Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Tinjauan Pustaka

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat dibuat suatu perumusan masalah, yaitu: 1. Bagaimana pengaruh kombinasi setil alkohol dan asam stearat terhadap sifat fisik lotion repelan minyak atsiri bunga mawar? 2. Bagaimana pengaruh kombinasi setil alkohol dan asam stearat terhadap aktivitas repelan lotion minyak atsiri bunga mawar? 3. Berapakah kombinasi setil alkohol dan asam stearat yang dapat membuat formula yang optimum pada lotion repelan minyak atsiri bunga mawar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh kombinasi setil alkohol dan asam stearat terhadap sifat fisik lotion minyak atsiri bunga mawar. 2. Mengetahui pengaruh kombinasi setil alkohol dan asam stearat terhadap aktivitas repelan lotion minyak atsiri bunga mawar. 3. Untuk mendapatkan proporsi formula yang optimum dari kombinasi setil alkohol dan asam stearat dapat sediaan lotion repelan.

D. Tinjauan Pustaka

1. Repelan Senyawa kimia yang digunakan untuk mengusir atau menghalau gigitan serangga pembawa vektor penyakit yang biasa digunakan oleh manusia dan digunakan dengan cara dioleskan disebut repelan. Penggunaan repelan dapat dilakukan dengan menggosok–gosokkan pada tubuh bagian luar. Repelan dikatakan baik jika mudah pemakaiannya, tidak lengket, bau menyenangkan, tidak mengiritasi kulit, tidak beracun, tidak menimbulkan bekas di baju, dan memiliki daya tolak yang cukup lama Soedarto, 1989. Mekanisme daya repelan nyamuk terjadi saat bau dalam repelan yang mampu meresap kedalam pori–pori kulit, dengan adanya panas pada tubuh dan lingkungan, minyak atsiri akan menguap ke udara, sehingga bau tersebut akan terdeteksi oleh reseptor kimia nyamuk yang terdapat pada antena, selanjutnya diteruskan ke impuls saraf, lalu direspon pada otak. Hal ini yang mengakibatkan nyamuk menghindar Shinta, 2010. Bahan aktif repelan bisa berasal dari bahan sintetik dan bahan alami, seperti pada tanaman. 2. Minyak atsiri bunga mawar Rosa merupakan kelompok tanaman yang banyak digunakan dalam pembuatan obat tradisional, parfum, kosmetik, dan sediaan farmasi Roodsari, 2013. Salah satu spesies dari keluarga Rosaceae yaitu mawar merah Rosa damascena Mill. berbau wangi dan banyak mengandung minyak yang dapat dipisahkan dengan cara penyulingan uap, atau ekstraksi dengan pelarut menguap. Komponen kimia penyusun mawar, diantaranya: citronellol, geraniol, nerol, linalool, dan fenil etil alkohol. Dari komponen tersebut, masing-masing komponen memiliki peran yang berbeda. Citronellol dalam mawar sebagai penentu mutu minyak mawar, karena semakin tinggi kandungan citronellol maka semakin tinggi pula kualitas mutu minyak atsiri. Tingginya kandungan komponen ini dipengaruhi oleh cara penyulingan. Geraniol sebagai komponen penyusun minyak mawar, nerol sebagai penentu warna minyak mawar, linalool akan menghasilkan sitral dengan titik cair 177 o –199 o C jika teroksidasi, dan fenil etil alkohol terdapat 35 dalam minyak mawar dan dalam bunganya terdapat 46. Sifat fisika kimia minyak atsiri bunga mawar ditunjukkan pada tabel 1. Tabel 1. Sifat – Sifat Fisika Kimia Minyak Atsiri Bunga Mawar Bobot jenis pada 15 o Putaran optik Indeks bias pada 20 o C Bilangan asam Bilangan ester Bilangan ester setelah asetilasi 0,948 – 0,992 -0 o 54’ - -2 o 42’ 1,5046 – 1,5190 2,1 – 5,1 5,6 – 10,4 278,6 – 320,6 Ketaren, 1985 Minyak atsiri bunga mawar memiliki banyak kegunaan, salah satunya dapat digunakan sebagai bahan aktif pembuat repelan. Linalool dan geraniol dalam minyak mawar merupakan komponen yang paling berperan sebagai repelan terhadap nyamuk, karena komponen ini mampu mengubah respon nyamuk pada reseptor sehingga nyamuk tidak mampu menemukan hostnya Baskoro et al., 2008. Geraniol juga mampu menghalau gigitan nyamuk tiga sampai empat jam Cox, 2005. Pengaplikasian minyak atsiri agar lebih mudah digunakan maka perlu dibuat dalam bentuk sediaan lotion. 