PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKSIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR BAGAN ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN .……… 1

A. Latar Belakang Penelitian ...……… 1

B. Rumusan Masalah ..…………. …...……… 9

C. Tujuan Penelitian ...……… 10

D. Manfaat Penelitian ...……… 10

E. Asumsi ..……… 11

F. Hipotesis ………...……… 14

G. Metode Penelitian ………...……… 15

H. Populasi dan Sampel Penelitian ………. 15

BAB II TINJAUAN TEORETIS ………. 17.

A. Karakteristik Kurikulum SD/MI ………... 17

B. Hakikat Pembelajaran .……… 20

1. Konsep Dasar Pembelajaran ……… 20

2. Komponen Sistem Pembelajaran ………. 23

3. Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran ………… 25

C. Model-model Pembelajaran Tematik .……… 33

1. Konsep Dasar Pembelajaran Tematik ………. 33

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik ………. 38

3. Jenis-jenis Model Pembelajaran Tematik ………. 40

4. Tahapan-tahapan Pembelajaran Tematik ………. 45

D. Hakikat Hasil Belajar ……….……… 51

1. Pengertian Hasil Belajar ………. 51

2. Jenis-jenis Hasil Belajar ……….. 55

E. Karakteristik Siswa Kelas rendah .……… 61


(2)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……… 77

A. Desain Penelitian .………... 78

B. Varibel dan Defini Operasional .………... 80

C. Instrumen Penelitian .………... 81

D. Langkah-langkah Penelitian .………... 84

E. Uji Validitas dan reliabilitas ………... 84

F. Prosedur Analisis Data ………... 91

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 94

A. Hasil Penelitian ………... 94

B. Pembahasan .………... 106

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .... 127

A. Kesimpulan ……….………... 127

B. Rekomendasi ……….………... 127

DAFTAR PUSTAKA ……….……… 129

LAMPIRAN ………. 131


(3)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1: Tingkat Ketercapaian Skor Penguasaan kognitif siswa

di SDN Mesjid Priyayi ditinjau Berdasarkan

Masing-Masing Domain ... 97 Gambar 4.2: Hasil Pre-test Penguasaan kognitif siswa

di SDN Mesjid Priyayi ... 99 Gambar 4.3: Hasil Post Test Penguasaan Kognitif Siswa ..…………. 101 Gambar 4.4: Perbandingan Hasil Pre-test dan Post-test Penguasaan


(4)

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1: Model Evaluasi Hasil Belajar Tyle ...………. 21 Bagan 2.2: Pengembangan Materi Tematik ..………... 66

Bagan 3.1: Desain Penelitian ……… 78


(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1: Daftar Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif …………. 23

Tabel 3.1: Sampel Penelitian ……… 80

Tabel 3.2: Kisi-Kisi Soal Pembelajaran Tematik ,,,,,,,,... 83

Tabel 3.3: Hasil Validitas Item ………... 86

Tabel 3.4: Hasil Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 88

Tabel 3.5: Pengukuran Tingkat Kesukaran Soal Instrumen Penelitian . 89 Tabel 3.6: Hasil Pengukuran Tingkat Daya Pembeda ... 90

Tabel 4.1: Tingkat Ketercapaian Penguasaan kognitif siswa di SDN Mesjid Priyayi Kec. Kasemen Pada Domain Mengingat .. 94

Tabel 4.2: Tingkat Ketercapaian Penguasaan Kognitif Siswa di SDN Mesjid Priyayi Pada Domain Memahami... 95

Tabel 4.3: Tingkat Ketercapaian Penguasaan Kognitif Siswa di SDN Mesjid Priyayi Pada Domain Menerapkan ... 96

Tabel 4.4: Pedoman Kategorisasi Penguasaan Kognitif Siswa ... 97

Tabel 4.5: Data Penghitungan Hasil Post Test Penguasaan Kognitif Siswa ………. 98

Tabel 4.6: Kategorisasi Nilai Post Test Penguasaan Kognitif Siswa …. 99 Tabel 4.7: Data Penghitungan Hasil Post-test Penguasaan Kognitif Siswa di SDN Mesjid Priyayi Kec. Kasemen Kota Serang 100 Tabel 4.8: Kategorisasi Nilai Post-test Penguasaan Kognitif Siswa di SDN Mesjid Priyayi Kec. Kasemen Kota Serang ……….101

Tabel 4.9: Hasil Uji Normalitas Data Hasil Penelitian ………... 103

Tabel 4.10: Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ... 104

Tabel 4.11: Hasil Pengujian Hipotesis Perbedaan Rata-rata Pre-test dan Post-test Penguasaan Kognitif Siswa ... 106


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1: Soal Instrumen ...………. 131

Lampiran 2: Penghitungan Data ………. 136

Lampiran 3: Uji Normalitas ……… 138

Lampiran 4: RPP ……… 147

Lampiran 5: SK Penelitian ...………. 166

Lampiran 6: Surat Ijin Penelitian ...………. 168


(7)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, oleh karena itu untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, maka sudah saatnya proses pendidikan dapat ditingkatkan dengan kualitas yang lebih baik. Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Pemahaman yang luas definisi pendidikan pun dapat diartikan secara luas hal ini dikarenakan pendidikan dapat terjadi dalam berbagai ruang lingkup kegiatan yang bervariatif. Beberapa ahli mengemukakan tentang pengertian pendidikan diantaranya Makmum (1983:16) menjelaskan pengertian pendidikan sebagai berikut:

Seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal ataupun non formal, atau bahkan informal dalam rangka perwujudan dirinya sesuai dengan tahapan tugas perkembangan secara optimal, sehingga ia mencapai suatu taraf kedewasaan tertentu.

Selanjutnya Sudjana (1991:2) mengemukakan bahwa: “Pendidikan dapat diartikan sebagai komunikasi terorganisir dan berkelanjutan yang disusun untuk menemukan kegiatan belajar”. Pengertian yang terbatas “Pendidikan dapat menjadi salah satu proses interaksi belajar mengajar dalam bentuk formal yang dikenal sebagai pengajaran”.


(8)

Komponen utama dalam proses pembelajaran adalah guru dan siswa. Agar proses pembelajaran berhasil, guru harus membimbing siswa. Sebagaimana dijelaskan oleh Suyitno (2004:2) bahwa: “Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa”. Berdasarkan definisi di atas, maka dapat dipahami bahwa guru terlebih dahulu harus memahami konsep dasar dan landasan ilmiah dalam mengajar. Selain itu pula harus memperhatikan faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan pelaksanaan proses belajar mengajar. Salah satu faktor dalam lingkungan proses belajar mengajar adalah strategi pembelajaran yang diterapkan di sekolah.

