Pengaruh pembelajaran kooperatif struktur bertelepon (telephone) terhadap pemahaman konsep matematika siswa di SMP Negeri 1 Cibaliung

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF STRUKTUR
BERTELEPON (TELEPHONE) TERHADAP PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIKA SISWA
Di SMP Negeri 1 Cibaliung

Oleh
Resty Yuliana
NIM 107017000733

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014/2015

ABSTRAK

Resty Yuliana, 107017000733. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Struktur
Bertelepon (Telephone) Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa
(Kuasi Eksperimen di SMP Negeri 1 Cibaliung). Skripsi, Jurusan Pendidikan
Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif
struktur bertelepon (telephone) terhadap pemahaman konsep matematika siswa.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Cibaliung pada materi sistem
persamaan linear dua variabel. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi
eksperimen dengan desain penelitian randomized posttest-only control group
design. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling.
Sampel penelitian kelas eksperimen berjumlah 32 siswa yang diberikan treatment
berupa pembelajaran kooperatif struktur bertelepon (telephone). Sampel kelas
kontrol berjumlah 29 siswa yang diberikan treatment pembelajaran konvensional
dengan metode ceramah. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes
pemahaman konsep (khusus extrapolation) diberikan diakhir (posttest) dalam
bentuk uraian berstruktur (essay) yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
Analisis data kedua kelompok menggunakan uji-t, diperoleh hasil thitung = 1,923,
dan ttabel = 1,674 pada taraf signifikan 5%, maka thitung > ttabel. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif struktur
bertelepon (telephone) terhadap pemahaman konsep matematika siswa.
Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif Struktur Bertelepon (Telephone), Tes
Pemahaman Konsep (Khusus Extrapolation), Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel.


iv

ABSTRACT

Resty Yuliana, 107017000733. Influence Cooperative Learning of Structure
Telephone toward Student Concept Comprehension (A Quasi Experiment At
SMP Negeri 1 Cibaliung). Skripsi of Mathematic Education at Faculty of
Tarbiyah and Teachers Training of State Islamic University Syarif Hidayatullah
Jakarta.
This Research as a purpose for knowing, influence cooperative learning of
structure telephone toward student concept comprehension. The research by doing
in SMP Negeri 1 Cibaliung, and the topic lesson is system of linear similarity two
variables. The research method used of quasi experiment with research design of
randomized posttest-only control group design. Sample extraction by doing with
cluster random sampling technique. Sample research of class experiment amount
to 32 student who act to treatment cooperative learning of structure telephone.
Sample of class control amount to 29 student who act to treatment conventional
learning with lecture method. Instrument research used of test concept
comprehension (special extrapolation) an act to posttest within essay type, it has

validity and homogeny test. Analysis data from two group used analysis t, get
score tarithmetic = 1,923, and ttable = 1,674 with degree 5%, and then tarithmetic > ttable.
This matter, indicate influence cooperative learning of structure telephone toward
student concept comprehension in there.
Keyword: Cooperative Learning of Structure Telephone, Concept Comprehension
Test (Special Extrapolation), System of Linear Similarity Two Variable.

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah berkat rahmat dan karunia Allah SWT, penulis diberikan
kesempatan

untuk

merampungkan

skripsi


yang

berjudul

“Pengaruh

Pembelajaran Kooperatif Struktur Bertelepon (Telephone) Terhadap
Pemahaman Konsep Matematika Siswa” untuk memperoleh gelar Sarjana S1
(S.Pd) dalam bidang Pendidikan Matematika.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, sahabat, dan umatnya yang selalu setia pada syafaatnya sampai
akhir zaman. Dalam penyelesaian skripsi ini penulis mendapatkan bantuan,
motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Maka sepantasnya penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Ibu Nurlena Rifa’i, MA., Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK).

2.


Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd, Wakil dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.

3.

Bapak Kadir, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika.

4.

Bapak Abdul Muin, M.Pd, Sekertaris Jurusan Pendidikan Matematika.

5.

Bapak Otong Suhyanto, M.Si, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
waktu, bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran dalam membimbing
penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6.


Ibu Gusni Satriawati, M.Pd, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
waktu, bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran dalam membimbing
penulis dalam penyusunan skripsi ini.

7.

Bapak

Firdausi,

S.Si,

M.Pd,

Pembimbing

Akademik

yang


telah

membimbing dan arahan terhadap penulis selama proses studi.
8.

Bapak Ahmad Yani, S.S, beserta segenap jajaran guru dan staf SMP Negeri
1 Cibaliung yang sudah memberikan kesempatan dan rekomendasi dalam
proses penelitian.

9.

Ibu Megawati Aprian, S.Pd., guru mata pelajaran Matematika SMP Negeri 1
Cibaliung yang telah memberikan kesempatan dan arahan dalam proses
vi

penelitian.
10.

Para dosen yang telah memberikan ilmu yang berharga dan bermanfaat.


11.

Teristimewa untuk Orang tua penulis, Ayahanda Rohani dan Ibunda
Sarnaiah, S.Pd yang telah mendidik dan mengasuh dengan segala jerih
payah dan kasih sayangnya yang selalu memberikan dukungan baik secara
materi dan moral. Sehingga penulis dapat menempuh jenjang pendidikan
dasar sampai pendidikan tinggi dengan baik.

12.

Fuzi Faturohman dengan segala “keistimewaannya” yang selalu menjadi
inspirasi dalam setiap kesempatan dan adik kecilku, Lia Tri Rahmawati
dengan sifat kekanakannya yang selalu memberikan keceriaan disela-sela
kejenuhan dalam merampungkan skripsi.

13.

