rupa, sehingga gerak dakwah merupakan upaya nyata yang sejuk dan menyenangkan dalam usaha meningkatkan kualitas aqidah dan spiritual, sekaligus kualitas kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan politik umat Islam dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.3 Sehingga dengan demikian manajemen dakwah dapat menjadi penuntun dan arah dalam pelaksanaan dakwah yang profesional.

2. Komponen Manajemen Dakwah

Seperti telah disinggung pada pembahasan-pembahasan sebelumnya bahwa manajemen dakwah sebagai pengembangan dari ilmu manajemen akan selalu berkaitan dengan unsur-unsur yang menjadi komponen penyusunnya. Dalam

3 Khatib Pahlawan, Manajemen Dakwah, dari Dakwah Konvensional menuju Dakwah Profesional, (Jakarta: Amzah, 2007), 30-31.


(47)

30

konteks manajemen secara umum, unsur-unsur tersebut antara lain : man, money, material, machine, method, dan market (manusia, uang, barang, mesin, metode, dan pasar) yang sering disingkat menjadi 6M.4 Dalam manajemen dakwah komponen dakwah ini diuraikan ke dalam beberapa unsur, antara lain da’i (pelaku dakwah),

mad’u (sasaran/objek dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah),

thariqah (metode dakwah), dan atsar (efek dakwah).5

Uraian di atas pada akhirnya akan membawa kita pada kesimpulan bahwa sebuah proses manajemen dakwah pasti tidak dilakukan oleh 1 (satu) orang saja, melainkan dilakukan secara bersama-sama dalam sebuah ikatan organisasi. Dalam kacamata manajemen dakwah, organisasi merupakan wadah perjuangan yang sangat strategis.6

a. Da’i (Pelaku Dakwah)

Munir mendefiniskan da’i sebagai orang yang melaksanakan dakwah baik melalui lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat organisasi/lembaga.7 Nasaruddin Latief medefinisikan bahwa

da’i adalah muslim dan muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amalian

pokok bagi tugas ulama. Ahli dakwah adalah wa’ad, mubaligh mustama’in (juru penerang) yang menyeru, mengajak, memberi pengajaran, dan pelajaran agama Islam.8

4 Zaini Muchtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996), 42-43. 5 M. Munir, Manajemen….., (Jakarta: Kencana, 2006), 21.

6 Khatib Pahlawan, Manajemen Dakwah, dari…., (Jakarta: Amzah, 2007), 48. 7 M. Munir, Manajemen….., (Jakarta: Kencana, 2006), 22.


(48)

31

Berkaitan dengan manajemen dakwah, maka da’i ini tidak hanya sekedar menyampaikan dakwah, namun ada aspek profesionalitas yang tertuntut di dalamnya. Profesionalitas yang dimaksud di sini berkaitan dengan kapasitas dalam diri seorang da’i meliputi aspek pendidikan, ilmu dan wawasan keislaman, politik, sosial, ekonomi, kemasyarakatan, iptek, di samping jugas aspek ketrampilan khusus.

Da’i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah, alam

semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan solusi terhadap problema yang dihadapi manusia, juga metode-metode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan perilaku manusia tidak salah dan tidak melenceng.9

Untuk mendukung kesuksesan da’i dalam menjalankan aktivitas dakwahnya maka pada pelaku dakwah harus berupaya memiliki dan membina sifat-sifat sebagai berikut.10

1) Harus benar-benar istiqomah dalam keimanannya dan percaya seyakin-yakinnya akan kebenaran agama Islam yang dianutnya untuk kemudian diteruskannya kepada umat.

2) Harus menyampaikan dakwahnya dengan lidahnya sendiri. Dia tidak boleh menyembunyikan kebenaran, apalagi menukar kebenaran tersebut dengan nilai harga yang rendah.

9 Mustada Malaikah, Manhaj Dakwah Yusuf Qardawi Harmoni antara Kelembutan dan Ketegasan, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997), 18.