Salah satu tujuan pendidikan menurut teori Bloom (1956) yaitu Cognitive Domain (Ranah Kognitif), Affective Domain (Ranah Afektif), dan Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor). Pada ranah kognitif siswa khususnya sekolah dasar dalam Piaget (1950) memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran dan akomodasi proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek. Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang.


(9)

Secara bertahap seperti itu anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya.

Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut: (1) Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, (2) Mulai berpikir secara operasional, (3) Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan (5) Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.

Oleh karena itu untuk meningkatkan tujuan pendidikan dalam ranah kognitif siswa, guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional (Undang-Undang No. 14 tahun 2005). Untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, guru wajib untuk memiliki syarat tertentu, salah satu di antaranya adalah kompetensi. Landasan tersebut di atas tentunya menjadi isu sentral dalam pengembangan pendidikan. Demi mencapai kualitas yang baik diperlukan strategi pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkat penguasaan kognitif siswa.


(10)

Keberhasilan dalam meningkatkan penguasaan kognitif siswa tergantung dari program pendidikan di berbagai jenjang dan jenis pendidikan yang di rancang untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut. Rancangan program pendidikan di setiap jenjang dan jenis pendidikan di sebut dengan istilah kurikulum. Sebagaimana di definisikan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang di gunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut KTSP Rusman (2009:419) KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Sedangkan menurut Sanjaya (2008:127) menjelaskan bahwa “KTSP tetap berorintasi pada standar kompetensi”. Pada PP No 19 tahun 2005 tentang SNP pasal 1 ayat 15 di nyatakan bahwa KTSP adalah kurikulum operasional yang di susun dan di laksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP di laksanakan satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi yang di kembangkan oleh SNP.

Model pembelajaran dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) untuk tingkat Sekolah Dasar kelas rendah yaitu 1, 2, dan 3 adalah pembelajaran yang dikemas dalam bentuk tema-tema (tematik). Salah satunya sekolah yang melaksanakan model tematik yaitu SDN Mesjid Priyayi, sebagai Sekolah Dasar Negeri tentunya SDN Mesjid Priyayi memiliki beban yang cukup tinggi untuk dapat menerapkan pembelajaran dengan hasil yang maksimal. Namun usaha tersebut kurang didukung dengan optimalisasi sekolah dan guru itu sendiri dalam


(11)

melaksanakan pembelajaran. Kurangnya fasilitas serta kinerja mengajar guru sering menjadi sorotan sebagai faktor tidak tercapainya penguasaan kognitif siswa Fenomena di lapangan selama ini menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran masih banyak permasalahan di dalamnya. Dari hasil pengamatan di kelas serta diskusi dengan guru (bulan februari tahun 2011), dalam proses belajar kelas rendah tahun ajaran 2010/2011 terdapat beberapa kelemahan yang mempengaruhi hasil belajar siswa diantaranya: 1) kemampuan memahami siswa rendah dalam kegiatan pembelajaran; 2) rendahnya kemampuan mengingat siswa selama proses pembelajaran 3) rendahnya penerapan konsep yang telah diajarkan selama pembelajaran, sehingga penguasaan kognitif siswa tidak meningkat. Oleh karena itu model pembelajaran tematik merupakan langkah awal yang dilakukan untuk meningkatkan penguasaan kognitif siswa. Poerwadarminta,(1983), menyatakan bahwa :

Pembelajaran tematik Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan Pembelajaran tematik. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan.

Lebih lanjut Poerwadarminta (1983:54) keuntungan tematik yaitu : 1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, 2) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama; 3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; 4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih


(12)

baik dengan mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa; 5) Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; 6) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain; 7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.

Siskandar (2003:50) menyatakan bahwa :

Bagi guru SD kelas rendah yang siswanya masih berperilaku dan berfikir konkrit, pembelajaran sebaiknya dirancang secara terpadu dengan menggunkan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu cara ini maka pembelajaran untuk siswa kelas rendah menjadi lebih bermakna, lebih utuh dan sangat kontekstual dengan dunia anak-anak.

Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Pemanduan siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini memberikan arti bahwa pembelajaran tematik siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar pelajaran sehingga penguasaan kognitif anak meningkat.


(13)

Pembelajaran tematik ini tampak lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam belajar, sehingga siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Sukayati (2004:3) menjelaskan karakteristik pembelajaran tematik yaitu :

1. Pembelajaran berpusat pada anak, yang pada dasarnya merupakan suatu system pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun kelompok, siswa aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.

2. Menekankan pembentukan pemahaman, hal ini merupakan suatu aspek yang membentuk semacam jalinan antar siswa, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil yang nyata didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari dan mengakibatkan kegaitan belajar menjadi lebih bermakna.

3. Belajar melalui pengalaman langsung, pembelajaran ini diprogramkan untuk melibatkan siswa secara langsung pada konsep dan prinsip yang dipelajari dan memungkinkan siswa belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung.

4. Lebih memperhatikan proses dari hasil semata, pembelajaran ini dikembangkan dengan pendekatan disqovery inquiry yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.


(14)

5. Sarat dengan muatan keterkaitan, pembelajaran ini memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang, yang berkotak-kotak. Tematik diberikan dengan maksud menyatukan konten kurikulum dalam unit-unit satuan-satuan yang utuh dan membuat pembelajaran lebih terpadu, bermakna, dan mudah dipahami oleh siswa sekolah dasar kelas rendah. Demikian bahwa kegiatan menganalisa kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator tidak perlu dilakukan secara tersendiri karena dapat dilaksanakan berbarengan dengan penentuan jaringan tema. Tema-tema yang bisa dikembangkan dikelas awal sekolah dasar mengacu kepada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Pengalaman mengembangkan tema dalam kurikulum disesuaikan dengan mata pelajaran yang akan dikembangkan.

2. Dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan anak (expanding community approach).

3. Dimulai dari hal-hal yang mudah menuju yang sulit, dari hal yang sederhana menuju yang kompleks, dan dari hal yang kongkret menuju yang abstrak.

Model pembelajaran tematik pada hakikatnya merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individu maupun kelompok aktif mencari, menggali, mengeksplorasi, dan mengembangkan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik, autentik, dan berkesinambungan, sehingga dalam implementasinya pembelajaran tematik mampu meningkatkan kemampuan


(15)

kognitif siswa. Sukawati (2004:4) menjelaskan tujuan dari pembelajaran tematik yaitu :

1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna.

2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah dan memanfaatkan informasi.

3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan.

4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial 5. Meningkatkan gairah dalam belajar

6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

Penerapan pembelajaran tematik yang dilaksanakan disekolah khususnya sekolah dasar kelas rendah tujuan pembelajaran yaitu peningkatan penguasaan kognitif siswa dalam domain memahami, mengingat, dan menerapkan dapat tercapai secara optimal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini difokuskan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik sebagai upaya meningkatkan kognitif siswa. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran tematik terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada domain kognitif pada aspek mengingat di Sekolah Dasar Negeri Mesjid Priyayi ?

2. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran tematik terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada domain kognitif pada aspek memahami di Sekolah Dasar Negeri Mesjid Priyayi?


(16)

3. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran tematik terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada domain kognitif pada aspek penerapan di Sekolah Dasar Negeri Mesjid Priyayi ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menerapkan pendekatan pembelajaran tematik di Kelas III SD Mesjid Priyayi. Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ingin menganalisis model pembelajaran tematik terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada domain kognitif pada aspek mengingat di Sekolah Dasar Negeri Mesjid Priyayi.

2. Ingin menganalisis model pembelajaran tematik terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada domain kognitif pada aspek memahami di Sekolah Dasar Negeri Mesjid Priyayi.

3. Ingin menganalisis model pembelajaran tematik terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada domain kognitif pada aspek penerapan di Sekolah Dasar Negeri Mesjid Priyayi.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik dari segi teoritis maupun segi praktis. Adapun manfaat-manfaat tersebut adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis

a. Untuk menguji konsep pembelajaran tematik yang berpengaruh terhadap kognitif siswa dalam hal mengingat, memahami, dan menerapkan.


(17)

b. Membantu peneliti dan guru dalam mengembangkan kognitif siswa sebagai upaya untuk memperbaiki cara mengajar di SD.

2. Manfaat praktis

a. Sebagai alternatif bahan acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran belajar mengajar di Sekolah Dasar.

b. Sebagai masukan guna memperbaiki proses pembelajaran yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan daya serap akhir pembelajaran.

c. Mengetahui sejauh mana keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar.

E. Asumsi

Asumsi merupakan (titik tolak) pemikiran yang akan memberikan batasan-batasan dalam keseluruhan penelitian ini. Asumsi dapat membantu peneliti dalam memberikan arah pelaksanaan penelitian. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, telah dilakukan berbagai studi yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektifitas layanan dan pengembangan sebagai konsekuensi dari suatu inovasi pembelajaran. Salah satu bentuknya yaitu dengan dimunculkannya berbagai model implementasi kurikulum. Model pembelajaran tematik merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan pada tingkat satuan pendidikan Sekolah Dasar. Menurut Rusman (2010:268) menyatakan :

Model pembelajaran tematik pada hakikatnya merupakan sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, mengeksplorasi, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistic, otentik, dan berkesinambungan.


(18)

Pembelajaran tematik ini didasari oleh teori Piaget (Griya Astuti,2007). Menurut teori ini belajar adalah proses mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian didalam suatu situasi permasalahan. Insight yang merupakan inti dari belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Kemampuan Insight seseorang tergantung kepada kemampuan dasar orang tersebut, sedangkan kemapuan dasar tergantung pada usia. Insight dipengaruhi atau tergantung pada pengalaman masa lalu. Insight tergantung kepada pengaturan dan penyelidikan lingkungan. Pengertian merupakan inti dari insight. Apabila insight telah diperoleh maka dapat digunakan untuk menghadapi persoalan dalam situasi ini..

Pembelajaran tematik guru mempertimbangkan bahwa tema sebagai materi pembelajaran dari suatu bidang studi tertentu diupayakan saling mengait dengan pengetahuan pada bidang studi lainnya. Keterkaitan unit-unit antar bidang studi didesain secara fleksibel dan responsif terhadap minat dan kebutuhan anak. Pembelajaran tematik dilakukan dikelas rendah, dikarenakan perkembangan tingkah laku belajar siswa sekolah dasar sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungan sekitarnya. Tahap perkembangan anak dalam Rusman (2010:269) yaitu ”anak pada usia sekolah dasar (7-11 tahun) berada pada tahapan operasi konkret”. Pada rentang usia ini tingkah laku anak yang tampak yaitu :

1. Anak mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lainnya secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak.


(19)

3. Anak mampu mempergunakan cara berfikir operasional untiuk mengklasifikasikan benda-benda

4. Anak dapat membentuk dan menggunakan keterhubungan aturan-aturan.

5. Anak dapat memahami konsep subtansi, panjang, lebar, luas, tinggi dan rendah.

Kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar menurut Rusman (2010:270) memiliki ciri, yaitu : konkrit, integratif, dan hierarkis. Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal yang konkrit yang dapat dilihat, didengar, serta titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar yang dapat dioptimalkan. Oleh karena itu pembelajaran tematik dapat memberikan keterhubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan ranah kognitif siswa. Sukawati (2004:4) menjelaskan tujuan dari pembelajaran tematik yaitu :

1) Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna sehingga dapat meningkatkan kognitif.

2) Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah dan memanfaatkan informasi.

3) Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan.

4) Menumbuhkembangkan keterampilan sosial 5) Meningkatkan gairah dalam belajar

6) Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

Pada pelaksanaan pembelajaran tematik dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat yaitu: 1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan, 2) peserta didik mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi


(20)

pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir, 3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga anak akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah. 4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat, sehingga kognitif siswa dapat meningkat.

Dari uraian diatas bahwa penerapan pembelajaran tematik akan membantu para siswa membangun kebermaknaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang baru dan lebih kuat. Kaitan antar satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya bagi siswa merupakan hal yang penting dalam belajar, sehingga apa yang dipelajari oleh siswa akan lebih bermakna, lebih mudah diingat, dan lebih mudah dipahami, serta digunakan untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupannya. Oleh karena itu dalam kegiatan model pembelajaran tematik diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penguasaan kognitif siswa dalam domain, mengingat, memahami, dan menerapkan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar kelas rendah.

F. Hipotesis

Penelitian ini penulis dapat ajukan beberapa hipotesis penelitian sebagai berikut:

1) Model pembelajaran tematik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada domain kognitif pada aspek mengingat di Sekolah Dasar Negeri Mesjid Priyayi


(21)

2) Model pembelajaran tematik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada domain kognitif pada aspek memahami di Sekolah Dasar Negeri Mesjid Priyayi

3) Model pembelajaran tematik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada domain kognitif pada aspek penerapan di Sekolah Dasar Negeri Mesjid Priyayi

G. Metode Penelitian

Metode merupakan salah satu cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah mengungkapkan, menggambarkan, dan mengumpulkan hasil penelitian melalui cara tertentu dengan mengikuti langkah-langkah prosedural. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode ini digunakan dengan pertimbangan yaitu mencobakan perlakuan tertentu (treatment) untuk mengetahui efek/pengaruh akibat perlakuan tersebut.

H. Populasi, dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian merupakan keseluruhan objek yang akan diteliti. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas III SDN Mesjid Priyayi tahun ajaran 2009/2010 dengan jumlah 80 orang.