Rendi Yudha Priangga, terima kasih untuk kata-kata motivasinya yang
simpel tapi mengena, “mata boleh segaris tapi otak gak boleh tipis”. Katakata tersebut penulis rekam baik-baik dalam pikiran untuk terus belajar
dalam segala hal.


14.

Sahabat-sahabatku (Nenk, Rika, Nani, Pendi, Santi, dan Nita) yang sudah
mau berbagi tempat dan kenangan bersama penulis, mensuport dalam setiap
kesempatan. Semoga persahabatan ini dirahmati Allah SWT, Amin.

15.

Teman-teman yang sedang menyusun skripsi (Eni, Hargo, Ghuri, Lala)
terima kasih untuk support kalian meski kita beda fakultas, kalian selalu
memberikan semangat dan tempat untuk berbagi cerita.

16.

Sahabat Jurusan Pendidikan Matematika angkatan 2007 yang telah
memberikan panutan dalam bersikap dan berorganisasi.

17.


Keluarga Besar UKM Teater Syahid UIN Jakarta yang telah memberikan
wadah untuk berkreasi dalam seni dan berorganisasi yang mengajarkan
penulis untuk mencintai setiap irama kehidupan.

18.

Lab Teater Ciputat, yang mengajarkan penulis untuk selalu bekerja keras
dalam panggung kehidupan dan mengenalkan penulis dalam program teater
yang lebih menyentuh masyarakat.

19.

Federasi Teater Indonesia, yang memberikan kesempatan untuk bertukar
pikiran dalam dunia teater.

vii

20.

Keluarga Besar Arkadia yang telah memberikan tempat berbagi cerita dan

arti kebersamaan dalam kekeluargaan.

21.

Keluarga Besar Pojok Seni Tarbiyah, terutama Lingkar Sastra Tarbiyah
yang telah menuntunku untuk belajar lebih mengenai drama teater.

22.

Lagu-lagu jepang yang selalu menemani penulis dalam menyelesaikan
skripsi, hero lives in you, song for oguri shun, good bye-yui, terima kasih
sudah membuat lagu yang memberikan semangat semoga ada kesempatan
menyaksikan pertunjukkannya dalam panggung teater.
Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pembuatan skripsi ini,

yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan dan
doanya. Hanya kepada Allah SWT jualah semuanya dikembalikan. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat untuk penulis dan untuk pembaca umumnya.

Jakarta, April 2014

Resty Yuliana

viii

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH .........................................................

i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ........................................

ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .....................................

iii

ABSTRAK ................................................................................................................

iv

ABSTRACT ..............................................................................................................

v

KATA PENGANTAR ..............................................................................................

vi

DAFTAR ISI .............................................................................................................

ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................

xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................

xiv

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................

1

B. Identifikasi Masalah ...........................................................................

10

C. Pembatasan Masalah ..........................................................................

10

D. Perumusan Masalah ............................................................................

11

E. Tujuan Penelitian ................................................................................

11

F. Manfaat Penelitian .............................................................................

12

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Pemahaman Konsep Matematika
a. Pengertian Pemahaman dalam Matematika ...........................

13

b. Pengertian Konsep Matematika .............................................

16

c. Hakikat Matematika ...............................................................

18

2. Pembelajaran Kooperatif Struktur Bertelepon (Telephone)
a. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
1). Pengertian Belajar dan Pembelajaran ...............................
ix

21

2). Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ...........

25

b. Struktur Bertelepon (Telephone) ..............................................

31

c. Keunggulan Struktur Bertelepon (Telephone) .........................

35

d. Prosedur Struktur Bertelepon(Telephone)................................

36

Strategi Pembelajaran Konvensional (Metode Ceramah) ..........

37

B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................

39

C. Kerangka Berpikir ..............................................................................

41

D. Hipotesis Penelitian ............................................................................

43

3.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................

44

B. Metode dan Desain Penelitian ............................................................

44

C. Populasi dan Sampel Penelitian..........................................................

46

D. Teknik dan Instrumen Penelitian
1. Teknik Pengumpul Data
a. Wawancara ...............................................................................

47

b. Angket ......................................................................................

48

c. Tes ............................................................................................

49

2. Instrumen Pengumpul Data
a. Uji Validitas .............................................................................

51

b. Uji Reliabilitas .........................................................................

53

c. Uji Tingkat Kesukaran .............................................................

53

d. Uji Daya Pembeda....................................................................

55

E. Teknik Analisis Data
1. Pengujian Prasyarat Penelitian
a. Uji Normalitas .......................................................................

57

b. Uji Homogenitas ....................................................................

58

2. Pengujian Hipotesis Statistik
a. Uji t jika Kedua Populasi Homogen ......................................

59

b. Uji t jika Kedua Populasi Heterogen .....................................

60

x

c. Uji Mann-Whitney jika Populasi Berdistribusi Tidak

F.

Normal ..................................................................................

61

Hipotesis Statistik……………………………………………... ........

61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ....................................................................................

63

1. Pemahaman Konsep (khusus Extrapolation) Kelas Eksperimen..

64

2. Pemahaman Konsep (khusus Extrapolation) Kelas Kontrol .........

68

3. Perbedaan Pemahaman Konsep (Khusus Extrapolation) Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ...............................................…...

72

B. Pengujian Hipotesis
1.

Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
1) Uji Normalitas Kelas Eksperimen ......................................

76

2) Uji Normalitas Kelas Kontrol.............................................

76

Uji Homogenitas ....................................................................

77

Pengujian Hipotesis Penelitian ....................................................

77

C. Pembahasan Hasil Penelitian ..............................................................

79

D. Keterbatasan Penelitian ......................................................................

83

b.
2.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .........................................................................................

85

B. Saran ...................................................................................................

86

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

87

UJI REFERENSI .....................................................................................................

90

LAMPIRAN ..............................................................................................................

