Konsonan Pengertian peranan Guru Pendidikan Agama Islam

vii PEDOMAN TRANSLITERASI Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K Nomor : 158 Tahun 1987 – Nomor : 0543 bu1987

1. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin أ Tidak dilambangkan ط ṭ ب b ظ ẓ ت t ع „ ث Ṡ غ g ج j ف f ح ḥ ق q خ kh ك k د d ل l ذ ẑ م m ر r ن n ز z و w س s ه h ش sy ء „ ص ṣ ى y ض ḍ

2. Maddah Vokal

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu : Harkat dan Huruf Huruf dan Tanda ā ī ŭ Pedomam transliterasi ini dimodifikasi dari : Tim Puslitbang Lektur Keagamaan, Pedomam Transliterasi Arab-Latin. Proyek Pengkajian dan Pengembangan Lektur pendidikan Agama, Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI, Jakarta, 2003. viii KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr,wb Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas kuasa dan ridha-nya jualah penulis dapat menyelesaikan tesisi ini dalam keadaan sehat wal- afiyat. Sholawat dan salam hanya kita sanjungkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, sebagai suri tauladan terbaik seluruh uma t manusia. Tesis ini berjudul “ Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dan Orang tua dalam Pembinaan Akhlakul Karimah pada Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah Krawangsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan “, dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat guna memeper oleh gelar Magister dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam pada Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung. Penulis menyadari bahwa, tesis ini tidak mungkin dapat selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H. M. Nasor selaku Direktur Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung. 2. Bapak Dr. Deden Makbullah, M,Ag selaku Ketua Program Studi Ilmu Tarbiyah Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung. 3. Bapak Dr. Hasan Mukmin, MA selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan bantuan dalam penulisan tesis ini. 4. Bapak Dr. Nasir, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan ix bimbingan, arahan, motivasi, dan bantuan dalam penulisan tesis ini. 5. Bapak Drs. Matin, SN selaku Kepala Sekolah dan seluruh dewan guru MTs Al- Khairiyah Krawangsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Yang telah membantu penulis dalam melengkapi data –data guna menyelesaikan tesis ini. 6. Istriku Tercinta “ Asiah” yang selama ini telah memberikan Motifasinya sehingga saya dapat menyelesiakan program pendidikan Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat sebagai bagian dari Ibadah kepada Allah SWT dan bisa memberikan manfaat bagi kita semua, Aamin. Wassalamu’alaikum wr. wb Bandar Lampung, November 2015 Penulis Supriyadi BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi sepereti sekarang ini dapat digambarka bahwa masyarakat dunia semakin dinamis dan kompleks dikarenakan adanya penemuan- penemuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Contoh nyata dari fenomena diatas adalah terbukanya komunikasi tanpa batas antara dunua barat dan dunia timur yang berdampak kepada kemajuan dan adanya saling tukar menukar informasi dengan cepat. Dengan adanya kemajuan dalam segi bidang tersebut, segala sesuatu akan lebih mudah dan efesien, sehingga seolah-olah menuntut manusia untuk bersikap terbuka dengan adanya perkembangan dan kemajuan dunia tersebut. Hal ini berdampak positif bagi manusia pada umumnya karena dengan terbukanya komunikasi dan informasi memudahkan manausia mendapatkan informasi-informasi aktual dengan cepat. Adanya perkembangan teknologi ini selain mempunyai manfaat ternyata ada dampak negatif yang disebabkan oleh budaya asing yang menyesatkan, sehingga menimbulkan kemerosotan norma-norma dan kemerosotan akhlak dalam kehidupan masyarakat. Kebobrokan moral, penyakit rohani, serta bentuk penyimpangan laiannya yang kini telah merebak dalam masyarakat indonesia, khususnya generasi muda yang sedang menuntut ilmu pengetahuan. Sesuatu sikap atau perbuatan yang yadinya dipandang tabu seperti berpakaian seronok sexy , karena dampak globalisasi telah menjadi sesuatu yang biasa, yang tadinya dipandang sebagai hal yang memalukan seperti kawin diluar nikah, karena iblis pandainya mengemas godaannya sekarang telah menjadi hal yang biasa, anak-anak yang seharusnya bersikap hormat kepada orang yang lebih tua, kini banyak terlihat anak-anak yang tidak hormat kepada orang tuanya , dan lain-lain. Akan tettapi kita sebagai orang yang beriman harus memahami bahwa akhlaqul karimah, bukanlah kultur yang bisa berubah karena kondis, waktu dan tempat. Islam sebagai agama yang universal telah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, mulai dari ibadah, kehidupan sosial, sampai ketingkat perilaku akhlak . Karena iti agama sangat berperan dalam pembemtukan prilaku anak, sehingga pembentukan pribadi akan membawa pertumbuhan dan perkembangan anak berjalan baik. Penddikan agama islam merupakan usaha sadar melalui suatu proses bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan Al- Qur’an dan AS-Sunnah yang dilakukan oleh seorang pendidik kepada siswa dan orang tua kepada anaknya agar ia memiliki kepribadian islami. Pemeliharaan, perawatan dan pendidikan anak merupakan sesuatu yang sangat penting yang harus diperhatikan oleh kedua orang tua dan para pendidik. Lantaran anak-anak merupakan cikal bakal generasi penerus dari sebuah bangsa dan sekaligus merupakan sebuah amanat dari Allah SWT yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat Al-Anfal ayat 28 :            Artinya : “Ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu sebagai ujian dan cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah lah pahala yang besar” 1 Perhatiaan ajaran Islam terhadap pembinaan akhlak ini lebih lanjut dapat dilihat dari kandungan Al- Qur’an yang banyak sekali berkaitan dengan perintah untuk melakukan kebaikan, berbuat adil, menyuruh berbuat baik dan mencegah melakukan kejahatan dan kemungkaran. Firman Al- Qur’an :                    Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran ”. Qs. An-Nahl : 90 . 