(22)

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian merupakan sebagaian objek penelitian dari sampel penelitian, atau dengan kata lain sampel merupakan sebagaian darai populasi. Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan sampling purposive. Mengenai sampling purposive, Arikunto (1992:127) menjelaskan bahwa: “Purposive Sample merupakan sampel yang dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas pertimbangan tertentu”. Dilain pihak Sugiono (2009:124) menjelaskan bahwa: “Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”.

Berdasarkan batasan tersebut dalam penelitian ini yang menjadi pertimbangnnya adalah bahwa sampel dari populasi berdasarkan seadanya data atau kemudahannya mendapatkan data tanpa perhitungan kerepresentatifannya. Selain itu pengambilan sampel yang akan dilakukan atas pertimbangan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dimungkinkan untuk mengambil jumlah sampel yang banyak. Mengacu pada pendapat tersebut, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu kelas dengan total sampel berjumlah 40 orang.


(23)

77 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian eksperimental yaitu mencobakan sesuatu untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu perlakuan atau treatment. Di samping itu penulis ingin mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang diselidiki atau diamati. Mengenai metode eksperimen ini Surakhmad (1998:149) menjelaskan sebagai berikut:

Arti kata yang luas, bereksperimen adalah mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat suatu hasil. Hasil itu akan menegaskan bagaimanakah kedudukan perhubungan kausal antara variabel-variabel yang diselidiki.

Metode penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian eksperimen semu (Quasi Experimental Study). Pengertian metode eksperimen menurut Surakhmad (1982:149) sebagai berikut: "arti kata yang luas eksperimen adalah mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat suatu hasil".

Menurut Badriah Dewi (2008:14) memaparkan tentang Eksperimental-Semu (quasi-experimental research)

Tujuan penelitian eksperimental-semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. Si peneliti harus dengan jelas mengerti kompromi apa yang ada pada validitas internal dan validiti eksternal rancangannya dan berbuat sesuai dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut.


(24)

Berdasarkan kedua kutipan diatas penulis menggunakan metode penelitian eksperimen semu guna untuk mengetahui hasil percobaan itu.

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimen pretes posttes Control One Design. Adapun desain penelitian dan alur penilitian yang penulis rancang adalah sebagai berikut:

Bagan 3.1 Desain Penelitian (Sumber Sugiyono, 2009: 85) Keterangan:

O1 : Tes Awal (pre test)

O2 : Tes Akhir (post test)

X1 : Pembelajaran tematik domain mengingat

X2 : Pembelajaran tematik domain memahami

X3 : pembelajaran tematik domain menerapkan

1. Populasi Penelitian

Sebagai fakta yang akan diteliti, maka dalam penelitian ini melibatkan populasi dan sampel. Dari populasi dan sampel inilah selanjutnya akan mendapatkan data serta keterangan yang dapat dijadikan sebagai informasi jawaban terhadap permasalahan penelitian. Adapun populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah populasi homogen yaitu keseluruhan siswa kelas III (a,b) SDN Mesjid Priyayi tahun ajaran 2010/2011 dengan jumlah 80 orang.

O1

x1 x2 x3


(25)

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian merupakan sebagian dari populasi yang mewakili informasi yang dimiliki populasi. Penentuan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan sampling purposive. Arikunto (1992:127) menjelaskan bahwa: “Purposive Sample merupakan sampel yang dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas pertimbangan tertentu”. Senada dengan pendapat diatas pihak Sugiono (2009:124) menjelaskan bahwa: “Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”.

Berdasarkan batasan tersebut dalam penelitian ini yang menjadi pertimbangannya adalah bahwa sampel dari populasi berdasarkan seadanya data atau kemudahannya mendapatkan data tanpa perhitungan kerepresentatifannya. Selain itu pengambilan sampel yang akan dilakukan atas pertimbangan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dimungkinkan untuk mengambil jumalah sampel yang banyak.

Mengacu pada pendapat tersebut, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu kelas (kelas III) dengan sampel berjumlah 40 orang. Dengan rincian

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

No Kelas Jumlah sampel


(26)

3. Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian yaitu di SDN Mesjid Priyayi Kecamatan Kasemen Kota Serang, dengan alasan kondisi pembelajaran kurang efektif, aktivitas siswa kurang bergairah, serta hasil belajar yang diharapkan jauh dari sempurna, sehingga pencapaian kognitif siswa dalam hal mengingat, memahami, dan menerapkan dalam proses pembelajaran sangat rendah. Oleh karena itu lokasi ini cocok untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian.

B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Yang dimaksud dengan variabel adalah gejala yang bervariasi dan menjadi obyek penelitian (Arikunto,2002:106). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu, pembelajran tematik. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penguasaan Kognitif siswa.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan makna variabel yang sedang diteliti. Singarimbun. M dan Effendi (2003:46-47) memberikan pengertian tentang ”definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan cara mengukur suatu variabel.” maksud dari pernyataan tersebut adalah petunjuk pelaksanaan dari pengukuran suatu variabel. berikut ini definisi operasional variabel penelitian.


(27)

Untuk menghindari salah penafsiran istilah dalam penelitian ini, maka diperlukan suatu definisi operasional. Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan makna variabel yang sedang diteliti.

a. Pengaruh.

Pengaruh menurut kamus besar bahasa Indonesia (1988:664) adalah daya yang ada atau timbul dari (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Maksudnya adalah ingin melihat tentang seberapa besar pengaruh pembelajaran tematik terhadap penguasaan kognitif siswa. b. Pembelajaran tematik

Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.

c. Kognitif

Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah dipelajari baik di rumah, sekolah dan masyarakat serta dan berbagai jenis media massa. (Hurlock 1995:17)

C. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data (Arikunto, 1998). Ada juga yang menyebutkan bahwa instrumen adalah alat yang dipakai untuk mendeteksi data, mengukur frekuensi dan besarnya fenomena. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa untuk mendeteksi data diperlukan suatu alat. Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes berbentuk obyektif


(28)

berupa soal-soal pilihan ganda (multiple choice test). Berkaitan penelitian ini terdapat beberapa tahapan yang dilakukan berkaitan dengan pengukuran variabel penelitian, di antaranya:

a. Persiapan Pengumpulan Data

Sebelum melakukan tes penulis melakukan beberapa komponen kegiatan sebagai langkah persiapan dalam penelitian diantaranya pengecekan alat yang digunakan. Kemudian dilakukan penjelasan terhadap sampel dalam penelitian mengenai rangkaian yang akan atau harus dilakukan.

Pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui peningkatan penguasaan kognitif domain, memahami, mengingat, dan menerapkan adalah dengan menggunakan teknik pengisian lembar pilihan ganda.

b. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Sebagaimana telah telah dipaparkan sebelumnya bahwa pengukuran penguasaan kognitif siswa dilakukan dengan menggunakan kuestioner (beberapa pertayaan). Penyusunan kuestioner tersebut terlebih dahulu penulis tentukan kisi-kisi variabel yang akan diukur.

c. Penyusunan spesifikasi alat ukur

Menyusun alat ukur diperlukan kisi-kisi. Kisi-kisi memegang peranan penting dalam penyusunan kuestioner, hal tersebut berfungsi sebagai pedoman penulisan pertanyaan yang dapat menggambarkan kontruksi variable, yang digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan materi responden pada tes awal dan tes akhir pada sampel kelompok penelitian.


(29)

Untuk butir-butir soal yang digunakan dalam penelitian terlebih dahulu diujicobakan. Uji coba instrumen adalah jenis uji coba terpakai, yakni soal tes yang diujicobakan melalui pre-test pada beberapa siswa di luar kelompok sampel, yaitu kelas III B sebanyak 40 siswa. Hasil uji coba tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya uji beda.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Soal Pembelajaran Tematik Variabel

Penelitian

Sub variable Indikator No item

Kognitif 1. Mengingat • Lingkungan 1. IPA 2. B.Indonesia 3. IPS 4. Matematika 1,2,3,4,5, 6,7,8,9,10 ,11,12,13, 14, 2. Memahami • Kegiatan

1. IPA 2. B.Indonesia 3. IPS 4. Matematika 15,16,17, 18,19,20, 21,22,23, 24,25,26, 27,28 1. Menerapkan • Pengalaman

1. IPA 2. B.Indonesia 3. IPS 4. Matematika 29,30,31, 32,33,34, 35,36,37, 38,39,40 Alternatif jawaban yang digunakan dalam angket ini adalah skala dengan penskoran dengan skor baku yang telah diuji skala oleh penulis, dimana untuk jawaban benar bernilai 1, dan salah nilai 0.


(30)

D. Langkah-langkah Penelitian 1. Menyiapkan Izin Penelitian

Penelitian ini akan dilangsungkan di SDN Mesjid Priyayi Kecamatan Kasemen Kota Serang, maka peneliti akan meminta surat keterangan dari Sekolah pasca sarjana UPI yang ditujukan kepada instansi terkait perihal penelitian yang akan dilaksanakan.

2. Mempersiapkan Instrumen

a. Mempersiapkan daftar soal, alat tulis, dan alat dokumentasi yang diperlukan dalam pengumpulan data

b. Menyebar soal kepada sampel penelitian 3. Pelaksanaan Pengumpulan Data

a. Bentuk soal diberikan kepada sampel untuk diisi secara cermat

b. Dikumpulkan kembali setelah selesai diisi oleh sampel untuk kemudian di olah secara statistik

c. Dicari butir soal dimana terdapat kesalahan secara statistic, kemudian butir pernyataan yang tidak valid tidak dipakai dalam penelitian selanjutnya.

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Soal 1) Uji Validitas

Instrumen yang baik, salah satu syarat yang harus dimiliki adalah instrumen tersebut harus valid. Arikunto (1998:43) menyatakan bahwa: “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa


(31)

yang diinginkan”. Untuk mencari validitas butir soal tes digunakan kriteria pembanding yang berasal dari alat ukur itu sendiri. Caranya adalah dengan jalan mengkorelasikan skor jawaban dari tiap-tiap butir dengan skor total butir. Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas alat pengumpul data adalah teknik korelasi product moment dengan angka kasar dari Pearson (Arikunto, 1998). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

} ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N rxy Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ = dimana:

rs = koefisien korelasi product moment dari Pearson

X = skor item Y = skor total

N = jumlah responden

Selanjutnya, untuk melihat signifikansinya dilakukan dengan

mendistribusikan rumus student t, yaitu:

) 1 ( ) 2 ( 2 r n r thit xy

− − =

dengan kriteria : Jika

thitung > ttabel, maka butir item valid dan signifikan. (Arikunto, 1998). Dengan

bantuan Microsoft Excel diperoleh hasil uji validitas instrumen penelitian : Tabel 3.3

Hasil Validitas Item

Nomor Item rhitung thitung ttabel Keterangan

1 0.749 4.793 2.101 Valid

2 0.449 2.134 2.101 Valid

3 0.626 3.405 2.101 Valid

4 0.488 2.372 2.101 Valid

5 0.551 2.804 2.101 Valid

6 0.648 3.608 2.101 Valid


(32)

8 0.558 2.852 2.101 Valid

9 0.511 2.520 2.101 Valid

10 0.588 3.083 2.101 Valid

11 0.540 2.721 2.101 Valid

12 0.530 2.652 2.101 Valid

13 0.511 2.520 2.101 Valid

14 0.471 2.265 2.101 Valid

15 0.656 3.687 2.101 Valid

16 0.682 3.960 2.101 Valid

17 0.696 4.117 2.101 Valid

18 0.454 2.161 2.101 Valid

19 0.790 5.466 2.101 Valid

20 0.478 2.306 2.101 Valid

21 0.495 2.420 2.101 Valid

22 0.467 2.242 2.101 Valid

23 0.478 2.307 2.101 Valid

24 0.557 2.846 2.101 Valid

25 0.488 2.372 2.101 Valid

26 0.652 3.647 2.101 Valid

27 0.478 2.306 2.101 Valid

28 0.551 2.804 2.101 Valid

29 0.561 2.876 2.101 Valid

30 0.525 2.620 2.101 Valid

31 0.494 2.410 2.101 Valid

32 0.558 2.852 2.101 Valid

33 0.490 2.385 2.101 Valid

34 0.482 2.334 2.101 Valid

35 0.596 3.148 2.101 Valid

36 0.444 2.102 2.101 Valid

37 0.536 2.694 2.101 Valid

38 0.666 3.787 2.101 Valid

39 0.525 2.620 2.101 Valid

40 0.509 2.508 2.101 Valid

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa semua item yang dijadikan sebagai alat ukur hasil belajar pembelajaran tematik valid. Maka semua item dalam instrumen penelitian tersebut dapat diikutsertakan semuanya dalam analisis selanjutnya.

2) Uji Reliabilitas

Suharsimi Arikunto (2002: 154) mengungkapkan bahwa reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Suatu instrumen dikatakan reliabel


(33)

jika cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik, tidak bersifat tendesius, dapat dipercaya, datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya hingga berapa kali pun diambil, hasilnya akan tetap sama.