97

xi

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Nilai-nilai Karakter yang Terdapat dalam Pembelajaran Kooperatif

28

Tabel 2.2 Enam Kategori Struktur Menurut Spencer Kagan ...........................

32

Tabel 3.1 Rancangan Desain Penelitian ...........................................................

45

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Konsep (Khusus Extrapolation) ..

50

Tabel 3.3 Uji Validitas Instrument………………………………………………

52

Tabel 3.4 Uji Tingkat Kesukaran Instrument ...................................................

54

Tabel 3.5 Uji Daya Pembeda Instrument .........................................................

56

Tabel 3.6 Rangkuman Hasil Pengujian Instrument ..........................................

56

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pemahaman Konsep (Khusus Extrapolation)
Kelas Eksperimen .............................................................................

65

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pemahaman Kosep (Khusus Extrapolation) Kelas
Kontrol .............................................................................................

69

Tabel 4.3 Perbandingan Statistika Pemahaman Konsep (Khusus Extrapolation)
Kelas Eksperimen dan Kelas kontrol ...............................................

73

Tabel 4.4 Pencapaian Pemahaman Konsep Matematika (Khusus Extrapolation)
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol…………………………. .....

74

Tabel 4.5 Rangkuman Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan kelas Kontrol ..

77

Tabel 4.6 Hasil Uji Parametrik Hipotesis Penelitian dengan Uji-t ..................

79

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Angket Sesudah Treatment Pada Kelas Eksperimen 81

xii

DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 2.1

Kerucut Pengalaman Edgar Dale...................................................

Gambar 4.1

Grafik Histogram dan Poligon Skor Hasil Posttest (Khusus

35

Extrapolation) Matematika Kelas Eksperimen .............................

66

Gambar 4.2

Lembar Jawaban Posttest Siswa Kelas Eksperimen .....................

67

Gambar 4.3

Grafik Histogram dan Poligon Skor Hasil Posttest (Khusus
Extrapolation) Matematika Kelas Kontrol ....................................

70

Gambar 4.4

Lembar Jawaban Posttest Siswa Kelas Kontrol ............................

71

Gambar 4.5

Polygon Frekuensi Pemahaman Konsep Matematika (Khusus
Extrapolation) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...................

xiii

75

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Lampiran 1

Profil Sekolah Menengah Pertama 1 Cibaliung ............................

97

Lampiran 2

Jadwal Mengajar Matematika Kelas VIII SMP Negeri 1 Cibaliung 101

Lampiran 4

RPP Kelompok Eksperimen ..........................................................

103

Lampiran 4

RPP Kelompok Kontrol.................................................................

122

Lampiran 5

Bahan Ajar .....................................................................................

133

Lampiran 6

Question Kelas Eksperimen ..........................................................

153

Lampiran 7

Pedoman Wawancara ....................................................................

161

Lampiran 8

Hasil Wawancara dengan Guru Kelas VIII ...................................

162

Lampiran 9

Kisi-kisi Angket.............................................................................

165

Lampiran 10 Angket Sesudah Treatment............................................................

166

Lampiran 11 Daftar Respon Siswa Kelas Eksperimen Terhadap Angket Sesudah
Treatment .......................................................................................

167

Lampiran 12 Penyajian Data Respon Siswa (Kelas Eksperimen) Terhadap
Angket Sesudah Treatment dalam Bentuk Diagram Lingkaran

168

Lampiran 13 Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Konsep Matematika Khusus
Extrapolation .................................................................................

170

Lampiran 14 Kriteria Penskoran Instrumen Pemahaman Konsep .....................

173

Lampiran 15 Soal Uji Coba Instrumen ...............................................................

180

Lampiran 16 Kunci Jawaban Instrumen Tes Pemahaman Konsep Matematika
Khusus Extrapolation ....................................................................

182

Lampiran 17 Kisi-kisi Posttest Pemahaman Konsep Matematika Khusus
Extrapolation .................................................................................

194

Lampiran 18 Soal Posttest ..................................................................................

197

Lampiran 19 Langkah-langkah Perhitungan Validitas Tes Uraian Berstruktur
(ESSay) ..........................................................................................
Lampiran 20 Uji

Validitas

Instrumen

Pemahaman

Konsep

199

(Khusus

Extrapolation)................................................................................

201

Lampiran 21 Langkah-langkah Perhitungan Reliabilitas Tes Uraian Berstruktur
(ESSay) ..........................................................................................

xiv

202

Lampiran 22 Uji Relibialitas Instrumen Tes Pemahaman Konsep .....................

203

Lampiran 23 Langkah-langkah Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes Uraian
Berstruktur (Essay) ........................................................................

204

Lampiran 24 Uji Tingkat Kesukaran Tes Uraian Berstruktur (Essay) ................

205

Lampiran 25 Langkah-langkah

Perhitungan

Daya

Pembeda

Tes

Uraian

Berstruktur (Essay) ........................................................................

206

Lampiran 26 Uji Daya Pembeda Soal .................................................................

207

Lampiran 27 Hasil Posttest Pemahaman Konsep (Khusus Extrapolation) Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ......................................................

208

Lampiran 28 Distribusi Frekuensi Pemahaman Konsep (Khusus Extrapolation)
Kelas Eksperimen……………… ..................................................
Lampiran 29 Tabel

Distribusi

Frekuensi

Pemahaman

Konsep

209

(Khusus

Extrapolation) Kelas Eksperimen .................................................

210

Lampiran 30 Tabel Uji Normalitas Kelompok Eksperimen ...............................

215

Lampiran 31 Distribusi Frekuensi Pemahaman Konsep (Khusus Extrapolation)
Kelas Kontrol.................................................................................

216

Lampiran 32 Tabel Distribusi Pemahaman Konsep (Khusus Extrapolation) Kelas
Kontrol ...........................................................................................

