PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(1)

Tanti Sri Wahyuni

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Genap

Tahun Pelajaran 2011/2012) Oleh

TANTI SRI WAHYUNI

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan model pembelajaran kooperatif yang mengandung unsur permainan akademik. Proses belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga diharapkan siswa termotivasi untuk belajar dengan giat yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat konsentrasi, kecepatan menyerap materi pelajaran, dan kematangan pemahaman terhadap sejumlah materi pelajaran sehingga hasil belajar mencapai optimal.

Penelitian ini adalah eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap pemahaman konsep matematika. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran yang terdistribusi dalam 10 kelas. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII.1 dan VII.3 yang diambil secara purposive random sampling. Data penelitian diperoleh melalui tes pemahaman konsep.


(2)

Tanti Sri Wahyuni Penelitian menyimpulkan bahwa rata-rata skor pemahaman konsep matematika pada kelas eksperimen sama dengan rata-rata skor pemahaman konsep matematika kelas kontrol dengan taraf signifikansi 5%. Artinya, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematika.


(3)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Genap

Tahun Pelajaran 2011/2012) (Skripsi)

Oleh

TANTI SRI WAHYUNI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Genap

Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh Tanti Sri Wahyuni

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(5)

Judul Skripsi : PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA( Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012 )

Nama Mahasiswa : Tanti Sri Wahyuni Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021053

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Caswita, M.Si. Drs. M. Coesamin, M.Pd. NIP 19671004 199303 1 004 NIP 19591002 198803 1 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Caswita, M.Si. ____________

Sekretaris : Drs. M. Coesamin, M.Pd. ____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. ____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(7)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Pembelajaran Kooperatif ... 8

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) ... 10

3. Pemahaman Konsep Matematika ... 15

B. Kerangka Pikir ... 17


(8)

xiii III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ... 20

B. Desain Penelitian ... 21

C. Langkah Penelitian ... 22

D. Data Penelitian ... 22

E. Teknik Pengumpulan Data ... 23

F. Instrumen Penelitian ... 23

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 24

1. Uji Normalitas ... 24

2. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas) ... 25

3. Uji Hipotesis ... 26

4. Uji Proporsi... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 29

B. Pembahasan ... 32

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 35

B. Saran ... 35 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Perolehan Poin Permainan Untuk Empat Pemain ... 14

2.2. Perolehan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain... 14

2.3. Kriteria Penghargaan Kelompok... 15

3.1 Hasil Ujian Midsemester Ganjil Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2011/2012 pada Bidang Studi Matematika ... 21

3.2 Desain Penelitian ... 22

4.1 Hasil Analisis Data Pemahaman Konsep Matematika ... 30

4.2. Hasil Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematika ... 31

4.3. Hasil Uji Homogenitas Variansi Data Pemahaman Konsep Matematika ... 32


(10)

MOTTO

“Maka sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.

Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.”


(11)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Tanti Sri Wahyuni NPM : 0743021053

Program Studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat karya yang telah diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandarlampung, November 2012 Yang menyatakan,

Tanti Sri Wahyuni NPM. 0743021053


(12)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT dan junjungan Nabi Besar

MUHAMMAD SAW

Ku persembahkan karyaku ini kepada :

Bapak dan Ibu yang tak henti-hentinya mendoakanku, selalu

memberikan dukungan dan semangat serta usaha dan kerja keras

yang diberikan demi keberhasilanku

Mas Sur, Mas Yo, Mbak Iyah, dan Dedek Isfa’ar yang selalu

mendoakan dan mendukungku

Seluruh keluarga besarku yang turut mendoakan demi

keberhasilanku

Para pendidik yang telah mendidikku dengan sabar

Almamater tercinta


(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di dusun Blitar, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung pada tanggal 28 Februari 1989. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Suwandi dan Ibu Siti Rodiyah.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Gemahripah Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu pada tahun 2001. Pada tahun 2004, penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Pagelaran Kabupaten Pringsewu. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Pagelaran Kabupaten Pringsewu pada tahun 2007.

Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur seleksi Non SPMB. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti organisasi yaitu sebagai anggota organisasi Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam (FPPI). Pada tahun 2011, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Gajah Mada Bandarlampung.


(14)

ix

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT terhadap Pemahaman Konsep Matematika (Studi Pada Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)”.

Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan selaku pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan nasihat, motivasi dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan nasihat, motivasi dan


(15)

x sumbangan pemikiran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan bimbingan, saran serta arahan kepada penulis.

5. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menyelesaikan studi.

7. Bapak Suwardi. SY, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1 Pagelaran Kabupaten Pringsewu yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.

8. Bapak Dermawan, S.Pd., selaku guru matematika kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Kabupaten Pringsewu yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian.

