Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dan Orang Tua dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Peserta Didik pada Madrasah Tsanawiyah al Khairiyah Krawangsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

(1)

i

TESIS

Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memeper Oleh Gelar Magister Dalam Ilmu Pendidikan Islam

Oleh Supriyadi NPM :1422010117

Pembimbing 1 : Dr. Hasan Mukmin, MA Pembimbing II : Dr. Nasir, M.Pd PROGRAM STUDI ILMU TARBIYAH KONSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM PASCA SARJANA (PPs)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 1437 M/2016


(2)

ii

Nama : Supriyadi

NPM : 1422010117

Program Studi : Ilmu Tarbiyah

Konsentrasi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesisi yang Berjudul “ PERANAN GURU

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN ORANG TUA DALAM PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH PESERTA DIDIK PADA MADRASAH TSANAWIYAH AL-KHAIRIYAH KRAWANGSARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN ” Adalah benar karya asli saya, kecuali yang disebutkan sumbernya. Apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Bandar Lampung, Januari 2016 Yang Menyatakan


(3)

iii

pembinaan akhlakul karimah. Peran Guru seperti mengajarkan pendidikan Agama Islam, memberikan Bimbingan, pelatihan, dan nasehat serta menjadi tauladan bagi peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar disekolah. Sedangkan peran orang tua seperti mengajarkan nilai-nilai Islam, memberikan nasehat dan suri tauladan, melakukan pengawasan, serta memenuhi fasilitas pendidikan anak. Namun berdasarkan hasil pra survey peneliti di Madrasah Tsanawiyah ( MTS ) Al-Khairiyah Krawangsari Natar, peran Guru pendidikan Agama Islam ( PAI ) dan orang tua peserta didik didalam pembinaan akhlakul karimah peserta didik sudah tergolong baik, namun ternyata saat ini masih ada sebagian peserta didik yang bertingkah laku kurang baik atau belum memiliki akhlak yamg mlia (akhlakul karimah). Untuk itulah Peneliti terarik untuk mengadaka penelitian mengenai “ Peran Guru Pendidikan Agama Islam dan orang tua dalam Pembinaan Akhlakul Karimah peserta didik pada Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah Krawangsari, kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selaatan.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah : Bagaimanakah peranan Guru Pendidikan Agama Islam dan orang tua dalam pembinaan akhlakul karimah peserta didik pada Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah Krawangsari kecamatan natar Kabupaten Lampung Selatan?

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode kualitatif. Dalam pengumpulan data digunakan teknik pengumpulan data berupa Wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan metode analisis data dilakukan dengan Reduksi Data.Penyajian Data dan Verifikasi Data.

Berdasarka hasil penelitian yang penulis temukan di lapangan menyatakan bahwa “ Peran guru PAI dan orang tua dalam pembinaan akhlakul karimah peserta didik pada MTs Al-Khairiyah Krawangsari kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan telah di implementasikan dengan baik kepada para peserta didik MTs tersebut, pelaksanaan dalam proses belajar mengajar pun berjalan dengan baik, pengawasan, bimbingan, pelatihan, nasehat serta tauladan baik dari peranan guru maupun orang tua juga telah dilaksanakan dengan baik. Namun ternyata masih ada peserta didik yang belum mau melaksanakan apa yang di contohkan oleh guru dan orang tuanya, belum melaksanakan apa yang ditugaskan oleh gurunya, belum melaksanakan kebiasaan-kebiasaan yang baik mengenai praktek ibadah yang dilatihnya, dan bahkan masih banyak yang mengelak dari pengawasan guru dan orang tuanya. Penulis menyimpulkan bahwa peranan guru PAI dan orang tua dalam pembinaan akhlakul karimah peserta didik membutuhkan keselarasan dari kedua belah pihak baik dari keluarga peserta didik maupun dari pihak sekolah, serta tidak juga terlepas dari kesadaran dan upaya peserta didik untuk memeiliki akhlak yang mulia.


(4)

iv

KARIMAH PESERTA DIDIK PADA MADRASAH TSANAWIYAH AL-KHAIRIYAH KRAWANGSARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Nama Mahasiswa : Supriyadi

NPM : 1422010117

Program Studi : Ilmu Tarbiyah

Konsentrasi : Pendidikan Agama Islam

Telah disetujui untuk diajukan dalam Ujian Terbuka pada program pasca sarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung

Bandar Lampung, 21 Maret 2016 MENYETUJUI

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hasan Mukmin, MA Dr. Nasir, M.Pd

Nip.19610421 199403 1 002 Nip.19690405200901 Mengetahui

Ketua Prodi Studi Ilmu Tarbiyah

Dr. H. Acmad Asrori, MA Nip.19550710 198503 1 003


(5)

v

DAN ORANG TUADALAM PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH PESERTA DIDIKPADA MADRASAH TSANAWIYAH AL-KHAIRIYAH KRAWANGSARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN, ditulis oleh Supriyadi, NPM. 14220101117 telah diujikan dalam ujian tertutup dan disetujui untuk diajukan dalam Ujian terbuka pada program Pasca Sarjana IAIN Raden Intan Lampung.

Tim Penguji

Ketua : Prof. Dr. Idham Kholid, M.Ag ...

Sekretaris : Dr. Nasir, S.Pd M.Pd ...

Penguji I : Dr. M. Akmansyah, MA ...

Penguji II : Dr. Hasan Mukmin, M.Ag ...


(6)

vi

DIDIKPADA MADRASAH TSANAWIYAH AL-KHAIRIYAH KRAWANGSARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN, ditulis oleh Supriyadi, NPM. 14220101117 telah diujikan dalam Ujian terbuka pada program Pasca Sarjana IAIN Raden Intan Lampung.

Tim Penguji

Ketua :

Sekretaris :

Penguji I :

Penguji II :

Direktur Program Pasca Sarjana IAIN Raden Intan Lampung

Prof. Dr. H. M. Nasor. M.Si NIP.195707151987031003


(7)

vii 1. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin

أ

Tidak dilambangkan

ط

ب

b

ظ

ت

t

ع

ث

غ

g

ج

j

ف

f

ح

ق

q

خ

kh

ك

k

د

d

ل

l

ذ

م

m

ر

r

ن

n

ز

z

و

w

س

s

ه

h

ش

sy

ء

ص

ى

y

ض

2. Maddah / Vokal

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu :

Harkat dan Huruf Huruf dan Tanda

ā ī ŭ

Pedomam transliterasi ini dimodifikasi dari : Tim Puslitbang Lektur Keagamaan, Pedomam Transliterasi Arab-Latin. Proyek Pengkajian dan Pengembangan Lektur pendidikan Agama, Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI, Jakarta, 2003.


(8)

viii

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas kuasa dan ridha-nya jualah penulis dapat menyelesaikan tesisi ini dalam keadaan sehat wal-afiyat. Sholawat dan salam hanya kita sanjungkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, sebagai suri tauladan terbaik seluruh umat manusia. Tesis ini berjudul “ Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dan Orang tua dalam Pembinaan Akhlakul Karimah pada Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah Krawangsari Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan “, dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat guna

memeper oleh gelar Magister dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam pada Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung.

Penulis menyadari bahwa, tesis ini tidak mungkin dapat selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Nasor selaku Direktur Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.

2. Bapak Dr. Deden Makbullah, M,Ag selaku Ketua Program Studi Ilmu Tarbiyah Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.

3. Bapak Dr. Hasan Mukmin, MA selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan bantuan dalam penulisan tesis ini. 4. Bapak Dr. Nasir, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan


(9)

ix

Khairiyah Krawangsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Yang telah membantu penulis dalam melengkapi data –data guna menyelesaikan tesis ini. 6. Istriku Tercinta “ Asiah” yang selama ini telah memberikan Motifasinya sehingga saya dapat menyelesiakan program pendidikan Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat sebagai bagian dari Ibadah kepada Allah SWT dan bisa memberikan manfaat bagi kita semua, Aamin.

Wassalamu’alaikum wr. wb

Bandar Lampung, November 2015 Penulis


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi sepereti sekarang ini dapat digambarka bahwa masyarakat dunia semakin dinamis dan kompleks dikarenakan adanya penemuan-penemuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Contoh nyata dari fenomena diatas adalah terbukanya komunikasi tanpa batas antara dunua barat dan dunia timur yang berdampak kepada kemajuan dan adanya saling tukar menukar informasi dengan cepat. Dengan adanya kemajuan dalam segi bidang tersebut, segala sesuatu akan lebih mudah dan efesien, sehingga seolah-olah menuntut manusia untuk bersikap terbuka dengan adanya perkembangan dan kemajuan dunia tersebut. Hal ini berdampak positif bagi manusia pada umumnya karena dengan terbukanya komunikasi dan informasi memudahkan manausia mendapatkan informasi-informasi aktual dengan cepat.