217

Lampiran 33 Tabel Uji Normalitas Kelompok Kontrol ......................................

222

Lampiran 34 Uji Homogenitas ............................................................................

223

Lampiran 35 Hipotesis Statistik Uji Parametrik dengan Uji-t ………………....

225

Lampiran 36 Tabel Hasil Pengujian Hipotesis Uji-t ...........................................

227

Lampiran 37 Surat-surat......................................................................................

228

Lampiran 38 Daftar Tabel ...................................................................................

234

xv

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki kemampuan

intelegensi dan daya nalar yang tinggi yang menjadikan manusia mampu berpikir,
berbuat, dan bertindak ke arah perkembangannya sesuai dengan potensi dan
kemampuan yang dimilikinya. Agar proses menuju perkembangan lebih optimal
maka dapat dicapai melalui pendidikan.
Menurut Dictionary of Education, pendidikan adalah:
1. Proses seseorang untuk mengembangkan kamampuan, sikap, dan tingkah
laku lainnya dalam masyarakat tempat mereka hidup.
2. Proses sosial yang terjadi pada orang dan dihadapkan pada pengaruh
lingkungan yang terpilih dan terkontrol, sehingga mereka dapat
memperoleh perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu
secara optimal. Dengan kata lain, garapan pendidikan akan sangat
dipengaruhi oleh lingkungan atas individu untuk menghasilkan
perubahan tingkah laku yang sifatnya permanen (tetap).1
Negara Indonesia memiliki pedoman tersendiri mengenai pendidikan, dalam
UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Bab I menyatakan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.2 Dalam undang-undang tersebut juga disebutkan
tentang fungsi dari pendidikan nasional yaitu untuk mengembangkan kemampuan

1

Dinn Wahyudin, dkk., Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2006), Cet. 16,
h. 3.29.
2
Sofan Amri, dan Iif Khoiru Ahmadi, Kontruksi Pengembangan Pembelajaran: Pengaruhnya
Terhadap Mekanisme dan Praktik Kurikulum, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010), h. 1.

1

2

dan memperbaiki watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.3
Di masyarakat abad 21, banyak orang menyadari bahwa mengetahui
pengetahuan (knowing of knowledge) tidak cukup untuk menghadapi kehidupan
yang semakin cair, kompleks, dan berubah cepat. Pada tahun 1996, UNESCO
merumuskan empat pilar pendidikan yang diharapkan dapat menjawab
perkembangan yang terjadi di masyarakat, sehingga setiap lulusan dari berbagai
jenjang pendidikan menjadi pembelajar sepanjang hayat (live long education).
Empat pilar pendidikan yang dirumuskan oleh UNESCO sebagai berikut:
a. Learning to think/learning to know, yaitu bagaimana peserta didik mampu
menggali informasi yang ada disekitarnya.
b. Learning to do, yaitu bagaimana peserta didik mampu melakukan sesuatu yang
berkaitan dengan ide sehingga mampu berbuat lebih banyak.
c. Learning to be, yaitu bagaimana peserta didik mampu mengenali dirinya
sendiri, serta beradaptasi dengan lingkungannya.
d. Learning to live together, yaitu bagaimana peserta didik dapat belajar untuk
hidup bersama dengan orang lain yang berbeda suku/etnis, agama, ras, dan adat
istiadat sehingga peserta didik mampu berkompetensi secara sehat dan bekerja
sama serta mampu menghargai orang lain.4
Pemerintah

Indonesia melalui Depdiknas mengeluarkan kebijakan-

kebijakan yang harus dijalankan oleh setiap jenjang pendidikan di Indonesia yaitu:
(1) Schooling menjadi learning, (2) instructive menjadi Facilitative, (3)
government role menjadi community role, dan (4) centralistic menjadi
decentralistic.5 Oleh karena itu, pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab
lembaga formal seperti sekolah, tetapi sudah menjadi tanggung jawab semua
pihak, sehingga pendidikan perlu mendapatkan perhatian, penanganan, dan

3

Ibid., h.33
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media, 2011), Cet. 8, h. 110-111.
5
Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2012), Cet. 5, h. 322.
4

3

prioritas secara intensif baik dari pemerintah, masyarakat maupun pihak-pihak
pengelola pendidikan.
Kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu
pendidikan

Indonesia

harus didukung dengan perubahan

pembaharuan

pendekatan atau peningkatan relevansi metode mengajar yang dilakukan oleh
pendidik. Metode mengajar dikatakan relevan jika dalam prosesnya mampu
mengantarkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan melalui proses
pembelajaran. Ronald Brandt pada tahun 1993 menyatakan bahwa hampir semua
usaha reformasi dalam pendidikan, seperti pembaharuan kurikulum dan
penerapan metode pembelajaran baru pada akhirnya bergantung kepada
pendidik.6 Jika pendidik tidak mampu menguasai bahan ajar dan strategi
pembelajaran, maka segala upaya peningkatan mutu pendidikan tidak akan
mencapai hasil yang optimal. Oleh karena itu, seorang pendidik diharapkan tidak
hanya mampu menguasai bidang ilmu yang diajarkan, tetapi juga menguasai
strategi belajar-mengajar.
Dalam dunia pendidikan banyak menghasilkan berbagai macam inovasi,
strategi dan model pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang tepat
dapat mendorong tumbuhnya rasa senang peserta didik terhadap pelajaran,
sehingga memungkinkan peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang lebih
baik atau optimal. Seorang pendidik harus mampu memilih model pembelajaran
yang tepat dan sesuai dengan memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan
ajar, fasilitas media yang tersedia, dan kondisi pendidik itu sendiri.
Matematika sebagai bagian dari kelompok ilmu-ilmu eksakta memiliki sifat
universal yang menjadi benang merah dari perkembangan berbagai ilmu-ilmu
terapan. Matematika mengajarkan peserta didik untuk lebih bersikap kritis, cerdas,
bijaksana, logis dan sistematis dalam menghadapi permasalahan yang ada dalam
kehidupannya. Mempelajari matematika membutuhkan sebuah pemahaman,
artinya setiap peserta didik harus mampu menguasai konsep-konsep matematika
6

Das Salirawati, Pentingnya Penerapan Joyful Learning Dalam Penciptaan Suasana Belajar
yang Menyenangkan, (http: seminar.uny.ac.id/semnasmipa/paper/Pend.Kimia-Dr.Das-SalirawatiM.Si-Makalah-Fun-Learning-akhir.doc), h. 2, diakses pada tanggal 27 Agustus 2013, pada pukul
1:01:07 Am.