9. Siswa/siswi kelas VII.1, VII.3, dan VII.5 SMP Negeri 1 Pagelaran Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2011/2012 atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.

10.Bapak dan Ibu tercinta, atas perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini, yang tidak pernah lelah untuk selalu mendoakan yang terbaik buat anak-anaknya.

11.Mamas-mamasku dan mbakku yang telah memberikan doa, semangat, dan motivasi kepadaku.

12.Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2007 Non Reguler Pendidikan Matematika: Dwi A, Ana, Dina N, Cwie, Devi, Sri, Fitri, Berta, Vera, Vina, Lia, Indah, Rista, Reni, Mbak Leni, Fiska, Vivi, Yesi, Achiez, Nesha, Uya,


(16)

xi Robert, Indri, Billy, Bang Lihin, Dhea, Tina, Sevia, Nana, Rita, Efa, Mira, Mbak Yemi, Dina A, Monlila, Ali, Ifan, Dani, Komang, Mbak Endah, Heru, Bang Ken, Adi, Munif, atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah dan takkan pernah terlupakan untuk selamanya.

13.Almarhumah Haris Setiawan semoga amal dan ibadahnya diterima oleh Allah SWT.

14.Teman-teman seperjuangan PPL di SMA Gajah Mada Bandarlampung (Ana, Wuri, Okta, Lista, Dora, Meri, Ajat, Hamidi, Alvin dan Hafid ) atas kebersamaan selama tiga bulan yang luar biasa.

15.Teman-teman angkatan 2007 reguler, kakak-kakakku angkatan 2004 sampai 2006 dan adik-adikku angkatan 2008 sampai 2011 terima kasih atas kebersamaannya.

16.Almamater yang telah mendewasakanku.

17.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Aamiin.

Bandarlampung, November 2012 Penulis


(17)

1

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan senantiasa berkenaan dengan manusia, merupakan upaya sadar untuk membina dan mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1 yang menjelaskan:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat terlepas dari perkembangan ilmu-ilmu yang mendasarinya salah satunya adalah matematika. Sebagai salah satu ilmu dasar, matematika mempunyai peranan penting dalam aspek terapannya dan aspek penalarannya. Matematika diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah untuk membekali siswa agar memiliki kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta memberikan keterampilan kepada mereka untuk mampu menggunakan penalaran dalam memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari. Agar mudah


(18)

2 memahami konsep-konsep matematika maka dalam mempelajari matematika harus sesuai dengan urutan yang logis, yaitu diawali dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks.

Dalam pembelajaran matematika, pemahaman konsep merupakan hal yang sangat penting guna ketercapaian hasil belajar yang optimal. Dengan pemahaman konsep yang baik diharapkan siswa dapat memecahkan permasalahan matematika. Dalam usaha untuk memberikan pemahaman konsep yang baik, siswa dituntun untuk menemukan sendiri konsep matematika yang sedang dipelajari. Namun, yang terjadi saat ini dalam proses pembelajaran siswa hanya menerima apa yang diberikan oleh guru tanpa mengembangkan kemampuan berfikir siswa dalam menemukan konsep.

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif untuk diterapkan oleh guru agar siswa dapat memahami suatu konsep. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu, dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar.

Model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak variasi, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan model pembelajaran kooperatif


(19)

3 yang mudah diterapkan yang melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan. Proses belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa serta dapat menumbuhkan tanggung jawab, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.

Dengan adanya turnamen dalam TGT, setiap siswa berlomba sebagai wakil kelompok dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan akademik setara. Hasilnya, siswa-siswa yang berprestasi rendah pada setiap kelompok memiliki peluang yang sama untuk memperoleh poin bagi kelompoknya sebagai siswa yang berprestasi tinggi. Siswa yang mewakili kelompok untuk bertanding dapat berubah-ubah atas dasar penampilan dan prestasi masing-masing anggota. Misalnya mereka yang berprestasi rendah, yang mula-mula bertanding melawan siswa-siswa kemampuannya sama dapat bertanding melawan siswa-siswa yang berprestasi tinggi ketika mereka menjadi lebih mampu. Permainan dan turnamen akademik ini akan memperkuat pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Selain itu, adanya unsur kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT, diharapkan siswa dapat menikmati proses pembelajaran dengan situasi yang menyenangkan dan termotivasi untuk belajar dengan giat yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat konsentrasi, kecepatan menyerap materi pelajaran, dan kematangan pemahaman terhadap sejumlah materi pelajaran sehingga hasil belajar mencapai optimal.