Adanya perkembangan teknologi ini selain mempunyai manfaat ternyata ada dampak negatif yang disebabkan oleh budaya asing yang menyesatkan, sehingga menimbulkan kemerosotan norma-norma dan kemerosotan akhlak dalam kehidupan masyarakat. Kebobrokan moral, penyakit rohani, serta bentuk penyimpangan laiannya yang kini telah merebak dalam masyarakat indonesia, khususnya generasi muda yang sedang menuntut ilmu pengetahuan. Sesuatu sikap atau perbuatan yang yadinya dipandang tabu seperti berpakaian seronok ( sexy ), karena dampak globalisasi telah menjadi sesuatu yang biasa, yang tadinya dipandang sebagai hal yang memalukan


(11)

seperti kawin diluar nikah, karena iblis pandainya mengemas godaannya sekarang telah menjadi hal yang biasa, anak-anak yang seharusnya bersikap hormat kepada orang yang lebih tua, kini banyak terlihat anak-anak yang tidak hormat kepada orang tuanya , dan lain-lain. Akan tettapi kita sebagai orang yang beriman harus memahami bahwa akhlaqul karimah, bukanlah kultur yang bisa berubah karena kondis, waktu dan tempat.

Islam sebagai agama yang universal telah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, mulai dari ibadah, kehidupan sosial, sampai ketingkat perilaku ( akhlak ). Karena iti agama sangat berperan dalam pembemtukan prilaku anak, sehingga pembentukan pribadi akan membawa pertumbuhan dan perkembangan anak berjalan baik. Penddikan agama islam merupakan usaha sadar melalui suatu proses bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan Al-Qur’an dan AS-Sunnah yang dilakukan oleh seorang pendidik kepada siswa dan orang tua kepada anaknya agar ia memiliki kepribadian islami.

Pemeliharaan, perawatan dan pendidikan anak merupakan sesuatu yang sangat penting yang harus diperhatikan oleh kedua orang tua dan para pendidik. Lantaran anak-anak merupakan cikal bakal generasi penerus dari sebuah bangsa dan sekaligus merupakan sebuah amanat dari Allah SWT yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat Al-Anfal ayat 28 :






























(12)

Artinya :

“Ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu sebagai ujian dan cobaan dan

sesungguhnya di sisi Allah lah pahala yang besar” !1

Perhatiaan ajaran Islam terhadap pembinaan akhlak ini lebih lanjut dapat dilihat dari kandungan Al-Qur’an yang banyak sekali berkaitan dengan perintah untuk melakukan kebaikan, berbuat adil, menyuruh berbuat baik dan mencegah melakukan kejahatan dan kemungkaran. Firman Al-Qur’an :











































Artinya:

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. ( Qs. An-Nahl : 90 ).2

Ayat-ayat tersebut diatas memberikan petunjuk dengan jelas bahwa Al-Qur’an sangat memperhatikan masalah pembinaan akhlak, dan sekaligus menunjukan macam-macam perbuatan yang termasuk akhlak mulia.3

Akhlak menurut pengertian Islam adalah salah satu hasil dari iman dan ibadah. Hal ini disebabkan, karena iman dan ibadah maanusia tidak sempurna kecuali kalau

1

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya (Jakarta: Departemen Agama RI, 1985), h.264

2

Ibid, h. 415

3


(13)

dari situ muncul akhlak yang mulia. Untuk itu eksitensi akhlak dalam Islam bersumber pada iman dan takwa dan mempunyai tujuan lanhgsung yaitu harga diri dan tujuan jauh yaitu ridha Allah SWT.4

Adapun menurut Moh. Syamsi, Sabud farhan dan S. Sa’ad, diantara

Akhlak-akhlak yang terpuji itu adalah : berlaku adil dan jujur, pemurah ( dermawan ), menjaga harga diri, iffah ( menjauhkan dan menahan diri dari yang tidak halal dan tidaak jelas ), berlaku sopan santun baik dalam ucapan maupun perbuatan, syaja’ah (berani dalam hal kebenaran), hemat, menegak kan kebenaran, berbakti kepada orang

tua, sabar, zuhud, qana’ah, menjengukorang sakit, syukur, amar ma’ruf nahi munkar,

tolong menolong, juhad, malu, pemaaf, menyebarkan salam, ikhlas.

Adapun indikator akhlakul karimah adalah sebagai berikut : a. Dianjurkan mendahului mengucap salam

b. Hendaklah menjawab salam dengan yang lebih baik, paling tidak sama c. Berjabat tangan dengan sesama jenis

d. Tidak berjabat tangan dengan wanita

e. Jika salah seorang bersin hendaklah mengucap “alhamdulillah”, teman yang

mendengar hendaklah menjawab “yarham mukallah”, yang bersin

menjawab

“yahdi kumullah Wa Yushlihu balakum”.

f. Jangan menunda pemberian bantuan kepada orang lain yang membutuh kannya.

g. Jangan terlambat sholat berjamaah dimasjid.

h. hendaklah selalu berpenampilan bersih, kaum wanita menutup aurat.5

4

Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat pendidikan Islam Telaah sistem Pendidikan dan pemikiran para tokohnya, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h. 181

5

Muhammaad bin Jamil Zainu, pribadi dan Akhlak Rasul, (Jedah : Darul Khoroz,t.tcet.ke-xv), h.230-260


(14)

Akhlak yang mulia ini sedemikian mungkin ditekankan karena disamping akan membawa kebahagiaan bagi individu, juga sekaligus membawa kebahagiaan bagi masyarakat pada umumnya.

Pendidikan Agama Islam dalam sejkolah sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak didik, karena pendidikan agama mempunyai dua aspek terpenting. Aspek pertama dari pendidikan agama adalah yang ditujukan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian. Anak didik diberikan kesadaran kepada adanya tuhan lalu dibiasakan melakukan perintah-perintah tuhan dan meninggalkan larangannya. Dalam hal ini anak didik dibimbing agar terbiasa berbuat yang baik, yang bsesuai dengan ajaran agama. Aspek kedua dari pendidikan agama adalah yang ditujukan kepada pikiran yaiti pengajaran agama itu sendiri. Kepercayaan kepada tuhan tidak akan sempurna bila isi dari ajaran-ajaran tuhan tidak diketahui betul-betul. Anak didik harus ditunjukan apa yang disuruh, apa yang dilarang, apa yang dibolehkan, apa yang dianjurkan melakukannya dan apa yang dianjurkan meninggalkannya menurut ajaran agama.6

Dalam pendidikan Islam, penekanan terhadap pendidikan akhlak atau budipekerti pada anak didik maupun kepada para pendidik (guru) sangatlah diutamakan.Guru adalah orang dewasa yang secara sadar mengambil posisi memberikan pelajaran dan pendidikan kepada siswa. Dalam halini guru di tuntut tidak hanya sekedar proses transfer ilmu pengetahuan, akan tetapi juga transfer kepribadian (personality).7

6

Zakiyah Daradjah, Kesehatan Mental, (Jakarta: Haji Masagung, 1989), h. 129

7


(15)

Oleh karena itu, guru dituntut untuk menjadi tauladan dalam pembentukan dan pembinaan akhlak siswa dilingkungan sekolah. Seklahlah yang akan memberikan perkembangan terhadap pembentukan akhlaknsiswa. Dengan adanya penanaman pendidikan akhlak sejak dini, diharapkan lembaga madrasah akan menghasilkan kader-kader yang akan berguna bagi agama, bangsa dan negara tanpa mengesampingkan pendidikan akhlak.

Betapa pentingnya peran dan kedudukan seorang guru dalam membentuk dan membina akhlak peserta didik juga ditegaskan oleh Athiyah al-Abrasyi bahwa “ Guru Agama adalah bapak rohani bagi siswa, yaitu yang memberikan santapan jiwa dengan

ilmu pendidikan akhlak dan membenarkannya”.8

Selain itu peran penting guru dalam proses pembentukan akhlakul karimah juga ditegaskan oleh Abdul Majid dan Diana Nadayani, yang menyatakan bahwa : “ Guru adalah pekerjaan mencetak generasi dan membangun umat. Guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan”. Para pakar menyatakan bahwa, betapapun bagusnya kurikulum ( Official ), hasilnya sangat bergantung apa yang dilakukan guru di dalam maupun diluar kelas ( aktual ).9

Guru harus mampu menanamkan nilai-nilai agama kepada setiap peserta didik dengan berbagai cara. Aspek nilai-nilai ajaran Islam yang ditanamkan kepada peserta didik ditinjau dari pola sikap dan prilaku kepada Allah antara lain meliputi aspek nila-nilai aqidah, ibadah mahdlah, dan akhlak.

8

M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasaar pokok pendidikan Islam,(Jakarta: Bulan Bintang, 1977), h.135.