4

dan

keterkaitannya

dalam

menerapkan

konsep-konsep

tersebut

untuk

memecahkan suatu masalah.
Berdasarkan lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) Nomor 20 tahun 2006 tentang Standar Isi, pembelajaran
matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.7
Keberhasilan pembelajaran matematika dapat diukur dari keberhasilan
peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Keberhasilan tersebut dapat
dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi, dan prestasi belajar dari setiap
peserta didik. Semakin tinggi tingkat pemahaman, penguasaan materi dan prestasi
belajar dari setiap peserta didik, maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan
pembelajaran yang dilakukan.
Prestasi belajar matematika peserta didik Indonesia dari tahun ke tahun
mengalami penurunan, atau masih berada pada level rendah dimana lebih
dominan dalam kemampuan menghafal. Hal ini terlihat dari hasil PISA
(Programme for International Student Assessment) yaitu program penilaian skala
internasional yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik berusia
15 tahun dapat menerapkan pengetahuan yang sudah mereka pelajari di sekolah.
Hasil PISA 2009 mengungkapkan bahwa kemampuan peserta didik Indonesia
mengalami penurunan dibandingkan dengan hasil PISA tahun lalu, hal ini terlihat

7

Ariyadi Wijaya, Pendidikan Matematika Realistik: Suatu Alternatif
Pembelajaran Matematika, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), Cet. I, h. 16.

Pendekatan

5

dari

skor matematika peserta didik Indonesia yang turun menjadi 371 dan

menempatkan Indonesia diposisi 61 dari 65 negara. Selain itu, hampir setengah
dari peserta didik Indonesia (yaitu 43,5%) tidak mampu menyelesaikan soal PISA
paling sederhana, sepertiga siswa Indonesia (yaitu 33,1%) hanya bisa
mengerjakan soal jika pertanyaan dari soal kontekstual diberikan secara eksplisit
serta semua data yang dibutuhkan untuk mengerjakan soal diberikan secara tepat.8
Ketidakmampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal PISA berkaitan erat dengan
pemahaman siswa terhadap suatu konsep dalam matematika, karena konsep
menunjuk

pada

pemahaman

dasar

seseorang.

Seorang

siswa

dapat

mengembangkan suatu konsep, jika mereka mampu mengklasifikasikan atau
mengelompokkan benda-benda atau mampu mengasosiasikan suatu nama dengan
kelompok benda tertentu.
Hasil PISA 2009 bukan satu-satunya indikator bahwa prestasi belajar
matematika peserta didik Indonesia masih rendah.

Hasil TIMSS (Trends In

Mathematics and Science Study) pada tahun 2011, yang dilakukan oleh
Association for the Evaluation of Educational Achievement Study Center Boston
College yang diikuti oleh 600.000 peserta didik kelas VIII dari 63 negara. Dari
hasil TIMSS 2011 menyebutkan bahwa kemampuan matematika Indonesia berada
pada urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites, skor
Indonesia tersebut mengalami penurunan sebesar 11 poin apabila dibandingkan
dengan hasil TIMSS 2007.9 Kemampuan matematika peserta didik Indonesia jauh
masih rendah dibandingkan dengan Negara tetangga seperti Thailand, Malaysia
atau Singapura. Rata-rata persentase domain kognitif peserta didik Indonesia yang
paling rendah dicapai pada domain kognitif pada level penalaran (Reasoning)
yaitu 17%, applying 23%, knowing 37%. Sedangkan pada domain konten, ratarata persentase yang paling rendah yang dicapai oleh peserta didik Indonesia

8

Ibid., h. 1-3.
Agus
Mulyadi,
Prestasi
Sains
dan
Matematika
Indonesia
Menurun,
(http://www.edukasi.kompas.com), diakses pada tanggal 11 November 2013 pada pukul 9:19 Am.
9

