besar dari nilai r
tabel
. Dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian yang dimaksudkan untuk mengukur hasil belajar pembelajaran tematik siswa SD
reliabel sehingga layak untuk dijadikan alat ukur penelitian.
3. Taraf Kesukaran Soal
Taraf kesukaran soal test dihitung dengan cara membandingkan siswa yang menjawab soal dengan benar terhadap jumlah subjek seluruhnya. Rumus
untuk menghitung taraf kesukaran soal adalah sebagai berikut: B
P = JS
Keterangan:
P = taraf kesukaran soal B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes Klasifikasi taraf kesukaran soal sebagai berikut:
P = 0,00 – 0,10 termasuk kategori soal sangat sukar P = 0,11 – 0,30 termasuk kategori soal sukar
P = 0,31 – 1,70 termasuk kategori soal sedang P = 0,71 – 0,9 termasuk kategori soal mudah
Soal dengan P 0,9 termasuk kategori sangat mudah. Soal yang baik adalah soal yang mempunyai taraf kesukaran sedang Arikunto, 1998.
Tabel 3.5 Pengukuran Tingkat kesukaran pada
Masing-masing Soal Instrumen Penelitian No. Soal
Hasil P No. Soal
Hasil P No. Soal
Hasil P 1
0.65 16
0.60 31
0.75 2
0.70 17
0.50 32
0.70 3
0.55 18
0.45 33
0.20 4
0.65 19
0.40 34
0.70 5
0.75 20
0.90 35
0.55 6
0.40 21
0.40 36
0.45 7
0.15 22
0.65 37
0.40 8
0.70 23
0.65 38
0.55 9
0.90 24
0.50 39
0.70 10
0.85 25
0.65 40
0.65 11
0.75 26
0.60 12
0.60 27
0.50 13
0.90 28
0.75 14
0.75 29
0.65 15
0.55 30
0.70
4. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang kurang
pandai atau berkemampuan rendah Arikunto, 1998. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Rumus untuk
menentukan indeks daya pembeda adalah sebagai berikut: B
A
B
B
D = - J
A
J
B
Keterangan: J
= jumlah peserta tes JA
= banyaknya peserta kelompok atas JB
= banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar Indeks daya pembeda berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Arikunto 1998
menjelaskan bahwa butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang mempunyai indeks diskriminasi 0,4 sampai 0,7. Adapun klasifikasi daya pembeda
adalah: D = 0,00 – 0,20 termasuk kategori jelek
D = 0,21 – 0,40 termasuk kategori cukup D = 0,41 – 0,70 termasuk kategori baik
D = 0,71 – 1,00 termasuk kategori baik sekali Arikunto,1998.
Tabel 3.6 Hasil Pengukuran Tingkat Daya Pembeda pada Masing-masing Soal
No. Soal Hasil D
No. Soal Hasil D
No. Soal Hasil D
1 0.70
16 0.60
31 0.30
2 0.40
17 0.80
32 0.60
3 0.50
18 0.30
33 0.40
4 0.30
19 0.80
34 0.20
5 0.30
20 0.20
35 0.70
6 0.60
21 0.40
36 0.50
7 0.30
22 0.30
37 0.60
8 0.40
23 0.30
38 0.70
9 0.20
24 0.60
39 0.40
10 0.30
25 0.50
40 0.50
11 0.30
26 0.60
12 0.40
27 0.40
13 0.20
28 0.30
14 0.30
29 0.30
15 0.70
30 0.40
Dari data pengukuran pada tabel di atas, menghasilkan nilai yang menunjukkan tingkat daya pembeda soal. Sebagai kesimpulannya, kemudian
nilai-nilai tersebut di konfirmasikan dengan kriteria skor daya pembeda soal.
F. Prosedur Analisis Data