Pengaruh model pembelajaran learning cycle terhadap pemahaman konsep matematika siswa

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh SITI MUNIROH NIM 107017000071

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Understanding. Skripsi of Math Education at Faculty of Tarbiyah and Teachers Training of State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

Keyword: Learning Cycle Models, Mathematics Conceptual Understanding.

The method in this research is quasi experiment, the main of this research are to know (1) student’s mathematics Conceptual understanding which is taught Learning cycle model; (2) student’s Conceptual mathematics understanding which is taught conventional learning model; (3) The Effect of learning cyle Model to Student’s Mathematics Conceptual Understanding.

The subject of this research is the seven grade student in SMP Negeri 1 Pagedangan. the sample of this study collected by using cluster random sampling. The instrument which using for collect data in this research is essay test, which is based on indicator of mathematics conceptual understanding. Test consisted of 15 question in essay.

The result of research revealed that there is a learning cycle model to student’s mathematics conceptual understanding. The students who are taught with learning cycle model have mean score of student’s mathematics conceptual understandingt higher than students who are taught with conventional learning model.


(6)

ii

Konsep Matematika Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2013

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen, tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran learning cycle; (2) kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional; (3) pengaruh model pembelajaran learning cyle tehadap pemahaman konsep matematika siswa.

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 7 SMP NegEri 1 Pagedangan. Tehnik pengambilan sampel menggunkan tehnik cluster random sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah tes essay, yang sesuai dengan indikator pemahaman konsep matematika.Tes yang diberikan terdiri dari 10 soal bentuk uraian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran learning cycle berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematika siswa. Rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran learning cycle lebih tinggi dari rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan dengan model konvensional.


(7)

iii

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memberikan segala karunia, nikman iman, nikmat islam, dan nikmat kesehatan yang berlimpah di dunia dan di akhirat. Shalawat serta salam senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarganya, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Selama penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa tidak sedikit kesulitan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerja keras, doa, perjuangan, kesungguhan hati, dan dorongan serta masukan-masukan yang positif dari berbagai pihak untuk menyelesaikan skripsi ini, semua dapat terealisasikan. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, M. A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Kadir, M. Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Abdul Mu’in, S.Si, M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, saran, masukan kepada penulis.

4. Ibu Dr. Gelar Dwirahayu, M. Pd., sebagai Dosen Pembimbing I dengan kesabaran dan kebaikan hatinya untuk membimbing, memberikan saran, masukan, serta mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Femmy Diwidian, S. Pd M.Si., sebagai Dosen Pembimbing II dengan kesabaran dan kebaikan hatinya untuk membimbing, memberikan saran, memotivasi, serta mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada


(8)

iv

7. Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Staf Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kemudahan dalam pembuatan surat-surat serta sertifikat.

8. Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Pagedangan, Bapak yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. Bapak Hayatudin selaku Guru Mata Pelajaran Matematika di SMP Negeri 1 Pagedangan yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian. Serta seluruh karyawan dan guru SMP Negeri 1 Pagedangan yang telah membantu melaksanakan penelitian. 9. Pimpinan dan Staf perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam menyediakan serta memberikan pinjaman literatur yang dibutuhkan.

10. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika angkatan 2007 kelas A dan kelas B (Devi F, Purna, Vinda, Devi. S, Zizah, Dewi, Immah, Icha Gofur, Kholif, Aji, Dinandar, Demus, Fella, Wulan,) yang selalu memberikan semangat agar penulis dapat menyelesaikan skripsi..

Tulisan ini saya dedikasikan kepada yang paling istimewa orang tua tercinta Ayahanda Mulyono, Ibunda Ayunih yang tak henti-hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang, memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini serta memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis. Suami tercinta Rohmatullah yang selalu memotivasi dan mendukung serta mendoakan penulis agar tetap semangat, Ananda Danish yang selalu memberikan keceriaan disaat penulis sedang penat dan letih. Adik tercinta Saripah, Iyan, dan Nandar yang selalu mendoakan dan memberi semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita. Nenek tersayang yang menjadikan motivasi tersendiri untuk penulis agar dapat menyelesaikan skripsi, Serta semua keluarga yang selalu mendoakan, mendorong penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.


(9)

v

berdoa mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, masukan, dan doa yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah

SWT di dunia dan akhirat. Amin ya Robbal’alamin.

Demikianlah, betapa pun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang ada untuk menyusun karya tulis sebaik-baiknya. Namun, di atas lembaran-lembaran skripsi ini masih dirasakan dan ditemukan berbagai macam kekurangan dan kelemahan. Karena itu, kritik dan saran dari siapa saja yang membaca skirpsi ini akan penulis terima dengan hari terbuka.

Penulis berharap semoga skripsi ini akan membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Jakarta, 2014


(10)

vi

ABSTRACT

`...i

ABSTRAK

...ii

KATA PENGANTAR

...iii

DAFTAR ISI

...vi

DAFTAR TABEL

... ix

DAFTAR GAMBAR

...x

DAFTAR LAMPIRAN

...xi

BAB I PENDAHULUAN

... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS

... 7

A. Landasan Teori ... 7

1. Model Pembelajaran Learning Cycle ... 7

a. Pengertian Learning Cycle… ... 7

b. Tahap-Tahap Model Learning Cycle… ... 12

2. PemahamanKonsepMatematika………... 16

a. PengertianPemahaman Konsep ... 16

b. PemahamanKonsepMatematika... 20

c. Perbedaan Learning Cycle dengan Pembelajaran Konvensioanal...23


(11)

vii

C. Pengajuan Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN

`...30

A.

Tempat dan Waktu Penelitian `...30

B.

Metode dan Desain Penelitian...30

C.

Populasi dan Sampel `...31

D.

Teknik Pengumpulan Data `...32

E.

Instrumen Penelitian `...32

F. AnalisisInstrumen

1.

Validitas Instrumen `...34

2.

Reliabilitas Instrumen `...36

3.

Pengujian Taraf Kesukaran `...38

4.

Uji Daya Pembeda `...39

G.

TeknikAnalisis Data `...41

1.

Uji Prasyarat `...41

a. Uji Normalitas ... 42

b. Uji Homogenitas ... 43

1. Uji Perbedaan Dua Rata-rata ... 44

a. Uji-t ... 44

b. Uji Whitney ... 45

5. Hipotesis Statistik ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

... 48

A. Deskripsi Data ... 48

1. Pemahaman Konsep Matematika Kelas Eksperimen ... 49

2. Pemahaman Konsep matematika Kelas Kontrol ... 51

B. Hasil Uji Prasyarat Analisis Data Pemahaman Konsep ... 56


(12)

viii

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 60

1. Analisis Hasil Posttest ... 60

2. Pembelajaran dengan Model pembelajaran Learning Cycle ... 60

E. Keterbatasan Penelitian ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA

...74


(13)

ix

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 28

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Konsep Matematika ... 30

Tabel 3.3 Rekapitulasi Uji Valiitas Instrumen ... 33

Tabel 3.4 Kriteria Koefisiensi Reliabilitas ... 34

Tabel 3.5 Indeks Taraf kesukaran ... 35

Tabel 3.6 Rekapitulasi Taraf kesukaran Instrumen ... 36

Tabel 3.7 Indeks Daya Pembeda ...37

Tabel 3.8 Rekapitulasi Daya Pembeda ………... 37

Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif Posttest kelas eksperimen ... 46

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen ... 47

Tabel 4.3 Hasil Statistik Deskriptif Posttest Kelas Kontrol ... 49

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol ... 50

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 51

Tabel 4.6 Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 54

Tabel 4.7 Uji Homogenitas ... 55

Tabel 4.8 Hasil Uji Perbedaan dengan Statistik Uji-t ... 56

Tabel 4.9 persentase per Aspek Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 67


(14)

x

Gambar 4.1 Histogram dan Poligon Frekuensi Pemahaman Konsep Matematika Kelas Eksperimen ... 48 Gambar 4.2 Histogram dan Poligon Frekuensi Pemahaman Konsep Matematika Kelas Kontrol ... 50 Gambar 4.3 Kurva Distribusi Nilai Hasil Posttest Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 52 Gambar 4.4 Aktivitas Siswa Pada Tahap Explore ………... 58 Gambar 4.5 Aktivitas Siswa Pada Tahap Explain ………... 59 Gambar 4.6 Hasil Diskusi Siswa Kelas Eksperimen Pada Lembar Kerja Siswa

(LKS) Pertemuan ke-1... 60 Gambar 4.7 Hasil Diskusi Siswa Kelas Eksperimen Pada Lembar Kerja Siswa

(LKS) Pertemuan ke-8... 60 Gambar 4.8 Aktivitas Siswa Pada Tahap Elaborate ………... 59 Gambar 4.9 Hasil Jawaban Postttest Nomor 1a Siswa Kelas Kontrol

... 62 Gambar 4.10 Hasil Jawaban Posttest Nomor 1a Siswa Kelas Kontrol... ……….63 Gambar 4.11 Hasil Jawaban Posttest Nomor 8b dan 8c Siswa Kelas Eksperimen

... 64 Gambar 4.12 Hasil Jawaban Posttest Nomor 8b dan 8c Siswa Kelas Kontrol ...64 Gambar 4.8 Hasil Jawaban Posttest Nomor 5 Siswa Kelas Eksperimen ... 66 Gambar 4.9 Hasil Jawaban Posttest Nomor 5 Siswa Kelas Kontrol ... 66


(15)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Form Wawacara Pra Penelitian ... 77