(49)

32

3) Menyampaikan kesaksiannya tentang kebenaran itu, tidak saja dengan lidahnya, tetapi sejalan dengan perbuatannya.

4) Berdakwah secara jujur dan adil terhadap semua golongan dan kelompok umat dan tidak terpengaruh dengan penyakit hati, seperti hasad, sombong, serakah, dan sebagainya.

5) Berdakwah dengan niat yang ikhlas hanya karena Allah dan mengharapkan rida-Nya.

6) Menjadikan Rasulullah saw sebagai contoh teladan, utama dalam segenap kehidupan baik pribadi maupun rumah tangga dan keluarga.

7) Mempunyai keberanian moral dalam berdakwah, namun memahami batas-batas keimanan yang jelas.

8) Mengutamakan persaudaraan dan persatuan umat, sebagai perwujudan ukhuwah Islamiyah.

9) Bersifat terbuka, penuh toleransi, lapang dada dan tidak memaksa.

10)Tetap berjihad dalam kondisi bagaimanapun, dengan keyakinan bahwa Allah akan berpihak kepada yang benar dan memberikan petunjuk untuk itu.

b. Mad’u (Objek Dakwah)

Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima

dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak; atau dengan kata lain, manusia secara keseluruhan.11 Menurut Jamaludin Kafie sasaran dakwah adalah yang menjadi objek dakwah yaitu manusia, mulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat lingkungan dan seluruh


(50)

33

dunia.12 Mad‟u atau penerima dakwah adalah seluruh umat manusia, baik laki-laki ataupun perempuan, tua maupun muda, miskin atau kaya, muslim maupun non muslim, kesemuanya menjadi objek dari kegiatan dakwah Islam, semua berhak menerima ajakan dan seruan ke jalan Allah.13

Dinamika persoalan yang dihadapi pada aspek mad’u ini juga cukup kompleks, meliputi masalah keimanan dan ketauhidan, masalah ekonomi, masalah sosial, dan masalah budaya sekularistik dan hedonistik.14 Oleh karenanya objek dakwah

haruslah diklasifikasikan agar memudahkan pelaksanaan dakwah. Dasar klasifikasinya bisa berdasarkan tingkat intelektualitasnya, berdasarkan profesinya, berdasarkan lokasi tinggalnya, berdasarkan usia, berdasarkan jenis kelamin, dan lain-lain. Klasifikasi ini akan membuat proses dakwah lebih efektif dalam mencapai tujuan dan juga efisiensi dalam penggunaan sumber daya.

c. Maddah (Materi Dakwah)

Materi dakwah (maddah ad-Da’wah ) adalah pesan-pesan dakwah atau sesuatu yang harus disampaikan subyek kepada obyek dakwah yaitu keseluruhan ajaran Islam yang ada di dalam Kitabullah maupun sunnah Rasul-Nya.15

Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok, yaitu masalah akidah (keimanan), masalah syariah (fiqh), masalah sosial (muamalah), dan masalah moral (akhlaq).16 Masalah akidah adalah topik-topik

dakwah yang membahas tentang keimanan kepada Allah swt dan menjadi

12 Kafie, Ilmu Dakwah, 48.

13 An-Rasulry & Fathul Bahri, Meniti Jalan Dakwah: Bekal Perjuangan Para Da’i, (Jakarta: Amzah, 2008), 230.

14 Khatib Pahlawan, Manajemen Dakwah, dari…., (Jakarta: Amzah, 2007), 51 – 52. 15 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta : AMZAH,2013), 88.