6

dalam konten aljabar dengan persentase 22%, untuk konten bilangan 24%,
geometri dan pengukuran 24%.10
Menurut Wono Setyabudhi, dosen matematika dari ITB menyatakan bahwa
pembelajaran matematika di Indonesia masih menekankan pada menghafal
rumus-rumus dan menghitung, belum mengembangkan logika, reasoning, dan
beragrumentasi. Wono juga menambahkan bahwa kelemahan utama buruknya
pembelajaran matematika akibat kualitas guru matematika yang rendah.11
Penulis melakukan wawancara dengan salah satu guru matematika kelas
delapan, di SMP Negeri 1 Cibaliung. Wawancara tersebut dilakukan untuk
mengetahui gambaran secara umum mengenai kemampuan matematika kelas VIII
di SMP N 1 Cibaliung. Dalam wawancara tersebut responden menyatakan bahwa
peserta didik yang dapat mencapai KKM hanya 45% dalam setiap ulangan
matematika, hal ini menurutnya disebabkan beberapa faktor yaitu kemampuan
siswa dalam memahami suatu konsep matematika masih rendah, siswa masih
terpaku pada contoh soal yang diberikan sehingga jika diberikan pertanyaan yang
sedikit berbeda dari contoh soal siswa mengalami kesulitan, kurangnya sarana dan
prasarana yang baik dari sekolah juga dukungan dari orang tua terhadap anaknya
sendiri. Adapun, pemahaman konsep matematika siswa yang masih rendah
menurut beliau terdapat dalam pemahaman extrapolation, artinya peserta didik
akan kesulitan menerapkan konsep yang tepat dalam mengerjakan soal yang
diberikan apabila soal tersebut sedikit berbeda dengan contoh soal yang diberikan
(lampiran 8).
Selain itu, penulis juga mendapatkan data empirik berupa nilai matematika
kelas VIIIA dan VIIIB semester satu, di SMP Negeri 1 Cibaliung pada tahun
ajaran 2012/2013. Dari data semester satu dengan nilai KKM 60, yang mendapat
nilai diatas 70 dari kedua sampel tersebut sebanyak 14,3%, yang mendapat nilai
65-69 sebanyak 39,7%, dan yang mendapat nilai 60-64 sebanyak 46%. Nilai rata-

10

R. Rosnawati, Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMP Indonesia Pada TIMSS
2011, 2013, (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/R.Rosnawati,Dra.M.Si./MakalahSemnas-Rosnawati-FMIPA-UNY.pdf), h. M-1–M-2, diakses pada tanggal 21 Agustus 2013, pada
pukul 9:22:52 Am.
11
Agus Mulyadi, loc.cit.

7

rata untuk kelas VIIIA 65,94 dengan modus 61, dan nilai rata-rata kelas VIIIB
65,34 dengan modus 65. Nilai semester merupakan gabungan dari nilai-nilai yang
diperoleh peserta didik dalam proses pembelajaran. Setelah diselidiki untuk kelas
VIIIA, nilai rata-rata ulangan harian paling rendah terdapat pada ulangan harian
yang keempat yaitu ulangan untuk materi sistem persamaan linear dua variabel,
nilai rata-rata yang diperoleh adalah 63, dengan persentase siswa yang mendapat
nilai 50-58 sebanyak 32,35%, nilai antara 60-68 sebanyak 50%, lebih dari 70
sebanyak 17,65%. Berdasarkan data hasil wawancara dan data empirik yang
diperoleh oleh penulis di lapangan, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
matematika peserta didik di SMP Negeri 1 Cibaliung masih rendah, terutama
dalam pemahaman konsep untuk konten aljabar.
Proses pembelajaran matematika di sekolah sangat bergantung kepada
beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal
terdiri dari faktor kognitif dan non-kognitif. Faktor kognitif berkaitan dengan
kemampuan otak dalam berpikir, misalnya kemampuan mengingat atau bernalar.
Sedangkan faktor non-kognitif berkaitan dengan kemampuan di luar kemampuan
otak dalam berpikir, misalnya perasaan tidak senang dalam mempelajari
matematika. Dalam hal ini, guru dan metode pembelajaran yang digunakan
berpengaruh besar terhadap faktor kognitif dan faktor non-kognitif. Sedangkan
faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor
lingkungan berkaitan dengan lingkungan dimana siswa belajar, meliputi
lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Faktor instrumental berkaitan dengan
fasilitas, sarana, maupun kompetensi guru dalam proses pembelajaran.12
Melihat situasi yang demikian, perlu kiranya menerapkan suatu pendekatan
dalam pembelajaran terutama metode pembelajaran yang menyenangkan.
Mengutip pendapat Bahrudin yang berpendapat, “bila proses pembelajaran tidak
bisa memberikan rasa menyenangkan dan nyaman, maka keberhasilan anak untuk
belajar terkurangi 50 persen”.13 Penyampaian materi secara menyenangkan telah
12

Baharudin, dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-ruzz
Media, 2012), Cet. 7, h. 19-28.
13
Kolom Pendidik: Joyful Learning, Majalah Dhahana, Tangerang Selatan, Edisi 003 Tahun1 November 2012, h. 32.

8

diserukan oleh pemerintah, dalam hal ini Depdiknas seperti yang tertulis dalam
UU No.20/2003 Pasal 40 yang menyatakan “guru dan tenaga kependidikan
berkewajiban

untuk

menciptakan

suasana

pendidikan

yang

bermakna,

menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis”.14 Hal ini diperkuat lagi dalam PP
No.19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 19 ayat 1 yang
menyatakan “proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
inspiratif, interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
dan

psikologis

peserta

didik”.15

Secara

teknis

konsep

pembelajaran

menyenangkan dapat diterapkan melalui mobile learning, contextual learning, dan
cooperative learning.16
Berdasarkan paparan yang telah diuraikan, penulis mencoba melakukan
pengkajian ilmiah mengenai strategi pembelajaran menyenangkan melalui
Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif
merupakan metode pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan
atau tim kecil, yaitu terdiri dari empat sampai enam orang yang mempunyai latar
belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Seperti yang diungkapkan
oleh Spencer Kagan pada tahun 1992 yang menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif terdiri dari teknik-teknik pembelajaran yang memerlukan saling
ketergantungan positif antara pembelajar agar proses pembelajaran berlangsung
baik.17 Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok, kelompok akan
memperoleh penghargaan jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang
dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai
ketergantungan positif, yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab

14

Standar Nasional Pendidikan (Jakarta: LeKDiS, 2005), Cet. 3, h. 39.
Ibid., h. 23.
16
Kolom Pendidik: Joyful Learning, op. cit., h. 33.
17
Warsono, dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif: Teori dan Asesmen, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), Cet. I, h. 161.
15