2 Ayat-ayat tersebut diatas memberikan petunjuk dengan jelas bahwa Al- Qur’an sangat memperhatikan masalah pembinaan akhlak, dan sekaligus menunjukan macam-macam perbuatan yang termasuk akhlak mulia. 3 Akhlak menurut pengertian Islam adalah salah satu hasil dari iman dan ibadah. Hal ini disebabkan, karena iman dan ibadah maanusia tidak sempurna kecuali kalau 1 Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan terjemahnya Jakarta: Departemen Agama RI, 1985, h.264 2 Ibid, h. 415 3 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2006, h. 69 dari situ muncul akhlak yang mulia. Untuk itu eksitensi akhlak dalam Islam bersumber pada iman dan takwa dan mempunyai tujuan lanhgsung yaitu harga diri dan tujuan jauh yaitu ridha Allah SWT. 4 Adapun menurut Moh. Syamsi, Sabud farhan dan S. Sa’ad, diantara Akhlak- akhlak yang terpuji itu adalah : berlaku adil dan jujur, pemurah dermawan , menjaga harga diri, iffah menjauhkan dan menahan diri dari yang tidak halal dan tidaak jelas , berlaku sopan santun baik dalam ucapan maupun perbuatan, syaja’ah berani dalam hal kebenaran, hemat, menegak kan kebenaran, berbakti kepada orang tua, sabar, zuhud, qana’ah, menjenguk orang sakit, syukur, amar ma’ruf nahi munkar, tolong menolong, juhad, malu, pemaaf, menyebarkan salam, ikhlas. Adapun indikator akhlakul karimah adalah sebagai berikut : a. Dianjurkan mendahului mengucap salam b. Hendaklah menjawab salam dengan yang lebih baik, paling tidak sama c. Berjabat tangan dengan sesama jenis d. Tidak berjabat tangan dengan wanita e. Jika salah seorang bersin hendaklah mengucap “alhamdulillah”, teman yang mendengar hendaklah menjawab “yarham mukallah”, yang bersin menjawab “yahdi kumullah Wa Yushlihu balakum”. f. Jangan menunda pemberian bantuan kepada orang lain yang membutuh kannya. g. Jangan terlambat sholat berjamaah dimasjid. h. hendaklah selalu berpenampilan bersih, kaum wanita menutup aurat. 5 4 Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat pendidikan Islam Telaah sistem Pendidikan dan pemikiran para tokohnya, Jakarta: Kalam Mulia, 2009, h. 181 5 Muhammaad bin Jamil Zainu, pribadi dan Akhlak Rasul, Jedah : Darul Khoroz,t.tcet.ke-xv, h.230-260 Akhlak yang mulia ini sedemikian mungkin ditekankan karena disamping akan membawa kebahagiaan bagi individu, juga sekaligus membawa kebahagiaan bagi masyarakat pada umumnya. Pendidikan Agama Islam dalam sejkolah sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak didik, karena pendidikan agama mempunyai dua aspek terpenting. Aspek pertama dari pendidikan agama adalah yang ditujukan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian. Anak didik diberikan kesadaran kepada adanya tuhan lalu dibiasakan melakukan perintah-perintah tuhan dan meninggalkan larangannya. Dalam hal ini anak didik dibimbing agar terbiasa berbuat yang baik, yang bsesuai dengan ajaran agama. Aspek kedua dari pendidikan agama adalah yang ditujukan kepada pikiran yaiti pengajaran agama itu sendiri. Kepercayaan kepada tuhan tidak akan sempurna bila isi dari ajaran-ajaran tuhan tidak diketahui betul-betul. Anak didik harus ditunjukan apa yang disuruh, apa yang dilarang, apa yang dibolehkan, apa yang dianjurkan melakukannya dan apa yang dianjurkan meninggalkannya menurut ajaran agama. 6 Dalam pendidikan Islam, penekanan terhadap pendidikan akhlak atau budipekerti pada anak didik maupun kepada para pendidik guru sangatlah diutamakan.Guru adalah orang dewasa yang secara sadar mengambil posisi memberikan pelajaran dan pendidikan kepada siswa. Dalam halini guru di tuntut tidak hanya sekedar proses transfer ilmu pengetahuan, akan tetapi juga transfer kepribadian personality. 7 6 Zakiyah Daradjah, Kesehatan Mental, Jakarta: Haji Masagung, 1989, h. 129 7 Muhamad Saroni, Manajemen Sekolah, Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2006 h.77 Oleh karena itu, guru dituntut untuk menjadi tauladan dalam pembentukan dan pembinaan akhlak siswa dilingkungan sekolah. Seklahlah yang akan memberikan perkembangan terhadap pembentukan akhlaknsiswa. Dengan adanya penanaman pendidikan akhlak sejak dini, diharapkan lembaga madrasah akan menghasilkan kader-kader yang akan berguna bagi agama, bangsa dan negara tanpa mengesampingkan pendidikan akhlak. Betapa pentingnya peran dan kedudukan seorang guru dalam membentuk dan membina akhlak peserta didik juga ditegaskan oleh Athiyah al- Abrasyi bahwa “ Guru Agama adalah bapak rohani bagi siswa, yaitu yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu pendidikan akhlak dan membenarkannya”. 8 Selain itu peran penting guru dalam proses pembentukan akhlakul karimah juga ditegaskan oleh Abdul Majid dan Diana Nadayani, yang menyatakan bahwa : “ Guru adalah pekerjaan mencetak generasi dan membangun umat. Guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan”. Para pakar menyatakan bahwa, betapapun bagusnya kurikulum Official , hasilnya sangat bergantung apa yang dilakukan guru di dalam maupun diluar kelas aktual . 9 Guru harus mampu menanamkan nilai-nilai agama kepada setiap peserta didik dengan berbagai cara. Aspek nilai-nilai ajaran Islam yang ditanamkan kepada peserta didik ditinjau dari pola sikap dan prilaku kepada Allah antara lain meliputi aspek nila- nilai aqidah, ibadah mahdlah, dan akhlak. 8 M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasaar pokok pendidikan Islam,Jakarta: Bulan Bintang, 1977, h.135. 