9

Abdul Majid dan Diana Nadayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi dan Implementasi Kurikulum 2004, ( Bandung PT Remaja Rosdakarya, 2005), h.166


(16)

Berkaitan denggan masalah peranan guru prndidikan Agama Islam kepada peserta didik Madrasah Tsawaiyah ( MTs ) di Yayasan Perguruan Islam Al-kairiyah, Kepala MTs Al-Khairiyah mengatakan bahwa : “ Peranan Guru Pendidikan Agama Islam secara teori maupun praktek dalam menjalankan tugasnya telah berusaha dengan baikdan bertanggung jawab dalam menanamkan nilai-nilai moral spritual kepada peserta didik, serta dengan menggunaakan berbagai macam metode dan media pembelajaran yang ada untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan.10

Selain itu penanaman nilai-nilai keimanan yang berkaitan dengan pola prilaku kepada sesama manusia di MTS Al-Khairiyah Krawangsari natar, di paparkan pula oleh ibi Siti Af’Idah, S.Sos.I selaku guru Akidah Akhlak. Secara normatif terlihat pada kurikulum materi pelajaran Akidah dan Akhlak. Dalam materi tersebut terlihat adanya penekanan adab sopan santun kepada orang tua dan gurunya, adab sopan santun kepada tetangga, dan beberapa anjuran untuk menyayangi sesama manusi, beramal shodaqoh sebagai rasa sykur atas nikmat rezeki yang diberikan oleh Allah serta kepedulian sosial dan semua sikap dan prilaku iti hendaknya dilakukan karena percaya akan adanya Allah yang maha mengasihi dan menyayangi kepada hamba-hambanya yang berbuat kebajikan.11

Pada dasarnya ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru di sekolah dalam proses pembinaan akhlakul karimah peserta didik, diantaranya :

a. Mengajarkan Pendidikan Agama

10

Drs Matin, selaku kepala Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Yayasan Perguruan Islam Al-khairiyah Krawangsari Natar, wawancara, 16 September 2015

11

Siti’Afidah, selaku guru Akidah Akhlak di MTs Al-khairiyah Krawangsari natar, Wawancara, 15 September 2015


(17)

b. Memberikan arahan agar peserta didik dapat berprilaku yang baik dan benar

c. memberikan araha dan bimbingan agar peserta ddik menjalankan tugasnya sebagai pelajar dengan baik.

d. Menghukum peserta didik yang melanggar peraturan sekolah

e. Memberikan tauladan kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari

f. Menasehati peserta didik agar tidak terjerumus pada perilaku yang buruk

g. Memberikan pembiasaan seperti kedisiplinan di dalam belajar

h. Memberikan motivasi belajar kepada para peserta didik agar mendaapatkan hasil yang optimal

i. Memberikan pujian jika anak memperoleh prestasi.12

Selain itu peranan guru pendidikan Agama Islam adalah sebuah tugas dan kewajiban yang dilakukan dalam melaksanakan peranannya. Menurut Yelon dan Weinstein sebagaimana dikutip oleh Enco Mulyana, beberapa peranan guru dapat di identifikasikan :

a. Guru sebagai pendidik; guru harus memiliki standar kualifikasi pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab., wibawa, dan disiplin.

b. Guru sebagai pembimbing; guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan njalan yang hartus di tempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.

c. Guru sebagai pelatih; guru memperhatikan nkompetensi dasar dan materi standar, mampu memperhatikan perbedaan individu peserta didik dan lingkungannya, guru harus berani berkata jujur, dan harus bisa menahan emosi.

d. Guru sebagai model teladan; menjadi teladan merupakan sifat dasar kegiatan pembelajaran. Hal-hal yang perlu diterapkan dalam memberi keteladanan, yaitu melalui pengalaman dan kesalahan, pakaian, hubungan kemanusiaan, proses berfikir, perilaku nioretis, selera, keputusan kesehatan dan gaya hidup umum.

e. Guru sebagai penasehat; guru harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.13

12

Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan penyuluhan Belajar di Sekolah, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1983 ), h.34

13

Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan belajar di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 34


(18)

Dari kutipan dan uraian diatas menunjukan bahwa guru sangatlah memegang peranan penting dalam pembinaan sikap memtal dan kepribadian anak didiknya khususnya dalam membentuk akhlakul karimah anak didik. Namum demikian, Pendidikan Agama Islam di MTs Al-Khairiyah Krawangsari Natar menghadapi sedikit masalah dengan akhlak peserta didiknya.

Berdasarkan hasil observasi penulis, yaitu dengan melakukan wawancara dengan Bpk A.Zaini Efendi; “ Akhlak peserta didik di MTS Al-khairiyah Krawangsari natar Lampung Selatan masih dianggap belum baik, karena masih ditemukan peserta didik yang membolos sekolah, membuang sampah sembarangan, cara berpakaian tidak rapih dan sopan, masih ditemukan peserta didik yang makan minum sambil jalan, siswa laki-laki masih ada yang memakai gelang dan kalung, ribut dalam ruang kelas saat guru tidak ada, bertemu guru tidak mengucapkan salam atau berjabat tangan, mengolok-olok teman, tidak disiplin masuk kelas, masih ada yang nongkrong dikantin sekolah saat jam pelajaran, susah mengikuti kegiatan keagamaan disekolah, dan lain-lain”.14

Dikaitkan dengan makna pembinaan akhlak, maka peranan guru pendidikan Agama Islam dalam pembinaan akhlak peserta didik dapat diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan seperangat tingkah laku, tugas atau kewajiban sebagai tauladan, pendidik, pembimbing dan pelatih yang dilakukan ooleh guru melalui usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan pengajaran, bimbingan atau latihan yang dilakukan secara efesiensi dan efektif untuk memperbaiki atau

menyempurnakan tabi’at, budi pekerti, sikap mental atau watak yang terjabarkan

dalam bentuk berpikir, berbicara, bertingkah laku dan sebagainya yang merupakan ekspresi njiwa.

14

A. Zaini Efendi, selaku guru Fiqih di MTs Al-khairiyah Krawangsari natar, Wawancara, 15 September 2015


(19)

Namun semua tujuan untuk membentuk dan membina akhlakul karimah peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Al-khairiyah krawangsari Natar itu tidak akan tercapai apabila tidak ada kerjasama dengan semua pihak terutama dengan sesama guru dan antara guru dengan orang tua pewserta didik. Sebab pendidikan agama dalam pembinaan akhlakul karimah anak dapat terwujud apabila adanya kesinambungan atau keterpaduan antara pembinaan orang tua di dalam keluarga, masyarakat dan gurudisekolah.

Peran orangtua sangatlah besar dalam pembentukan dan pembinaan akhlakul karimah anak, dimana tingkah laku selalu tumbuh dan berkembang dan juga senantiasa dipengaruhi oleh situasi dan kondisi dimana mereka berada, khususnya dalam keluarga yaitu kefdua orangtua, sebagaimana di njelaskan oleh rasulullah SAW dam haditsnya :

“ Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan ( sesuai ) fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang memmbuatnya menjadi Yahudi atau Majusi atau

menasranikannya”. ( Al Asqar, 2002: 27 ).

Oleh karena itu, untuk membentengi manusia dari berbagai hal yang akan dapat merusak akhlaknya, diperlukan pembinaan akhlak sejak didni secara matang. Dalam usaha pembentukan dan pembinaan akhlak, harus dipertimbangkan apakah nilai-nilai yang akan ditanamkan iti daapat dijadikan sebagai modal dalam hidup dan kehidupannya atau tidak. Islam sebagai agama wahyu yang bersumberkan Al-Qur’an dan Al-Hadits telah banyak mengatur kehidupan manusia, baik yang hubungannya


(20)

dengan Allah maupun yang berhubungan dengan tatacara sesama makhluk dalam pergaulan sehari-hari. Jadi untuk memiliki akhlak yang mulia. Maka hendaklah kita selalu berpedoman pada Al-Qur’an dan Al-hadits dimana dan kapansaja. Seorang anak akan dapat berakhlak yang mulia jika sejak dini dibiasakan oleh orangtuanya, sejak mereka dalam kandungan dan setelah dilahirkan. Peranan orangtua dalam pembinaan akhlak anak diwujudkan dalam bentuk kegiatan yang dilakukan orang tua, diantaranya:

a. Mengajarkan nilai-nilai Islam b. mengawasi prilaku anak c. Menasehati anak

d. Memberikan tauladan

e. Memenuhi fasilitas pendidikan Islam.15

Pentingnya peranan orangtua daalam mendidik akhlak peserta didik sehingga dapat memperoleh prestasi yang baik juga dijelaskan didalam Al-Qur’an yaitu pada surat At-Tahrim ayat 6, yang berbunyi:



















































Artinya:

“ Hai orang-orang yang beriman , peliharalah dirimu dan keluargamu dari api

neraka yaang bahan bakrnya adalah manusia dan batu; penjaganya malikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkannya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan”.16

15

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta: Kalam Mulia, 2005 ), h. 77 16


(21)

Pendidikan Islam harus dilaksanakan secara dini dengan cara-cara yang tepat yang menumbuhkan jiwa keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Seperti yang dijelaskan oleh Abu Zakka Ahmad:

Selagi anak masih berusia muda sekali, orang tua harus telah memasukan nilai-nilai pendidikan dalam setiap langkah kehidupan yang dinilai mereka. Misalnya bagaimana seharusnya mengambil sesuatu, bagaimana seharusnya kalau hendak makan, kalau hendak tidur, kalau hendak pergi sekolah, kalau berhadapan dengan orang yang lebih tua, kalau sedang berjalan dan seterusnya.17

Dengan demikian cara-cara tersebut sudah seharusnya ditempuh oleh orang tua dalam memberikan pengajaran agama Islam dilingkungan keluarga dan harus disertai dengan motivasi anaknya agar mereka rajin dalam belajar agama Islam dan mampu membekali anak dengan pengetahuan agama yang sebaik-baiknya.

Orang tua dalam suatu keluarga tidaklah dapat terlepas dara kedudukannya sebagai pendidik dari anak-anaknya, oleh sebab itu orang tua harus mampu bertindak dengan fungsinya sebagai pendidik, pemimpin, pemberi tauladan, pengawas, dan penangggung jawab dunia akherat.

