Hipotesis Metodologi Penelitian PENDAHULUAN

7. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Potensi obyek wisata yang terdapat di zone barat Kabupaten Pacitan tersebar dalam 3 obyek wisata. Diantaranya adalah: a. Obyek wisata alam • Obyek wisata yang mempunyai potensi tinggi adalah: Pantai Teleng Ria, Gua Gong. • Obyek wisata yang mempunyai potensi sedang adalah: Pantai Srau, Pantai Klayar, Pantai Watu Karung, dan Gua Tabuhan. • Obyek wisata yang mempunyai potensi rendah tidak ada. b. Obyek wisata buatan • Obyek wisata yang mempunyai potensi tinggi tidak ada • Obyek wisata yang mempunyai potensi sedang adalah: Pelabuhan Perikanan Pantai PPP Tamperan. • Obyek wisata yang mempunyai potensi rendah adalah: Palagan Tumpak Rinjing, Kerajinan Batu MuliaBatu Akik, dan Museum Buwono Keling. c. Obyek wisata budaya Obyek wisata Ceprotan merupakan obyek wisata yang mempunyai potensi sedang 2. Arah pengembangan terhadap obyek wisata di zone barat kabupaten Pacitan didasarkan pada faktor kendala atau faktor penghambat dari hasil penilaian potensi internal dan potensi eksternal pada masing-masing obyek wisata.