9 Abdul Majid dan Diana Nadayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung PT Remaja Rosdakarya, 2005, h.166 Berkaitan denggan masalah peranan guru prndidikan Agama Islam kepada peserta didik Madrasah Tsawaiyah MTs di Yayasan Perguruan Islam Al-kairiyah, Kepala MTs Al- Khairiyah mengatakan bahwa : “ Peranan Guru Pendidikan Agama Islam secara teori maupun praktek dalam menjalankan tugasnya telah berusaha dengan baikdan bertanggung jawab dalam menanamkan nilai-nilai moral spritual kepada peserta didik, serta dengan menggunaakan berbagai macam metode dan media pembelajaran yang ada untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan. 10 Selain itu penanaman nilai-nilai keimanan yang berkaitan dengan pola prilaku kepada sesama manusia di MTS Al-Khairiyah Krawangsari natar, di paparkan pula oleh ibi Siti Af’Idah, S.Sos.I selaku guru Akidah Akhlak. Secara normatif terlihat pada kurikulum materi pelajaran Akidah dan Akhlak. Dalam materi tersebut terlihat adanya penekanan adab sopan santun kepada orang tua dan gurunya, adab sopan santun kepada tetangga, dan beberapa anjuran untuk menyayangi sesama manusi, beramal shodaqoh sebagai rasa sykur atas nikmat rezeki yang diberikan oleh Allah serta kepedulian sosial dan semua sikap dan prilaku iti hendaknya dilakukan karena percaya akan adanya Allah yang maha mengasihi dan menyayangi kepada hamba- hambanya yang berbuat kebajikan. 11 Pada dasarnya ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru di sekolah dalam proses pembinaan akhlakul karimah peserta didik, diantaranya : a. Mengajarkan Pendidikan Agama 10 Drs Matin, selaku kepala Madrasah Tsanawiyah MTs di Yayasan Perguruan Islam Al- khairiyah Krawangsari Natar, wawancara, 16 September 2015 11 Siti’Afidah, selaku guru Akidah Akhlak di MTs Al-khairiyah Krawangsari natar, Wawancara, 15 September 2015 b. Memberikan arahan agar peserta didik dapat berprilaku yang baik dan benar c. memberikan araha dan bimbingan agar peserta ddik menjalankan tugasnya sebagai pelajar dengan baik. d. Menghukum peserta didik yang melanggar peraturan sekolah e. Memberikan tauladan kepada peserta didik dalam kehidupan sehari- hari f. Menasehati peserta didik agar tidak terjerumus pada perilaku yang buruk g. Memberikan pembiasaan seperti kedisiplinan di dalam belajar h. Memberikan motivasi belajar kepada para peserta didik agar mendaapatkan hasil yang optimal i. Memberikan pujian jika anak memperoleh prestasi. 12 Selain itu peranan guru pendidikan Agama Islam adalah sebuah tugas dan kewajiban yang dilakukan dalam melaksanakan peranannya. Menurut Yelon dan Weinstein sebagaimana dikutip oleh Enco Mulyana, beberapa peranan guru dapat di identifikasikan : a. Guru sebagai pendidik; guru harus memiliki standar kualifikasi pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab., wibawa, dan disiplin. b. Guru sebagai pembimbing; guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan njalan yang hartus di tempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. c. Guru sebagai pelatih; guru memperhatikan nkompetensi dasar dan materi standar, mampu memperhatikan perbedaan individu peserta didik dan lingkungannya, guru harus berani berkata jujur, dan harus bisa menahan emosi. d. Guru sebagai model teladan; menjadi teladan merupakan sifat dasar kegiatan pembelajaran. Hal-hal yang perlu diterapkan dalam memberi keteladanan, yaitu melalui pengalaman dan kesalahan, pakaian, hubungan kemanusiaan, proses berfikir, perilaku nioretis, selera, keputusan kesehatan dan gaya hidup umum. e. Guru sebagai penasehat; guru harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental. 13 12 Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan penyuluhan Belajar di Sekolah, Surabaya: Usaha Nasional, 1983 , h.34 13 Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan belajar di Sekolah, Surabaya: Usaha Nasional, 1983, h. 34 Dari kutipan dan uraian diatas menunjukan bahwa guru sangatlah memegang peranan penting dalam pembinaan sikap memtal dan kepribadian anak didiknya khususnya dalam membentuk akhlakul karimah anak didik. Namum demikian, Pendidikan Agama Islam di MTs Al-Khairiyah Krawangsari Natar menghadapi sedikit masalah dengan akhlak peserta didiknya. Berdasarkan hasil observasi penulis, yaitu dengan melakukan wawancara dengan Bpk A.Zaini Efendi ; “ Akhlak peserta didik di MTS Al-khairiyah Krawangsari natar Lampung Selatan masih dianggap belum baik, karena masih ditemukan peserta didik yang membolos sekolah, membuang sampah sembarangan, cara berpakaian tidak rapih dan sopan, masih ditemukan peserta didik yang makan minum sambil jalan, siswa laki-laki masih ada yang memakai gelang dan kalung, ribut dalam ruang kelas saat guru tidak ada, bertemu guru tidak mengucapkan salam atau berjabat tangan, mengolok-olok teman, tidak disiplin masuk kelas, masih ada yang nongkrong dikantin sekolah saat jam pelajaran, susah mengikuti kegiatan keagamaan disekolah, dan lain- lain”. 14 Dikaitkan dengan makna pembinaan akhlak, maka peranan guru pendidikan Agama Islam dalam pembinaan akhlak peserta didik dapat diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan seperangat tingkah laku, tugas atau kewajiban sebagai tauladan, pendidik, pembimbing dan pelatih yang dilakukan ooleh guru melalui usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan pengajaran, bimbingan atau latihan yang dilakukan secara efesiensi dan efektif untuk memperbaiki atau menyempurnakan tabi’at, budi pekerti, sikap mental atau watak yang terjabarkan dalam bentuk berpikir, berbicara, bertingkah laku dan sebagainya yang merupakan ekspresi njiwa. 