Berdasarkan hasil obserfasi penulis dan dengan melakukan wawancara dengan Bapak Fafumi selaku orangtua peserta didik di MTs Al-Khairiyah Krawangsari Natar; Saya sebagai orangtua mempunyai tanggung jawab penuh terhadap anak saya. Makanya walaupun saya taamatan sekolah dasar tetapi saya selalu menyuruh anak saya untuk belajar khususnya belajar agama, seperti menyuruhnya mengaji di masjid, lalu saya sekolahkan di Tsanawiyah agar anak saya pinter ngaji dan juga lebih mengerti tentang agama. Insya Allah kalau anak saya mengerti agama maka tingkah lakunya atau

perbuatannya juga akan baik”.18

Pada dasarnya peran guru Pendidikan agama Islam dan orang tua dalam membentuk dan membina akhlak anak sudah cukup optimal, tetapi pada

17

Abu Zakki Ahmad, Kiat membina Anak Shaleh, ( Jakarta: Rica Grafika, 2002 ), h.55

18


(22)

kenyataannya masih ada anak didik yang belum berprilaku muli, seperti yang di ungkapkan oleh Bapak Sopiyan, sebagai salah satu orang tua ppeserta didik;

“ saya terkadang harus menarik nafas dalam-dalam karena tingkah laku anak

saya, bagaiman tidak kalau dirumah anak saya itu sering ribut dengan adiknya, padahalkan seharusnya dia sebagai kakak mau mengalah dan ngemomong adeknya. Selain itu kebiasaan buruk anak saya yang masih sulit untuk saya rubah adalah anak saya sering menunda waktu shalat dan masih sulit untuk mengajaknya shalat berjamaah di masjid. Contohnya, jika sudah masuk waktu shalat maghrib, biasanya saya sering ajak anak saya itu untuk shalat berjamaah di masjid, tetapi dia selalu menolak dan masih asyik nonton TV, setelah

tontonannya beres barulah dia salat”.19

Berdasarkan data-data diatas dan fakta yang ada di lapangan, secara faktual dalam pembinaan akhlak peserta didik, peran guru pendidikan agama Islam di sekolah dan orang tua dirumah sudah cukup optimal namun pada kenyataannya sekarang masih terdapat peserta didik yang bertingkah laku kurang baik atau belum memiliki akhlak yang mulia, contohnya seperti tingkah laku aanak yang masih berbicara kasar dan tidak menghormati orang tua dan gurunya, berkelahi dengan teman, tidak beribadah dengan baik, kurang disiplin, makan dan minum sambil berjalan, sering mencontek saat ujian sekolah, dan lain-lain. Untuk itu pentinglah kiranya dikaji lebih lanjut daalam suatu penelitian ilmiah untuk mengetahui peranan guru Pendidikan agama Islam dan orang tua di dalam pembinaan akhlakul karimah peserta didik di MTs Al-Khairiyah Krawangsari, kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

B. Identifikasi Dan Batasan Masalah

1. Identifikasi masalah

19


(23)

Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah yang penulis kemukakan diatas, maka dapat di identifikasikan masalah-masalaah sebagai berikut :

a. Pada era globalisasi saat ini telah terjadi pergeseran nilai-nilai budi pekerti di masyarakat. Sesuai sikap atau peerbuatan yang tadinya dipandang tabu seperti berpakaian yang memperlihatkan lekuk tubuh, karena dampak globalisasi telah menjadi sesuatu yang biasa.

b. Peran guru Pendidikan Agama Islam dan orang tua sudah optimal dalam memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk membina akhlak peserta didik yang mulia, namun masih ada beberapa peserta didik yang masih memiliki akhlak buruk.

c. Guru Pendidikan Agama Islam dan orang tua telah memberikan suritauladan yang baik, namun masih ada peserta didik yang tidak disiplin dan tidak mengikuti ketauladanan tersebut.

d. Guru Pendidikan agama islam dan orang tua telah memberikan pengarahan dan nasehat-nasehat terhadap aktivitas keseharian peserta didik, tetapi masih ada peserta didik yang tidak mau mendengarkan nasehat dan pengaeahan tersebut.

e. Guru pendidikan agama islam dan orangtua sudah memberikan latihan-latihan dalam rangka mengerjakan praktek ibadah kepada Allah SWT, contoh melatih untuk selalu sholat berjamaah, tadarus, sodaqoh, , berbusana muslim, berdo’a bersama. Tetapi ada peserta didik yang masih enggan melaksanakannya.


(24)

2. Pembatasan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas dan bertolak dari berbagai pertimbangan (baik keterbatasan kemampuan,waktu, dana dan sebagainya) maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini yang meliputi :

a. Peranan yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dalam memberikan pendidikan, bimbingan, pelatihan dan pembiasaan, tauladan serta nasehat dalam pembinaan akhlakul karimah peserta didik MTs Al-khairiyah Krawangsari Kecamatan Natar Kaabupaten Lampung Selatan.

b. Peranan yang dilakukan orang tua dalam mengajarkan nilai-nilai Islam, memberikan nasehat, tauladan, pengawasan serta fasilitas pendidikan dalam proses pembinaan akhlakul karimah peserta didik MTs Al-Khairiyah Krawangsari kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

C. Rumusan masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

Bagaimanakah peranan guru Pendidikan Agama Islam dan orang tua dalam pembinaan akhlakul karimah peserta didik di MTs Al-khairiyah Krawangsari Kecanmatan Natar kabupaten Lampung Selatan?

D. Tujuan dan kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam dan orang tua dalam pembinaan akhlakul karimah peserta didik di MTs Al-khairiyah Krawangsari Kecamatan natar kabupaten Lampung Selatan.


(25)

2. Kegunaan Penelitian

a. Sebagai sumbangan penting dan memperluas wawasan bagi kajian ilmu pendidikan dalam meningkatkan peranan guru Pendidikan Agama Islam dan orang tua dalam membina akhlak peserta didik sehingga dapat dijadikan rujukan untuk pengembangan sumberdaya.

b. Hasil kajian ini diharapkan berguna bagi pengembangan wacana ilmu ke Islaman terutama yang berkaitan dengan masalah akhlakul karimah pada peserta didik.

c. Sebagai gambaran tentang faktor-faktor yang memungkinkan menjadi kendala baik dari segi internal maupun eksternal diri peserta didik sehingga hambatan-hambatan dalam pembinaan akhlak peserta didik dapat teratasi.

E. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan konsep dasar yang memuat hubungan kausal hipotesis antara variabel bebas dengan variabel terikat dalam rangka memberikan jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti.20 Penelitian nini mengkaji mengenai peran guru Pendidikan Agama Islam dan orang tua dalam membina akhlakul karimah peserta didik MTs Al-Khairiyah Krawangsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

Dewasa ini untuk mewujudkan akhlak yang mulia pada peserta didik dibutuhkan peran yang optiman dan signifikan dari guru di sekolah dan orang tua di rumah. Guru Pendidikan Agama Islam di samping melaksanakan tugas pengajaran,

20


(26)

yaitu memberitahukan pengetahuan keagamaan, ia juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik, ia membantu pembentukan kepribadian, pembinaan akhlak serta menumbuhkembangkan keimanan dan ketaqwaan para peserta didik.

Peran guru disekolah diantaranya dengan melakukan seperti dibawah ini : 1. Mengajarkan Pendidikan Agama

2. Memberikan arahan agar peserta didik dapat berprilaku yang baik dan benar

3. Memberikan arahan dan bimbingan agar peserta didik menjalankan tugasnya sebagai pelajar dengan baik

4. Menghukum peserta didik yang melanggar peraturan sekolah

5. Memberikan tauladan kepada peserta diidik dalam kehidupan sehari-hari

6. Menasehati peserta didik agar tidk terjerumus pada perilaku yang buruk

7. Memberikan pembiasaan seperti kedisiplinsn di dalam belajar

8. Memberikan motivasi belajar kepada para peserta didik agar mendapatkan hasil yang optimal

9. Memberikan pujian jika anak memperolah prestasi.21

Selain itu menurut Yelon dan Weinstein sebagaimana dikutip oleh Enco Mulyana, beberapa peranan guru dapat di identifikasikan sebagai berikut :

a. Guru sebagai pendidik : guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggng jawab, wibawa, dan disiplin.

b. Guru sebagai pembimbing : guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapka jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancaran sesuai denggan kebutuhan dan kemampuan peserta diidik.

c. Guru sebagai pelatih; guru memperhatikan nkompetensi dasar dan materi standar, mampu memperhatikan perbedaan individu peserta didik dan lingkungannya, guru harus berani berkata jujur, dan harus bisa menahan emosi.

d. Guru sebagai model teladan; menjadi teladan merupakan sifat dasar kegiatan pembelajaran. Hal-hal yang perlu diterapkan dalam memberi keteladanan, yaitu melalui pengalaman dan kesalahan, pakaian,

21


(27)

hubungan kemanusiaan, proses berfikir, perilaku nioretis, selera, keputusan kesehatan dan gaya hidup umum.

e. Guru sebagai penasehat; guru harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.22

Berdasarkan penjelasan diatas jelaslah para pendidik wajib mendidik peserta didik dengan cara yang dibutuhkan oleh perkembangan masa kini sehingga menghasilkan produk yang berkompeten dan berakhlak mulia. Namun peran guru akan menjadi lebih maksimal ketika orangtua sebagai pendidik dalam keluarga memegang peranan penting juga dalam membentuk dan membiina akhlakul karimah peserta didik yang berdasarkan nilai-nilai ajaran Agama Islam.