9

individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota
kelompok.
Pembelajaran kooperatif biasanya diimplementasikan dengan struktur
tertentu. Pengertian dari struktur pembelajaran kooperatif adalah pola-pola
interaksi yang dilakukan siswa dalam pembelajaran kooperatif.18 Hal ini sejalan
dengan pendapat dari NCTM (National Council of Theacher of Mathematics)
pada

tahun

1989

yang

menyatakan

bahwa

kelompok-kelompok

kecil

menyediakan mekanisme dukungan kelompok untuk menjalankan pembelajaran
matematika, artinya kelompok-kelompok kecil tersebut menyediakan sebuah
forum di mana siswa mengajukan pertanyaan, mendiskusikan gagasan, membuat
kesalahan, belajar mendengarkan gagasan orang lain, menawarkan kritik
membangun, dan meringkas penemuan-penemuan mereka dalam tulisan.19 Dari
banyaknya struktur pembelajaran kooperatif, penulis tertarik untuk melakukan
pengkajian ilmiah mengenai struktur bertelepon (telephone) yang dikembangkan
oleh Spencer Kagan, salah satu ahli pembelajaran kooperatif tahun 1980-an.
Alasan logis penulis memilih struktur bertelepon (telephone) dibandingkan
dengan struktur yang lain dalam pembelajaran kooperatif yaitu aktivitas ini
mendorong siswa untuk berpikir secara mandiri, dan aktivitas ini juga
mempraktikan gagasan kerucut pengalaman Edgar Dale bahwa dengan mengajari
temannya yang lain daya ingat para siswa akan mencapai rata-rata 90% dari bahan
yang diajarkan oleh guru. Daya ingat yang baik merupakan kebutuhan setiap
siswa untuk belajar optimal. Hal ini karena hasil belajar siswa di sekolah diukur
berdasarkan pengusaan (pemahaman) siswa terhadap materi yang dipelajarai,
yang prosesnya tidak terlepas dari kegiatan mengingat (kemampuan menggunakan
daya ingat).
Struktur bertelepon (telephone) merupakan suatu pola interaksi siswa yang
digunakan dalam pembelajaran kooperatif dimana siswa terbagi dalam beberapa
kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 orang yang diberi nomor 1-4,
18

Ibid., h. 187.
Shlomo Sharan, The Handbook of Cooperative Learning, Terj. dari The Handbook of
Cooperative Learning Methods, Praeger oleh Sigit Prawoto, (Yogyakarta: Familia, 2012), Cet. I,
h. 411.
19

10

kemudian guru memanggil salah satu nomor yang harus keluar dan diberikan
tugas untuk mempelajari suatu materi secara mandiri, anggota kelompok yang
berada di kelas harus mengikuti proses pembelajaran secara teliti dan hati-hati
agar dapat mengajari temannya yang berada di luar ruangan. Setelah proses
pembelajaran dengan guru selesai, siswa yang keluar tadi dipanggil untuk belajar
dengan teman satu kelompok, setelah itu siswa tersebut diberikan soal untuk
menguji bahwa proses tutor teman sebaya berjalan dengan baik. Nilai yang
diperoleh menjadi nilai kelompok. Dengan demikian penulis memilih judul:
“Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Struktur Bertelepon (Telephone)
Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa”.

B.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

penulis dapat mengidentifikasi permasalahan yang terjadi sebagai berikut:
1. Kemampuan matematika siswa masih rendah, terutama dalam memahami
konsep yang berkaitan dengan konten aljabar.
2. Pembelajaran matematika masih menekankan siswa untuk menghafal rumusrumus dan menghitung atau pembelajaran matematika masih belum bermakna.

C.

Pembatasan Masalah
Batasan masalah yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini yaitu:

1. Pemahaman konsep yang digunakan adalah pemahaman konsep yang
dikembangkan oleh Bloom, yaitu translation (terjemahan), interpretation
(interpretasi), dan Extrapolation (ekstrapolasi). Dalam penelitian ini peneliti
lebih fokus pada kemampuan ekstrapolasi (extrapolation).
2. Materi yang diteliti dalam domain konten aljabar yaitu Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel.
3. Pembelajaran yang digunakan untuk kelas eksperimen menggunakan
pembelajaran kooperatif struktur bertelepon (telephone), dan untuk kelas
kontrol menggunakan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah.

11

D.

Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam tiga bentuk

pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran kooperatif struktur bertelepon (telephone)?
2. Bagaimana pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran konvensional (metode ceramah)?
3. Apakah terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif struktur bertelepon
(telephone) terhadap pemahaman konsep matematika siswa?

E.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tentang pengaruh pembelajaran kooperatif struktur

bertelepon (telephone) terhadap pemahaman konsep matematika siswa adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran kooperatif struktur bertelepon (telephone).
2. Mengetahui pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan dengan
metode pembelajaran konvensional (metode ceramah).
3. Mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif struktur bertelepon (telephone)
terhadap pemahaman konsep matematika siswa, dengan melihat ada tidaknya
perbedaan pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran kooperatif struktur bertelepon (telephone) dan yang diajarkan
dengan pembelajaran konvensional.

12

F.

Manfaat Penelitian
Peneliti berharap melalui penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak, berikut uraian mengenai manfaat yang diharapkan dari penelitian ini
yaitu:
 Peneliti sebagai calon guru, melalui penelitian ini dapat dijadikan sebagai
sarana untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam dunia
pendidikan.
 Bagi siswa, melalui penelitian ini diharapkan dapat memudahkan siswa dalam
memahami suatu konsep matematika dan memberikan pengalaman bahwa
pembelajaran matematika merupakan suatu proses pembelajaran yang
menyenangkan.
 Bagi guru, melalui penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada guru
di SMP Negeri 1 Cibaliung khususnya dan para guru di seluruh nusantara
sebagai bahan referensi model pembelajaran alternatif yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran matematika di kelas.
 Bagi sekolah, melalui penelitian ini diharapakan dapat memberikan
sumbangsih saran bagi sekolah sebagai bahan pertimbangan dalam rangka
perbaikan pembelajaran matematika, peningkatan mutu sekolah, dan
meningkatkan profesionalisme guru.

BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS

A.

Deskripsi Teoritik
1. Pemahaman Konsep Matematika
a.

Pengertian Pemahaman dalam Matematika
Menurut

Winkel,

pemahaman

adalah

kemampuan

untuk

menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari yang kemudian
ditandai dengan kemampuan untuk menguraikan isi pokok dari suatu
bacaan, mengubah data yang disajikan ke bentuk yang lain, serta
membuat perkiraan tentang kecenderungan dari suatu data yang
diberikan.1

Sejalan

dengan

pendapat

Winkel,

Oemar

Hamalik

menyatakan bahwa pemahaman adalah kemampuan untuk menguasai
pengertian yang tampak dari kemampuan untuk mengalih bahan dari
satu bentuk ke bentuk yang lain, menafsirkan, dan memperkirakan dari
suatu materi yang dipelajari.2
B.S Bloom, sebagai salah satu pelopor dalam taksonomi kognitif
mendefinisikan pemahaman sebagai bagian dari tujuan dan perilaku atau
respon terhadap pesan literal yang terkandung dalam suatu komunikasi,
sehingga siswa dapat mengubah komunikasi dalam pikirannya, atau
tanggapan terbuka untuk bentuk paralel dan lebih bermakna.3 Bloom
sendiri membedakan pemahaman kedalam tiga kategori dimulai dari
pemahaman

terendah

sampai

tertinggi,

setiap

tingkatan

level

pemahaman saling berkaitan satu sama lain. Peserta didik tidak akan
mencapai pemahaman tingkat tertinggi jika tingkat terendah dan tingkat
1

W.S Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2009), Cet. 10, h. 274.
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. 8, h. 80.
3
Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Kognitif: Perkembangan Ragam Berpikir, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. I, h. 44.
2

13

14

sedang tidak dikuasai dengan baik. Berikut ini penjelasan tingkatan
pemahaman menurut Bloom dimulai dari terendah sampai tertinggi:
1) Terjemahan (translation) adalah kemampuan siswa dalam mengubah
suatu komunikasi kedalam bentuk lain untuk memudahkan
pemikiran.
Contoh: dua buah sudut saling berpelurus. Besar sudut yang satu
sama dengan dua kali sudut lainnya. Berapa besar kedua sudut
tersebut?

Dalam

menyelesaikan

soal

tersebut

kemampuan

terjemahan (translation) dapat terlihat ketika siswa dapat mengubah
soal tersebut dengan membuat model matematikanya, sehingga
diperoleh model matematika dari soal tersebut sebagai berikut: x + y
= 180 , x = 2y.
2) Interpretasi (interpretation) adalah kemampuan siswa dalam
menghubungkan suatu komunikasi dengan pengetahuan yang telah
dimiliki sebagai pengalaman untuk dijadikan ide-ide. Misalnya pada
contoh soal terjemahan maka kemampuan interpretasi siswa dapat
dilihat ketika siswa dapat menghubungkan data yang diketahui
dengan pengetahuannya tentang sistem persamaan linear dua
variabel, jika siswa tersebut sudah paham bentuk-bentuk sistem
persamaan linear dua variabel, maka siswa tersebut dapat
memutuskan bahwa x = 2y dan x + y = 1800 merupakan salah satu
bentuk persamaan linear dua variabel dan soal tersebut dapat
diselesaikan dengan metode grafik, substitusi, eliminasi, dan
gabungan (eliminasi dan substitusi), karena soal tersebut ada satu
variabel yang sudah dinyatakan dalam variabel lain yaitu x = 2y,
maka penyelesaian yang dipilih adalah metode substitusi.
3) Ekstrapolasi (extrapolation) adalah kemampuan siswa dalam
menerapkan sebagian dari gagasan pada situasi baru yang tidak
tercakup secara jelas sehingga memberikan kesimpulan yang
memiliki beberapa derajat tingkat kepastian berkenaan dengan
kemungkinan kebenaran. Misalnya pada contoh soal terjemahan,

15

kemampuan ekstrapolasi siswa dapat dilihat jika siswa dapat
menerapkan konsep substitusi untuk memperoleh nilai x dan y
sampai mendapat suatu kesimpulan yang benar. Melalui perhitungan
diperoleh nilai x = 120 dan y = 60 , dengan demikian nilai sudut
yang dicari adalah 1200 dan 600.4
Anderson dan Krathwolh’s mengatakan yang dimaksud dengan
pemahaman adalah kemampuan untuk mendeskripsikan susunan artian
pesan pembelajaran yang mencakup oral, tulisan dan komunikasi grafik.5

NCTM (2000) mengatakan bahwa untuk mencapai pemahaman
yang bermakna maka pembelajaran matematika harus diarahkan
pada pengembangan koneksi matematik antar berbagai ide,
memahami bagaimana ide-ide matematik saling terkait satu sama
lain sehingga terbangun pemahaman menyeluruh, dan
menggunakan matematik dalam konteks di luar matematika.6
Dari pemaparan para ahli mengenai pemahaman, dapat ditarik
benang merah bahwa pemahaman adalah kemampuan seseorang dalam
menyerap

pengetahuan

yang diberikan

dengan

menghubungkan

pengetahuan tersebut dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya
sehingga dapat memberikan penafsiran maupun kesimpulan yang benar
berdasarkan

ide-ide

yang

dimiliki

sesuai

dengan

konteksnya.

Penguasaan terhad