(20)

4 Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat diterapkan pada siswa yang memiliki rasa ingin tahu yang besar, siswa yang kurang aktif dalam kerja kelompok, dan siswa yang kurang dapat mengeksplor kemampuan dalam dirinya, seperti kemampuan dalam mengungkapkan pendapat atau memberi tanggapan, keberanian untuk bertanya atau menjawab pertanyaan guru, sehingga dengan pembelajaran TGT ini siswa dapat mengungkapkan pendapat/bertukar pikiran dengan teman dalam satu kelompok maupun dengan kelompok lain dan berbagi informasi dengan tanya jawab. Selain itu, setiap siswa memiliki tanggung jawab terhadap kelompoknya, pada saat turnamen semua siswa dalam masing-masing kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk keberhasilan kelompoknya. Berdasarkan wawancara dengan guru matematika kelas VII di SMP Negeri 1 Pagelaran diperoleh informasi bahwa banyak dijumpai siswa yang masih memiliki nilai rendah, terutama mata pelajaran matematika. Hasil belajar matematika yang dicapai siswa masih banyak yang berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 68. Rata-rata siswa yang mencapai KKM hanya 34,48%. Pada proses pembelajaran, guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Proses pembelajarannya dimulai dengan guru menjelaskan materi, memberikan contoh soal, latihan soal dan memberikan PR. Pembelajaran konvensional cenderung berpusat pada guru. Proses pembelajaran yang berpusat pada guru tersebut, dengan guru sebagai penyampai materi atau penceramah dan siswa sebagai pendengar mempunyai kelemahan yaitu siswa cenderung ribut, mengantuk, tidak ada siswa yang mau bertanya, dan siswa tidak mampu menjawab dengan sempurna pertanyaan yang diberikan oleh guru.


(21)

5 Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran semester genap tahun pelajaran 2011/2012?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran semester genap tahun pelajaran 2011/2012.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis. Manfaat tersebut.


(22)

6 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemi-kiran terutama dalam mengembangkan dan meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi guru dan peneliti lain.

a. Diharapkan dapat memberikan informasi dalam upaya menyusun

pem-belajaran untuk mengembangkan dan meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

b. Diharapkan dapat menjadi sarana bagi pengembangan diri, menambah pengetahuan terkait dengan penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT serta sebagai acuan atau refrensi pada penelitian yang sejenis.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Pengaruh model pembelajaran yang dimaksud merupakan daya yang ditim-bulkan dari penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran. Pembelajaran


(23)

7 dalam penelitian ini dikatakan berpengaruh jika secara statistik memberikan hasil yang signifikan.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan suatu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok–kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan kelompok.

3. Pemahaman konsep matematika merupakan kemampuan siswa dalam

memahami konsep materi pelajaran matematika yang dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa setelah dilakukan tes pemahaman konsep. Adapun indikator pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.

c. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. d. Mengaplikasikan konsep.


(24)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:297) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Lebih lanjut UUSPN No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa ”pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

Upaya untuk meningkatkan penguasaan materi pelajaran salah satunya dengan menerapkan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nurhadi (2004:112) pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pembelajaran yang berfokus pada penggunaan


(25)

9 kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Slavin (dalam Solihatin, 2007:5) pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Tidak semua belajar kelompok bisa disebut pembelajaran kooperatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2004:31) yang menyatakan bahwa suatu pembelajaran dikatakan kooperatif jika terdapat lima unsur didalam pembelajaran tersebut. Kelima unsur tersebut adalah

“1. Saling ketergantungan positif

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. 2. Tanggung jawab perseorangan

Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperatif Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik, sehingga masing-masing anggota kelompok akan melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok dapat dilaksanakan.

3. Tatap muka

Setiap anggota kelompok diberikan kesempatan bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan hasil kerjasama jauh lebih besar dari pada jumlah hasil masing-masing anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

4. Komunikasi antar anggota

Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk mengutarakan pendapat mereka. Proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.


(26)

10 5. Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya dapat bekerjasama dengan lebih efektif.”

Menurut Slavin (1995:16) ada dua aspek yang melandasi keberhasilan pembelajaran kooperatif, yaitu:

“a. Aspek motivasi

Pada dasarnya aspek motivasi ada di dalam konteks pemberian penghargaan kepada kelompok. Adanya penilaian yang didasarkan atas keberhasilan kelompok mampu menciptakan situasi dimana satu-satunya cara bagi setiap kelompok untuk mencapai tujuannya adalah dengan mengupayakan agar tujuan kelompoknya tercapai lebih dahulu. Hal ini mengakibatkan setiap anggota kelompok terdorong utuk menyelesaikan tugas dengan baik.

b. Aspek kognitif

Asumsi dasar teori perkembangan kognitif adalah bahwa interaksi antar siswa disekitar tugas-tugas yang sesuai akan meningkatkan kualitas siswa tentang konsep-konsep penting.”