(51)

34

pendasaran bagi keseluruhan perilaku manusia, oleh karenanya topik ini yang pertama kali harus disampaikan kepada mad’u. Materi dakwah yang bersifat syariah sangat luas cakupannya, kelebihan dari materi syariah Islam adalah sifatnya yang universal menjelaskan hak-hak umat muslim dan non muslim bahkan hak seluruh umat manusia. Pada topik mu’amalah menekankan pada aspek hubungan antar manusia, bahkan porsinya di dalam Al Quran lebih besar daripada urusan ibadah. Cakupan aspek mu’amalah jauh lebih besar daripada ibadah. Hal ini wajar mengingat Al Quran dan Hadits adalah sumber hukum Islam yang diorientasikan pada terciptanya sistem masyarakat yang baik. Materi dakwah yang terakhir adalah masalah akhlaq. Pembahasannya menerangkan batasan-batasan tentang mana akhlaq yang baik, mulia, dan terpuji serta mana pula yang buruk, hina, dan tercela. d. Wasilah (Media Dakwah)

Ali Aziz mengemukakan bahwa media (wasilah) dakwah merupakan alat bantu yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada

mad‟u (Aziz, 2004).17 Sedangkan Syukir menjelaskan bahwa media dakwah adalah

segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa barang (material), orang, tempat, kondisi tertentu, dsb (Syukir, 1983).18

Hamzah Ya’qub membagi lima golongan media dakwah menjadi lima macam,

yaitu : lisan, tulisan, lukisan, audiovisual, dan akhlaq.19

17 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), 120.

18 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), 163.

19 Hamzah Ya’qub, Publistik Islam, Tehnik Da’wah dan Leadership, (Bandung : CV. Diponegoro, 1981) 47 – 48.


(52)

35

1) Media lisan. Media dakwah yang paling sederhana karena hanya menggunakan lidah dan suara, yang termasuk dalam bentuk ini adalah pidato, khutbah, ceramah, seminar, musyawarah, diskusi, nasehat, pidato radio, ramah-tamah dalam anjangsana dan lain-lain yang kesemuanya dilakukan malalui lidah atau lisan.

2) Media tulisan. Yakni dakwah yang dilakukan melalui perantara tulisan seperti buku-buku, majalah, surat kabar, pengumuman dan sebagainya.

3) Melalui lukisan. Media dakwah melalui gambar, karikatur, dan sebagainya. Media dakwah yang bisa menjadi contoh adalah komik bergambar yang berisi pesan dakwah yang biasanya cukup disenangi anak-anak.

4) Audiovisual. Media dakwah yang dapat merangsang indra pendengaran, penglihatan, atau kedua-duanya. Contohnya adalah televisi, film slide, OHP, internet, dan sebagainya.

5) Akhlak. Media dakwah melalui suatu penyampaian langsung ditujukan dalam bentuk perbuatan yang nyata, misalnya mendatangi orang yang sedang sakit, menziarahi orang mati, kunjungan ke rumah.

e. Thariqah (Metode Dakwah)

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan metode sebagai cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.20 Maka jika


(53)

36

dihubungkan dengan dakwah, metode dakwah bisa diartikan sebuah cara yang dipakai seorang da’i untuk menyampaikan ajaran materi dakwahnya kepada mad’u. Masalah yang sering terjadi pada metode dakwah selama ini adalah penggunaan metode yang bersifat tradisional dan konvensional, misalnya menggunakan metode ceramah satu arah saja. Contoh lain adalah metode dakwah yang hanya menyentuh aspek kognitif saja tanpa memperhatikan aspek-aspek afektif dan psikomotoriknya.21 Dakwah model ini tidak akan mampu menjangkau sasaran yang

luas dan sulit untuk dievaluasi keberhasilannya.