14 A. Zaini Efendi, selaku guru Fiqih di MTs Al-khairiyah Krawangsari natar, Wawancara, 15 September 2015 Namun semua tujuan untuk membentuk dan membina akhlakul karimah peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Al-khairiyah krawangsari Natar itu tidak akan tercapai apabila tidak ada kerjasama dengan semua pihak terutama dengan sesama guru dan antara guru dengan orang tua pewserta didik. Sebab pendidikan agama dalam pembinaan akhlakul karimah anak dapat terwujud apabila adanya kesinambungan atau keterpaduan antara pembinaan orang tua di dalam keluarga, masyarakat dan gurudisekolah. Peran orangtua sangatlah besar dalam pembentukan dan pembinaan akhlakul karimah anak, dimana tingkah laku selalu tumbuh dan berkembang dan juga senantiasa dipengaruhi oleh situasi dan kondisi dimana mereka berada, khususnya dalam keluarga yaitu kefdua orangtua, sebagaimana di njelaskan oleh rasulullah SAW dam haditsnya : “ Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan sesuai fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang memmbuatnya menjadi Yahudi atau Majusi atau me nasranikannya”. Al Asqar, 2002: 27 . Oleh karena itu, untuk membentengi manusia dari berbagai hal yang akan dapat merusak akhlaknya, diperlukan pembinaan akhlak sejak didni secara matang. Dalam usaha pembentukan dan pembinaan akhlak, harus dipertimbangkan apakah nilai-nilai yang akan ditanamkan iti daapat dijadikan sebagai modal dalam hidup dan kehidupannya atau tidak. Islam sebagai agama wahyu yang bersumberkan Al- Qur’an dan Al-Hadits telah banyak mengatur kehidupan manusia, baik yang hubungannya dengan Allah maupun yang berhubungan dengan tatacara sesama makhluk dalam pergaulan sehari-hari. Jadi untuk memiliki akhlak yang mulia. Maka hendaklah kita selalu berpedoman pada Al- Qur’an dan Al-hadits dimana dan kapansaja. Seorang anak akan dapat berakhlak yang mulia jika sejak dini dibiasakan oleh orangtuanya, sejak mereka dalam kandungan dan setelah dilahirkan. Peranan orangtua dalam pembinaan akhlak anak diwujudkan dalam bentuk kegiatan yang dilakukan orang tua, diantaranya: a. Mengajarkan nilai-nilai Islam b. mengawasi prilaku anak c. Menasehati anak d. Memberikan tauladan e. Memenuhi fasilitas pendidikan Islam. 15 Pentingnya peranan orangtua daalam mendidik akhlak peserta didik sehingga dapat memperoleh prestasi yang baik juga dijelaskan didalam Al- Qur’an yaitu pada surat At-Tahrim ayat 6, yang berbunyi:                        Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman , peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yaang bahan bakrnya adalah manusia dan batu; penjaganya malikat- malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkannya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. 16 15 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005 , h. 77 16 Departemen Agama RI, Op.cit, h. 951 Pendidikan Islam harus dilaksanakan secara dini dengan cara-cara yang tepat yang menumbuhkan jiwa keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Seperti yang dijelaskan oleh Abu Zakka Ahmad: Selagi anak masih berusia muda sekali, orang tua harus telah memasukan nilai-nilai pendidikan dalam setiap langkah kehidupan yang dinilai mereka. Misalnya bagaimana seharusnya mengambil sesuatu, bagaimana seharusnya kalau hendak makan, kalau hendak tidur, kalau hendak pergi sekolah, kalau berhadapan dengan orang yang lebih tua, kalau sedang berjalan dan seterusnya. 17 Dengan demikian cara-cara tersebut sudah seharusnya ditempuh oleh orang tua dalam memberikan pengajaran agama Islam dilingkungan keluarga dan harus disertai dengan motivasi anaknya agar mereka rajin dalam belajar agama Islam dan mampu membekali anak dengan pengetahuan agama yang sebaik-baiknya. Orang tua dalam suatu keluarga tidaklah dapat terlepas dara kedudukannya sebagai pendidik dari anak-anaknya, oleh sebab itu orang tua harus mampu bertindak dengan fungsinya sebagai pendidik, pemimpin, pemberi tauladan, pengawas, dan penangggung jawab dunia akherat. Berdasarkan hasil obserfasi penulis dan dengan melakukan wawancara dengan Bapak Fafumi selaku orangtua peserta didik di MTs Al-Khairiyah Krawangsari Natar; Saya sebagai orangtua mempunyai tanggung jawab penuh terhadap anak saya. Makanya walaupun saya taamatan sekolah dasar tetapi saya selalu menyuruh anak saya untuk belajar khususnya belajar agama, seperti menyuruhnya mengaji di masjid, lalu saya sekolahkan di Tsanawiyah agar anak saya pinter ngaji dan juga lebih mengerti tentang agama. Insya Allah kalau anak saya mengerti agama maka tingkah lakunya atau perbuatannya juga akan baik”. 18 Pada dasarnya peran guru Pendidikan agama Islam dan orang tua dalam membentuk dan membina akhlak anak sudah cukup optimal, tetapi pada 17 Abu Zakki Ahmad, Kiat membina Anak Shaleh, Jakarta: Rica Grafika, 2002 , h.55 18 Fayumi, Selaku orang tua peserta didik, Wawancara, 20 September 2015 kenyataannya masih ada anak didik yang belum berprilaku muli, seperti yang di ungkapkan oleh Bapak Sopiyan, sebagai salah satu orang tua ppeserta didik; “ saya terkadang harus menarik nafas dalam-dalam karena tingkah laku anak saya, bagaiman tidak kalau dirumah anak saya itu sering ribut dengan adiknya, padahalkan seharusnya dia sebagai kakak mau mengalah dan ngemomong adeknya. Selain itu kebiasaan buruk anak saya yang masih sulit untuk saya rubah adalah anak saya sering menunda waktu shalat dan masih sulit untuk mengajaknya shalat berjamaah di masjid. Contohnya, jika sudah masuk waktu shalat maghrib, biasanya saya sering ajak anak saya itu untuk shalat berjamaah di masjid, tetapi dia selalu menolak dan masih asyik nonton TV, setelah tontonannya beres barulah dia salat”. 19 Berdasarkan data-data diatas dan fakta yang ada di lapangan, secara faktual dalam pembinaan akhlak peserta didik, peran guru pendidikan agama Islam di sekolah dan orang tua dirumah sudah cukup optimal namun pada kenyataannya sekarang masih terdapat peserta didik yang bertingkah laku kurang baik atau belum memiliki akhlak yang mulia, contohnya seperti tingkah laku aanak yang masih berbicara kasar dan tidak menghormati orang tua dan gurunya, berkelahi dengan teman, tidak beribadah dengan baik, kurang disiplin, makan dan minum sambil berjalan, sering mencontek saat ujian sekolah, dan lain-lain. Untuk itu pentinglah kiranya dikaji lebih lanjut daalam suatu penelitian ilmiah untuk mengetahui peranan guru Pendidikan agama Islam dan orang tua di dalam pembinaan akhlakul karimah peserta didik di MTs Al-Khairiyah Krawangsari, kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