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan kembali bahwa, pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang membimbing siswa dalam sebuah kelompok kecil di dalam kelompok tersebut siswa saling berdiskusi dan berargumen serta membantu teman sekelompok yang mengalami kesulitan dalam memahami materi. Hasil diskusi dan argumentasi tersebut, akan dapat membawa siswa kepada sebuah pemahaman dan pengetahuan tentang materi yang diajarkan. Kegiatan tersebut akan membantu siswa yang lemah memahami materi dan memberikan penguatan kepada siswa yang pintar untuk dapat memahami materi.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu model pembelajaran menggunakan sistem pertandingan akademik dimana siswa bersaing untuk


(27)

11 menunjukan kemampuan tim mereka. Menurut Saco (dalam Suhadi, 2008), dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat di-susun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka). Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.

Dalam pembelajaran TGT, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4 - 5 orang yang memiliki kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan Lembar Kerja Kelompok (LKK) kepada setiap kelompok. Tugas dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan penjelasan, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. Dan untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik.

Menurut Slavin (1995:84) pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu : penyajian kelas (class presentations), belajar dalam kelompok


(28)

12 (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition).

“a) Penyajian Kelas (class presentations)

Setiap awal pembelajaran kooperatif tipe TGT selalu dimulai dengan penyajian kelas. Guru menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi.

b) Belajar Kelompok (teams)

Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Dalam kegiatan ini siswa mengerjakan LKK yang diberikan oleh guru bersama anggota kelompoknya.

c) Permainan (games)

Games terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan permainan terdiri dari pertanyaan - pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk pertandingan mingguan.

d) Pertandingan (tournament)

Pertandingan merupakan kompetensi yang digunakan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar meningkatkan prestasi belajar dan berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.”

Gambar 2.1. Skema pertandingan

A-1 A-2 A-3 A-4

Pintar sedang sedang rendah Team A

B-1 B-2 B-3 B-4

Pintar sedang sedang rendah C-1 Pintar C-2 sedang sedang rendah C-3 C-4

Team B Team C

Tournamen


(29)

13 Tournament atau pertandingan antar kelompok dilakukan sesuai dengan yang dikemukakan Slavin (1995:87) yaitu memastikan siswa yang memiliki kemampuan sama dari masing-masing kelompok ditempatkan dalam satu meja pertandingan. Siswa yang pintar dari masing-masing kelompok ditempatkan pada meja 1, siswa yang sedang pada meja 2 dan meja 3, sedangkan siswa yang rendah ditempatkan dimeja 4. Skema untuk pertandingan dapat dilihat pada Gambar 2.1. Pelaksanaan turnamen dalam satu meja turnamen terdiri dari siswa dengan kemampuan sama yang berasal dari kelompok yang berbeda. Turnamen ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu-kartu soal untuk bermain. Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dengan cara undian. Pembaca soal mengambil kartu secara acak dan membacakan soal kepada ketiga penantang. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh semua siswa dalam meja turnamen sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Apabila jawaban pembaca salah maka pembaca tidak mendapatkan hukuman, tetapi apabila jawaban penantang salah maka mendapat hukuman dengan cara mengurangi poin yang diperoleh. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh kelompoknya.


(30)

14 Perolehan poin dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2.

Tabel 2.1. Perolehan Poin Permainan Untuk Empat Pemain

Tabel 2.2. Perolehan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain

Tingkatan

Pemain Tidak Ada Seri 1-2 Seri 2-3 Seri 1-2-3 Seri

1

Top Scorer 60 50 60 40

2

Middle Scorer 40 50 30 40

3

Low Scorer 20 20 20 40

(Slavin, 1995:90)

e) Penghargaan kelompok (team recognition)

Kegiatan ini dilakukan pada setiap akhir pertandingan. Guru memberikan penghargaan berupa pujian atau pemberian poin tambahan kepada kelompok yang teraktif, terkompak, dan termaju. Langkah tersebut dilakukan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Tiga tingkatan diberikan pada kelompok yang memperoleh nilai perkembangan yang dihitung dari nilai rata-rata poin perkembangan yang diperoleh dari anggota kelompok.

Tingkatan

Pemain Tidak Ada Seri 1-2 Seri 2-3 Seri Seri 3-4 1-2-3 Seri 2-3-4 Seri 1-2-3-4 Seri 1-2 Seri 3-4 Seri 1

Top Scorer 60 50 60 60 50 60 40 50

2

High Middle

Scorer 40 50 40 40 50 30 40 50

3 Low Middle

Scorer 30 30 40 30 50 30 40 30

4


(31)

15 Tabel 2.3. Kriteria Pengahargaan Kelompok

(Sumber Slavin, 1995:90 )

Dengan adanya permainan akademik dan penghargaan kelompok diharapkan siswa termotivasi untuk belajar matematika sehingga siswa dapat memahami materi yang dipelajari.