Aspek nili-nili ajaran islam pada intinya dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu nilai-nilai aqidah, nilai-nilai ibadah, dan nilai-nilai akhlak. Nilai-nilai aqidah mengajarkan manusia untuk percaya untuk percaya akan adanya Allah Yang maha Esa dan Maha Kuasa sebagai sang pencipta alam semesta, yang akan senantiasa mengawasi dan memperhitungkan segala perbuatan manusia di dunia. Dengan merasa sepenuh hati bahwa Allah itu ada dan maha kuasa, maka manusia akan lebih taat untuk menjalankan segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah dan takut untuk berbuat Zhalim atau kerusakan di muka bumi ini. Nilai-nilai ibadah mengajarkan pada manusia agar dalam setiap perbuatannya senantiasa dilandasi hati yang ikhlas guna mencapai ridho Allah. Pengamalan konsep nili-nilai ibadah akan melahirkan manusia-manusia yang adil, jujur, dan suka membantu sesamanya. Selanjutnya yang terakhir nilai-nilai akhlak mengajarkan kepada manusia untuk bersikap dan berprilaku yang baik sesui norma atau adab yang benar-benar baik,

22


(28)

sehingga akan membawa pada kehidupan manusia yang tentram, damai, harmonis, dan seimbang.23

Dalam upaya saling bantu membantu antara orang tua dan guru dalam membina akhlakul karimah peserta didik, ada beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua, yaitu :

a. Mengajarkan nilai-nilai Islam b. Mengawasi nprilaku anak c. Menasehati anak

d. Memberikan Tauladan

e. Memenuhi fasilitas pendidikan Islam.24

Selain itu sikap positip orang tua tidak kalah pentingnya dalam menentukan sifat dan akhlak peserta didik, seperti yang dikemuakan oleh Zakiyah Darajat bahwa : “ Orang tua adalah orang yang beradab sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk membangun peradaban ( civilization ) yang berkualitas dimasa depan dan orang tua memberi pelajaran kepada anaknya dan dapat menumbuhkan sikap positif yang diperlukan dalam hidupnya dikemudian hari.25

Selanjtnya dari uraian pada deskripsi teoritis diatas cukup kuat untuk diterima bahwa terwujudnya pembinaan akhlakul karimah peserta didik atau anak tidak terlepas dari peran guru disekolah dan orang tua di rumah. Oleh karena itu, teori-teori diatas dapat diringkas ke dalam sebuah kerangka pikir untuk mengetahui pengaruh antara variabel-variabel yang ada didalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

23

Toto Suryana. Dkk, Pendidikan Agama islam: untuk Perguruan Tinggi, (Bandung: Tiga Mutiara, 1996), h.148-150

24

Ramayulis, Loc. cit 25


(29)

Gambar.I Kerangka pikir penelitian Keterangan :

Adalah garis yang menghubungkan antara satu dimensi dengan dimensi lainnya yang menunjukan adanya peranan yang dilakukan guru PAI dan orang tua di dalam pembinaan Akhlakul Karimah peserta didik.

Peran Guru

1. Mengajarkan pendidikan Agama Islam

2. Memberikan Bimbingan

3. Memberikan pelatihan/Pembiasaan 4. Memberikan suritauladan

5. Memberi nasehat

Akhalakul karimah Sikap dan prilaku yang berdasarkan nili-nilai Agama Islam

Peran Orang Tua

1. Mengajarkan nilai-nilai Islam 2. Memberikan araahan dan

Nasehat-nasehat.

3. Melakukan pengawasan 4. Memberi suritauladan


(30)

(31)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Peranan Guru PAI Dalam Pembinaan Akhlak

1. Pengertian peranan Guru Pendidikan Agama Islam

Perana berasal dari kata peran, yang secara harfiah dapat diartikan sebagai perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan daalam masyarakat.1 Selain itu peranan menurut Levinson sebagaimana dikutip oleh Soejono Soekamto adalah : suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang di kembangkan dengan masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian

peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan

kemasyaraakatan.2

Sedangkan pengertian guru secara sederhana adaalah orang yang memfasilitasi alih ilmu pengetahuan dari sumber belajar kepada peserta didik.3 Menurut Abdul majid dan Dian Nadayani, “ Guru adalah pekerjaan mencetak generasi dan membangun umat. Guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan. Para pakar menyatakan sangat bergantung pada apa yang dilakukan guru

1

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (jakarta: PN. Balai Pustaka, 2007), h. 854

2

Soejono Soekamto, Sosiologi Suatu pengantar, Jakaarta: Rajawali Press, 1982), h.238

3 Ja al Ma’ ur As a i,

Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif, (Yogyakarta : Diva Press, 2009), h.20


(32)

didalam bahwa betapapun bagusnya sebuah kurikulum (Official), hasilnya sangata bergantung pada apa yang dilakukan guru didalam maupun diluar kelas ( actual)”.4

Guru merupakan sosok yang harus digugu dan ditiru oleh para muridnya, maka guru harus dapat memberikan contoh atau suritauladan yang baik kepada para peserta didiknya. Dalam Undang-undang dan peraturan pemerintah RI tentang pendidikan dituliskan :

“ Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah “.5

Ada beberapa istilah yang lazim digunakan dalam dunia pendidikan Islam tentang guru (Pendidik), yakni “ustadz, mudarris, mu’allim, dan mua’ddib”. Masing-masing istilah ini memiliki kekhususan dalam penggunaannya. Ustadz misaknya “

lebih tepat diarahkan pada guru sebagai pengajar, sedangkan mudarris lebih bermakna guru sebagai pelatih atau instruktur, sementara kata mu’allim berarti guru sebagai pembimbing, adapun kata muaddib lebih berkonotasi guru sebagai pengajar

Agama “.6

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru PAI merupakan seseorang yang berperan dalam mendidik, mengajar, membimbing dan mengarahkan anak didik kearah yang lebih baik agar berguna kelak untuk masa depannya. Selanjutnya penulis akan menjelaskan pengertian guru agama. Sebelum penulis menjelaskan pengertian

4

Abdul Majid, Dian Nadayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi dan Implementasi Kurikulum 2004, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h . 166

5

BAB I Ketentuan Umum Pasal I, Undang-Undang dan Peraturan pemerintah RI Tentang Pendidikan, ( Jakarta: Direktorat jendral Pendidikan Islam, Departemen Agama RI, 2006), h. 5

6 Syakirman M. Noor,


(33)

guru Agama, maka terlebih dahulu penulis akan menjelaskan pengertian pendidikan Agama Islam, karena guru agama yang di maksud disini merupakan guru yang mengajar mata pelajaran pendidikan agama islam.

Dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan

diberi awalan “pe” dan akhiran “an”, mengandung arti perbuatan (hal, cara

dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani,

yaitu “paedagogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak,

Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, yaitu “education

yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab, istilah ini

sering diterjemahkan dengan “tarbiyah”, yang berarti pendidikan.7

Dalam Al-Qur’an tidak ditemukan kata al-tarbiyat, namun terdapat istilah lain

yang sejenis dengannya, yaitu “Ta’lim, Ta’lim merupakan masdar dari kata

allamayang berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian,

pengetahuan, dan keterampilan”.8

Penunjukan kata Ta’lim pada pengertian pendidikan, sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat al-baqarah: 31









































Artinya:

Dan dia mengajarkan (allama) kepada Adam nama-nama ( benda-benda seluruhnya ), kemudian mengemjukakannya kepada para malaikat lalu

berfirman: “Sebutkanlah kepadaku nama benda-benda itu jika kamu memang

orang-orang yang benar”.9 (QS. Al-Baqarah: 31)

Secara terminologi, pendidikan Islam berarti proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran pembiasaan, bimbingan pengasuhan, dan pengembangan potensi-potensi guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup didunia dan di akherat.10

7

Ramayulis, Ilmu Pendidikan islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 13

8

Ibid., h. 15

9

Departemen Agama RI, Al-Qur’a da terje ah ya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 1985), h. 14


(34)

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa guru Agama merupakan seorang yang bertugas mendidik, mengajar, membimbing dan mengarahkan anak didik agar berbuat dan bertingkah laku sesuai dengan ajaran islam guna mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Dengan demikian yang dimaksud peranan guru pendidikan Agama Islam dapat diartikan sebagai perangkat tingkah laku yang harus dimiliki guru pendidikan Agama Islam, atau tugas serta kewajiban dalam melaksanakan proses pendidikan. Proses tersebut dlakukan untuk mengembang seluruh potensi peserta didik, memberi ilmu tentang agama Islam serta mengusahakan supaya peserta didik lebih baik dalam peningkatan pemahaman dan pengamalan ajaran agama islam yang diwujudkan dalam bentuk berakhlakul karimah.