Lampiran 2 RPP Pertemuan I Kelompok Ekspserimen ... 78

Lampiran 3 RPP Pertemuan I Kelompok Kontrol ... 81

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 85

Lampiran 5 Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Konsep Matematika Siswa Sebelum Validitas ... 112

Lampiran 6 Instrumen Uji Coba Pemahaman Konsep Matematika ...114

Lampiran 7 Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Konsep Matematika Siswa Setelah Validitas ... 116

Lampiran 8 Lembar Soal Tes Pemahaman Konsep Matematika ... 118

Lampiran 9 Kunci Jawaban Instrumen Pemahaman Konsep Matematika ...119

Lampiran 10 Pedoman Penskoran Pemahaman Konsep Matematika Siswa ....125

Lampiran 11 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 126

Lampiran 12 Langkah-langkah Perhitungan Uji Validitas Tes Uraian (Essay) ... 127

Lampiran 13 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 129

Lampiran 14 Langkah-langkah Perhitungan Uji Reliabilitas ... 130

Lampiran 15 Hasil Uji Taraf Kesukaran ... 131

Lampiran 16 Langkah-langkah Perhitungan Uji Taraf Kesukaran ... 132

Lampiran 17 Hasil Uji Daya Pembeda ... 135

Lampiran 18 Langkah-langkah Perhitungan Uji Daya Pembeda ... 136

Lampiran 19 Rekapitulasi Data Hasil Perhitungan Analisis Instrumen ... 141

Lampiran 20 Perhitungan Membuat Daftar Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen ... 142


(16)

xii

Lampiran 22 Perhitungan Uji Homogenitas ... 148

Lampiran 23 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 149

Lampiran 24 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 150


(17)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi yang sangat pesat sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan. Dengan berkembangnya teknologi ini mengakibatkan berkembangnya ilmu pengetahuan yang memiliki dampak positif maupun negatif. Perkembangan teknologi ini dimulai dari Negara maju, sehingga Indonesia sebagai Negara berkembang perlu mensejajarkan diri dengan negara-negara yang sudah maju tersebut. Perbaikan pengajaran dan pembelajaran merupakan dasar pijakan, kebijaksanaan nasional untuk menjamin masadepan siswa yang lebih pasti. Belajar disekolah menjadi pola umum kehidupan warga masyarakat di Indonesia. Dewasa ini keinginan hidup lebih baik telah dimiliki oleh warga masyarakat. Belajar telah dijadikan alat hidup wajib belajar selama Sembilan tahun, merupakan kebutuhan hidup. Oleh karena itu, warga masyarakat mendambakan anak-anaknya memperoleh tempat belajar disekolah yang baik.

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di lembaga pendidikan formal memiliki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari proses pelaksanaannya yang diajarkan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang sangat berguna dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari dan dalam upaya memahami ilmu pengetahuan lainnya.

Tujuan dari pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah menekankan pada penataan nalar dan pembentukan kepribadian (sikap) siswa agar dapat menggunakan dan menerapkan matematika dalam kehidupannya. Dengan demikian, matematika menjadi mata pelajaran yang sangat penting dalam pendidikan dan wajib dipelajari pada setiap jenjang pendidikan.

Pada dasarnya belajar matematika merupakan belajar konsep. Konsep-konsep pada matematika memliliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.


(18)

Misalnya untuk dapat menyelesaikan soal aritmatika sosial, siswa terlebih dahulu harus menguasai dan mengerti dengan konsep aljabar. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran guru harus dapat menyampaikan konsep tersebut kepada siswa dan bagaimana siswa dapat memahaminya.

Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran matematika dapat diukur dari keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Keberhasilan dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi, serta prestasi belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi, maka semakin tinggi pula prestasi belajar siswa. Namun dalam kenyataannya, prestasi belajar matematika yang dicapai siswa masih rendah.

Rendahnya prestasi belajar pada pelajaran matematika dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran, siswa terbiasa untuk menghafal suatu materi daripada untuk memahami. Hal ini menyebabkan siswa sering lupa dengan materi yang telah dipelajarinya. Dalam pembelajaran, guru jarang mengkaitkan suatu materi yang diajarkan dengan pengalaman langsung siswa atau contoh dalam kehidupan sehari-hari. Padahal, dengan memberikan contoh langsung kepada siswa, siswa dengan sendirinya akan memahami materi yang dijelaskan. Sebagai contoh pada materi aritmatika sosial dalam menentukan untung dan rugi. Siswa akan lebih memahami rumus untung dan rugi jika siswa diberikan contoh langsung dengan kegiatan jual beli, dibandingkan dengan memberikan rumus langsung kepada siswa.

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh peneliti dari guru mata pelajaran matematika yang dilakukan di SMP Negeri 1 Pagedangan. Diperoleh hasil wawancara dengan keterangan bahwa untuk mata pelajaran matematika pemahaman konsep belajar siswa masih rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal).

Di dalam proses pembelajaran, siswa cenderung pasif dan sebagian siswa takut untuk bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan dalam memahami materi. Guru menggunakan metode konvensional dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran dilakukan dengan cara guru menjelaskan materi dengan ceramah dan dilanjutkan dengan memberikan contoh kepada siswa. Hal ini akan


(19)

menimbulkan siswa kurang memahami materi dan siswa hanya mampu menyelesaikan soal-soal yang serupa yang telah dicontohkan guru sebelumnya.

Sering kali siswa membuat kegaduhan atau keributan ketika proses pembelajaran berlangsung. Hal ini terjadi karena sebagian siswa tidak menguasai dan memahami materi atau bahan ajar sehingga minat belajar siswa berkurang. Dalam pemberian tugas, siswa tidak akan mengalami kesulitan apabila bentuk soal yang diberikan guru serupa dengan contoh yang diberikan. Lain halnya jika siswa diberikan soal yang berbeda dengan contoh soal. Siswa akan mengalami kebingungan dan kesulitan dalam mengerjakan soal tersebut, karena siswa tidak memahami materi dengan baik.

Dari keterangan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami suatu konsep. Hal tersebut terlihat dari hasil pekerjaan siswa pada ulangan harian. Hasil pekerjaan siswa menunjukkan bahwa siswa kurang mampu memahami soal yang diberikan pada ulangan harian tersebut, seperti menyebutkan apa yang diketahui dalam soal dan menggunakan konsep yang benar dalam menyelesaikan soal. Lemahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal karena sebagian siswa hanya menghafal suatu rumus yang telah diajarkan tanpa memahami bagaimana cara menggunakannya dalam menyelesaikan soal.

Dari gambaran yang telah dipaparkan di atas, bahwa pada pembelajaran yang telah diterapkan kurang dapat membantu siswa dalam memahami suatu konsep matematika. Oleh karena itu, siswa harus menguasai dan memahami konsep-konsep matematika secara utuh sehingga jika diterapkan dalam menyelesaikan soal-soal matematika siswa tidak mengalami kesulitan. Untuk mencapai penguasaan matematika sekolah yang lebih baik, diperlukan pengetahuan mengenai konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang mendasari atau melatarbelakangi matematika. Hal ini disebabkan karena pemahaman konsep merupakan dasar dari pemahaman prinsip dan teori, artinya untuk dapat memahami prinsip dan teori, terlebih dahulu harus memahami konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori tersebut. Sehingga, akan menjadi sesuatu hal


(20)

yang fatal apabila siswa tidak menguasai atau memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar.

Upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika perlu disusun suatu strategi pembelajaran yang dikemas dalam suatu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran matematika. Dalam pemilihan strategi pembelajaran, aktivitas siswa sangat diutamakan.

Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek kognitif yang meliputi: stuktur ,isi, dan fungsi.1Struktur intelektual adalah organisai-organisasi mental tingkatt inggi yang dimilikii ndividu untuk memecahkan masalah-masalah. Isi adalah prilaku khas individu dalam merespon masalah yang dihadapi.Sedangkan fungsi merupakan perkembangan intelektual yang mencakup adaptasi dan organisasi.

MenurutWenasiklusbelajar (Learning Cycle)merupakansalahsatu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivis yang pada mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu:2 (a) eksplorasi (exploration), (b) pengenalan konsep (concept introduction), dan (c) penerapan konsep (concept application). Kemudian dikembangkan lagi menjadi lima tahap yaitu :3(a) pembangkitan minat (engagement), (b) eksplorasi (exploration), (c) penjelasan (explanation), (d) elaborasi (elaboration), dan (e) evaluasi (evaluation).

Siklus belajar (learning cycle) merupakan suatu model pembelajaran dengan berpusat pada siswa (student centered).4Strategi mengajar model siklus belajar memungkinkan seorang peserta didik untuk tidak hanya mengamati hubungan, tetapi juga menyimpulkan dan menguji penjelasan tentang konsep-konsep yang dipelajari. Karakteristik kegiatan belajar pada masing-masing tahap

learning cycle mencerminkan pengalaman belajar dalam mengkontruksi dan

1

FauziyatulFajaroh, Pembelajarandengan Model SiklusBelajar (Learning Cycle).JurnalPendidikandanPengembanganvol 11

2

Made Wena, StrategiPembelajaranInovatifKontemporer, (Jakarta: PT BumiAksara, 2009 cet. Pertama) h.170-171

3

Ibid., h.171 4

Depari, PembelajaranKooperatif Team Games Tournament dan Learning Cycle PadaPelajaranElektronika Digital,(INVOTEK volume II no.2,2011)


(21)

mengembangkan pemahaman konsep.Model learning cycle dalam penelitian ini yaitu model yang sudah mengalami perkembangan dalam istilah fasenya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis akan melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Pagedangan dengan judul“PENGARUH MODEL

PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP PEMAHAMAN

KONSEP MATEMATIKA SISWA” . B. IdentifikasiMasalah

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan dalam latar belakang permasalahan di atas, maka identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Masih rendahnya tingkat pemahaman konsep matematika siswa dalam pembelajaran matematika, ini terlihat dari jarangnya siswa untuk berdiskusi mengemukakan pendapatnya, dan rendahnya siswa yang mengerjakan soal-soal matematika pada saat pembelajaran berlangsung.