Berdasarkan hasil penelitian Sukarmanto (2011) diperoleh bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. Dari hasil penelitian tersebut model pembelajaran kooperatif tipe TGT baik untuk diterapkan sehingga dalam penelitian ini dipilih model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pada penelitian ini, di setiap pertemuan siswa diberikan tugas untuk dikerjakan dirumah, hal ini bertujuan untuk melatih siswa agar lebih memahami dan menguasai materi yang telah disampaikan di dalam kelas. Dengan pemberian tugas ini diharapkan siswa dapat memperoleh pemahaman yang optimal.

3. Pemahaman Konsep Matematika

Pemahaman berasal dari kata dasar paham, yang berarti mengerti benar sedangkan konsep berarti suatu rancangan. Seseorang dapat dikatakan paham terhadap suatu hal apabila orang tersebut mengerti benar dan mampu menjelaskan suatu hal yang

Rata-rata poin perkembangan Penghargaan team

40 Good Team

45 Great Team


(32)

16 dipahaminya. Konsep dalam matematika diartikan sebagai suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk menggolongkan suatu objek atau kejadian. Sehingga pemahaman konsep adalah mengerti benar tentang rancangan atau ide abstrak.

Pemahaman merupakan aspek yang penting dalam pembelajaran matematika, karena dengan memahami konsep siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam pembelajaran matematika dan dapat menerapkan konsep yang telah dipelajarinya untuk menyelesaikan permasalahan yang sederhana sampai dengan yang kompleks. Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek dari tiga aspek penilaian matematika. Penilaian pada aspek pemahaman konsep ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu menerima dan memahami konsep dasar matematika yang telah diterima oleh siswa.

Polattsek (dalam Herdian, 2010) membedakan pemahaman menjadi dua yaitu “pemahaman komputasional dan pemahaman fungsional. Pemahaman komputasional yaitu dapat menerapkan sesuatu pada perhitungan rutin/sederhana, atau mengerjakan sesuatu secara algoritmik saja. Sedangkan pemahaman fungsional yaitu dapat mengaitkan suatu konsep dengan hal lainnya secara benar.” Pemahaman konsep penting guna tercapainya hasil belajar. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar atau kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Berkenaan dengan hal tersebut Dimyati dan Mudjiono (2006:3) yang mengungkapkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari guru tindak


(33)

17 mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari siswa, hasil belajar merupakan puncak dari proses belajar.

Pada penjelasan teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang penilaian perkembangan anak didik dicantumkan dalam indikator dari kemampuan pemahaman konsep sebagai hasil belajar matematika. Indikator tersebut adalah sebagai berikut:

”a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

f. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu. g. Mengaplikasikan konsep.”

B. Kerangka Pikir

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (X), serta variabel terikatnya adalah pemahaman konsep matematika (Y). Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional. Pembelajaran dengan TGT diawali dengan penjelasan materi oleh guru. Kemudian setiap siswa bekerja dalam kelompok yang telah ditentukan. Setiap kelompok diberikan tugas atau latihan dalam bentuk LKK. Masing-masing anggota kelompok harus dapat memahami tugas yang diberikan. Tugas atau latihan yang terdapat pada LKK adalah tugas atau latihan yang telah disusun sesuai dengan indikator pemahaman konsep. Apabila ada anggota kelompok yang belum paham, maka anggota kelompok lain bertanggung jawab untuk memberi penjelasan sebelum


(34)

18 mengajukan pertanyaan kepada guru. Untuk mengetahui sejauh mana konsep telah dipahami setiap kelompok, maka guru menunjuk perwakilan dari beberapa kelompok untuk mempersentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

Untuk memastikan semua kelompok telah memahami konsep yang diberikan, maka guru memberikan pertandingan. Dalam pertandingan ini, siswa terbagi dalam meja-meja pertandingan. Setiap meja pertandingan, terdiri dari 4 siswa yang berasal dari kelompok yang berbeda dengan kemampuan akademik yang homogen. Setiap siswa mengerjakan masing-masing empat soal sesuai dengan jumlah anggota dalam setiap meja pertandingan. Hasilnya diperiksa dan dinilai sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu. Siswa pada tiap meja turnamen sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, medium. Di dalam pertandingan setiap anggota kelompok memegang tanggung jawab yang besar terhadap keberhasilan kelompoknya. Jumlah skor individu untuk tiap kelompok akan dihitung setelah waktu yang telah ditentukan dalam turnamen berakhir. Kelompok yang memperoleh skor tertinggi, mendapat penghargaan kelompok. Dengan berdiskusi dalam kelompok seperti pada pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa akan lebih mudah memahami konsep. Sehingga pemahaman konsep siswa akan meningkat. Dengan pemahaman konsep yang optimal akan membantu siswa dalam memperoleh hasil belajar yang baik.