2. Keutamaan peranan Guru Pendidikan Agama Islam

Kebutuhan peserta didik harus diperhatikan oleh setiap pendidik, sehingga peserta didik tumbuh dan berkembang mencapai kematangan psikis dan fisik. Di dalam pandangan islam, tugan pendidikan Agama Islam disamping memperhatikan kebutuhan-kebutuhan biologis dan psikologis ataupun kebutuhan primer dan skunder, maka penekanannya adalah pemenuhan kebutuhan tentang ilmu agama Islam untuk dapat dihayati, sehingga dapat mewarnai seluruh aspek kehidupan.11

Keutamaan peranan Guru PAI dapat dipahami dari hakekat peserta didik dan tujuan pendidikan Islam. Peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu

11

Mohd. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dsrar Pokok Pendidikan Islam, Terjemah oleh Bustami A. Gani dan Djohan Bahry L.I.S, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), h. 78


(35)

sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religius dalam menjalankan kehidupan didunia. Didalam pendapat lain dikatakan peserta didik merupakan individu yang belum dewasa, yang karenanya memerlukan orang lain untuk menjadikan dirinya dewasa. Tujuan pendidikan Islam adalah pembinaan akhlak, menyiapkan anak didik untuk hidup didunia dan akherat, penguasaan ilmu, dan keterampilan bekerja dalam masyarakat.12

Pendapat diatas memberikan pemahaman, keutamaan peran guru PAI ialah orang yang dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan, yaitu terpenuhinya kebutuhan biologis dan psikis peserta didik menuju kekuatan yang mampu mempertahankan diri dengan kondisi lingkungan. Terangkatnya derajat seseorang ditentukan oleh dua faktor, yaitu kekuatan keimanan, dan tingginya ilmu pengetahuan yang dimiliki. Allah SWT berfirman :







































































Artinya:

“ Hai orang-orang yang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

“Berlapang-lapanglah dalam majlis”. Maka lapangkanlah niscaya Allah akan

memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.13

(Q.S. Al-Mujaadilah: 11)

12

Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakaarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 107

13 Departemen Agama RI,


(36)

Firma Allah tersebut menggambarkan tingginya kedudukan orang yang memiliki ilmu pengetahuan, pendidik atau guru adalah salah satu orang yang memiliki ilmu pengetahuan. Hal ini beralasan bahwa dengan ilmu pengetahuan dapat mengantarkan manusia untuk selalu berfikir dan menganalisa hakikat semua fenomena yang ada pada alam, sehingga mampu membawa manusia semakin dekat dengan Alllah. Dengan kemampuan yang ada pada diri manusia maka terlahir teori-teori untuk kemaslahatan manusia.14

Menurut An-Nahlawy yang dikutip oleh Ramayulis dan Samsul Nizar, guru memiliki fungsi sebagai berikut :

a. Seorang guru memiliki fungsi penyucian : artinya seorang guru berfungsi sebagai pembersih diri, melihat diri, pengembang, serta pemelihara fitrah manusia.

b. Seorang guru memiliki fungsi pengajaran : artinya seorang guru berfungsi sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan berbagai keyakinan kepada manusia agar mereka menerapkan seluruh pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.15

Berdasarkan hal tersebut diatas dengan merujuk kepada Al-Qur’an, menurut Abudin Nata, terdapat empat hal yang berkenaan dengan guru, yakni sebagai berikut :

14

Rama Yulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta : Kalam Mulia, 2009), h.153

15 Ramayulis dan Samsul Nizaar,


(37)

a. Seorang guru harus memiliki kecerdasan intlektual yang tinggi sehingga mampu menagkap pesan-pesan ajaran, hikmah, petunjuk dan rahmat dari segala ciptaan tuhan, serta memiliki potensi batiniyah yang kuat agar dapat mengarahkan hasil kerja kecerdasan untuk diabadikan kepada Tuhan.

b. Seorang guru harus dapat menggunakan intlektual dan emosional spritual untuk memberikan peringatan kepada manusia lainnya (Peserta didik) sehingga dapat beribadah kepada Allah SWT.

c. Seorang guru harus berfungsi sebagai pemelihara, pembina, pengasuh, dan pembimbing serta pemberi bekal ilmu pengetahuan, dan keterampilan kepada orang-orang yang membutuhkan secara umum, dan peserta didik secara khusus.16

Dengan berdasarkan teori diatas maka pendidikan guru Agama Islam merupakan tenaga inti yang bertanggung jawab langsung terhadap pembina watak, kepribadian, keimanan dan ketaqwaan siswa disekolah. Karena itu guru pendidikan Agama Islam bersama para kepala Sekolah dan Guru-guru yang lainnya mengupayaakan seoptimal mungkin suasana sekolah yang mampu menunjang peningkatan iman dan taqwa (Imtak) siswa melalui berbagai program kegiatan yang dilakukan secara terprogram dan teratur.

3. Macam-Macam Peran Guru Pendidikan Agama Islam

Pada dasarnya peranan guru agama Islam dan guru umum itu sama, yaitu sma-sama berusaha untuk memindahkan ilmu pengetahuan yang ia miliki kepada anak didiknya, agar mereka lebih banyak memahami dan mengetahui ilmu pengetahuan yang lebih luas lagi. Akan tetapi peranan guru agama islam selain berusaha memindahkan ilmu ( Transfer of knowledge ), ia juga harus menanamkan nilai-nilai

16

Abudin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid : Study Pemikiran Tasawuf Al-Ghazali, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h. 47


(38)

agama islam kepada anak didiknya agar mereka bisa mengaitkan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan. Menurut Saiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa sehubungan dengan peranan guru sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing, juga masih ada berbagai peranan guru lainnya. Dan perana guru ini senantiasa akan menggambarkan pola tingkahlaku yang diharapkan dalam berbagai intaraksinya, baik dengan siswa, guru maupun dengan staf yang lain.17 Dari berbagai kegiatan interaksi belajar mengajar, dapat dipandang guru sebagai sentral bagi perannanya. Sebab baik disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak di curahkan untuk menggarap proses belajar mengajar dan interaksidengan siswanya.

Ada beberapa peranan guru yang dikemukakan oleh beberapa tokoh, anatara lain yang dikemukakan Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya “ Guru dan Anak Didik dalam interaksi Edukatif” menyebutkan peranan guru agama Islam adalah seperti diuraikan dibawah ini :18

a. Korektor

Sebagai Korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk, kedua nilai yang berbeda itu harus betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini mungkin telah anak didik miliki dan mungkin pula telah mempengaruhinya sebelum anak didik sekolah. Latar belakang kehidupan anak didik yang berbeda-beda sesuai dengan sosio-kultural

17

Syaiful bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Intraksi Edukati, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 37


(39)

masyarakat dimana anak didik tinggal akan mewarnai kehidupannya. Semua nilai yang baik harus guru pertahankan dan semua niali yang buruk harus di singkirkan dari jiwa dan watak anak didik. Bila guru membiarkannya, berarti guru telah mengabaikan peranannya sebagai seorang korektor, yang menilai dan mengoreksi semua sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didik. Koreksi yang harus guru lakukan terhadap sikap dan sifat anak didik tidak hanya disekolah, tetapi diluar sekolah pun harus dilakukan.

b. Inspirator

Sebagai Inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak mesti harus bertolak dari sejumlah teori-teori belajar, dari pengalaman pun bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Yang penting bukan teorinya, tetapi bagaimana melepaskan masalah yang dihadapi anak didik.

c. Informator

Sebagai Informatory, guru harus bisa memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah di programkan dalam kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru.


(40)

Kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik. Untuk menjadi informatory yang baik dan efektif, penguasaan bahasalah sebagai kunci, ditopang dengan penguasaan bahan yang akan diberikan kepada anak didik. Informator yang baik adalah guru yang mengerti apa kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk anak didik.

d. Organisator

Sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik, dan sebagainya. Semua diorganisasikan sehingga dapat mencaapai efektifitas dalam belajar pada diri anak didik.

e. Motifator

Guru sebagai Motifator hendaknya dapat mendorong agar siswa mau melakukana kegiatan belajar, guru harus menciptakan kondisi kelas yang meranhsang siswa melakukan kegiatan belajar, baik kegiatan individual maupun kelompok. Stimulasi atau rangsangan belajar para siswa bisa ditumbuhkan dari dalam diri siswa dan bisa ditumbuhkan dari luar diri siswa.


(41)

Dalam peranannya sebagai inisiator guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Proses interaksi edukatif yang ada sekarang harus di perbaiki sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan. Kompetensi guru harus diperbaiki, keterampilan penggunaan media pendidikan dan pengajaran harus diperbaharui sesuai kemajuan media komunikasi dan informasi abad ini. Guru harus menjadikan dunia pendidikan, khususnya interaksi edukatif agar lebih baik dari dulu. Bukan mengikuti terus tanpa mencetuskan ide-ide inovasi bagi kemjuan pendidikan dan pengajaran.

g. Fasilitator

Sebagai fasilitator guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan belajar anak didik. Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang ke;as yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belaajar yang kurang tersedia, menyebabkan anak didik malas belajar. Oleh karena itu menjadi tugas guru bagaimana menyediakan fasilitas, sehingga akan tercapai lingkungan belajar yang menyenangkan anak didik.

h. Pembimbing

Peranan guru yang tidak kalah pentingnya dari semua peran yang telah disebutkan di atas, adalah sebagai pembimbing. Peranan yang harus


(42)

lebih dipentingkan, karena kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya. Kekurang mampuan anak didik menyebabkan lebih banyak tergantung pada bantuan guru. Tetapi semakin dewasa, ketergantungan anak didik semakin berkurang. Jadi, bagaimanapun juga bimbingan dari guru sangat diperlukan pada saat anak didik belum mampu berdiri sendiri (mandiri).

i. Pengelola Kelas

Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi edukatif. Sebaliknya, kelas yang tidak dikelola dengan baik akan menghambat kegiatan pengajaran. Anak didik tidak mustahil akan merasa bosan untuk tinggal lebih lama dikelas. Hal ini akan berakibat mengganggu jalannya proses interaksi edukatif. Kelas yang terlalu padat dengan anak didik, pertukaran udara kurang, penuh kegaduhan, lebih banyak tidak menguntungkan bagi terlaksananya interaksi edukatif yang optimal. Hal ini tidaak sejalan dengan tujuan umum dari pengelola kelas, yaitu menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas dari bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang


(43)

baik dan optimal. Jadi maksud dari pengelolaan kelas adalah agar anak didik betah tinggal dikelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belaajar di dalamnya.

j. Evaluator

Sebagai Evaluator, guru di tuntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik. Penilaian terhadap aspek intrinsik lebih menyentuh pada aspek kepribadian anak didik. Berdasarkan hal ini guru harus bisa memberikan penilaian dalam dimensi yang luas. Jadi penilaian itu pada hakekatnya diarahkan pada perubahan kepribadian anak didik agar menjadi manusia susila dan cakap. Sebagai evaluator, guru tidak hanya menilai produk (hasil pengajaran). Tetapi juga melalui proses (jalannya pengajaran). Dari kedua kegiatan ini akan mendapatkan umpan balik (feedback) tentang pelaksanaan interaksi edukatif yang telah dilakukan.