B. Identifikasi Dan Batasan Masalah

1. Identifikasi masalah 19 Sopiyan, Selaku orang tua peserta Didik, Wawancara, 20 september 2015 Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah yang penulis kemukakan diatas, maka dapat di identifikasikan masalah-masalaah sebagai berikut : a. Pada era globalisasi saat ini telah terjadi pergeseran nilai-nilai budi pekerti di masyarakat. Sesuai sikap atau peerbuatan yang tadinya dipandang tabu seperti berpakaian yang memperlihatkan lekuk tubuh, karena dampak globalisasi telah menjadi sesuatu yang biasa. b. Peran guru Pendidikan Agama Islam dan orang tua sudah optimal dalam memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk membina akhlak peserta didik yang mulia, namun masih ada beberapa peserta didik yang masih memiliki akhlak buruk. c. Guru Pendidikan Agama Islam dan orang tua telah memberikan suritauladan yang baik, namun masih ada peserta didik yang tidak disiplin dan tidak mengikuti ketauladanan tersebut. d. Guru Pendidikan agama islam dan orang tua telah memberikan pengarahan dan nasehat-nasehat terhadap aktivitas keseharian peserta didik, tetapi masih ada peserta didik yang tidak mau mendengarkan nasehat dan pengaeahan tersebut. e. Guru pendidikan agama islam dan orangtua sudah memberikan latihan-latihan dalam rangka mengerjakan praktek ibadah kepada Allah SWT, contoh melatih untuk selalu sholat berjamaah, tadarus, sodaqoh, , berbusana muslim, berdo’a bersama. Tetapi ada peserta didik yang masih enggan melaksanakannya. 2. Pembatasan masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas dan bertolak dari berbagai pertimbangan baik keterbatasan kemampuan,waktu, dana dan sebagainya maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini yang meliputi : a. Peranan yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dalam memberikan pendidikan, bimbingan, pelatihan dan pembiasaan, tauladan serta nasehat dalam pembinaan akhlakul karimah peserta didik MTs Al-khairiyah Krawangsari Kecamatan Natar Kaabupaten Lampung Selatan. b. Peranan yang dilakukan orang tua dalam mengajarkan nilai-nilai Islam, memberikan nasehat, tauladan, pengawasan serta fasilitas pendidikan dalam proses pembinaan akhlakul karimah peserta didik MTs Al-Khairiyah Krawangsari kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

C. Rumusan masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : Bagaimanakah peranan guru Pendidikan Agama Islam dan orang tua dalam pembinaan akhlakul karimah peserta didik di MTs Al-khairiyah Krawangsari Kecanmatan Natar kabupaten Lampung Selatan?