Dari uraian di atas, diduga penerapan model pembelajaran koopertif tipe TGT berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP


(35)

19 Negeri 1 Pagelaran. Untuk lebih jelasnya mengenai kerangka pemikiran diatas, dapat dilihat pada diagram Gambar 2.2.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP N 1 Pagelaran semester genap tahun pelajaran 2011/2012.

Gambar 2.2. Kerangka pemikiran Model pembelajaran kooperatif


(36)

20

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 325 siswa yang terdistribusi dalam 10 kelas dengan masing-masing kelas mempunyai rata-rata kemampuan yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Hasil Ujian Midsemester Ganjil Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2011/2012 pada Bidang Studi Matematika

Kelas Jumlah Siswa Persentase Siswa Tuntas Belajar

VII 1 32 31,25%

VII 2 32 34,375%

VII 3 32 31,25%

VII 4 33 36,36%

VII 5 33 39,40%

VII 6 32 43,75%

VII 7 33 33,33%

VII 8 33 30,30%

VII 9 33 27,27%

VII 10 32 37,5%

Jumlah 325 Rata-rata = 34,48%


(37)

21 Kemampuan matematika siswa ini dilihat dari hasil Midsemester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012. Untuk kepentingan penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive random sampling. Sampel diambil berdasarkan pertimbangan kemampuan rata-rata yang relatif sama dan dipilih dua kelas yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu kelas VII.1 sebagai kelas eksperimen dan kelas VII.3 sebagai kelas kontrol.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment) yang menggunakan desain post-test only control design, dengan kelompok pengendali yang tidak diacak sebagaimana dikemukakan Furchan (1982: 368) pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Keterangan :

= Kelas eksperimen

= Kelas pengendali atau kelas kontrol 1 = model pembelajaran TGT

2 = model pembelajaran konvensional 1 = posttest pada kelas eksperimen 2 = posttest pada kelas kontrol

Kelompok Perlakuan Post-test

E X1 O1


(38)

22

C.Langkah penelitian

Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Observasi awal, melihat kondisi lapangan seperti jumlah kelas yang ada, jumlah siswa, serta cara mengajar guru matematika.

2) Membuat Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan untuk kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

3) Menyiapkan instrumen tes penelitian berupa tes pemahaman konsep

matematika

4) Melakukan validasi instrumen tes 5) Melakukan uji coba instrumen tes

6) Melakukan perbaikan instrumen tes bila diperlukan

7) Melaksanakan perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol 8) Mengadakan tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

9) Menganalisis data

10) Membuat kesimpulan

D. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data pemahaman konsep siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(39)

23 E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Metode tes adalah suatu metode pengumpulan data yang bertujuan untuk mengetahui hasil dari suatu perlakuan. Tes diberikan sesudah pembelajaran ( post-tes) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah seperangkat alat tes yang digunakan untuk mengambil data dalam suatu penelitian. Instrumen tes pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk esai. Instrumen tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi yang diberikan. Instrumen tes dapat dikatakan memenuhi persyaratan sebagai alat apabila sekurang-kurangnya instrumen tersebut valid dan reliabel. Validitas dan reliabilitas instrumen tes merupakan dua hal yang sangat penting dalam penelitian ilmiah karena merupakan karakter utama yang menunjukkan apakah suatu tes baik atau tidak. Dalam penelitian ini validitas tes yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang ditinjau dari kesesuaian isi tes dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Validitas ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah isi soal tes tersebut sudah mewakili dari keseluruhan materi yang telah dipelajari. Oleh karena itu, dalam penelitian ini kisi-kisi dan soal tes dikonsultasikan dengan dosen pembimbing terlebih dahulu kemudian dikonsultasikan kepada guru matematika kelas VII. Jika penilaian dosen dan guru menyatakan bahwa


(40)

24 perangkat tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator maka tes tersebut dikategorikan valid.

Setelah instrumen tes dinyatakan valid, instrumen tes tersebut diuji coba di luar sampel tetapi masih dalam populasi, uji coba tes ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat reliabilitasnya.

Reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan instrumen dalam menilai apa yang dinilai. Untuk menentukan reliabilitas instrumen tes digunakan rumus Alpha. Rumus Alpha dalam Sudijono (2008: 208) adalah :

= − ∑

dimana :

r11 = koefisien reliabilitas tes

n = banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes

∑ 2 = jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item 2 = varian total

Menurut Sudijono, instrumen tes dikatakan baik bila memiliki reliabilitas lebih dari 0,70. Dari tes uji coba yang telah dilakukan diperoleh koefisien reliabilitasnya sebesar 0,74 sehingga tes dapat digunakan untuk mengukur pemahaman konsep matematika siswa.