Metode dakwah pada konteks saat ini sebenarnya bisa dikembangkan dengan model antara lain : pendekatan persuasif dan motivatif, pendekatan konsultatif, dan pendekatan partisipatif.22 Pendekatan persuasif dan motivatif dilakukan dengan mengajak objek dakwah dengan kesejukan dan mendorongnya dari sisi psikologis. Pendekatan konsultatif dilakukan dengan cara menjalin interaksi posiotif, dinamis, dan kreatif antara da’i dengan mad’u. Sedangkan pendekatan partisipatif menekankan pada adanya saling pengertian antara da’i dengan mad’u tidak hanya terbatas pada tingkat pertemuan langsung, melainkan diwujudkan dalam bentuk saling bekerja sama dalam proses pemecahan masalah.

f. Atsar (Efek Dakwah)

Sebagai sebuah proses, aktivitas dakwah pasti berupa aksi dan akan menghasilkan reaksi. Artinya setelah aktivitas dakwah dilakukan maka akan memunculkan respon dan efek dari mad’u. Munir dalam bukunya menyatakan

21 Khatib Pahlawan, Manajemen Dakwah, dari…., (Jakarta: Amzah, 2007), 54. 22 Ibid, 54 – 56.


(54)

37

bahwa efek (atsar) bisa disebut dengan feedback (umpan balik) dari proses dakwah sering dilupakan dan tidak menjadi perhatian dari para dai’i, padahal atsar sangat besar pengaruhnya dalam penentuan langkah-langkah dakwah selanjutnya. Analisis terhadap atsar yang dilakukan secara cermat dan tepat akan memunculkan penyempurnaan-penyempurnaan yang diperlukan dalam dakwah.23 Pada ujungnya akan menghasilkan tindakan korektif (corrective action) yang menjadikan dakwah sebagai aktivitas yang well managed.

Jalaluddin Rahmat menyatakan bahwa efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi mad’u. efek afektif timbul bia ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci mad’u. sedangkan efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.24

3. Langkah-langkah Manajemen Dakwah

Seperti layaknya ilmu manajemen secara umum, pelaksanaan manajemen dakwah juga akan melalui tahapan langkah, antara lain : perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengendalian dan evaluasi dakwah.

a. Perencanaan dakwah (Takhthith)

Rencana adalah suatu arah tindakan yang sudah ditentukan terlebih dahulu. Dari perencanaan ini akan mengungkapkan tujuan-tujuan keorganisasian dan kegiatan-kegiatan yang diperlukan guna mencapai tujuan.25 Secara alami, perencanaan

23 M. Munir, Manajemen….., (Jakarta: Kencana, 2006), 34 – 35.

24 Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern, Sebuah Kerangka Teori dan Praktik Berpidato, (Bandung: Akademika, 1982), 269.

25 Gorden B. Dafis, Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen, (Jakarta: PT Pustaka Binaman Presindo, 1984), 118.


(55)

38

merupakan bagian dari sunatullah, yaitu dengan melihat bagaimana Allah swt menciptakan alam semesta dengan dan perencanaan yang matang disertai dengan tujuan yang jelas.26

Maka dalam konteks manajemen dakwah, perencanaan dakwah memiliki kedudukan yang cukup penting agar tujuan dakwah bisa tercapai. Rasulullah sendiri mencontohkan sebagaimana sabda beliau :

“Jika engkau ingin mengerjakan suatu pekerjaan, maka pikirkanlah akibatnya,

maka jika perbuatan tersebut baik, ambillah, dan jika perbuatan itu jelek, maka

tinggalkanlah.”27

Dalam bahasa Arab perencanaan diistilahkan dengan takhthith.28 Perencanaan dalam dakwah Islam bukan merupakan sesuatu yang baru, Rasulullah sendiri banyak memberikan contoh pentingnya perencanaan, misanya dalam kasus hijrahnya Rasulullah dari Mekkah ke Madinah merupakan hasil dari sebuah perencanaan yang panjang.29

Dalam aktivitas dakwah, perencanaan dakwah dilakukan dengan menentukan langkah dan program pada setiap sasaran dakwah (mad’u), menentukan sarana prasarana atau media dakwah, serta personel da’i yang akan diterjunkan. Sebuah perencanaan dikatakan baik jika memenuhi beberapa syarat berikut ini:30

1) Didasarkan pada keyakinan bahwa yang dilakukan adalah sebuah kebaikan berdasarkan ajaran Al Quran dan al Hadits.