D. Tujuan dan kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam dan orang tua dalam pembinaan akhlakul karimah peserta didik di MTs Al-khairiyah Krawangsari Kecamatan natar kabupaten Lampung Selatan. 2. Kegunaan Penelitian a. Sebagai sumbangan penting dan memperluas wawasan bagi kajian ilmu pendidikan dalam meningkatkan peranan guru Pendidikan Agama Islam dan orang tua dalam membina akhlak peserta didik sehingga dapat dijadikan rujukan untuk pengembangan sumberdaya. b. Hasil kajian ini diharapkan berguna bagi pengembangan wacana ilmu ke Islaman terutama yang berkaitan dengan masalah akhlakul karimah pada peserta didik. c. Sebagai gambaran tentang faktor-faktor yang memungkinkan menjadi kendala baik dari segi internal maupun eksternal diri peserta didik sehingga hambatan-hambatan dalam pembinaan akhlak peserta didik dapat teratasi.

E. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan konsep dasar yang memuat hubungan kausal hipotesis antara variabel bebas dengan variabel terikat dalam rangka memberikan jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti. 20 Penelitian nini mengkaji mengenai peran guru Pendidikan Agama Islam dan orang tua dalam membina akhlakul karimah peserta didik MTs Al-Khairiyah Krawangsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Dewasa ini untuk mewujudkan akhlak yang mulia pada peserta didik dibutuhkan peran yang optiman dan signifikan dari guru di sekolah dan orang tua di rumah. Guru Pendidikan Agama Islam di samping melaksanakan tugas pengajaran, 20 Raflis, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, h.42 yaitu memberitahukan pengetahuan keagamaan, ia juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik, ia membantu pembentukan kepribadian, pembinaan akhlak serta menumbuhkembangkan keimanan dan ketaqwaan para peserta didik. Peran guru disekolah diantaranya dengan melakukan seperti dibawah ini : 1. Mengajarkan Pendidikan Agama 2. Memberikan arahan agar peserta didik dapat berprilaku yang baik dan benar 3. Memberikan arahan dan bimbingan agar peserta didik menjalankan tugasnya sebagai pelajar dengan baik 4. Menghukum peserta didik yang melanggar peraturan sekolah 5. Memberikan tauladan kepada peserta diidik dalam kehidupan sehari- hari 6. Menasehati peserta didik agar tidk terjerumus pada perilaku yang buruk 7. Memberikan pembiasaan seperti kedisiplinsn di dalam belajar 8. Memberikan motivasi belajar kepada para peserta didik agar mendapatkan hasil yang optimal 9. Memberikan pujian jika anak memperolah prestasi. 21 Selain itu menurut Yelon dan Weinstein sebagaimana dikutip oleh Enco Mulyana, beberapa peranan guru dapat di identifikasikan sebagai berikut : a. Guru sebagai pendidik : guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggng jawab, wibawa, dan disiplin. b. Guru sebagai pembimbing : guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapka jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancaran sesuai denggan kebutuhan dan kemampuan peserta diidik. c. Guru sebagai pelatih; guru memperhatikan nkompetensi dasar dan materi standar, mampu memperhatikan perbedaan individu peserta didik dan lingkungannya, guru harus berani berkata jujur, dan harus bisa menahan emosi. d. Guru sebagai model teladan; menjadi teladan merupakan sifat dasar kegiatan pembelajaran. Hal-hal yang perlu diterapkan dalam memberi keteladanan, yaitu melalui pengalaman dan kesalahan, pakaian, 21 Dewa Ketut Sukardi, Loc.cit hubungan kemanusiaan, proses berfikir, perilaku nioretis, selera, keputusan kesehatan dan gaya hidup umum. e. Guru sebagai penasehat; guru harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental. 22 Berdasarkan penjelasan diatas jelaslah para pendidik wajib mendidik peserta didik dengan cara yang dibutuhkan oleh perkembangan masa kini sehingga menghasilkan produk yang berkompeten dan berakhlak mulia. Namun peran guru akan menjadi lebih maksimal ketika orangtua sebagai pendidik dalam keluarga memegang peranan penting juga dalam membentuk dan membiina akhlakul karimah peserta didik yang berdasarkan nilai-nilai ajaran Agama Islam. Aspek nili-nili ajaran islam pada intinya dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu nilai-nilai aqidah, nilai-nilai ibadah, dan nilai-nilai akhlak. Nilai-nilai aqidah mengajarkan manusia untuk percaya untuk percaya akan adanya Allah Yang maha Esa dan Maha Kuasa sebagai sang pencipta alam semesta, yang akan senantiasa mengawasi dan memperhitungkan segala perbuatan manusia di dunia. Dengan merasa sepenuh hati bahwa Allah itu ada dan maha kuasa, maka manusia akan lebih taat untuk menjalankan segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah dan takut untuk berbuat Zhalim atau kerusakan di muka bumi ini. Nilai-nilai ibadah mengajarkan pada manusia agar dalam setiap perbuatannya senantiasa dilandasi hati yang ikhlas guna mencapai ridho Allah. Pengamalan konsep nili-nilai ibadah akan melahirkan manusia-manusia yang adil, jujur, dan suka membantu sesamanya. Selanjutnya yang terakhir nilai-nilai akhlak mengajarkan kepada manusia untuk bersikap dan berprilaku yang baik sesui norma atau adab yang benar-benar baik, 22 Enco Mulyana, Loc.cit sehingga akan membawa pada kehidupan manusia yang tentram, damai, harmonis, dan seimbang. 23 Dalam upaya saling bantu membantu antara orang tua dan guru dalam membina akhlakul karimah peserta didik, ada beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua, yaitu : a. Mengajarkan nilai-nilai Islam b. Mengawasi nprilaku anak c. Menasehati anak d. Memberikan Tauladan e. Memenuhi fasilitas pendidikan Islam. 24 Selain itu sikap positip orang tua tidak kalah pentingnya dalam menentukan sifat dan akhlak peserta didik, seperti yang dikemuakan oleh Zakiyah Darajat bahwa : “ Orang tua adalah orang yang beradab sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk membangun peradaban civilization yang berkualitas dimasa depan dan orang tua memberi pelajaran kepada anaknya dan dapat menumbuhkan sikap positif yang diperlukan dalam hidupnya dikemudian hari. 25 Selanjtnya dari uraian pada deskripsi teoritis diatas cukup kuat untuk diterima bahwa terwujudnya pembinaan akhlakul karimah peserta didik atau anak tidak terlepas dari peran guru disekolah dan orang tua di rumah. Oleh karena itu, teori-teori diatas dapat diringkas ke dalam sebuah kerangka pikir untuk mengetahui pengaruh antara variabel-variabel yang ada didalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut : 23 Toto Suryana. Dkk, Pendidikan Agama islam: untuk Perguruan Tinggi, Bandung: Tiga Mutiara, 1996, h.148-150 24 Ramayulis, Loc. cit 25 Ibid., h. 50 Gambar.I Kerangka pikir penelitian Keterangan : Adalah garis yang menghubungkan antara satu dimensi dengan dimensi lainnya yang menunjukan adanya peranan yang dilakukan guru PAI dan orang tua di dalam pembinaan Akhlakul Karimah peserta didik. Peran Guru 1. Mengajarkan pendidikan Agama Islam 2. Memberikan Bimbingan 3. Memberikan pelatihanPembiasaan 4. Memberikan suritauladan 5. Memberi nasehat Akhalakul karimah Sikap dan prilaku yang berdasarkan nili-nilai Agama Islam Peran Orang Tua 1. Mengajarkan nilai-nilai Islam 2. Memberikan araahan dan Nasehat-nasehat. 3. Melakukan pengawasan 4. Memberi suritauladan 5. Memenuhi Fasilitas Pendidikan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Peranan Guru PAI Dalam Pembinaan Akhlak