Untuk mengetahui reliabilitas instrumen yang dihubungkan dengan kriteria digunakan uji statistik yakni split-half method (metode belah dua). Pada saat penskoran, skor tes dibagi menjadi dua. Setiap siswa akan memperoleh dua macam skor yang diperoleh dari soal-soal bernomor awal dan akhir berupa koefisien rxy atau koefisien awal-akhir (Arikunto, 2006) yaitu :

( )

(

2 2

)

(

2

( )

2

)

) )( ( Y Y N X X N Y X XY N rxy Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ =

Reliabilitas tes bertujuan untuk menguji tingkat keajegan dari distribusi yang digunakan. Pada penelitian ini untuk menghitung reliabilitas tes digunakan rumus

Spearman-Brown (Arikunto, 2006) yaitu :

2 / 21 / 1 2 / 21 / 1 11 1 2 r r x r + =

r11 = reliabilitas instrumen

r1/21/2= rxy = koefisien korelasi instrumen nomor awal dan nomor akhir

Tabel 3.4

Hasil Reliabilitas Instrumen Penelitian

r½ ½ r 11 rtabel Keterangan

0,881 0,937 0,31 Reliabilitas Sangat

Tinggi

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini reliabel karena nilai rhitung nya sebesar 0,937 lebih


(34)

besar dari nilai rtabel. Dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian yang

dimaksudkan untuk mengukur hasil belajar pembelajaran tematik siswa SD reliabel sehingga layak untuk dijadikan alat ukur penelitian.

3). Taraf Kesukaran Soal

Taraf kesukaran soal test dihitung dengan cara membandingkan siswa yang menjawab soal dengan benar terhadap jumlah subjek seluruhnya. Rumus untuk menghitung taraf kesukaran soal adalah sebagai berikut:

B P = JS Keterangan:

P = taraf kesukaran soal

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi taraf kesukaran soal sebagai berikut: P = 0,00 – 0,10 termasuk kategori soal sangat sukar P = 0,11 – 0,30 termasuk kategori soal sukar

P = 0,31 – 1,70 termasuk kategori soal sedang P = 0,71 – 0,9 termasuk kategori soal mudah

Soal dengan P > 0,9 termasuk kategori sangat mudah. Soal yang baik adalah soal yang mempunyai taraf kesukaran sedang (Arikunto, 1998).


(35)

Tabel 3.5

Pengukuran Tingkat kesukaran pada Masing-masing Soal Instrumen Penelitian

No. Soal Hasil (P) No. Soal Hasil (P) No. Soal Hasil (P)

1 0.65 16 0.60 31 0.75

2 0.70 17 0.50 32 0.70

3 0.55 18 0.45 33 0.20

4 0.65 19 0.40 34 0.70

5 0.75 20 0.90 35 0.55

6 0.40 21 0.40 36 0.45

7 0.15 22 0.65 37 0.40

8 0.70 23 0.65 38 0.55

9 0.90 24 0.50 39 0.70

10 0.85 25 0.65 40 0.65

11 0.75 26 0.60

12 0.60 27 0.50

13 0.90 28 0.75

14 0.75 29 0.65

15 0.55 30 0.70

4). Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang kurang pandai atau berkemampuan rendah (Arikunto, 1998). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Rumus untuk menentukan indeks daya pembeda adalah sebagai berikut:

BA BB

D = - JA JB

Keterangan:

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah


(36)

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

Indeks daya pembeda berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Arikunto (1998) menjelaskan bahwa butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang mempunyai indeks diskriminasi 0,4 sampai 0,7. Adapun klasifikasi daya pembeda adalah:

D = 0,00 – 0,20 termasuk kategori jelek D = 0,21 – 0,40 termasuk kategori cukup D = 0,41 – 0,70 termasuk kategori baik

D = 0,71 – 1,00 termasuk kategori baik sekali (Arikunto,1998). Tabel 3.6

Hasil Pengukuran Tingkat Daya Pembeda pada Masing-masing Soal

No. Soal Hasil (D) No. Soal Hasil (D) No. Soal Hasil (D)

1 0.70 16 0.60 31 0.30

2 0.40 17 0.80 32 0.60

3 0.50 18 0.30 33 0.40

4 0.30 19 0.80 34 0.20

5 0.30 20 0.20 35 0.70

6 0.60 21 0.40 36 0.50

7 0.30 22 0.30 37 0.60

8 0.40 23 0.30 38 0.70

9 0.20 24 0.60 39 0.40

10 0.30 25 0.50 40 0.50

11 0.30 26 0.60

12 0.40 27 0.40

13 0.20 28 0.30

14 0.30 29 0.30

15 0.70 30 0.40

Dari data pengukuran pada tabel di atas, menghasilkan nilai yang menunjukkan tingkat daya pembeda soal. Sebagai kesimpulannya, kemudian nilai-nilai tersebut di konfirmasikan dengan kriteria skor daya pembeda soal.


(37)

F. Prosedur Analisis Data

Untuk mengetahui hasil dari permasalahan penelitian yang penulis ukur, selanjutnya penulis lakukan dengan pengolahan terhadap data. Adapun proses pengolahan data penulis tempuh dengan melakukan proses penghitungan secara statistikal. Adapun langkah-langkah pengolahan data tersebut penulis menggunakan pendekatan statistik, Sudjana (Metoda statistik, 1996) sebagai berikut:

1. Menghitung rata-rata tiap variable penelitian dengan rumus :

n X X = ∑ i

Keterangan :

X = Skor rata-rata yang dicari i

X = Jumlah skor mentah n = Banyaknya sampel

2. Menghitung nilai simpangan baku dengan pendekatan rumus :

( )

( )

1

. 2 2

− Σ − Σ = n n x x n S Keterangan :

S = Simpangan baku yang dicari Σx = Jumlah skor mentah

Σx2 = Jumlah kuadrat skor mentah n = Banyaknya sampel

3. Menguji homogenitas. Rumus yang digunakan menurut Sudjana (1989:250) adalah sebagai berikut:

Terkecil Varians

Terbesar Varians


(38)

Kriteria pengujian adalah: terima hipotesis jika hitung lebih kecil dari F-tabel distribusi dengan derajat kebebasan = (V1;V2) dengan taraf nyata (α)

= 0,05.

4. Uji normalitas

Dalam menguji normalitas disusun langkah-langkah sebagi berikut:

a. Pengamatan Xi, X2, …, Xn dijadikan bilangan baku Zi, Z2, …, Zn

dengan menggunakan rumus :

b. Untuk tiap bilangan ini, menggunakan daftar distribusi normal baku, c. kemudian dihitung F (Zi) = P (Z<Zi).

d. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, …, Zn dengan menggunakan

rumus yang lebih kecil atau sama dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi).

e. Hitung selisih F(Zi) – S(Zi), kemudian tentukan harga mutlaknya. f. Ambil angka terbesar dari harga-harga mutlak tersebut selanjutnya

harga tersebut dinyatakan dengan harga Lo.

g. Untuk menerima hipotesis, maka kita bandingkan nilai Lo ini dengan nilai kritis L untuk uji liliefors, dengan taraf nyata a = 0,05 dengan kriteria adalah tolak hipotesisi Ho bahwa populasi berdistribusi normal, jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan lebih kecil dari nilai L dari daftar nilai kritis uji liliefors, maka dalam hal ini hipotesisi Ho diterima.