Sedangkan menurut yelon dan Weinstein sebagaimana dikutip oleh Enco Mulyana, peranan guru dapat di identifikasikan sebagai berikut :

a. Peranan sebagai pendidik; guru harus memiliki standar kualifikasi pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, dan disiplin. b. Guru sebagai pengajar; membuat ilustrasi, mengidentifikasikan,

menganalisis, mensintensis, merespon, mendengarkan meningkatkan kepercayaan, memberikan pandangan yang bervariasi, menyediakan untuk mengkaji materi standar, menyesuaikan metode pembelajaran, dan memberikan nada perasaan.

c. Guru sebagai pembimbing; guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus


(44)

ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.

d. guru sebagai pelatih; guru memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar, mampu memperhatikan perbedaan individu peserta didik dan lingkungannya, guru harus berani berkata jujur, dan harus bisa menahan emosi.

e. Guru sebagai penasehat; guru harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.

f. Guru sebagai model teladan; menjadi teladan merupakan sifat dasar kegiatan pembelajaran dan ketika seorang guru tidak mau menerima ataupun menggunakannya secara konstruktif maka telah mengurangi keefektifan pembelajaran. Haal-hal yang perlu diterapkan dalam memberi keteladanan, yaitu melalui pengalaman dan kesalahan, pakaian dan hubungan kemanusiaan, proses berfikir, perilaku neorotis, selera, keputusan, kesehatan, dan gaya hidup umum.

g. guru sebagai pendorong kreativitas; guru dituntut untuk mendemontrasikan dan menunjukan proses kreativitas tersebut, dan guru senantiasa berusaha untuk menentukan cara yang baik dalam melayani peserta didiknya, sehingga peserta didik akan menilainya bahwa ia memang kreatif dan melakukan secara rutin.

h. Guru sebagai pembangkit pandangan; guru harus terampil dalam berkomunikasi dengan peserta didik disegala umur sehingga setiaplangkah dari proses pendidikan yang dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang fungsi ini.

i. Guru sebagai pekerja rutin; bekerja tepat waktu, membuat catatan dan laporan sesuai dengan standar kinerja, membaca daan mengevaluasi serta mengembalikan hasil kerja peserta didik, mengatur kehadiran peserta didik, mengatur jadwal, meningkatkan iklim sekolah yang kondusif dan menasehati peserta didik.

j. Guru sebagai evaluator; guru harus mampu menyusun tabel spesifikasi yang didalamnya terdapat sasaran penilaian, teknik penilaian, serta jumlah instrumen yang diperlukan, penelitian terhadap data-data yang dikumpulkan, dan di analisis untuk membuat tafsiran tentang kualitas prestasi belajar peserta didik.19

19

Enco Mulyana, Menjadi Guru Profesional Meningkatkaan pembelajaran Kreatif dan Menyenagkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 37


(45)

Demikian peranan guru menurut teori beberapa tokoh pendidikan, namun disini penulis hanya mengambil beberapa peranan guru agar releven dengan peranan guru PAI dalam pembinaan akhlak peserta didik di MTs Al-Kairiyah Krawangsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Yakni peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam mengajarkan pendidikan Agaama Islam, memberikan bimbingan, memberukan pelatihan atau pembiasaan, memberikan suritauladan serta dalam memberikan nasehat kepada peserta didik.

B. Peranan Orang tua

1. Pengertian Orang Tua

Pembahasan tentang pengertian orang tua sudah terang, tentu kita harus mulai dari pengertian keluarga itu sendiri. Untuk mengetahui pengertian dari keluarga itu sendiri, maka terlebih dahulu penulis mengemukakan tenteng ciri-ciri keluarga menurut H.M. Arifin dapat dilihat dari dua aspek, yaitu :

a. Keluarga adalah ikatan kekeluargaan lewat pernikahan yang terdiri atas suami, istri dan anak.

b. Keluarga adalah persekutuan kodrati yang abadi bagi anak dewasa dan orang tua.20

Sedangkan pengertian keluarga menurut Hasan Langgulung adalah “Suatu unit sosial yang terdiri dari seorang suami dan seorang istri atau dengan kata lain keluarga adalah suatu perkumpulan yang halal antara seorang perempuan yang bersifat terus

20

H.M. Arifin, Hubungan timbal balik Pendidikan Agama di lingkungan sekolah dan Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, Cet 1, 1975), h. 80


(46)

menerus diaman yang satu merasa tentram dengan orang lain dan sesuatu dengan yang di tentukan agama serta masyarakat. Ketika suami istri tersebut dikaruniai seorang anak atau lebih maka itu lebih menjadi unsur pertama yang ketiga dalam keluarga.21

Dari beberapa pendapat tersebut, daapat penulis simpulkan bahwa orang tua adalah:

a. Bapak dan ibu yang menyebabkan kehadiran anak

b. Orang yang bertanggung jawab terhadap ppendidikan anak-anaknya dan merekalah yang mempunyai kewajiban untuk mendidik anak-anaknya.

Orang tua adalah penanggung jawab di lingkungan terkecil dalam kesatuan masyarakat. Keluarga dibangun dari sebuah perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan, kemudian hidup bersama dan menghasilkan keturunan berupa anak. Maka yang bertanggung jawab dalam sebuah keluarga adalah orang tua. Adapun konsepsi Islam tentang orang tua maka di kemukakan bahwa : Orang tua merupakan figur dalam keluarga yang harus memberikan tauladan dan memberikan nasehat agar anak-anaknya menjadi generasi muslim yang shaleh dan berjuang demi tegaknya Islam di muka bumi.22 Selanjutnya ditegaskan juga bahwa: memberi nafkah

21

Hasan Langgung, Manusia dan Pemikiran, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986), h. 346

22

Khatib Ahmad Santut, Menumbuhkan sikap Sosial, Moral dan Spritual Anak Dalam Keluarga Muslim, (Jakarta: Mitra Pustaka, 1998), h. 25


(47)

dan mendidik anak lebih utama dari pada amal terpuji lainnya, yang dapaat melebur dosa dan mengankat derajat.23

Dengan demikian jelas bahwa dalam konsepsi Islam, orang tua dalam keluarga berperan sebagai pembimbing, pengarah dan pembentuk sifat-sifat mulia pada anak-anaknya, memberikan nasehat kepada jalan yang lurus dan harus mampu membentuk generasi muslim yang mampu menegakkan ajaran agama Islam. Orang tua harus mampu mendidik dan memberikan nafkah yang baik kepada anak-anaknya karena drajat kehidupan manusia juga ditentukan seberapa tinggi pendidikan.

2. Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak

Anak merupakan rahmat dan amanat Allah SWT yang di anugerahkan kepada orang tuanya untuk dijaga, dipelihara, dan diberi perlindungan sebaik-baiknya. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya, karena dari merekalah anak-anak memperoleh pendidikan . menurut A. Mudjab Mahali: “Setiap orang tua mempunyai kewajiban mendidik anak agar menjadi manusia yang shaleh, berguna bagi agama, nusa dan bangsa, lebih khusus lagi membuat kebahagiaan kedua orang tuanya, baik ketika didunia maupun di akherat.24

Sedangkan H.M. Arifin mengemukakan bahwa kewajiban orang tua terwujud karena langsung diberi petunjuk oleh Allah sebagaimana firmannya dalam surat At-Tahrim ayat 6:

23

Ibid., h. 25

24

A.Mudjab Mahali, Hubungan Tibmal Balik Orang Tua dan Anak, (Solo: Rhamadani, 1991), h. 54


(48)

























































Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari apineraka yang bahan bakrnya adalah manusia dan batu; penjaganya malikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkannya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang di perintahkan.25

Atas dasar inilah maka kewajiban orang tua meliputi : a. Orang tua sebagai pendidik keluarga

b. Orang tua sebagai pemelihaara dan pelindung keluarga.26

Selain itu kewajiban orang tua mendidik anak dengan pendidikan agama juga meliputi:

a. Menanamkan nilai Tauhid b. Mendidik Shalat

c. Mendidik Akhlak.27

Untuk lebih jelasnya dapat ditirukan secara singkat sebagai berikut : a. Menanamkan nilai Tauhid

Orang tua hendaklah menanamkan ketauhidan kepada jiwa anak, yaitu beriman kepada Allah SWT dan melaarang menyekutukannya. Dalam keluarga anak