1. Pengertian peranan Guru Pendidikan Agama Islam

Perana berasal dari kata peran, yang secara harfiah dapat diartikan sebagai perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan daalam masyarakat. 1 Selain itu peranan menurut Levinson sebagaimana dikutip oleh Soejono Soekamto adalah : suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang di kembangkan dengan masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyaraakatan. 2 Sedangkan pengertian guru secara sederhana adaalah orang yang memfasilitasi alih ilmu pengetahuan dari sumber belajar kepada peserta didik. 3 Menurut Abdul majid dan Dian Nadayani, “ Guru adalah pekerjaan mencetak generasi dan membangun umat. Guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan. Para pakar menyatakan sangat bergantung pada apa yang dilakukan guru 1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, jakarta: PN. Balai Pustaka, 2007, h. 854 2 Soejono Soekamto, Sosiologi Suatu pengantar, Jakaarta: Rajawali Press, 1982, h.238 3 Ja al Ma’ ur As a i, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif, Yogyakarta : Diva Press, 2009, h.20 didalam bahwa betapapun bagusnya sebuah kurikulum Official, hasilnya sangata bergantung pada apa yang dilakukan gu ru didalam maupun diluar kelas actual”. 4 Guru merupakan sosok yang harus digugu dan ditiru oleh para muridnya, maka guru harus dapat memberikan contoh atau suritauladan yang baik kepada para peserta didiknya. Dalam Undang-undang dan peraturan pemerintah RI tentang pendidikan dituliskan : “ Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah “. 5 Ada beberapa istilah yang lazim digunakan dalam dunia pendidikan Islam tentang guru Pendidik, yakni “ustadz, mudarris, mu’allim, dan mua’ddib”. Masing- masing istilah ini memiliki kekhususan dalam penggunaannya. Ustadz misaknya “ lebih tepat diarahkan pada guru sebagai pengajar, sedangkan mudarris lebih bermakna guru sebagai pelatih atau instruktur, sementara kata mu’allim berarti guru sebagai pembimbing, adapun kata muaddib lebih berkonotasi guru sebagai pengajar Agama “. 6 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru PAI merupakan seseorang yang berperan dalam mendidik, mengajar, membimbing dan mengarahkan anak didik kearah yang lebih baik agar berguna kelak untuk masa depannya. Selanjutnya penulis akan menjelaskan pengertian guru agama. Sebelum penulis menjelaskan pengertian 4 Abdul Majid, Dian Nadayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, h . 166 5 BAB I Ketentuan Umum Pasal I, Undang-Undang dan Peraturan pemerintah RI Tentang Pendidikan, Jakarta: Direktorat jendral Pendidikan Islam, Departemen Agama RI, 2006, h. 5 6 Syakirman M. Noor, Pradigma Pendidikan Islam, Padang: Baitul Hikmah, 1999, h. 61 guru Agama, maka terlebih dahulu penulis akan menjelaskan pengertian pendidikan Agama Islam, karena guru agama yang di maksud disini merupakan guru yang mengajar mata pelajaran pendidikan agama islam. D alam bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan diberi awalan “pe” dan akhiran “an”, mengandung arti perbuatan hal, cara dan sebagainya. Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak, Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, yaitu “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab, istilah ini sering diterjemahkan dengan “tarbiyah”, yang berarti pendidikan. 7 Dalam Al- Qur’an tidak ditemukan kata al-tarbiyat, namun terdapat istilah lain yang sejenis dengannya, yaitu “Ta’lim, Ta’lim merupakan masdar dari kata allamayang berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan keterampilan”. 8 Penunjukan kata Ta’lim pada pengertian pendidikan, sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat al-baqarah: 31                 Artinya: Dan dia mengajarkan allama kepada Adam nama-nama benda-benda seluruhnya , kemudian mengemjukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepadaku nama benda-benda itu jika kamu memang orang- orang yang benar”. 9 QS. Al-Baqarah: 31 Secara terminologi, pendidikan Islam berarti proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran pembiasaan, bimbingan pengasuhan, dan pengembangan potensi-potensi guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup didunia dan di akherat. 10 7 Ramayulis, Ilmu Pendidikan islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2008, h. 13 8 Ibid., h. 15 9 Departemen Agama RI, Al- Qur’a da terje ah ya, Jakarta: Departemen Agama RI, 1985, h. 14 10 Suyanto, Ilmu penddikan Islam, Jakarta: Kencaana, 2006, h. 26 Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa guru Agama merupakan seorang yang bertugas mendidik, mengajar, membimbing dan mengarahkan anak didik agar berbuat dan bertingkah laku sesuai dengan ajaran islam guna mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dengan demikian yang dimaksud peranan guru pendidikan Agama Islam dapat diartikan sebagai perangkat tingkah laku yang harus dimiliki guru pendidikan Agama Islam, atau tugas serta kewajiban dalam melaksanakan proses pendidikan. Proses tersebut dlakukan untuk mengembang seluruh potensi peserta didik, memberi ilmu tentang agama Islam serta mengusahakan supaya peserta didik lebih baik dalam peningkatan pemahaman dan pengamalan ajaran agama islam yang diwujudkan dalam bentuk berakhlakul karimah.