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data skor rata-rata


(41)

25 untuk uji ini adalah:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273) :

= ( − ) Keterangan:

2 = harga Chi-kuadrat = frekuensi observasi = frekuensi harapan = banyaknya kelas interval Kriteria uji:

Terima Ho jika 2hitung 2tabel, selain itu Ho diterima, dengan taraf nyata 5%. Dan jika ternyata normal, maka dilanjutkan dengan pengujian kesamaan dua varians.

2. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data skor tes pemahaman konsep siswa yang diperoleh memiliki varians yang sama atau tidak. Untuk mengujinya dengan langkah-langkah:

1. Hipotesis Uji :

H0 : 2

2 2 1 

  (sampel berdistribusi homogen)

H1 : 12 22 (sampel berdistribusi tidak homogen) Persamaan Uji:


(42)

26 terkecil Varians terbesar Varians F

2. Keputusan uji :

Tolak H0 jika Fhitung > Ftabel dimana distribusi F yang digunakan mempunyai dk pembilang = n1 – 1 dan dk penyebut = n2 – 1, dan sebaliknya terima H0.

3. Uji Hipotesis

Jika data normal dan homogen maka dapat dilanjutkan dengan melakukan uji hipotesis. Statistik yang digunakan dalam pengujian hipotesis adalah uji t, uji satu pihak yaitu pihak kanan.

Adapun uji-t menurut Sudjana (2005: 239) sebagai berikut : 1) Hipotesis uji

0 : 1= 2 (rata-rata skor posttest kelas eksperimen sama dengan rata-rata skor posttest kelas kontrol)

H1 :1 2 (rata-rata skor posttest kelas eksperimen lebih dari rata-rata skor posttest kelas kontrol)

μ1 : rata-rata skor posttest dalam kelas eksperimen. μ2 : rata-rata skor posttest dalam kelas kontrol. 2) Taraf signifikansi :  = 5 %

3) Statistik uji

2 1 2 1 1 1 n n s x x t    ;

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s dengan :


(43)

27 1

x = rata-rata sampel ke-1 2

x = rata-rata sampel ke-2 2

1

s = variansi sampel ke-1 2

2

s = variansi sampel ke-2 1

n = ukuran sampel ke-1 2

n = ukuran sampel ke-2 4) Keputusan uji

Tolak H0 jika ℎ > 1− , dengan dk = (n1 + n2 – 2 ) dan taraf nyata 5%.

4. Uji Proporsi

Untuk mengetahui besarnya presentase ketuntasan hasil belajar siswa, dilakukan uji kesamaan dua proporsi. Langkah-langkah pengujian menurut Sudjana (2005:248) sebagai berikut.

1. Hipotesis uji

H0 : 1 2 (persentase siswa yang tuntas pada pembelajaran TGT sama dengan persentase siswa yang tuntas pada pembelajaran konvensional)

H1 : 1 2 (persentase siswa yang tuntas pada pembelajaran TGT lebih dari persentase siswa yang tuntas pada pembelajaran konvensional)

1

 : persentase siswa yang tuntas pada pembelajaran TGT 2

 :persentase siswa yang tuntas pada pembelajaran konvensional 2. Statistik uji:

)} / 1 ( ) / 1 {( / 2 1 2 2 1 1 n n pq n x n x zhitung   


(44)

28 dengan

2 1

2 1

n n

x x p

 

 dan q = 1 - p

Keterangan:

x1 = banyaknya siswa yang tuntas belajar pada pembelajaran TGT

x2 = banyaknya siswa yang tuntas belajar pada pembelajaran konvensional

n1 = banyaknya sampel pada kelas TGT

n2 = banyaknya sampel pada kelas konvensional


(45)

37

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2004. Peraturan tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik SMP

No. 506/C/Kep?PP/2004 Tanggal 11 November 2004. Ditjen Dikdasmen Depdiknas. Jakarta

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional.

Surabaya

Herdian. 2010. Kemampuan Pemahaman Matematika. [on line]. Tersedia: http://herdy07. wordpress.com/. (31 Januari 2012)

Lie, Anita. 2004. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : Grasindo.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

Slavin, Robert E. 1995. Cooperatif Learning. A Simon & Schuster Company: United States of Amerika.

Solihatin, Etin. 2007. Cooperatif Learning : Analisis Model Pembelajaran IPS.

Jakarta: Bumi Aksara.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Suhadi. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournaments) [on line]. Tersedia :

http://suhadinet.wordpress.com/2008/03/28/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-tgt-teams-games-tournaments/. (13 Februari2012)

Sukarmanto. 2011. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament

(TGT) sebagai Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Bandar lampung : Unila.


