Patogenesis gangguan kognitif pada penderita HIV

b. Pengamatan dari orang lain yang menyatakan bahwa individu tersebut telah mengalami kemunduran ringan dari mental, dengan gabungan dari gejala tidak efisien dalam bekerja, pekerjaan rumah tangga atau fungsi sosial. 3. Gangguan kognitif didapatnya paling sedikit 1 bulan. 4. Gangguan kognitif tidak termasuk kriteria untuk delirium atau demensia HIV. 5. Tidak didapatkan bukti penyebab lain dari MND infeksi susunan saraf pusat, neoplasma, penyakit serebrovaskular, penyakit neurologi yang telah ada, gangguan psikiatri, atau ketergantungan berat substansi tertentu. Kriteria diagnosis ANI : 1. Gangguan fungsi kognitif yang didapat, dimana minimal terlibatnya 2 domain kognitif, yang didokumentasikan paling sedikit dalam 1,0 standar deviasi di bawah ini, dari usia, pendidikan, norma yang cocok berdasarkan tes neuropsikologi yang terstandarisasi. 2. Gangguan kognitif tidak menyebabkan gangguan fungsional sehari- hari. 3. Gangguan kognitif tidak memenuhi kriteria delirium atau demensia. 4. Tidak ada bukti yang menjadi penyebab lain dari ANI.

2.2.6 Patogenesis gangguan kognitif pada penderita HIV

Infeksi HIV dimulai dengan pengikatan gp120 pada selubung HIV dengan reseptor CD4 + pada permukaan sel limfosit yang diperkuat oleh koreseptor kemokin CCR5CXCR4. Inti virus memasuki sel setelah terjadi fusi membran virus dengan membran sel limfosit. Siklus reproduksi diawali dengan transkripsi virus RNA oleh enzim reverse transcriptase menjadi double-stranded DNA dsDNA sebagai provirus. Provirus memasuki nukleus dan berintergrasi dengan mediator enzim integrase. Provirus tidak aktif dalam beberapa bulantahun tanpa memproduksi virion disebut sebagai fase laten. Provirus teraktivasi oleh antigen, sitokin atau faktor lain yang memicu nuclear factor kB NF-kB aktif dan berikatan pada 5’long terminal repeats LTR. Transkripsi DNA menjadi RNA dan polipeptida yang dipecah oleh enzim protease membentuk virus baru yang siap menginfeksi sel target berikutnya. Virus HIV bersifat highly neurotropic sehingga tahap awal sudah menyerang susunan saraf tepi dan pusat Nasronudin, 2007; Valcour dkk, 2010. Target utama infeksi HIV pada susunan saraf pusat SSP adalah monosit- makrofag, mikroglia dan astrosit. Virus HIV menginfiltrasi SSP dengan melewati sawar darah otak bersama monosit melalui mekanisme Trojan Horse. Monosit yang terinfeksi berdiferensiasi di dalam SSP menjadi mikroglia perivascular microglia dan makrofag, serta bertindak sebagai antigen presenting cell bagi limfosit T sehingga limfosit T dapat mengenal dan mengekspresikan reseptor CD4 + pada permukaannya Ghafouri dkk, 2006; Sugianto, 2008 HIV melakukan penetrasi dengan cepat ke dalam SSP setelah infeksi perifer dan kemudian menetap secara primer dalam makrofag perivaskular dan mikroglia. Aktivasi makrofag dan mikroglia melepaskan protein virus HIV gp120, tat, vpr dan mediator kimia yang bersifat neurotoksik antara lain quinolinic acid dan excitotoxic amino acid EAAs seperti glutamat dan L-sistein, asam arakhidonat, platelet activating factor PAF, nitric oxide NO dan tumor necrosis factor alpha TNF- α. Mediator kimia tersebut menimbulkan gangguan sawar darah otak yang memudahkan masuknya virus HIV ke SSP. Stimulasi reseptor N-methyl-D- aspartate NMDA menyebabkan meningkatnya pelepasan Ca 2+ intraseluler dan glutamat. Konsentrasi glutamat otak dan neurotoksin lainnya meningkat dan menyebabkan kematian neuron Kaul dan Lipton, 2006; Ghafouri dkk, 2006. Kerusakan neuron terjadi akibat mekanisme langsung melalui interaksi protein virus seperti gp 120, tat dan vpr yang dihasilkan oleh sel-sel terinfeksi dan mekanisme tidak langsung akibat proses inflamasi dari aktivasi monosit, makrofag dan astrosit. Substansi-substansi ini menginduksi neuronal injury dan apoptosis yang menyebabkan terjadinya demensia sehingga dengan semakin meningkatnya survival pada infeksi HIVAIDS maka prevalensi demensia akan meningkat sebagai penyakit yang menegaskan AIDS Kaul dan Lipton, 2006.

2.2.7 Pemeriksaan penunjang gangguan kognitif pada penderita HIV