26 Didin Hafidhuddin, Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), 78.

27 HR. Ibnul Mubarak

28 M. Munir, Manajemen….., (Jakarta: Kencana, 2006), 96.

29 Mahmuddin, Manajemen Dakwah Rasulullah….., (Jakarta : Restu Ilahi, 2004), 73 – 77. 30 M. Munir, Manajemen….., (Jakarta: Kencana, 2006), 99.


(56)

39

2) Dipastikan bahwa perencanaan tersebut memiliki manfaat, tidak hanya bagi pihak yang merencanakan, melainkan juga untuk orang lain. Oleh karenanya

da’i perlu memperhatikan asas maslahah untuk umat, terlebih dalam aktivitas

dakwah.

3) Didasarkan pada ilmu pengetahuan terkait, dalam hal ini adalah ilmu manajemen. Oleh karenanya seorang da’i harus juga memiliki wawasan yang luas di luar pemahaman terhadap materi dakwah.

4) Dilakukan studi banding sebagai sebuah benchmark. Benchmark ini berfungsi sebagai acuan pelaksanaan dakwah dari lembaga dakwah lainnya yang sukses menjalankan aktivitasnya, sehingga bisa senantiasa melakukan perbaikan diri. 5) Dipikirkan dan dianalisis prosesnya, serta dilakukan evaluasi yang

komprehensif agar dapat diketahui kontinuitas dari aktivitas yang dilakukan.

b. Pengorganisasian dakwah (Thanzhim)

Pengorganisasian adalah proses pengelompokkan sumber daya manusia (sdm), sarana dan prasarana, sumber daya keuangan, dan job description sedemikian rupa agar tercipta suatu organisasi yang dapat bergerak dalam satu kesatuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.31 Definisi tersebut menunjukkan bahwa

pengorganisasian merupakan langkah pertama ke arah pelaksanaan rencana yang telah disusun sebelumnya.32

Pengorganisasian (tahnzhim) menekankan pada aspek bagaimana sebuah pekerjaan dapat dilakukan dengan rapi, teratur, sistematis, serta sinergis antar

31 Ibid, 117.


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

230

g. Strategi tiap bidang kerja yang dilakukan adalah program litbang (pemetaan

jamaah) Masjid Jogokariyan Yogyakarta, program “Memasjidkan Masyarakat dan Memasyarakatkan Masjid”, program pemasaran kegiatan Masjid Jogokariyan Yogyakarta, program Jogokariyan Kampung

Ramadhan, program Gerakan Jamaah Mandiri, program pemberdayaan

ekonomi umat, dan program gerakan saldo infaq nol.

3. Evaluasi program kerja Masjid Jogokariyan Yogyakarta

a. Penilaian yang dilakukan adalah dengan melihat hasil yang didapatkan

dengan target yang direncanakan pada proses penetapan tujuan jangka

panjang dan tujuan tahunan.

b. Proses evaluasinya dilakukan secara rutin tiap Jumat Kliwon, sehingga

dalam 1 tahun dilakukan rapat secara rutin selama 10 kali pelaksanaan.

Selain rapat rutin tersebut juga dilakukan rapat insidentil yang dilakukan

ketika pengurus berkumpul di masjid.

B. Saran

Berdasarkan poin-poin kesimpulan di atas, terdapat beberapa saran sebagai

konsekuensi dari hasil penelitian ini. Berikut ini beberapa saran yang dapat penulis

sampaikan.

1. Bagi masjid-masjid lain, kesuksesan dan pelaksanaan manajemen strategis

Masjid Jogokariyan Yogyakarta ini dapat menjadi inspirasi yang bisa diteladani

dan diterapkan pada manajemen masjid masing-masing sehingga juga bisa


(2)

2. Bagi Masjid Jogokariyan Yogyakarta, agar mempertahankan pelaksanaan

manajemen strategis yang sudah berjalan cukup baik, dan meningkatkan

sehingga periodisasinya terus berlanjut tiap 5 tahunan.