(46)

38 Tim Penyusun. 2008. Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional)


(47)

35

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari analisis data hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa secara statistik, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Namun, jika dilihat dari KKM yang ditentukan, pembelajaran TGT memberikan pengaruh karena rata-rata nilai pe-mahaman konsep matematika siswa lebih tinggi dari KKM. Hal ini karena siswa yang memperoleh nilai diatas KKM mencapai 19 siswa dari 32 siswa, artinya 50% siswa mencapai KKM.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2011/2012 dapat dikemukakan saran sebagai berikut.

1. Kepada guru yang ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

hendaknya memahami dan melaksanakan pembelajaran ini dengan pengelolaan kelas yang baik.


(48)

36 2. Kepada para peneliti yang akan melakukan jenis penelitian yang sama

hendaknya dapat mengatur waktu dengan baik dan dalam pelaksanaan turnamen dibuat lebih menarik lagi dengan memberikan penghargaan yang bermakna atau bernilai bagi siswa agar antusias siswa tinggi sehingga memperoleh hasil yang optimal.


(1)

1

x = rata-rata sampel ke-1 2

x = rata-rata sampel ke-2 2

1

s = variansi sampel ke-1 2

2

s = variansi sampel ke-2 1

n = ukuran sampel ke-1 2

n = ukuran sampel ke-2 4) Keputusan uji

Tolak H0 jika ℎ > 1− , dengan dk = (n1 + n2 – 2 ) dan taraf nyata 5%.

4. Uji Proporsi

Untuk mengetahui besarnya presentase ketuntasan hasil belajar siswa, dilakukan uji kesamaan dua proporsi. Langkah-langkah pengujian menurut Sudjana (2005:248) sebagai berikut.

1. Hipotesis uji

H0 : 1 2 (persentase siswa yang tuntas pada pembelajaran TGT sama dengan persentase siswa yang tuntas pada pembelajaran konvensional)

H1 : 1 2 (persentase siswa yang tuntas pada pembelajaran TGT lebih dari persentase siswa yang tuntas pada pembelajaran konvensional)

1

 : persentase siswa yang tuntas pada pembelajaran TGT 2

 : persentase siswa yang tuntas pada pembelajaran konvensional 2. Statistik uji:

)} / 1 ( ) / 1 {( / 2 1 2 2 1 1 n n pq n x n x zhitung   


(2)

dengan

2 1

2 1

n n

x x p

 

 dan q = 1 - p

Keterangan:

x1 = banyaknya siswa yang tuntas belajar pada pembelajaran TGT

x2 = banyaknya siswa yang tuntas belajar pada pembelajaran konvensional

n1 = banyaknya sampel pada kelas TGT

n2 = banyaknya sampel pada kelas konvensional


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2004. Peraturan tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik SMP No. 506/C/Kep?PP/2004 Tanggal 11 November 2004. Ditjen Dikdasmen Depdiknas. Jakarta

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional.

Surabaya

Herdian. 2010. Kemampuan Pemahaman Matematika. [on line]. Tersedia: http://herdy07. wordpress.com/. (31 Januari 2012)

Lie, Anita. 2004. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : Grasindo.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

Slavin, Robert E. 1995. Cooperatif Learning. A Simon & Schuster Company: United States of Amerika.

Solihatin, Etin. 2007. Cooperatif Learning : Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Suhadi. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) [on line]. Tersedia :

http://suhadinet.wordpress.com/2008/03/28/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-tgt-teams-games-tournaments/. (13 Februari2012)

Sukarmanto. 2011. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) sebagai Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Bandar lampung : Unila.


(4)

Tim Penyusun. 2008. Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003. Jakarta : Asa Mandiri


(5)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari analisis data hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa secara statistik, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Namun, jika dilihat dari KKM yang ditentukan, pembelajaran TGT memberikan pengaruh karena rata-rata nilai pe-mahaman konsep matematika siswa lebih tinggi dari KKM. Hal ini karena siswa yang memperoleh nilai diatas KKM mencapai 19 siswa dari 32 siswa, artinya 50% siswa mencapai KKM.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2011/2012 dapat dikemukakan saran sebagai berikut.

1. Kepada guru yang ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

hendaknya memahami dan melaksanakan pembelajaran ini dengan pengelolaan kelas yang baik.


(6)

2. Kepada para peneliti yang akan melakukan jenis penelitian yang sama hendaknya dapat mengatur waktu dengan baik dan dalam pelaksanaan turnamen dibuat lebih menarik lagi dengan memberikan penghargaan yang bermakna atau bernilai bagi siswa agar antusias siswa tinggi sehingga memperoleh hasil yang optimal.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 6 46

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 3 48

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP (Studi Pada Siswa Kelas VII SMPN 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 4 53

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 10 52

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 9 54

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VII.2 Semester Ganjil SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 54

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 29 40

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 10 135

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Sribhawono Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 19 132

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 15 161