2. Penggunaan model pembelajaran konvensional pada proses pembelajaran matematika cenderung menjadikan siswa pasif.

3. Penerapan model pembelajaran learning cycle sebagai alternative untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika dalam kualitas pembelajaran. C. PembatasanMasalah

Adanya masalah-masalah dalm pembelajaran agar permasalahan yang dikaji lebih terarah, maka penelitian ini akan difokuskan pada :

1. Pengaruh model pembelajaran learning cycle terhadap pemahaman konsep matematika siswa.

2. Peningkatan pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika. D. PerumusanMasalah

Berdasarkan pembatasan fokus penelitian di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang melakukan pembelajaran dengan model Learning Cycle?

2. Bagaimana kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang melakukan pembelajaran secara konvensional?


(22)

3. Apakah kemampuan pemahaman konsep matematik siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran dengan pendekatan konvensional?

E. Tujuan Penelitian

1. Mengkaji dan menganalisis kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Learning Cycle.

2. Mengkaji dan menganalisis kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang pembelajarannya dilakukan secara Konvensional.

3. Membandingkan kemampuan pemahaman konsep siswa yang pembelajaran menggunakan model pembelajaran Learning Cycle dengan siswa yang pembelajarannya dilakukan secara konvensional

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini antara lain :

1) Bagi siswa, sebagai pengalaman terstruktur dalam mmengikuti metode pembelajaran yang variatif, diharapkan siswa termotivasi dan merasa senang dalam belajar matematika sehingga kemampuan pemecahan masalah pada siswa dapat meningkat dengan baik.

2) Bagi guru, memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran matematika dengan menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sehingga dapat menghapus image matematika sebagai momok yang menakutkan.

3) BagiPeneliti

 Dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan peneliti terhadap model

learning cycledan agar peneliti dapat lebih mampu dalam pengajaran melalui model learning cycle.

 Sebagai penguatan kompetensi kependidikan dan pematangan bagi profesi keguruan.

 Memunculkan sikap peka terhadap permasalahan pendidikan sehingga dapat memotivasi peneliti untuk meneliti masalah-masalah lain dalam dunia pendidikan.


(23)

7

HIPOTESIS PENELITIAN

A. Deskripsi Teoritis

1. Model Pembelajaran Learning Cycle

a. Pengertian Model Pembelajaran Learning Cycle

Menurut Soekamto (Trianto)1 model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang sistematis atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas sehingga tujuan pembelajaran memepunyai makna yang luas daripada strategi, metode atau prosedur.Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut adalah:

1. Rasional Teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. 2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar

3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersbut dapat dilaksanakan dengan berhasil.

4. Lingkungan belajar yang diperlukan untuk tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivisme adalah model pembelajaran learning cycle (Wena)2. Pendekatan kontruktivisme sebagai pendekatan baru dalam proses pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran berpusat pada peserta didik sehingga peserta didik diberi peluang besar untuk aktif dalam proses pembelajaran.

2. Proses pembelajaran merupakan proses integrasi pengetahuan baru dengan pengetahuan lama yang dimiliki peserta didik.

1

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif,(Jakarta:Perdana Media Group:2009), h.23

2


(24)

3. Berbagai pandangan yang berbeda diantara peserta didik dihargai dan sebagai tradisi dalam proses pembelajaran.

4. Peserta didik didorong untuk menemukan berbagai kemungkinan dan mensintesiskan secara terintegrasi.

5. Proses pembelajaran berbasis masalah dalam rangka mendorong peserta didik dalam proses pencarian yang lebih alami.

6. Proses pembelajaran mendorong terjadinya koperatif dan kompetitif dikalangan peserta didik secara aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan. 7. Proses pembelajaran dilakukan secara kontekstual, yaitu peserta didik

dihadapkan ke dalam pengalaman nyata.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kontruktivisme :3

1. Mendukung dan menerima otonomi dan inisiatif siswa.

2. Menggunakan data mentah dan nara sumber asli, bersama bahan yang manipulatif, interaktif, dan nyata.

3. Ketika memberi tugas mengunakan istilah kognitif, seperti klasifikas, analisis, meramalkan, menciptakan.

4. Memperbolehkan jawaban siswa menuntun pelajaran, mengubah strategi pembelajaran dan mengubah isi.

5. Mencari tahu tentang pengertian siswa akan konsep yang akan diberikan. 6. Mendukung siswauntuk terlibat dalam dialog, baik dengan guru atau teman. 7. Mendorong siswa untuk bertanya dengan memberikan pertanyaan terbuka. 8. Mencari perluasan dari tanggapan siswa.

9. Memberikan waktu bagi siswa untuk membentuk hubungan.

10. Mengembangkan keinginan siswa dengan sering menggunakan model pembelajaran Learning Cycle.

Menurut Fajaroh dan Dasna model pembelajaran learning cycle adalah rangkaian tahap-tahap kegiatan yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga

3

Yatim Rianto, Paradigma Baru Pembelajaran ( Kencana Prenada Media Group 2009) h.153


(25)

siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif.4

Model pembelajaran learning cycle (Wena)5 pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus tahun 1960 dalam Science Curiculum Improvement Study /SCIS ( Trowbridge & Bybee,1996).

Menurut Robert Karplus model pembelajran learning cycle terdiri atas tiga tahap, yaitu : eksplorasi( Exploration), menemukan konsep( concept invetion) dan perluasan konsep (concept extention). Kemudian Lawson (Dahar , R.W)6 mengembangkan siklus belajar berikut dengan menggunakan istilah berbeda yaitu tahap eksplorasi (Exploration), pengenalan konsep (concept introduction) dan aplikasi konsep (concept Application). Model learning cycle tiga tahap digambarkan sebgai berikut:

Concept Extention Exploration

Concept Invention

Bagan. 2. 1 :Model Learning Cycle

Sedangkan pada saat ini model pembelajaran learning cycle telah dikembangkan oleh Antony W. Lorsbach (2002) menjadi lima tahap:

1) Pembangkitan minat ( Engagement) 2) Eksplorasi (Exploration)

3) Penjelasan ( Explanation) 4) Elaborasi ( Elaboration/Extent)

4

Fauziatul Fajaroh dan I Wayan Dasna, Pembelajaran Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Learning Cycle. H.2

5

Made Wena, Strategi Pembelajaran inovatif Kontemporer( Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 171

6


(26)

5) Evaluasi ( Evaluation)

Dalam model pembelajaran learning cycle ”5E” dilakukan kegiatan -kegiatan yaitu berusaha untuk membengkitkan minat siswa pada pelajaran matematika (Engagement), memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan mengkonstruksi sendiri pengetahuanya (Exploration), memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk menyampaikan ide atau gagasan yang mereka miliki melalui kegiatan diskusi (Explanation), mengajak siswa mengaplikasikan konsep-konsep yang mereka dapatkan dengan mengerjakan soal-soal aplikasi (Elaboration/ Extend) dan melakukan evaluasi selama proses pembelajaran berlangsung (Evaluation). Tahapan-tahapan model pembelajaran learning cycle 5E tersebut digambarkan sebagai berikut:

Bagan. 2. 2 :Model Learning Cycle

Model pembelajaran learning cycle 5E pada dasarnya sesuai dengan teori kontruktivis Vigostky dan teori belajar Ausebel.7 Vigostky menekankan adanya hakikat sosial dari belajar dan menyarankan menggunakan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan yang berbeda –beda untuk mengupayakan perubahan konseptual. Menurut Vigostky proses pembelajaran

7

Made Wena, Strategi Pembelajaran inovatif Kontemporer( Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 172

Evaluate Engage

Extend Explore


(27)

akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih berada dalm jangkauan mereka disebut dengan

zone of proximal development, yakni daerah tingkat perkembangan sedikit di atas daerah perkembangan seseorang saat ini. Vigostky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan dan kerja sama antar individusebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu diserap ke dalam individu tersebut.8Sedangkan Ausebel menekankan pada pembelajaran bermakna dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai. Dalam melakukan diskusi, siswa akan mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk mengemukakan pendapatnya dan siswa akan menemukan konsep berdasarkan pemahamannya sendiri. Konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada dlam struktur kognitif siswa.

Berdasarkan teori Ausebel, dalm menanamkan pengetahuan baru dari suatu materi , sangat diperlukan konsep-konsep awal yang sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Sehingga jika dikaitkan dengan model pembelajaran berdasarkan masalah, di mana siswa mampu mengerjakan permasalahan yang autentik sangat memerlukan konsep awal yang sudah dimiliki siswa sebelumnya untuk suatu penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata.9

Beberapa keuntungan diterapkannya model pembelajaran learning cycle “5E” adalah sebagai berikut:

1) Pembelajaran berpusat pada siswa

2) Proses pembelajaran lebih bermakna karena mengutamakan pengalaman nyata.