3. Bagi pemerintah, agar mengekspose kesuksesan Masjid Jogokariyan

Yogyakarta ini dengan memberikan penghargaan setinggi-tingginya sebagai

Masjid yang bisa menjadi percontohan, melainkan juga memberikan ruang

publikasi yang luas agar semakin banyak pihak pengurus masjid yang

mengetahui kesuksesan tersebut dan berinisiatif datang untuk melakukan studi


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

232

DAFTAR PUSTAKA

Ayub, Moh. E, Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani, 1996).

Amin, Samsul Munir, Ilmu Dakwah, (Jakarta: AMZAH, 2013).

Azis, Moch Ali, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004).

Bahri, Fathul & Rasulry (an), Meniti Jalan Dakwah: Bekal Perjuangan Para Da’i,

(Jakarta: Amzah, 2008)

Commar, Muh. Andhy Syamsul, Manajemen Strategis Lingkungan Hidup, JKAP

Volume 5, Nomer 2 (November, 2011).

David, Fred R., Manajemen Strategis: Konsep, terj., Dono Sunardi, (Jakarta:

Salemba Empat, 2009).

Davis, Gorden B, Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen, (Jakarta: PT

Pustaka Binaman Presindo, 1982).

Departemen Agama RI, al Quran dan terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2005).

Fadli, Ahmad, Organisasi dan Administrasi, (Kediair: Manhalun Nayiim Press,

2002).

Farid, Miftah, Masjid, (Bandung: Penerbita Pustaka, 1985).

Gazalba, Sidi, Panduan Pengelolaan Himpunan Jamaah Masjid, (Jakarta:

PUStaka Amani, 2002).

Hafidhuddin, Didin & Tanjung Hendri, Manajemen Syariah dalam Praktik,

(Jakarta: Gema Insani Press, 2002).

Haikal, Muhammad Husain, Sejarah Hidup Muhammad, terj., Ali Audah, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1989).

Handoko, Hani, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 2009).

Hannagan, Tim, Mastering Strategic Management, (New York: Palgrave, 2002).

Hidayat, Panca Wahyu, Social Capital: Strategy of Takmir of Jogokariyan Mosque on Developing the Worshiper, International Journal of Nusantara Islam, Vol. 03 No. 02 – 2015.


(4)

Hilmy, Masdar, Dakwah dalam Alam Pembangunan, (Semarang: CV Toha Putra, tt).

Huberman, & Miles, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: UI Press, 1992).

Jauch, Lawrence R, Manajemen Strategis & Kebijakan Perusahaan, terj., Murad,

(Jakarta: Erlangga, 1993)

Jazir, Muhammad, Menuju Jamaah Mandiri, Arsip Masjid Jogokariyan.

Jazir, Muhammad, Strategic Planning, Arsip Masjid Jogokariyan.

Jazir, Muhammad, Profile Masjid Jogokariyan Yogyakarta, Arsip Masjid

Jogokariyan.

Kafie, Jamaludin, Ilmu Dakwah, _______

Katsioloudes, Mario I, Strategic Management: Global Cultural Perspective dor

Profit and Non Profit Organizations, (Oxford: Elsevier Butterworth Heinemann, 2006).

Latif, Nasarudin, Teori dan Praktik Dakwah Islamiyah, (Jakarta: Firma Dara, tt).

Maghfiroh, Siti, Model Manajemen Strategis Pemberdayaan Ekonomi Umat

Melalui Zakat, Infak, Sedekah, [Economic: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 5, No. 2, 2015).

Mahmudin, Manajemen Dakwah Rasulullah, (Jakarta: Restu Ilahi, 2004).