3. Lotion Sediaan yang digunakan pada tubuh bagian luar untuk mempercantik diri, melindungi kulit, maupun untuk membersihkan badan sering disebut sebagai kosmetik. Salah satu contoh kosmetik yaitu lotion. Lotion merupakan sediaan cair dalam bentuk emulsi atau suspensi dengan atau tanpa bahan obat yang digunakan pada kulit bagian luar yang merupakan salah satu sediaan kosmetik yang penggunaanya dioleskan pada kulit sebagai pelindung atau pelembab atau untuk obat berdasarkan bahannya. Sediaan ini dimaksudkan setelah digunakan akan segera kering dan hanya meninggalkan lapisan tipis Ansel, 2005. Berdasarkan formulanya, lotion dibuat dengan basis PEG 400 polyethylen glycol. Polyethylen glycol 400 berbentuk cairan kental bening, berbau khas lemah Depkes RI, 1979 dan sering digunakan dalam pembuatan sediaan farmasi sebagai basis dari lotion, bersifat hidrofilik dan tidak mengiritasi kulit, stabil sehingga tidak mudah tengik saat penyimpanan serta mampu memberikan penampilan dari sediaan menjadi lebih menarik Willick, 2009. Selain basis, lotion dibuat dengan berbagai bahan tambahan, salah satu bahan yang digunakan yaitu setil alkohol sebagai stiffening agent dengan konsentrasi 2-10 dan asam stearat sebagai emulsifying agent dengan konsentrasi 1-20 . Karakteristik bahan tambahan dalam sediaan lotion repelan ini adalah: a. Setil alkohol Setil alkohol merupakan salah satu bahan tambahan pada sediaan semisolid, seperti lotion. Bahan ini berupa serpihan lilin berwarna putih atau granul dengan bau dan rasa yang lemah serta stabil pada keadaan asam, basa, cahaya, udara dan tidak menjadikan tengik. Dalam lotion, setil alkohol dapat juga digunakan sebagai emolien dan zat pengemulsi yang lemah sehingga dapat meningkatkan stabilitas, memperbaiki tekstur, dan meningkatkan konsistensi. Sifat emolien dapat menyerap di epidermis sehingga dapat menyebabkan kulit terasa lembut Unvala, 2009. b. Asam stearat Asam stearat dapat digunakan dalam formulasi oral dan topikal, dan sering digunakan sebagai sediaan kosmetik. Dalam sediaan topikal, digunakan sebagai pengemulsi. Asam stearat sebagian dapat dinetralkan dengan trietanolamin dan digunakan dalam penyusun krim. Dalam keadaan yang netral, mampu memberikan penampilan yang creamy dan bentuk yang kental. Bahan ini juga mampu mempengaruhi pelepasan bahan aktif sediaan dan umunya tidak mengiritasi kulit Allen, 2009. Selain bahan diatas, digunakan juga metil paraben nipagin sebagai preservatif. Pengawet ini efektif pada range pH yang luas serta memiliki spektrum luas sebagai antimikroba. Selain efektif sebagai antimikroba, nipagin juga efektif terhadap jamur Haley, 2009. Bahan lain yang digunakan yaitu gliserin dan trietanolamin. Gliserin dalam sediaan topikal sering digunakan sebagai humektan sekaligus sebagai emolien. Penampakan dari gliserin, gliserin tidak berwarna, tidak berbau, jernih, dan merupakan cairan yang higroskopis Medina, 2009. Penampakan dari trietanolamin yaitu memiliki warna kekuningan lemah dan jernih. Bahan tambahan ini dalam sediaan topikal sering digunakan sebagai alkalizing agent Goskonda, 2009.

E. Landasan Teori