3) Menghindarkan siswa dari cara belajar tradisional yang cenderung menghafal. 4) Memungkinkan siswa untuk mengasimilasi, mengakomodasi pengetahuan

lewat pemecahan masalahdan informasi yang didapat.

8

Trianto,M.Pd, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif(Jakarta :Kencana, 2010) Ed.1 Cet. 4, h.39

9

Trianto,M.Pd, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif (Jakarta :Kencana, 2010) Ed.1 Cet. 4, h. 37-38


(28)

5) Membentuk siswa yang aktif, kritis dan kreatif.

Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran learning cycle merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan tahapan-tahapan yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga siswa akan mampu menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dimikinya dengan cara berperan aktif. Untuk membangun pengetahuan yang dimilikinya.

b. Tahapan-tahapan Model Pembelajaran Learning Cycle

Dalam model pembelajaran learning cycle ada lima tahapan, yaitu: 1. Engagement (Membangkitkan Minat)

Tahap membangkitkan minat adalah tahap awal dari model pembelajaran learning cycle. Pada tahap ini guru berusaha membangkitkan minat dan keingintahuan siswatentang topik yang akan diajarakan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang proses factual dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, akan memberi respon/jawaban, kemudian jawaban tersebut oleh guru dijadikan pijakan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan.

Pada fase engagement siswa dikenalkan terhadap materi yang akan dipelajari melalui cara mengaitkan masalah dengan kadaaan sehari-hari, serta memotivasi meraka untuk merangsang keaktifan untuk keinginan dalam mempelajari konsep, serta memperhatikan guru. Guru merupakan faktor yang penting untuk terlaksanyan fungsi motivasi sebagai pendorong, pengarah, dan sekaligus penggerak perilaku seseorang untuk mencapai tujuan

2.Explore (menyelidiki)

Fase explore merupakan tahap kedua model learning cycle, yaitu fase yang membawa siswa untuk memperoleh pengetahuan dengan pengalaman langsung yang berhubungan dengan konsep yang akan dipelajari dan guru sebagai motivator dan fasilitatornya. Dalam fase ini, mencoba alternatif pemecahannya dan menyelidiki konsep dari bahan-bahan pembelajaran yang disediakan di bentuk kelompok-kelompok kecil antara 2-4 siswa dengan guru memiliki pertimbangan


(29)

dan kriteria dalam mengelompokkan siswa.10

Siswa bersama teman sekelompoknya dapat mengobservasi, bertanya, siswa didororong untuk menguji hipotesis dan atau membuat hipotesis barusebelumnya bersama teman sekelompok tanpa pembelajaran langsung dari guru. Dengan lain perkataan, kadaan ini memberikan pengalaman belajar mandiri bagi siswa dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk menjadi mentor bagi teman yang lain. Tutor sebaya dalam kelompok belajar terbukti berhasil untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.Dalam fase ini guru memberikan tugas-tugas yang disusun oleh guru sebagai media pembelajaran untuk membantu siwa dalam menemukan konsep yang nantinya di gunakan dalam penyelesaian soal pemecahan masalah matematik.

Selama fase explore siswa menyelidiki fenomena baru dengan bimbingan sedikit dari guru, fenomena baru ini mengakibatkan kekompleksan yang tidak dapat mereka pecahkan dengan konsep mereka yang ada atau pola penalaran yang biasa mereka gunakan, hal ini memberikan kesempatan pada siswa untuk menyarankan gagasan yang dapat menimbulkan perdebatan dan analisis alasan-alasan gagasan-gagasan mereka yang nantinya juga membawa mereka ke identifikasi suatu pola keteraturan dalam fenomena yang diselidiki.11

Dengan munculnya gagasan-gagasan yang bersifat orisinal, siswa dapat membangun pengetahuan di dalam dirinya.Siswa juga didorong untuk dapat mempresentasikan hasil temuan penyelidikan kelompoknya, dengan bertujuan salah satunya agar guru dapat mengecek pengetahuan yang telah dimiliki siswa, kekurangan maupun kesalahannya.

3.Explain (menjelaskan)

Fase explain merupakan tahap ketiga dari model learning cycle, yaitu fase dimana siswa menjelaskan dan meringkas hasil yang diperoleh dan

10

Made Wena, Strategi Pembelajaran inovatif Kontemporer(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 172

. 11


(30)

membedakan konsep yang mereka ketahui dengan hasil eksplorasi yang ditemukan. Pada fase penjelasan guru, dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat atau pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antar siswa dan guru.12

Fase ini di dalamnya berisi ajakan terhadap siswa untuk menjelaskan konsep-konsep dan definisi-definisi awal yang mereka dapatkan ketika fase

explore. Definisi dan konsep yang telah ada kemudian dipresentasikan dan didiskusikan sehingga pada akhirnya menuju konsep dan definisi yang lebih formal.Dengan guru bertindak sebagai pengatur jalannya diskusi, di akhir kegiatan pada fase ini guru mengklarifikasi konsep-konsep siswa yang masih salah dan menjelaskan istilah-istilah penting dengan mengacu pada hasil eksplorasi siswa. 4.Elaborate (menerapkan)

Fase elaborate ini merupakan tahap keempat model learning cycle, dalam fase ini siswa diberikan kesempatan untuk menerapkan pengetahuan yang baru mereka temukan. Siswa dapat membangkitkan pertanyaan baru untuk mengetahui penyelidikan selanjutnya. Fase elaborate terdapat transfer pembelajaran yang bertujuan untuk membawa siswa menerapkan simbol-simbol, definisi-definisi, konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan pada permasalahan yang berkaitan dengan contoh dari pelajaran yang dipelajari dalam berbagai masalah. Pada fase ini guru menyajikan masalah yang harus siswa selesaikan dengan menerapkan pengetahuan yang telah mereka peroleh dari tahap sebelumnya atau siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi baru atau konteks yang berbeda.13

Bentuk-bentuk kegiatan pengaitan sangat bervariasi, misalnya melalui pemecahan masalah atau melalui diskusi topik-topik yang spesifik. Dalam fase ini guru menyediakan kesempatan berulang kali pada siswa untuk mengaitkan serta menyelidiki konsep untuk di aplikasikan pada permasalahan yang lainnya dalam

12

Ibid. h. 172. 13

Made Wena, Strategi Pembelajaran inovatif Kontemporer(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 172


(31)

konteks-konteks baru sehingga kreativitas dan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dapat meningkat.

5.Evaluate (Menilai)

Fase evaluate yaitu fase evaluasi dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Fase ini dapat digunakan sebagai strategi penilaian formal dan informal. Fase evaluate merupakan siklus lanjutan untuk mengevaluasi pengetahuan siswa dimana guru diharapkan secara teru menerus dapat mengobservasi dan memperhatikan siswa terhadap kemampuan dan keterampilannya untuk menilai tingkat pengetahuan atau kemampuannya, kemudian melihat perubahan pemikiran siswa terhadap pemikiran awalnya. Evaluasi merupakan tahap akhir dari model ini.Pada tahap evaluasi guru dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru dan siswa dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan terbukadan mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya.14

Dalam hal ini siswa juga diminta untuk menyimpulkan hasil eksperimen yang telah dilakukan sebagai bagian penilaian mereka. Tujuan utama evaluasi adalah untuk menunjukkan hasil terbaik dari proses belajar siswa, guru dalam situasi ini di tuntut bagaimana untuk tak membuat siswa merasa gelisah dalam menghadapi evaluasi yang guru berikan agar siswa tak kehilangan kepercayaan diri dan konsentrasi dalam menghadapinya. Hasil evaluasi ini sebagai bahan evaluasi bagaimana proses penerapan model learning cycle yang sedang di terapkan.

Kelima fase tersebut merupakan hal-hal yang harus dilakukan oleh guru dan siswa untuk menerapkan model learning cycle pada pembelajaran dikelas. Guru dan siswa memiliki peran masing-masing dalam setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan model learning cycle.

Berdasarkan tahapan dalam model pembelajaran learning cycle yang sudah dipaparkan, diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan guru

14

Made Wena, Strategi Pembelajaran inovatif Kontemporer(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 172


(32)

tetapi dapat berperan aktif untuk menggali, menganalisis, mengevaluasi pemahamannya terhadap konsep yang dipelajari. Perbedaan mendasar antara model pembelajaran learning cycle dengan pembelajaran konvensional adalah guru lebih banyak bertanya daripada memberitahu. Dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle akan menjadikan pengalaman siswa lebih bermakna dan diharapkan akan meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa.

