Diuretik ACE Inhibitor ACEI Angiotensin Reseptor Blocker ARB

10 Tabel 2. Petunjuk Pemilihan Obat Antihipertensi pada Compelling Indication Compelling indication Obat Rekomendasi Diuretik β-bloker ACEI ARB CCB Aldostero n Antagonis Gagal jantung √ √ √ √ √ Infark miokard √ √ Risiko Penyakit jantung koroner √ √ √ √ Diabetes mellitus √ √ √ √ √ Penyakit ginjal kronis √ √ Stroke √ √ Chobanian et al., 2004.

4. Pengobatan Farmakologi

Berikut 5 kelompok obat hipertensi yang lazim digunakan untuk pengobatan yaitu :

a. Diuretik

Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya terjadi penurunan curah jantung dan tekanan darah. Selain itu beberapa diuretik juga menurunkan resistensi perifer sehingga menambah efek hipotensinya. Efek ini diduga akibat penurunan natrium di ruang intertisial dan di dalam sel otot polos pembuluh darah yang selanjutnya menghambat influks kalsium Nafrialdi et al., 2007. Diuretik terutama golongan tiazid adalah obat lini pertama untuk kebanyakan pasien dengan hipertensi. Bila terapi kombinasi diperlukan untuk mengontrol tekanan darah, diuretik salah satu obat yang direkomendasikan Depkes RI, 2006. Berbagai penelitian besar membuktikan bahwa diuretik terbukti paling efektif dalam menurunkan risiko kardiovaskular Nafrialdi et al., 2007.

b. ACE Inhibitor ACEI

ACE inhibitor menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron Depkes RI, 2006. Selain itu, degradasi bradikinin juga 11 dihambat sehingga kadar bradikinin dalam darah meningkat dan berperan dalam efek vasodilatasi ACE-Inhibitor. Nafrialdi et al., 2007. ACE inhibitor dianggap sebagai terapi lini kedua setelah diuretik pada kebanyakan pasien dengan hipertensi. Studi ALLHAT menunjukkan kejadian gagal jantung dan stroke lebih sedikit dengan klortalidon dibanding dengan lisinopril. Data dari PROGRESS menunjukkan berkurangnya risiko stroke dengan kombinasi ACE inhibitor dan diuretik tiazid Depkes RI, 2006.

c. Angiotensin Reseptor Blocker ARB

Dengan mencegah efek angiotensin II, senyawa-senyawa ini merelaksasi ototpolos sehingga mendorong vasodilatasi, meningkatkan ekskresi garam dan air diginjal, menurunkan volume plasma, dan mengurangi hipertrofi sel. Antagonis reseptor angiotensin II secara teoritis juga mengatasi beberapa kelemahan ACE inhibitor Oates and Brown, 2001. Angiotensin Reseptor Blocker sangat efektif menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan kadar renin yang tinggi seperti hipertensi renovaskular dan hipertensi genetik, tapi kurang efektif pada hipertensi dengan aktivitas renin yang rendah. Pemberian Angiotensin Reseptor Blocker menurunkan tekanan darah tanpa mempengaruhi frekuensi denyut jantung. Pemberian jangka panjang tidak mempengaruhi lipid dan glukosa darah Nafrialdi et al., 2007.

d. Calcium Channel Blocker CCB