2. Keutamaan peranan Guru Pendidikan Agama Islam

Kebutuhan peserta didik harus diperhatikan oleh setiap pendidik, sehingga peserta didik tumbuh dan berkembang mencapai kematangan psikis dan fisik. Di dalam pandangan islam, tugan pendidikan Agama Islam disamping memperhatikan kebutuhan-kebutuhan biologis dan psikologis ataupun kebutuhan primer dan skunder, maka penekanannya adalah pemenuhan kebutuhan tentang ilmu agama Islam untuk dapat dihayati, sehingga dapat mewarnai seluruh aspek kehidupan. 11 Keutamaan peranan Guru PAI dapat dipahami dari hakekat peserta didik dan tujuan pendidikan Islam. Peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu 11 Mohd. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dsrar Pokok Pendidikan Islam, Terjemah oleh Bustami A. Gani dan Djohan Bahry L.I.S, Jakarta: Bulan Bintang, 1970, h. 78 sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religius dalam menjalankan kehidupan didunia. Didalam pendapat lain dikatakan peserta didik merupakan individu yang belum dewasa, yang karenanya memerlukan orang lain untuk menjadikan dirinya dewasa. Tujuan pendidikan Islam adalah pembinaan akhlak, menyiapkan anak didik untuk hidup didunia dan akherat, penguasaan ilmu, dan keterampilan bekerja dalam masyarakat. 12 Pendapat diatas memberikan pemahaman, keutamaan peran guru PAI ialah orang yang dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan, yaitu terpenuhinya kebutuhan biologis dan psikis peserta didik menuju kekuatan yang mampu mempertahankan diri dengan kondisi lingkungan. Terangkatnya derajat seseorang ditentukan oleh dua faktor, yaitu kekuatan keimanan, dan tingginya ilmu pengetahuan yang dimiliki. Allah SWT berfirman :                                  Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”. Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. 13 Q.S. Al-Mujaadilah: 11 12 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakaarta: Gaya Media Pratama, 2005, h. 107 13 Departemen Agama RI, Op. cit., h. 910

Dokumen yang terkait

Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Akhlakul Karimah Siswa Di SMA Fatahillah Jakarta

2 57 123

Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

0 3 151

Peran Guru dan Orang Tua Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik Bidang Studi Akidah Akhlak di MTS Al Khairiyah Natar Lampung Selatan

7 168 137

Peran Guru dan Orang Tua Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik Bidang Studi Akidah Akhlak di MTS Al-Khairiyah Natar Lampung Selatan - Raden Intan Repository

0 0 14

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum MTs Al-Khairiyah Natar Lampung Selatan 1. Sejarah MTs Al-Khairiyah Natar Lampung Selatan - Peran Guru dan Orang Tua Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik Bidang Studi Akidah Akhlak di MTS Al-

0 0 41

BAB I PENDAHULUAN - Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dan Orang Tua dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Peserta Didik pada Madrasah Tsanawiyah al-Khairiyah Krawangsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan - Raden Intan Repository

0 0 21

BAB II LANDASAN TEORI A. Peranan Guru PAI Dalam Pembinaan Akhlak 1. Pengertian peranan Guru Pendidikan Agama Islam - Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dan Orang Tua dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Peserta Didik pada Madrasah Tsanawiyah al-Khairiyah Kra

0 1 55

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian - Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dan Orang Tua dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Peserta Didik pada Madrasah Tsanawiyah al-Khairiyah Krawangsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan - Raden Intan Repo

0 0 10

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Sejarah Singkat MTs Al-Khairiyah Krawangsari Kecamatan Natar Kabupaten lampung Selatan. - Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dan Orang Tua dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Peserta Didik pada Madrasah Tsanawiyah al-Kh

0 2 55

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan - Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dan Orang Tua dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Peserta Didik pada Madrasah Tsanawiyah al-Khairiyah Krawangsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan - Raden Intan Repository

0 0 14