X1 – X

Z = S


(39)

5. Uji Rata-rata Satu Pihak, dengan pendekatan rumus:

∑ ∑

t = Nilai t hitung yang dicari D = Rata-rata nilai beda D2 = kuadrat nilai beda N = Jumlah sampel

6. Uji signifikansi perbedaan dua rata-rata satu pihak dengan rumus :

        + − − y x y x n n S Y X 1 1 2 , dimana 2 y x

S =

(

)

(

)

2 1 1 2 2 − + − + − y x y y x x n n n S n S Keterangan : = 2

S Simpangan baku gabungan

=

1

n Jumlah sampel kelompok 1

=

2

x

S Varians tes awal

=

2

y

S Varians tes akhir

=

X Skor rata-rata tes awal

=

Y Skor rata-rata tes akhir

Kriteria pengujian adalah diterima hipotesis Ha, jika t1αt di

mana t1αdidapat dari daftar distribusi dengan dk =

(

n1+n2 −2

)

dan peluang


(40)

127 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Adapun beberapa kesimpulan penelitian diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran tematik memiliki pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada domain kognitif pada aspek mengingat di SDN Mesjid Priyayi. Hal ini berdasarkan perbandingan aspek mengingat pos-test lebih besar dibandingkan dengan hasil pre-test.

2. Pembelajaran tematik memiliki pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada domain kognitif pada aspek memahami di SDN Mesjid Priyayi. Hal ini berdasarkan perbandingan aspek memahami, hasil pos-test lebih besar dibandingan dengan hasil pre-test.

3. Pembelajaran tematik memiliki pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada domain kognitif pada aspek menerapkan di SDN Mesjid Priyayi. Hal ini berdasarkan perbandingan aspek menerapkan, hasil pos-test lebih besar dibandingan dengan hasil pre-test.

B. Rekomendasi 1. Bagi guru

Guru sebagai praktisi yang akan menerapkan model pembelajaran tematik secara langsung dan sebagai pengembang pelaksanaan pembelajaran tematik di


(41)

lapangan dituntut untuk memiliki pemahaman yang utuh tentang pembelajaran tematik, baik dari sisi perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi. Pemahaman dan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik akan semakin terasah bila guru senantiasa untuk melakukan refleksi diri terhadap pelaksanaan pembelajaran tematik yang diterapkan di kelas.

2. Kepala Sekolah

Peranan kepala sekolah dalam menerapkan pembelajaran tematik dapat dilakukan dengan memberikan fasilitasi terhadap guru dalam mengembangkan kemampuan guru untuk menerapkan pembelajaran tematik. Fasilitasi yang dilakukan oleh kepala sekolah seperti menyediakan sarana prasarana yang dibutuhkan guru dalam proses pembelajaran, dapat pula berupa dukungan moral dalam bentuk motivasi maupun pemberian kesempatan kepada guru untuk mengikuti pelatihan atau pendidikan yang dapat meningkatkan kemampuan profesionalime guru.

3. Bagi Dinas Pendidikan Terkait

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa keberhasilan penerapan pembelajaran tematik di sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan guru. Oleh karena itu dinas pendidikan harus meningkatkan kemampuan guru, baik melalui jenjang pendidikan formal maupun informal (pelatihan) mengingat penerapan model pembelajaran tematik membutuhkan pengetahuan dan pelatihan yang cukup memadai bagi guru sehingga upaya untuk menerapkan pembelajaran tematik lebih mudah tercapai.


(42)

129

DAFTAR PUSTAKA

Akdon. (2005). Aplikasi Statistika dan Metodologi Penelitian Untuk Manajemen. Bandung. Dewa Ruci

Assubel, David. P., Joseph D. Novak and Helen Hanesian, 1978, Educational Psychology : A Cognitive View, New York : Holt, Renehart and Winston. Arikunto, Suharsimi, (1996). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta : Rineka Cipta.

Bennett, B., Bennett, DeVries & Keith Edwards (1970). Cooperative learning: Where heart meets mind. Washington City: Professioal Development Associates, Bothell.

Bloom, Benyamin S., 1976, Human Characteristic and School Learning, New York : MeGraw-Hill book Company

Dick carey (1985) Making the transition to E-learning: strategies and issues Penerbit Idea Group Inc

Djejen, Al-Rasyid, (2002). Landasan Teoritis Tentang Anak dan Belajar Menuju ke Arah Pembelajaran Terpadu. Bandung.

Fogarty, R (1991). Contruction Knowledge Together Classsroom as Center of Inquiry and Literacy. Portsmuth. NH. Heinemen

Gagne, Robert M. and Leslia J. Briggs, 1978, Principles of Instructional Design, 2nd,New York : Holt Rinehart and Winstons

Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S. E. (2002). Instructional media and technology for learning, 7th edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Joyce Bruce. Et al. (2000). Models of Teaching. 6th Ed. Allyn & Bacon: London Marsun dan Martaniah dalam Sia Tjundjing (2000). Metode Penelitian Tindakan

Kelas: Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Makmun, Abin Syamsuddin (2002), Psikologi Kependidikan. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.


(43)

Poerwadarminta, W. J. S. (1984). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Riduan. (2008). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung. Alfabeta

--- (2009). Metode dan teknik menyusun Propopsal Penelitian. Bandung. Alfabeta

Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran. Bandung. Mulia Mandiri Pers

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Media

Siskandar. (2003). Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta: Depdiknas Sukayati. (1998). Pembelajaran Terpadu (Ringkasan dan Refleksi). Malang.

Program Pascasarjana IKIP Malang.

Suyitno, A. 2004. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: UNNES.

Sudjana, (1989). Metode Statistika. Bandung: Tarsito

--- (1991). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Suharsimi Arikunto, (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Soetrisno Hadi, (1990), Dasar Metodologi Riset Field Study Masalah Konsistensi Experimental Design and Analisis, Surabaya: Universitas Airlangga. Sugiyono. (2003) Statiska Untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta

Surakhmad, Winarno. (1982). Pengantar Metode Ilmiah. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Depdiknas.


(1)

Kriteria pengujian adalah: terima hipotesis jika hitung lebih kecil dari F-tabel distribusi dengan derajat kebebasan = (V1;V2) dengan taraf nyata (α) = 0,05.