2. Pemahaman Konsep Matematika a. Pengertian Pemahaman Konsep

Pemahaman merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan dalam suatu proses belajar mengajar. Proses pemahaman dapat terjadi ketika siswa sudah melakukan tahap pengetahuan atau pengenalan. Seperti yang dikatakan Bloom dalam Hamalik, salah satu tujuan pendidikan adalah kompetemsi kognitif yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.15

Pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran.Memahami maksudnya menangkap maknanya, adalah tujuan akhir dari setiap belajar.Comprehension atau pemahaman memiliki arti yang sangat mendasar yang meletakkan bagian-bagian belajar pada proporsinya. Tanpa itu,

skill pengetahuan dan sikap yang tidak akan bermakna.16

Indikator pemahaman matematika meliputi mengenal, memahami, dan menerapkankonsep, prosedur, prinsip, dan ide matematika. Polya merinci kemampuan pada empat tahap, yaitu : 17(1) pemahaman mekanikal dengan ciri dapat mengingat dan menerapkan rumus secara rutin dan menghitung secara sederhana, (2) pemahaman induktif,dapat menerapkan rumus atau konsep dalm kasus sederhana, (3) pemahaman rasional, membuktikan kebenaran rumus dan teorema, (4) pemahaman intuitif, memperkirakan kebenaran dengan pasti, (5)

Pemahaman merupakan proses berpikir dan belajar,karena untuk menuju ke arah pemahaman perlu diikuti dengan belajar dan berpikir. Menurut Rosyada

15

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,(Jakarta: Bumi Aksara,2009)cet.2,Ed.1,h.162

16

Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta :PT Raja Grafindo Persada, 2011) cet.19, h. 42-43

17

Rohman Natawidjaja, dkk Rujukan Filsafat, Teori dan Praktis Ilmu Pendidikan (Bandung : UPI Pers 2008) h.682


(33)

pemahaman adalah comprehension, yaitu kemampuan untuk memahami apa yang sedang dikomunikasikan dan mampu mengimplementasikan ide tanpa harus mengaitkannya dengan ide lain, dan juga tanpa harus melihat melihat ide itu secara mendalam. Untuk

Menurut teori konstruktivisme, konsep pembelajaran adalahsuatu kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum. Ciristimuli adalah objek-objek atau orang.18proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukanprosesaktif membangun konsep baru, pengertian baru,dan pengetahuan baru berdasarkan data.

Pengetahuan berhubungan dengan kemampuan menangkap suatu konsep dengan kata-kata sendiri.19 Sehingga siswa diharapkan dapat menerjemahkan dan menyebutkan kembali apa yang telah didengarnya dengan bahasanya sendiri.

Pemahaman dapat diartikan sebagai kemampuan menerangkan suatu hal dengan kata-kata yang berbeda dengan yang terdapat dalam buku teks, kemampuan menginterpretasiakan atau kemampuan menarik kesimpulan.Pemahaman tampak pada alih bahan dari suatu bentuk ke bentuk lainnya, penafsiarn dan memperkirakan.Hal ini sejalan dengan taksonomi Bloom yang diterangkan Hamalik, pemahamana adalah kemampuan untuk menguasai pengertian atau makna konsep.20

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan pemahaman adalah kemampuan siswa untuk dapat menjelaskan, mengkomunikasikan suatu objek dengan cara lain, misalnya menggunakan gambar, grafik, menjelaskan dengan kalimat sendiri serta siswa mampu mengimplementasikan suatu objek ke dalam hal yang sesuai.

Dengan demikian, seseorang dikatakan memahami sesuatu apabila ia mampu mengorganisasikan dan mengutarakan kembali apa yang dipelajarinya dengan menggunakan kalimatnya sendiri. Siswa tidak lagi hanya mengingat dan

18

Sukarjo, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, ( Jakarta: Rajawali Pers ed.1 h.55

19

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran ( Bandung: Alfabeta,2009)h.157 20

Oemar hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,(Jakarta:Bumi Aksara,2005)Cet.4, h.121


(34)

menghafal suatu informasi yang diperolehnya, melainkan ia harus dapat memilih dan menggorganisasikan informasi tersebut. Termasuk di dalamnya menafsirkan suatu bagan, gambar, grafik untuk menjelaskan dengan kalimatnya sendiri.

Konsep merupakan buah pikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui genelarisasi dan berpikir abstrak.21Hal ini sejalan dengan pendapat Rosser dalam Sagala, yang menyatakan bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama.22

Menurut Yatim Rianto, kontruktivis berada dalam situasi kontras, berakar pada pengajaran cara lama yang dilaksanakan di sekolah Amerika.23 Sistem pendekatan konstruktivis lebih menekankan pengajaran top down daripada bottom up berarti siswa memulai dengan masalah kompleks untuk dipecahkan, kemudian menemukan keterampilan dasar yang diperlukan.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan siswa dapat mengklasifikasikan objek ke dalam contoh atau bukan contoh dan menghubungkan ide abstrak tersebut ke dalam objek atau peristiwa yang memiliki relasi.

Dengan demikian, mempelajari suatu konsep merupakan kemampuan mengelompokkan benda atau peristiwa yang mempuyai suatu relasi. Konsep menunjuk kepada pemahaman dasar. Siswa dapat mengembangkan suatu konsep ketika mereka mampu mengklasifikasikan benda-benda atau ketika mereka dapat mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu. Konsep mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama dan dituangkan dalam bentuk suatu kata yang mewakili konsep itu. Jadi lambang konsep dituangkan dalam bentuk suatu kata atau bahasa.

21

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran ( Bandung: Alfabeta,2009)h.71 22

Ibid ., h.73 23

Yatim Rianto, Paradigma Baru Pembelajaran ( Kencana Prenada Media Group 2009) h.145


(35)

Menurut Gagne, individu memperoleh konsep melalui dua cara, yaitu melalui formasi konsep dan asimilasi konsep.24 Formasi konsep menyangkut cara materi atau informasi diterima peserta didik. Formasi konsep diperoleh individu sebelum ia masuk sekolah, karena proses perkembangan konsep yang diperoleh semasa kecil termodifikasi oleh pengalaman sepanjang perkembangan individu. Formasi konsep merupakan proses pembentukan konsep secara induktif dan merupakan suatu belajar menemukan melalui proses diskriminatif, abstraktif dan diferensiasi. Sedangkan asimilasi konsep menyangkut cara bagaimana peserta didik dapat mengaitkan informasi atau materi pelajaran dengan struktur kognitif yang telah ada. Asimilasi konsep terjadi setelah anak mulai memasuki bangku sekolah. Asimilasi konsep terjadi secara deduktif. Biasanya anak diberi atribut sehingga mereka belajar konseptual.

Ada beberapa keuntungan dari pengajaran konsep, yaitu:

1) Mengurangi beban berat bagi memori karena kemampuan manusia dalam mengkategorikan berbagai stimulus terbatas.

2) Konsep-konsep merupakan batu-batu pembangun berpikir. Artinya dengan memahami sebuah konsep, siswa mampu membangun pemikirannya mengenai suatu pelajaran yang sedang dipelajari.

3) Konsep-konsep merupakan dasar untuk proses mental yang lebih tinggi. Misalnya untuk melakukan penalaran, menyelesaikan masalah, seseorang memerlukan konsep sebagai dasar proses berpikirnya.

4) Konsep perlu untuk memecahkan masalah. Artinya seorang siswa akan mampu memecahkan masalah matematika, apabila ia menguasai konsep-konsep matematika.

Suatu konsep biasanya digunakan secara berkesinambungan untuk menjelaskan konsep lain . Oleh karena itu siswa harus benar-benar mampu mengklasifikasikan suatu konsep dalam masalah dan memahami relasinya atau keterkaitannya. Karena apabila terjadi kesalahan konsep yang diterima siswa maka akan berakibat fatal untuk mempelajari konsep-konsep berikutnya yang masih ada keterkaitan dengan konsep sebelumnya.

24


(36)

Pemahaman terhadap suatu konsep dapat berkembang dengan baik jika terlebih dahulu disajikan konsep-konsep yang paling umum sebagai jembatan informasi baru dengan informasi yang telah ada pada struktur kognitif siswa.

Penyajian konsep yang paling umum perlu dilakukan sebelum penjelasan yang lebih rumit mengenai konsep yang baru agar terdapat keterkaitan antara informasi yang baru dengan informasi yang telah diterima pada struktur kognitifsiswa.

Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dipaparkan di atas, maka bisa disimpulkan bahwa pemahaman konsep merupakan tingkat kemampuan yang mengharapkan peserta didik mampu menguasai konsep, situasi, fakta yang diketahui, serta dapat menjelaskan dengan menggunakan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya dengan tidak mengubah arti.

b. Pemahaman Konsep Matematika

Dalam pembelajaran matematika, pemahaman ditujukan terhadap konsep-konsep matematika, sehingga lebih dikenal dengan istilah pemahaman konsep-konsep matematika. Pemahaman dalam pengertian pemahaman konsep matematika mempunyai beberapa tingkat kedalaman arti yang berbeda-beda. Berikut diuraikan beberapa jenis pemahaman konsep matematika menurut para ahli. 1) Tingkat pemahaman matematika menurut Skemp:

a) Pemahaman instrumental, yaitu hafal sesuatu secara terpisah atau dapat menetapkan sesuatu pada perhitungan rutin/ sederhana, mengerjakan sesuatu secara algoritmik saja. Contoh siswa dapat menyelesaikan soal sederhana yang sama tipenya dengan contoh yang diberikan guru.

b) Pemahaman relasional, yaitu dapat mengaitkan sesuatu dengan hal lain secara benar dan menyadari proses yang dilakukan. Contoh siswa dapat menyelesaikan soal dalam bentuk cerita dengan mengetahui unsur-unsur yang


(37)

diketahui dan ditanyakan, lalu paham akan menggunakan formula apa untuk penyelesaian.25

2) Bloom membedakan bahwa ada tiga kategori pemahaman, yakni penerjemahan (translation), penafsiran (interpretation) dan ekstrapolasi (extrapolation). Adapun masing-masing kategori pemahaman mengandung pengertian sebagai berikut:26

a) Pengubahan (translation), kemampuan dalam memahami suatu objek yang dinyatakan dengan cara lain dari pernyataan asal yang dikenal sebelumnya. Pada pembelajaran matematika pemahaman translation berkaitan dengan kemampuan siswa menterjemahkan kalimat dalam soal menjadi bentuk lain. Misalnya dapat menyebutkan variabel-variabel yang diketahui dan ditanya. b) Pemberian arti (interpretation), yaitu pemahaman yang berkaitan dengan

kemampuan siswa dalam menentukan konsep-konsep yang tepat untuk digunakan dalam menyelesaikan masalah.

c) Pembuatan ekstrapolasi (extrapolation), yaitu pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan siswa menerapkan konsep dalam perhitungan matematis untuk menyelesaikan soal.