25

Departemen Agaa RI, Op. cit., h. 951

26

H.M. Arifin, Op. cit., h. 72

27 A. Mudjab Mahali,


(49)

wajib diajarkan untuk mengenal adanya Allah SWT dan segala sifat-sifatnya. Firman Allah SWT yang menerangkan tentang kewajiban orang tua dalam menanamkan Ketauhidan ada pada surat Lukman ayat 13, yang berbunyi sebagai berikut :

































Artinya:

Dan (Ingatlah) ketika luqman berkata kepada anaknya, di waktu itu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman

yang besar”.28

b. Mendidik Shalat

Dalam keluarga, orang tua berkewajiban mengajarkan tatacara pelaksanaan shalat kepada anaknya, kemudian membiasakan mereka untuk mengajarkannya. Shalat sangat penting bagi kehidupan anak, karena didalam shalat mengandung banyak unsur pendidikan. Oleh karena itu sholat hendaklah diajarkan semenjak anak-anak dalam masa pertumbuhan, dengan demikian sholat akan melekat dihati mereka dan menjadi suatu kebutuhan dalam hidup mereka. Prinsip mendidik anak untuk shalat di firmankan oleh Allah SWT dalam surat Lukman ayat 17, yang berbunyi :









































Artinya:

28 Departemen Agama RI,


(50)

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).29

c. Mendidik Akhlak

Dalam keluarga juga harus ditanamkan, diajarkan dan dibiasakan juga memiliki akhlaqul karimah atau akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku yang baik dan penuh sopan santun tentunya akan di cintai Allah SWT dan disenangi oleh orang-orang sekitar. Para orang tua dapat mencontohkan akhlak mulia Nabi Muhammad SAW yang mana tiada keraguan Allah telah mengutus beliau untuk menyempurnakan akhlak para umat Islam di seluruh dunia, seperti dalam firman Allah surat Al-Ahzab ayat 21, yang berbunyi:



































Artinya:

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah iti suritauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.30

29

Ibid., h. 655

30


(1)

Kisi-Kisi Instrumen

Peranan Guru PAI dan Orang Tua Dalam pembinaan

Akhlakul karimah Peserta Didik Madrasah Tsanawiyah

Al-Khairiyah Krawangsari Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan

No Vaariabel Indikator No. Item

1. Peranan Guru PAI

1. Mengajarkan Pendidikan Agama Islam

2. Memberikan Bimbingan 3. Memberikan Pelatiha atau Pembinaan

4. Meberikan Suri tauladan 5. memberikan Nasehat

2, 3, 4

10, 11, 12

6, 7, 8 9, 13, 15 1, 5, 14

2. Peranan Orang Tua

1. Mengajarkan Nilai-nilai Islam 2. Memberikan arahan dan nasehat-nasehat

3. Melakukan pengawasan 4. Memberikan Suri Taauladan 5. Memenuhi Fasilitas Pendidikan

1, 9

2, 7 6, 8 4, 5 3, 10


(2)

PANDUAN WAWANCARA

PERANAN GURU PAI DAN ORANG TUA DALAM PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH PESERTA DIDIK MADRASAH TSANAWIYAH

AL-KHAIRIYAH KRAWANGSARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

A. Guru yang Melaksanakan Pembinaan Akhlak Secara langsung

1. Apakah anda sering memperhatikan tingkah laku peserta didik dan memberikan komentar serta arahan?

2. Materi apa sajakah yang di sampaikan kepada peserta didik dalam pembinaan akhlak di MTs Al-Khairiyah Krawangsari Natar?

3. Metode apa yang diterapkan dalam proses pembinaan akhlak di MTs Al-khairiyah Krawangsari natar?

4. Bagaiman cara anda melakukan pembinaan akhlak terhadap peserta didik di MTs Al-Khairiyah Krawangsari Natar?

5. Apakah anda memberikan arahan, nasehat, dan bimbingan kepada peserta didik ketika mereka melakukan kesalahan atau perbuatan yang tidak baik?

6. Apakah anda sering melakukan kegiatan kegiatan-kegiatan yang bernuansa keislaman di sekolah anda?

7. Apakah menurut anda peserta didik di sekolah andah dapat dan aktif dalam beribadah serta dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar?


(3)

8. Bagaimanakah cara anda memberikan pelatiha atau pembiasaan untuk berakhlak baik kepada peserta didik?

9. Bisakah anda memberikan contoh hal-hal apa saja yang anda lakukan untuk memberikan tauladan yang baik terhadap peserta didik?

10. Apakah anda sering menganjurkan kepada peserta didik untuk megikuti kegiatan-kegiatan keagamaan untuk menambah pengetahuan agama mereka?

11. Apa saja yang anda lakukan ketika anda melihat ada peserta didik yang berakhlaak buruk?

12. Apakah anda sering memberikan bimbingan terhadap peserta didik untuk berakhlakul karimah di luar kelas?

13. Bagaimana cara anda untuk memberikan suri tauladan yang baik kepada peserta didik sehingga dapat memiliki akhlak yang baik?

14. Apakah anda sering memberikan nasehat kepada peserta didik untuk menjauhi prilaku yang buruk?

15. Apakah menurut anda peserta didik sudah dapat menerima dan merealisasikan hal-hal yang telah anda contohkan sebagai tauladan yang baik?

B. Orang Tua peserta Didik


(4)

2. Apakah Bapak/Ibu memberikan arahan dan nasehat tentang hal yang baik dan buruk kepada anak anda demi menggapai kebahagiaan di dunia dan akherat?

3. Apakah Bapak/Ibu memperhatikan dan memenuhi fasilitas pendidikan anak anda?

4. Apakah Bapak/Ibu sering memberikan contoh atau tauladan yang baik terhadap anak anda, seperti rajin beribadah?

5. Apakah Bapak/Ibu sering melakukan kegiatan-kegiatan yang bernuansa keislaman di rumah anda?

6. Bagaimana cara Bapak/Ibu melakukan pengawasan terhadap prilaku anak anda?

7. Bagaimana cara Bapak/ Ibu memberikan nasehat kepada anak ketika anak melakukan kesalahan?

8. Apakah Bapak/Ibu pernak berkoordinasi dengan guru di sekolah untuk melakukan pembinaan akhlak anak anda?

9. Usaha apa sajakah yang Bapak/Ibu lakukan untuk mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai Islam kepada anak anda?

10. Apakah yang bisa diperlukan/dimintai anak anda dalam hal kegiatan belajar mengajar?


(5)

C. Kepala Mdrasah dan Stafnya

Sejarah pertumbuhan dan perkembangannya:

1. Siapa pendirinya dan kapan berdirinya

2. Bagaimana perkembangannya sejak berdiri sampai sekarang?

3. Bagaimana letak geografisnya?

4. Bagaimana Struktur organisasi MTs Al-Khairiyah Krawangsari Natar?

5. Apa saja Syarat menjadi guru di MTs Al-Khairiyah Krawangsari Naatar?

6. Siapa saja yang melaksanakan pembinaan akhlak di MTs Al-Khairiyah Krawaangsari Natar?

7. Apakah anda selaku kepala sekolah sering melaksanakan rapat koordinasi kinerja dengan dewan guru untuk pembinaan akhlak peserta didik?

D. Pederta Didik

1. Apakah anda merasa mendapat pelajaran pendidikan agama Islam dengan baik di rumah dan di sekolah?

2. Bagaimana pendapat anda, apakah guru pendidikan agama Islam telah melakukan peranannya dengan baik? Berikan Contohnya?


(6)

Dokumen yang terkait

Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Akhlakul Karimah Siswa Di SMA Fatahillah Jakarta

2 57 123

Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

0 3 151

Peran Guru dan Orang Tua Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik Bidang Studi Akidah Akhlak di MTS Al Khairiyah Natar Lampung Selatan

7 168 137

Peran Guru dan Orang Tua Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik Bidang Studi Akidah Akhlak di MTS Al-Khairiyah Natar Lampung Selatan - Raden Intan Repository

0 0 14

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum MTs Al-Khairiyah Natar Lampung Selatan 1. Sejarah MTs Al-Khairiyah Natar Lampung Selatan - Peran Guru dan Orang Tua Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik Bidang Studi Akidah Akhlak di MTS Al-

0 0 41

BAB I PENDAHULUAN - Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dan Orang Tua dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Peserta Didik pada Madrasah Tsanawiyah al-Khairiyah Krawangsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan - Raden Intan Repository

0 0 21

BAB II LANDASAN TEORI A. Peranan Guru PAI Dalam Pembinaan Akhlak 1. Pengertian peranan Guru Pendidikan Agama Islam - Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dan Orang Tua dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Peserta Didik pada Madrasah Tsanawiyah al-Khairiyah Kra

0 1 55

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian - Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dan Orang Tua dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Peserta Didik pada Madrasah Tsanawiyah al-Khairiyah Krawangsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan - Raden Intan Repo

0 0 10

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Sejarah Singkat MTs Al-Khairiyah Krawangsari Kecamatan Natar Kabupaten lampung Selatan. - Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dan Orang Tua dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Peserta Didik pada Madrasah Tsanawiyah al-Kh

0 2 55

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan - Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dan Orang Tua dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Peserta Didik pada Madrasah Tsanawiyah al-Khairiyah Krawangsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan - Raden Intan Repository

0 0 14