Malaikah, Mustada, Manhaj Dakwah Yusuf Qardawi, Harmoni antara Kelembutan dan Ketegasan, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997).

Muhtarom, Zaini, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: PT al Amin

Press, 1996).

Munir, M.,Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006).

Murwani, F. Danardana, Pengembangan Model Manajemen Kinerja Strategis pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia: Bagian 2, (Jurnal Aplikasi Manajemen | Volume 10 | Nomor 2 | Juni 2012).

Muslim, Azis, Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Miskin Perkotaan

Berbasis Tanggung Jawab Sosial Masjid, [Disertasi] (Solo: UNS-Pascasarjana Penyuluhan Pembangunan, 2014).


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

234

Nawawi, Ismail, Manajemen Strategik Sektor Publik, (Surabaya: Putra Media

Nusantara, 2010).

Pahlawan, Khatib, Manajemen Dakwah, dari Dakwah Konvensional menuju

Dakwah Profesional, (Jakarta: Amzah, 2007).

Pearce, John A & Robinson, Richard, Manajemen Strategik, terj. Agus Maulana,

(Tangerang: Binarupa Aksara, tt).

Rahmat, Jalaluddin, Retorika Modern, Sebuah Kerangka Teori dan Praktik

Berpidato, (Bandung: Akademika, 1982).

Rumanti, Augustina Asih, Pengembangan Manajemen Strategis dengan Kajian

dalam Knowledge Externalization, (Jurnal Metris, 15 (2014). Shihab, Quraish, Membumikan al Quran, (Bandung: Mizan, 1992).

Siswanto, Pandungan Pengelolaan Himpunan Jama’ah Masjid, (Jakarta: Pustaka

Amani, 2002).

Steiss, Alan W, Strategic Management for Public and Non Profit Organization,

(New York: Marcel Dekker, 2003).

Suherman, Eman, Manajemen masjid: Kiat Sukses Meningkatkan Kualitas SDM

melalui Optimalisasi Kegiatan Umat Berbasis Pendidikan Berkualias Unggul, (Bandung: Alfabeta, 2012).

Suwarsono, Manajemen Strategik: Konsep, Alat Analisa, dan Konteks,

(Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan, 1994).

Susapto, Peranan Masjid Jogokariyan Dalam Memberdayaan Masyarakat Di

Bidang Keagamaan, Pendidikan, Dan Ekonomi Tahun 2012, [Tesis] (Universitas Muhammadiyah Surakarta—Pascasarjana Magister Pemikiran Islam, 2013).

Sutarmadi, Ahmad, Manajemen Masjid Kontemporer, (Jakarta: Media Bangsa,

2012).

Sutomo, Sumengen, Manajemen Strategis Organisasi Nirlaba, (ESMAS, Jurnal

Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 1, No. 4, Februari, 2007).

Syukir, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983).

Wardana, Indra & Ariwibowo, Eko, Perancangan Dan Implementasi Sistem

Informasi Manajemen Kegiatan Masjid, Jurnal Sarjana Teknik Informatika


(6)

www.icmi.or.id

www.kbbi.web.id/

www.masjidjogokariyan.com

http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-50-det-sejarah.html www.yogyes.com/id/yogyakarta-travel-guide/yogyakarta-toponym/

Ya’qub, Hamzah, Publistik Islam, Teknik Dakwah dan Leadership, (Bandung: CV. Diponegoro, 1981).

Zaman, Hafidudin Badrun, Strategi Pendidikan Islam Dalam Meningkatkan

Religiusitas Bagi Para Jamaah Masjid Jogokaryan Yogyakarta, [Tesis] (UIN

Sunan Kalijaga—Pascasarjana Magister Pemikiran Islam, 2015).

Zuhri, M Ali, Peran dan Koordinasi Stakeholder dalam Pengembangan Kawasan Minapolitan di Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar, (Jurnal Administrasi Publik Vol. 3, No. 12), 2070 – 2076.