Secara operasional pemahaman konsep matematika didefinisikan sebagai kemampuan siswa dalam menjelaskan, menguraikan, merumuskan, mengubah, menyimpulkan, menentukan suatu konsep dalam berbagai bentuk representasi ataupun dengan menggunakan kalimatnya sendiri.

Seseorang dikatakan memahamisuatu konsep matematika bila ia telah mampu melakukan beberapa hal di bawah ini:27

1. Menemukan kembali suatu konsep yangbelum diketahui berlandaskan pada pengetahuan dan pengalaman yang telah diketahuidan dipahami sebelumnya.

25

Utari Sumarmo, Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, Dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik, ( FPMIPA UPI, 2010) dari http://math.sps.upi.edu. 10 agustus 2011. Pukul 9.37 pm

26

Syaiful Sagala, Konsep dan...h.157 27

Suhendra dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika ( Jakarta :Universitas Terbuka, 2007)h. 7.21


(38)

2. Mendefinisikan atau mengungkapkan suatu konsep dengan kalimat sendiri dengan gagasan konsep tersebut.

3. Mengidentifikasi hal-hal yang relevan dengan suatu konsep dengan cara yang tepat.

4. Memberikan contoh dan bukan contoh atau ilustrasi yang berkaitan dengan suatu konsep.

Tingkat pemahaman siswa sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :28

1. Pengorganisasian bahan ajar, semakain abaik bahan ajar semakin baik tingkat pemahaman siswa terhadap bahan ajar tersebut.

2. Kejelasan kata, yaitu menggunakan kata yang jelas dan bermakna pasti hanya satu.

3. Untuk mempermudah pemahaman, sebaiknya informasi diperjelas dengan contoh-contoh dua arah.

Pada penelitian ini, pemahaman konsep matematika yang digunakan adalah pemahaman konsep matematika menurut Bloom, yaitu translasi,

interpretation, dan ekstrapolation.

Pada penelitian ini indikator yang sesuai dengan jenis pemahaman

translasi adalah menyatakan ulang sebuah konsep, memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. Sedangkan untuk jenis pemahaman interpretasi indikatornya adalah mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya. Untuk pemahaman ekstrapolasi indikatornya adalah mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep, menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu, mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.

28

Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis (Jakarta: Kencana 2004) ed. Pertama h.145


(39)

2. Perbedaan Pembelajaran Learning Cycle dengan Pembelajaran Konvensional

Metode pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa digunakan untuk menyampaikan materi dalam kelas.Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang mengacu pada guru dimana guru adalah tokoh utama dalam pembelajaran.Penggunaan pembelajaran ini dianggap praktis, karena hanya menggunakan metode -metode sederhana.Pengajaran berpusat pada guru adalah perilaku pengajaran yang paling umum yang diterapkan di sekolah- sekolah di seluruh dunia.Peserta didik berperan sebagai pengikut dan penerima pasif dari kegiatan yang dilaksanakan.Sebagai salah satu komponen pembelajaran metode memiliki arti yang penting dan patut pertimbangan sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung.Sedangkan pembelajaran learning cycleadalah rangkaian tahap-tahap kegiatan yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan,berikut adalah perbedaan pembelajaran learning cycle dengan pembelajaran konvensional:

No Pembelajaran Learning cycle Pembelajaran Konvensional 1. Engagement (membangkitkan

minat)

 siswa dikenalkan terhadap materi yuang akan dipelajari melalui cara mengaitkan masalah dengan kadaaan sehari-hari, serta memotivasi meraka untuk merangsang keaktifan untuk keinginan dalam mempelajari konsep, serta memperhatikan guru.

 Siswa diberikan tumpukan informasi dari guru sampai saatnya diperlukan


(40)

2. Explore (menyelidiki)

 Siswa di bentuk kelompok-kelompok kecil antara 2-4 siswa. Siswa bersama teman sekelompoknya dapat mengobservasi, bertanya, siswa didororong untuk menguji hipotesis dan atau membuat hipotesis baru

 Siswa lebih banyak belajar secara individual

3. Explain (menjelaskan)

 siswa menjelaskan dan meringkas hasil yang diperoleh serta menjelaskan suatu konsep dengan kalimat atau pemikiran sendiri

 Pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak, siswa hanya mendengarkan penjelasan guru.

4. Elaborate (menerapkan)

 siswa diberikan kesempatan untuk menerapkan pengetahuan yang baru mereka temukan, .dan dapat membangkitkan pertanyaan baru untuk mengetahui penyelidikan selanjutnya

 guru hanya memberi latihan /tugas tanpa arahan dan bimbingan mengenai tugas yang diberikan.

5. Evaluate (menilai )

 guru dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru dan siswa dapat melakukan

 Tujuan akhir adalah nilai atau angka, guru tidak harus mengetahui pemahaman siswa dalam menerapkan konsep.


(41)

evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya

Table 2.1 Perbedaan Learning Cycle dengan konvensional

3. Hasil Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan dengan judul “Penerapan model learning cycle untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa” adalah sebagai berikut:

1) Nina Agustyaningrum dengan judul penelitian “Implementasi Model Pembelajaran learning cycle5E untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi MatematisSiswa Kelas IXB SMP Negeri 2 Sleman”. Penelitian tersebut dilakukan di kelas IX semester 1 SMP Negeri 2 Sleman tahun 2010/2011. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah peningkatan kemampuan komunikasi siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran learning cycle lebih baik daripada peningkatan kemampuan komunikasi siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran dengan model pembelajaranlearning cycle. Kemampuan komunikasi matematis siswa secara lisan dioptimalkan pada tahap exploration dan explanation. Pada tahap

exploration dan explanation, kegiatan siswa dalam diskusi kelompok maupun diskusi klasikal dapat menunjang kemampuan komunikasi matematisnya secara lisan. Pada tahap ini siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengungkapkan gagasan-gagasan matematis yang dimiliki. Mereka dapat saling bertukar ide secara leluasa dalam menyelesaikan permasalahan. Sedangkan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa secara tertulis, lebih dioptimalkan pada tahap elaboration. Pada tahap ini


(42)

siswa mengerjakan soal-soal pemecahan masalah sehingga sangat penting untuk memperhatikan langkah-langkah pengerjaan siswa. Siswa dilatih untuk dapat menyusun jawaban yang terstruktur dengan baik. Penulisan simbol, istilah, dan struktur kalimat matematika juga penting untuk diperhatikan.29 Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian siswa menunjukkan respon yang positif terhadap model pembelajran learning cycle.

2) Apriyani dengan judul penelitian “Penerapan Model Learning Cycle “5E” pada Pokok Bahasan Prisma dan Limas di SMP N 2 Sanden kelas VIII .Pada siklus 1, pemahaman konsep siswa belum matang dan siswa belum terbiasa dengan soal-soal pemecahan masalah. Hal ini mengakibatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kurang optimal Dari empat indikator kemampuan pemecahan masalah yang ditetapkan, baru satu indikator yang mencapai katagori tinggi, yakni indikator memahami masalah, sedangkan tiga indikator yang lain belum mencapai katagori yang diinginkan. Oleh karenanya, beberapa tahap dalam pembelajaran model Learning Cycle “5E” di siklus 2 perlu ditingkatkan. Tahap-tahap tersebut diantaranya exploration, explanation, dan elaboration. Perbaikan pada tahap exploration dan

explanation dilakukan dengan mengefektifkan diskusi kelompok maupun diskusi kelas, sedangkan perbaikan pada tahap elaboration dilakukan dengan menambah soal yang terdapat dalam lembar aktivitas siswa . Soal-soal yang diberikan disusun berdasarkan tingkat kesulitannya, sehingga dapat menambah pemahaman konsep siswa tentang materi yang diajarkan. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model Learning Cycle “5E” pada pokok bahasan prisma dan limas di SMP N 2 Sanden kelas VIII dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.30

29

Nina Agustyaningrum “Implementasi Model Pembelajaran learning cycle5E untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi MatematisSiswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Sleman”.(Universitas Negeri Yogyakarta, 2010) Tidak diterbitkan

30

Apriyani, Penerapan Model Learning Cycle “5E” pada Pokok Bahasan Prisma dan Limas di SMP N 2 Sanden kelas VIII.”.(Universitas Negeri Yogyakarta, 2010) Tidak diterbitkan


(43)

B. Kerangka Berpikir

Pemahaman konsep matematika merupakan salah satu tujuan pembelajaran matematika yang ditetapkan oleh Kemdiknas. Pemahaman konsep matematika merupakan landasan dasar dalam belajar matematika, oleh karena itu dalam pembelajaran matematika yang ditekankan terlebih dahulu adalah pemahaman konsep yang baik dan benar. Agar siswa lebih memahami konsep dengan baik dan benar, para guru matematika harus berusaha untuk mewujudkan keabstrakan konsep menjadi yang lebih konkret.

Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa dalam mengklasifikasikan konsep dan mengimplementasikan konsep berdasarkan contoh dan bukan contoh, dan siswa dapat mengungkapkan suatu konsep dengan menggunakan kata-kata sendiri disertai alasannya.Masalah yang sering terjadi yaitu siswa hafal suatu konsep, tetapi siswa tidak bisa menerapkan suatu konsep dalam pemecahan masalah. Selain itu kebiasaan guru langsung memberikan suatu konsep secara baku, tanpa menjelaskan pembentukan konsep itu berlangsung. Akibatnya ketika siswa mengerjakan soal yang berbeda dengan yang diberikan oleh guru siswa belum mampu mengerjakannya.

Salah satu cara agar siswa mudah memahami konsep matematika, yaitu dengan melibatkan siswa secara aktif dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam memahami sebuah konsep serta menyelesaikan masalah dengan keterampilan-keterampilan dan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki.

Model learning cycle adalah belajar dengan Lima fase terdiri atas fase

engagement yaitu guru memotivasi atau menarik perhatian siswa untuk mempelajari materi yang akan dibahas. Fase explore yaitu menyelidiki untuk memperoleh pengetahuan dengan pengalaman secara langsung dan berhubungan dengan konsep yang akan dipelajari dan pada tahap ini dibentuk kelompok-kelompok kecil antara 2-4 siswa, kemudian diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa pembelajaran langsung dari guru, pada fase ini siswa dikondisikan untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal. Fase explain yaitu menjelaskan konsep-konsep yang siswa temukan


(44)

pada fase explore. Fase elaborate yaitu fase siswa diberikan kesempatan untuk menerapkan. Pada fase evaluate, guru melakukan evaluasi selama proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan tingkat berpikir siswa, mulai dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran.

Secara operasional yang dimaksud dengan model learning cycle dalam penelitian ini adalah suatu model yang menuntut siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran melalui pertanyan-pertanyaan yang diberikan oleh guru mengenai materi yang sedang dipelajari; bekerja sama dengan siswa lain untuk menyelesaikan suatu permasalahan untuk mendapatkan suatu solusi yang sedang mereka pelajari sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki; mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri.

Pembelajaran matematika menjadi efektif jika diajarkan dengan pendekatan model pembelajaran learning cycle, Model pembelajaran learning cycle lebih memusatkan pada pengembangan kemampuan peserta didik melalui kerja kooperatif dan latihan soal yang bervariasi yang sifatnya menantang dan

meaningful sehingga siswa di harapkan tidak akan bosan mengerjakan soal yang diberikan. Dengan demikian diharapkan model pembelajaran learning cycle lebih efektif.

Berdasarkan uraian diatas, dapat di asumsikan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran learning cycle kemampuan pemahaman konsep matematik siswa dapat meningkat dengan berarti:


(45)

Bagan 2.3 Kerangka Konseptual

C. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah “Dengan diterapkan model learning cycle 5e dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa kelas VII SMPN 1 Pagedangan.”

Pemahaman siswa terhadap materi bangun datar

Menggunakan model pembelajaran

learning cycle 5e.

Membuat review atas pelaksanaan rencana pemecahan masalah

Explain

Elaborate Evaluate Explore Engagement

Memahami masalah

Membuat rencana pemecahan masalah

Melaksanakan rencana pemecahan Melaksanakan rencana pemecahan


(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Pagedangan yang beralamat di Jalan raya Pagedangan, kec. Pagedangan Tangerang. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Nopember 2013 semester ganjil tahun ajaran 2013/2014.

B.

Metode

dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian quasi eksperimen, yaitu metode eksperimen yang tidak memungkinkan peneliti melakukan pengontrolan penuh terhadap variabel dan kondisi eksperimen. Kelompok pertama adalah kelompok eksperimen yang dalam proses pembelajaran diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle, sedangkan kelompok kedua adalah kelompok kontrol yang dalam proses pembelajaran diberikan perlakuan dengan pembelajaran konvensional.

Desain penelitian yang digunakan adalah desain kelompok kontrol dan eksperimen dengan posttest (Two Randomized Subject Posttest Only), untuk lebih jelasnya rancangan penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel di bawah ini:1

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Treatmen Post Test

E Y

C Y

1

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya , (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet. 6, h. 185


(47)

Keterangan:

E : Kelompok eksperimen C : Kelompok kontrol

: Perlakuan pada kelompok eksperimen yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle

: Perlakuan pada kelompok kontrol yaitu pembelajaran secara konvensional

: Tes kemampuan pemahaman konsep matematika yang diberikan kepada kedua kelompok

Desain penelitian yang dimaksud yaitu sebagai berikut :

C.

Populasi

dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian. Sedangkan sampel adalah sebagai bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.2

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 1 Pagedangan, populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagedangan. Penempatan siswa SMP Negeri 1 Pagedangan dilakukan secara merata dalam kemampuan, artinya tidak ada kelas unggulan serta kurikulum yang diberikan juga sama, maka karakteristik antar kelas dapat dikatakan homogen. Sedangkan, karakteristik dalam kelas cukup heterogen, artinya ada siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 68 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah Cluster Random Sampling, yaitu akan dipilih dua kelas secara acak dari beberapa kelas yang homogen. Pengambilan acak kluster dilakukan jika populasi tidak terdiri dari individu-individu melainkan dari kelompok-kelompok individu dalam kluster. Kelas 7D dengan jumlah siswa 33 orang sebagai kelas eksperimen dan kelas 7B dengan jumlah siswa 35 orang sebagai kelas kontrol.

2


(48)

D.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan memberikan tes berupa tes essay. Tes ini akan diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan soal yang sama dan dilakukan pada akhir pokok bahasan materi aretmatika social yang telah dipelajari dan disusun berdasarkan silabus SMP Negeri 1 Pagedangan. Tes tertulis ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dalam menjawab soal-soal yang diberikan pada materi aritmatika sosial.

E.

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes. Tes yang digunakan adalah tes uraian yaitu berupa 15 soal-soal tentang pemahaman konsep yang berguna untuk mengukur pemahaman konsep matematika siswa pada materi aritmatika social. Tes kemampuan pemahaman konsep matematika yang diberikan sesuai dengan indikator pemahaman konsep matematika yaitu translasi : (1) menyatakan ulang sebuah konsep, (2) memberikan contoh dan bukan contoh, (3) menyajikan konsep alam berbagai konsep, interpretasi : mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsep, ekstrapolasi : (1) mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep, (2) mengaplikasikan konsep pada pemecahan masalah, yang disesuiakan dengan kurikulum SMP Negeri 1 Pagedangan.

Menurut hasil diskusi dengan beberapa teman peneliti yang sebelumnya sudah melakukan penelitian tentang pemahaman konsep yaitu saudari Nina Novianti (P. Matematika 2007), Dita Mulwanasari ( P. Matematika 2007), dan Shinta Kharunnisa (P. Matematika 2007) , maka di didapat kisi-kisi instrumen yang digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep matematika siswa pada materi Aritmatika Sosial, kisi-kisinya adalah sebagai berikut:


(49)

Tabel 3.2

Kisi-kisi Pemahaman Konsep Matematika No Indikator Pemahaman

Konsep (Bloom)

Indikator Kompetensi Dasar No Butir Soal

1. Kemampuan menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari

Menentukan besar harga penjualan, harga pembelian, keuntungan dan kerugian.

1

2. Kemampuan

mngklasififikasikan objk-objek berdasarkan sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsep

 menentukan harga pembelian, keuntungan dan kerugian.

 Menentukan persentase untung dan rugi

 Menentukan harga penjualan dan harga pembelian dari persentase untung atau rugi

 Menggunakan konsep diskon, bruto, netto dan tara dalam kehidupan sehari-hari

 Menggunakan konsep bunga tabungan dan pajak dalam kehidupan sehari-hari 2 3 4 5 10 3. Kemampuan memberikan

contoh dan non contoh dari konsep

Menggunakan konsep diskon, bruto, netto dan tara dalam kehidupan sehari-hari

6

4. Kemampuan menerapkan konsep secara algoritma

Menggunakan konsep bunga tabungan dan pajak dalam kehidupan sehari-hari.


(50)

5. Menyatakan ulang sebuah konsep

 Menggunakan konsep perbandingan.

11, 12

6. Menyajikan konsep dalam bentuk representase matematika

Menyelesaikan masalah menggunakan perbandingan senilai.

15

7. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep

Menggunakan konsep diskon, bruto, netto dan tara dalam kehidupan sehari-hari

8

.8. Mengaplikasikan konsep pada pemecahan masalah

 Menggunakan konsep bunga tabungan dan pajak dalam kehidupan sehari-hari.

 Menggunakan konsep skala dan

perbandingan dalam

menyelesaikan masalah

9

13

Seperti pada penelitian ilmiah lainnya, maka instrumen penelitian ini perlu diuji validitas dan reliabilitas agar layak digunakan sebagai alat pengumpulan data.

1. Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevaliditasan atau keshahihan suatu instrumen.3 Suatu instrumen dikatakan valid apabila tes tesebut mengukur apa yang sebenarnya diukur. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur validitasnya adalah dengan menggunakan rumus korelasi

Product Moment, yaitu:4

3

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), ed. Revisi VII, cet. 13, h. 168

4


(51)

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ } Keterangan:

Rxy = koefisien korelasi

n = banyak siswa

X = jumlah skor butir instrumen

Y = jumlah skor total

XY =jumlah hasil kali skor X dengan Y untuk setiap responden

X2 = jumlah kuadrat skor butir soal

Y2 = jumlah kuadrat skor total

Untuk mengetahui valid atau tidaknya soal, maka rhitung dibandingkan dengan rtabel product moment dengan taraf signifikasi 5% (α = 0,05). Adapun

kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

 Jika rxy≥ rtabel, maka soal dinyatakan valid

 Jika rxy < rtabel, maka soal dinyatakan tidak valid.