4. Uji normalitas

Dalam menguji normalitas disusun langkah-langkah sebagi berikut:

a. Pengamatan Xi, X2, …, Xn dijadikan bilangan baku Zi, Z2, …, Zn dengan menggunakan rumus :

b. Untuk tiap bilangan ini, menggunakan daftar distribusi normal baku, c. kemudian dihitung F (Zi) = P (Z<Zi).

d. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, …, Zn dengan menggunakan rumus yang lebih kecil atau sama dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi).

e. Hitung selisih F(Zi) – S(Zi), kemudian tentukan harga mutlaknya. f. Ambil angka terbesar dari harga-harga mutlak tersebut selanjutnya

harga tersebut dinyatakan dengan harga Lo.

g. Untuk menerima hipotesis, maka kita bandingkan nilai Lo ini dengan nilai kritis L untuk uji liliefors, dengan taraf nyata a = 0,05 dengan kriteria adalah tolak hipotesisi Ho bahwa populasi berdistribusi normal, jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan lebih kecil dari nilai L dari daftar nilai kritis uji liliefors, maka dalam hal ini hipotesisi Ho diterima.

X1 – X Z =


(2)

93

5. Uji Rata-rata Satu Pihak, dengan pendekatan rumus:

∑ ∑

t = Nilai t hitung yang dicari D = Rata-rata nilai beda D2 = kuadrat nilai beda N = Jumlah sampel

6. Uji signifikansi perbedaan dua rata-rata satu pihak dengan rumus :

        + − − y x y x n n S Y X 1 1 2 , dimana 2 y x

S =

(

)

(

)

2 1 1 2 2 − + − + − y x y y x x n n n S n S Keterangan : = 2

S Simpangan baku gabungan

= 1

n Jumlah sampel kelompok 1

= 2 x

S Varians tes awal

= 2 y

S Varians tes akhir

=

X Skor rata-rata tes awal

=

Y Skor rata-rata tes akhir

Kriteria pengujian adalah diterima hipotesis Ha, jika t1αt di mana t1αdidapat dari daftar distribusi dengan dk =

(

n1+n2 −2

)

dan peluang


(3)

127 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Adapun beberapa kesimpulan penelitian diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran tematik memiliki pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada domain kognitif pada aspek mengingat di SDN Mesjid Priyayi. Hal ini berdasarkan perbandingan aspek mengingat pos-test lebih besar dibandingkan dengan hasil pre-test.

2. Pembelajaran tematik memiliki pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada domain kognitif pada aspek memahami di SDN Mesjid Priyayi. Hal ini berdasarkan perbandingan aspek memahami, hasil pos-test lebih besar dibandingan dengan hasil pre-test.

3. Pembelajaran tematik memiliki pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada domain kognitif pada aspek menerapkan di SDN Mesjid Priyayi. Hal ini berdasarkan perbandingan aspek menerapkan, hasil pos-test lebih besar dibandingan dengan hasil pre-test.

B. Rekomendasi 1. Bagi guru

Guru sebagai praktisi yang akan menerapkan model pembelajaran tematik secara langsung dan sebagai pengembang pelaksanaan pembelajaran tematik di


(4)

128

lapangan dituntut untuk memiliki pemahaman yang utuh tentang pembelajaran tematik, baik dari sisi perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi. Pemahaman dan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik akan semakin terasah bila guru senantiasa untuk melakukan refleksi diri terhadap pelaksanaan pembelajaran tematik yang diterapkan di kelas.

2. Kepala Sekolah

Peranan kepala sekolah dalam menerapkan pembelajaran tematik dapat dilakukan dengan memberikan fasilitasi terhadap guru dalam mengembangkan kemampuan guru untuk menerapkan pembelajaran tematik. Fasilitasi yang dilakukan oleh kepala sekolah seperti menyediakan sarana prasarana yang dibutuhkan guru dalam proses pembelajaran, dapat pula berupa dukungan moral dalam bentuk motivasi maupun pemberian kesempatan kepada guru untuk mengikuti pelatihan atau pendidikan yang dapat meningkatkan kemampuan profesionalime guru.

3. Bagi Dinas Pendidikan Terkait

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa keberhasilan penerapan pembelajaran tematik di sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan guru. Oleh karena itu dinas pendidikan harus meningkatkan kemampuan guru, baik melalui jenjang pendidikan formal maupun informal (pelatihan) mengingat penerapan model pembelajaran tematik membutuhkan pengetahuan dan pelatihan yang cukup memadai bagi guru sehingga upaya untuk menerapkan pembelajaran tematik lebih mudah tercapai.


(5)

129

DAFTAR PUSTAKA

Akdon. (2005). Aplikasi Statistika dan Metodologi Penelitian Untuk Manajemen. Bandung. Dewa Ruci

Assubel, David. P., Joseph D. Novak and Helen Hanesian, 1978, Educational Psychology : A Cognitive View, New York : Holt, Renehart and Winston. Arikunto, Suharsimi, (1996). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta : Rineka Cipta.

Bennett, B., Bennett, DeVries & Keith Edwards (1970). Cooperative learning: Where heart meets mind. Washington City: Professioal Development Associates, Bothell.

Bloom, Benyamin S., 1976, Human Characteristic and School Learning, New York : MeGraw-Hill book Company

Dick carey (1985) Making the transition to E-learning: strategies and issues Penerbit Idea Group Inc

Djejen, Al-Rasyid, (2002). Landasan Teoritis Tentang Anak dan Belajar Menuju ke Arah Pembelajaran Terpadu. Bandung.

Fogarty, R (1991). Contruction Knowledge Together Classsroom as Center of Inquiry and Literacy. Portsmuth. NH. Heinemen

Gagne, Robert M. and Leslia J. Briggs, 1978, Principles of Instructional Design, 2nd,New York : Holt Rinehart and Winstons

Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S. E. (2002). Instructional media and technology for learning, 7th edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Joyce Bruce. Et al. (2000). Models of Teaching. 6th Ed. Allyn & Bacon: London Marsun dan Martaniah dalam Sia Tjundjing (2000). Metode Penelitian Tindakan

Kelas: Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Makmun, Abin Syamsuddin (2002), Psikologi Kependidikan. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.


(6)

130

Poerwadarminta, W. J. S. (1984). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Riduan. (2008). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung. Alfabeta

--- (2009). Metode dan teknik menyusun Propopsal Penelitian. Bandung. Alfabeta

Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran. Bandung. Mulia Mandiri Pers

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Media

Siskandar. (2003). Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta: Depdiknas Sukayati. (1998). Pembelajaran Terpadu (Ringkasan dan Refleksi). Malang.

Program Pascasarjana IKIP Malang.

Suyitno, A. 2004. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: UNNES.

Sudjana, (1989). Metode Statistika. Bandung: Tarsito

--- (1991). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Suharsimi Arikunto, (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Soetrisno Hadi, (1990), Dasar Metodologi Riset Field Study Masalah Konsistensi Experimental Design and Analisis, Surabaya: Universitas Airlangga. Sugiyono. (2003) Statiska Untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta

Surakhmad, Winarno. (1982). Pengantar Metode Ilmiah. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Depdiknas.