Karakteristik Responden HASIL PENELITIAN Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Jajanan Anak Terhadap Kejadian Karies Gigi di Tk Aisyiyah Kateguhan Sawit Boyolali.

31 BAB V PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian mengenai umur responden diketahui lebih banyak pada umur 22-30 tahun meskipun selisih usia ibu pada kelompok 31- 38 tahun hanya 1 responden. Banyaknya responden berumur 22-30 tahun berdasarkan hasil wawacara kepada ibu bahwa setelah lulus SMA responden memililih untuk menikah. Anak responden yang sekolah adalah anak pertama dan berumur 5 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan, diketahui sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu 66.1. Tingkat pendidikan yang berhasil diselesaikan responden lebih berkaitan dengan pilihan hidup pada responden, artinya setelah lulus SMA responden tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Faktor lain adalah kurangnya biaya dari orang tua responden untuk membiayai sampai perguruan tinggi. Undang-undang Nomor 33 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa tingkat pendidikan wajib belajar adalah 9 tahun yang meliputi pendidikan SD selama 6 tahun dan pendidikan SMP selama 3 tahun. SMA dan sederajat adalah pendidikan menengah, sedangkan pendidikan tinggi adalah DI, DII, DIII, Sarjana dan seterusnya adalah pendidikan lanjutan. Responden dengan pendidikan SMA sudah dianggap dapat menerima dari berbagai informasi pengetahuan tentang tentang kesehatan termasuk mengenai kesehatan gigi 31 32 pada anak. Namun pada kenyataanya pendidikan responden ini ternyata tidak berbanding lurus pengetahuan mengenai kesehatan gigi yaitu kejadian karies pada anak sebagai akibat tingginya frekuensi jajan makanan manis. Oleh karena itu pendidikan responden yang dikaitkan dengan tingkat pengetahuan kurang sesuai dengan pendapat Notoadmojo 2007 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah proses belajar, semakin tinggi pendidikan responden, diharapkan wawasan yang dimilikinya akan semakin luas sehingga pengetahuanpun juga akan meningkat, sebaliknya rendahnya pendidikan responden, akan mempersempit wawasan sehingga akan menurunkan pengetahuan, termasuk pengetahuan responden mengenai kejadian karies gigi pada anak. Berkaitan dengan jajan anak dan kejadian gigi karies anak adalah cara berpikir responden dalam hal kesehatan, termasuk bagaimana responden selektif membeli jajanan anak yang mengandung gula yang dapat menjadikan gigi karies. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Wawan 2010 tingkat pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang tentang kesehatan. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seeorang semakin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pendidikan responden yang 33 banyak pada tingkat SMA diharapkan dapat lebih bijaksana dalam membelikan jajanan anak agar anak tidak terkena gigi karies. Hasil penelitian mengenai status pekerjaan diketahui sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga sebesar 72,9. Responden dengan berlatar belakang pendidikan SMA dan telah menikah, menjadikan semakin kecilnya peluang untuk dapat bekerja secara formal seperti di kantor ataupun sebagai pegawai swasta. Oleh karenanya pilihan sebagai ibu rumah tangga menjadikan pilihan terakhir bagi responden. Sebagai ibu rumah tangga berkaitan dengan kemampuan secara ekonomi, artinya pendapatan keluarga praktis hanya bersumber dari kepala rumah tangga yaitu ayah atau suami. Sulistyoningsih 2011 menyatakan faktor sosial ekonomi yang cukup dominan dalam mempengaruhi konsumsi pangan adalah pendapatan keluarga dan harga. Meningkatnya pendapatan akan meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan menurunnya daya beli pangan baik secara kualitas maupun kuantitas, termasuk dalam memilih jasa kesehatan yang ada. Responden sebagai ibu rumah tangga akan menghadapi kendala dalam masalah pemeriksaan kesehatan gigi anak.

B. Makanan Jajanan Anak

Dokumen yang terkait

Hubungan Tingkat Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Karies Gigi pada Anak Sekolah Dasar Swasta Muhammadiyah 08 Medan Tahun 2011

15 85 93

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DAN STATUS GIZI Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi dan Status Gizi Anak Tk Pembina Mojosongo Surakarta.

0 4 15

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DAN STATUS GIZI ANAK TK Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi dan Status Gizi Anak Tk Pembina Mojosongo Surakarta.

0 3 17

HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN JAJANAN ANAK TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DI TK Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Jajanan Anak Terhadap Kejadian Karies Gigi di Tk Aisyiyah Kateguhan Sawit Boyolali.

0 0 15

PENDAHULUAN Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Jajanan Anak Terhadap Kejadian Karies Gigi di Tk Aisyiyah Kateguhan Sawit Boyolali.

0 0 5

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Jajanan Anak Terhadap Kejadian Karies Gigi di Tk Aisyiyah Kateguhan Sawit Boyolali.

0 0 4

HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN JAJANAN ANAK TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DI TK Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Jajanan Anak Terhadap Kejadian Karies Gigi di Tk Aisyiyah Kateguhan Sawit Boyolali.

0 1 12

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KARIES GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Karies Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak TK Aisyiyah Kateguhanan Sawit Boyolali.

0 2 16

PENDAHULUAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Karies Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak TK Aisyiyah Kateguhanan Sawit Boyolali.

0 2 6

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KARIES GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Karies Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak TK Aisyiyah Kateguhanan Sawit Boyolali.

0 2 15