Di bawah ini adalah hasil mengenai uji validitas instrumen, Adapun hasil perhitungan selengkapnya mengenai uji validitas instrumen dapat dilihat pada lampiran 11:

Tabel 3.3

No. r Hitung r Tabel Keterangan No. r Hitung r Tabel Keterangan

1 0.45 0.361 Valid 9 0.644 0.361 Valid


(52)

Rekapitulasi Uji Validitas Instrument

Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas instrument yang terdapat pada table di atas, dari 15 butir soal yang diujicobakan diperoleh 9 butir soal yang valid dan 6 butir soal yang tidak valid. Dari 9 soal itu meliputi ; 1 soal (soal no. 3) mewakili indikator menentukan besar harga penjualan, harga pembelian, keuntungan dan kerugian, 3 soal (soal no. 7,5 dan 8)mewakili indiksator menggunakan konsep diskon, bruto, netto dan tara dalam kehidupan sehari-hari. 2 soal (soal no. 9 dan 10) mewakili indikator menggunakan konsep bunga dan pajak dalam kehidupan sehari-hari, 1 soal (soal no. 12) mewakili indikator konsep skala dalam menyelesaikan masalah, dan 2 soal (soal no. 14 dan 15) mewakili indikator menyelesaikan masalah menggunakan perbandingan senilai.

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.5 Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha, yaitu:6

∑ ∑

Keterangan:

5

Ibid., h. 178 6

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), ed. Revisi, cet. 9, h. 100

3 0.588 0.361 Valid 11 0.351 0.361 Invalid

4 0.305 0.361 Invalid 12 0.442 0.361 Valid

5 0.371 0.361 Valid 13 0.091 0.361 Invalid

6 0.405 0.361 Valid 14 0.401 0.361 Valid

7 0.242 0.361 Invalid 15 0.415 0.361 Valid


(53)

R11 : reliabilitas instrumen

K : jumlah burit soal atau item yang valid

v : jumlah varians butir soal

t : varians total

Tabel 3.4

Kriteria koefisiensi Reliabilitas

Interval Kriteria

0,80 ≤ r≤ 1,00 Sangat tinggi

0,70 ≤ r < 0,80 Tinggi

0,40 ≤ r < 0,70 Sedang

0,20 ≤ r < 0,40 Rendah

r < 0,20 Sangat rendah

( )

= 0,61

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen penelitian di atas, diperoleh nilai 0,61. Hasil perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 13. Karena nilai 0,60 terdapat pada kriteria 0,40 < r ≤ 0,70, maka instrumen penelitian

tersebut dapat disimpulkan memiliki kriteria koefisien reliabilitas yang sedang, yang artinya tes yang digunakan memiliki ketetapan jika digunakan.


(54)

Uji taraf kesukaran soal dengan menghitung indeks besarannya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui soal-soal mudah, sedang, dan sukar. Untuk mengetahui indeks kesukaran dapat menggunakan rumus sebagai bertikut:7

Keterangan:

P : indeks kesukaran

B : jumlah siswa yang menjawab soal tes dengan benar JS : jumlah total siswa

Tabel 3.5

Indeks Taraf Kesukaran

Nilai P Keterangan

0,00 – 0,30 Soal sulit 0,31 – 0,70 Soal sedang 0,71 – 1,00 Soal mudah

Adapun hasil rekapitulasi perhitungan mengenai taraf kesukaran dapat dilihat pada tabel berikut:

7


(55)

Tabel 3.6 Taraf Kesukaran

No. P B JS Keterangan

1 0.42 63 150 sedang

2 0.68 102 150 sedang

3 0.81 122 150 mudah

4 0.81 122 150 mudah

5 0.57 85 150 sedang

6 0.36 54 150 sedang

7 0.79 118 150 mudah

8 0.87 130 150 mudah

9 0.49 73 150 sedang

10 0.73 109 150 mudah

11 0.33 50 150 sedang

12 0.8 120 150 mudah

13 0.71 107 150 mudah

14 0.43 64 150 sedang

15 0.71 107 150 mudah

Berdasarkan hasil perhitungan uji tingkat kesukaran butir soal instrumen di atas, lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 15, dari 15 soal yang yang

diujicobakan diperoleh 8 soal dengan tingkat kesulitan “ mudah” dan 7 soal dengan tingkat kesukaran “sedang”.

4. Uji Daya Pembeda

Uji daya pembeda soal bertujuan untuk mengetahui kemampuan suatu soal dalam membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal dapat digunakan rumus:8

8


(1)

Lampiran 23 149

Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen Kelas

Interval

Batas

Kelas z F(z)

Luas Kelas Interval

Fe Fo (Fo-Fe)2/Fe

21.5 -2.13 0.0167274

22 - 31 0.0407596 1.3450677 3 2.04

31.5 -1.58 0.057487

32 - 41 0.0949902 3.134675 3 0.01

41.5 -1.03 0.1524772

42 - 51 0.1647349 5.4362516 5 0.04

51.5 -0.48 0.3172121

52 - 61 0.2126204 7.0164716 4 1.30

61.5 0.07 0.5298324

62 - 71 0.2042498 6.7402421 7 0.01

71.5 0.63 0.7340822

72 - 81 0.1460333 4.8190974 8 2.10

81.5 1.18 0.8801154

82 - 91 0.0777038 2.5642259 3 0.07

91.5 1.73 0.9578193

Rata-rata 60.14

Simpangan Baku 18.17

x^2Hitung 5.56

x^2 Tabel (0.05)(3) 9.49

x^2 Tabel (0.01)(3) 13.28

Data Berasal dari Populasi yang Berdistribusi Normal Kesimpulan : Terima Ho

 Z = Batas kelas – Rata-rata / Simpangan Baku

 F(z) = NORMSDITST(z)

 Luas Kelas Interval = selisih F(z) yang berikutnya dengan F(z) yang mendahuluinya

 Fe = Banyaknya siswa (n) x Luas Kelas Interval

∑ Keterangan :

2

= harga chi-square fo= frekuensi observasi fe= frekuensi ekspektasi


(2)

Lampiran 24 150

Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol Kelas

Interval

Batas

Kelas z F(z)

Luas Kelas Interval

Fe Fo (Fo-Fe)2/Fe

19.5 -1.69 0.0459845

20 - 29 0.0852089 2.9823127 6 3.05

29.5 -1.12 0.1311934

30 - 39 0.1577639 5.5217358 7 0.40

39.5 -0.56 0.2889573

40 - 49 0.2141946 7.4968103 4 1.63

49.5 0.01 0.5031519

50 - 59 0.2132666 7.4643327 5 0.81

59.5 0.57 0.7164185

60 - 69 0.1557222 5.4502765 9 2.31

69.5 1.14 0.8721407

70 - 79 0.0833787 2.9182537 3 0.00

79.5 1.70 0.9555194

80 - 89 0.0327315 1.1456038 1 0.02

89.5 2.27 0.9882509

Rata-rata 49.36

Simpangan Baku 17.72

x^2Hitung 8.23

x^2 Tabel (0.05)(3) 9.49

x^2 Tabel (0.01)(3) 13.28

Data Berasal dari Populasi yang Berdistribusi Normal Kesimpulan : Terima Ho

 Z = Batas kelas – Rata-rata / Simpangan Baku

 F(z) = NORMSDITST(z)

 Luas Kelas Interval = selisih F(z) yang berikutnya dengan F(z) yang mendahuluinya

 Fe = Banyaknya siswa (n) x Luas Kelas Interval

∑ Keterangan :

2

= harga chi-square fo= frekuensi observasi fe= frekuensi ekspektasi


(3)

Lampiran 25 151

Perhitungan Uji Hipotesis Statistik

Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Rata-rata 60.14 49.36

Varians(S2) 330.11 313.95

S Gabungan 17.94

t Hitung 2.48

t Tabel 2.00

Kesimpulan Tolak Ho

̅̅̅̅ ̅̅̅̅

Keterangan :

̅̅̅̅ dan ̅̅̅̅ = Nilai rata-rata hitung data kelas eksperimen dan kontrol S12 dan S22 = Varians data kelas eksperimen dan kontrol

Sgab = Simpangan baku kedua kelas


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh metode pembelajaran sq3r terhadap pemahaman konsep matematika siswa

5 27 160

Pengaruh model pembelajaran learning cycle terhadap keterampilan berpikir kritis siswa

0 22 8

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE BERBANTUAN MODUL SMART INTERAKTIF TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMA MATERI POKOK HIDROKARBON

0 3 172

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E TERHADAP

0 0 9

PENINGKATAN KOMUNIKASI DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Peningkatan Komunikasi Dan Pemahaman Konsep Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Learning Cycle ‘5E’ (PTK Pada Siswa Kelas VII PK Semester Genap SMP Muhammadiyah

0 0 17

PENINGKATAN KOMUNIKASI DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Peningkatan Komunikasi Dan Pemahaman Konsep Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Learning Cycle ‘5E’ (PTK Pada Siswa Kelas VII PK Semester Genap SMP Muhammadiyah

0 1 15

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA ALJABAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA ALJABAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE ENGAGEMENT, EXPLORATION, EXPLANATION,

0 2 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA.

0 3 43

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 5E TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL.

0 0 56

Pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan Geogebra terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

0 2 12