8. Metodologi Penelitian

8.a. Metode Pemilihan Daerah Penelitian Daerah penelitian zone barat Kabupaten Pacitan dipilih dengan metode purposive sampling. Adapun pertimbangannya adalah: ƒ Dibandingkan dengan zone utara maupun zone timur, di zone barat Kabupaten Pacitan,obyek wisata yang tersedia lebih banyak dan lebih bervariasi. Ada obyek wisata alam, buatan, maupun budaya. ƒ Tingkat aksesibilitas di zone barat Kabupaten Pacitan rata-rata lebih mudah dan obyeknya lebih bervariasi lengkap dibandingkan di zone timur dan zone utara. 8.b. Metode Pengumpulan Data dan Jenis Data Salah satu masalah yang penting dalam pengumpulan data adalah penentuan sumber data. Tidak semua data dapat dijadikan bahan penelitian meskipun macam datanya sesuai dengan tujuan penelitian. Perlu diteliti terlebih dahulu apakah data tersebut mempunyai kriteria baku atau tidak, apakah petugas pengumpul data benar-benar orang yang terdidik dalam bidangnya. Untuk menghindari kesulitan diatas, lebih baik jika data yang diambil benar-benar dari instansi atau badan resmi yang mempunyai wewenang dibidangnya. Dalam penelitian ini, data yang digunakan terdiri dari dua macam data. Yaitu data primer dan data sekunder. ƒ Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh langsung melalui obsevasi di lapangan. Yang digunakan adalah lembar pengamatan atau lembar observasi. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengamatan tentang kualitas dan kondisi obyek wisata, dukungan bagi pengembangan obyek, fasilitas dasar, fasilitas penunjang dan aksesibilitas menuju lokasi obyek wisata. ƒ Data Sekunder Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait. Antara lain dari Kantor Biro Pusat Statistik BPS, Kantor BAPPEDA, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pacitan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan. Data yang diperlukan yaitu: Peta sebaran obyek wisata di zone bagian barat Kabupaten Pacitan, data curah hujan Kabupaten Pacitan, Peta administratif Kabupaten Pacitan, dan sarana prasarana jalan yang digunakan untuk mengetahui kondisi atau kelas jalan serta jenis-jenis angkutan yang bisa melewati daerah yang bersangkutan. 8.c. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data sekunder dengan teknik klasifikasi. Data sekunder adalah hasil survai yang belum diproses, oleh karena itu analisa lanjutan akan menghasilkan sesuatu yang berguna Masri Singarimbun dan Effendi, 1985. Data diperoleh secara langsung melalui pengamatan di lapangan. Sedangkan analisis klasifikasi digunakan untuk menentukan klasifikasi tingkat potensi masing-masing onjek wisata. Yang dimulai dengan tahapan: a Pemilihan indikator dan variabel penelitian Indikator dan variabel penelitian berdasarkan kriteria penilaian potensi obyek dan daya tarik wisata yang ada pada RIPPDA Kabupaten Pacitan yang dikombinasikan dengan alat ukur sendiri dan menyesuaikan kondisi kepariwisataan daerah. b Skoring Yaitu memberikan nilai skor relatif 1 sampai 3 untuk beberapa variabel penelitian seperti: keragaman atraksi atau daya tarik pendukung, kondisi fisik obyek wisata, waktu tempuh terhadap ibukota kabupaten, ketersediaan angkutan umum untuk menuju lokasi obyek wisata, prasarana jalan menuju lokasi obyek wisata, ketersediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan fisik atau dasar wisatawan, ketersediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan sosial wisatawan, dan ketersediaan fasilitas pelengkap. Adapun skor 1 sampai 2 digunakan untuk beberapa variabel penelitian yang lain, seperti: daya tarik utama obyek wisata, kekuatan atraksi komponen obyek wisata, kegiatan wisata di lokasi obyek wisata, kebersihan lingkungan obyek wisata, keterkaitan antar obyek, dukungan paket wisata, serta pengembangan dan promosi obyek wisata lihat tabel 1.4. c Menjumlahkan total skor pada setiap variabel penelitian. d Klasifikasi masing-masing obyek wisata. Jumlah total skor tertinggi dikurangi jumlah total skor terendah sehingga diperoleh interval. Selanjutnya interval dibagi menjadi 3, yaitu klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah. Pengklasifikasian dilakukan berdasar pada skor variabel penelitian dan skor masing-masing obyek wisata. Pengklasifikasian berdasar skor variabel penelitian digunakan untuk mengetahui potensi obyek wisata yang berada dibagian barat kabupaten Pacitan. Tabel 1.4 Variabel Penelitian Potensi Obyek Wisata Potensi Internal Variabel Kriteria Skor 1. Kualitas Obyek Wisata a. Daya tarik utama obyek wisata ƒ Daya tarik penangkap wisatawan. ƒ Daya tarik penahan wisatawan 1 2 b. Kekuatan atraksi komponen obyek wisata ƒ Kombinasi komponen alami atau buatan yang dimiliki kurang mampu mempertinggi kualitas dan kesan obyek ƒ Kombinasi komponen alami atau buatan yang dimiliki obyek mampu mempertinggi kualitas dan kesan obyek 1 2 c. Kegiatan wisata di lokasi obyek wisata ƒ Hanya kegiatan yang bersifat pasif menikmati yang sudah ada. ƒ Kegiatan yang bersifat aktif lebih banyak berinteraksi dengan obyek. 1 2 d. Keragaman atraksi atau daya tarik pendukung ƒ Obyek wisata yang tidak atau belum memiliki daya tarik pendukung. ƒ Obyek wisata yang memiliki 1-2 daya tarik pendukung. ƒ Obyek wisata yang memiliki daya tarik pendukung lebih dari 2. 1 2 3 2. Kondisi Obyek Wisata e. Kondisi fisik obyek wisata. ƒ Obyek wisata yang mengalami kerusakan dominan ƒ Obyek wisata yang sedikit mengalami kerusakan ƒ Obyek wisata belum mengalami kerusakan 1 2 3 f. Kebersihan lingkungan obyek wisata ƒ Obyek wisata yang kurang bersih dan kurang terawat lokasi obyek wisata yang tidak terbebas dari sampah ƒ Obyek wisata dengan kondisi lingkungan yang cukup terawat dan bersih lokasi obyek wisata yang bebas dari sampah. Baik sampah plastik, sampah kaleng, dsb. 1 2 Sumber: Heri Setyo Wibowo dengan beberapa modifikasi dari pengamatan langsung di lapangan. Potensi Eksternal Variabel Kriteria Skor 1. Dukungan Pengembangan Obyek g. Keterkaitan antar obyek ƒ Obyek wisata yang tidak memiliki keterkaitan dengan obyek wisata lain disekitarnya ƒ Obyek wisata yang memiliki keterkaitan dengan obyek wisata lain disekitarnya 1 2 h. Dukungan paket wisata ƒ Obyek wisata yang belum termasuk dalam agenda kunjungan wisatawan dari suatu paket wisata ƒ Obyek wisata yang telah termasuk dalam agenda kunjungan dari suatu paket wisata 1 2 i. Pengembangan dan promosi obyek wisata ƒ Obyek wisata yang belum dikembangkan dan belum terpublikasi ƒ Obyek wisata yang sudah dikembangkan dan sudah terpublikasikan 1 2 2. Aksesibilitas j. Waktu tempuh terhadap ibukota kabupaten ƒ Waktu tempuh antara obyek wisata dengan ibukota kabupaten lebih dari 30 menit ƒ Waktu tempuh antara obyek wisata dengan ibukota kabupaten 15-30 menit ƒ Waktu tempuh antara obyek wisata dengan ibukota kabupaten kurang dari 15 menit 1 2 3 k. Ketersediaan angkutan umum untuk menuju lokasi obyek wisata ƒ Tidak tersedia angkutan umum untuk menuju lokasi obyek wisata ƒ Tersedia angkutan umum menuju obyek wisata, namun belum regular ƒ Tersedia angkutan umum menuju obyek wisata, bersifat regular 1 2 3 l. Prasarana jalan menuju lokasi obyek wisata ƒ Tidak tersedia prasarana jalan menuju obyek wisata ƒ Tersedia prasarana jalan menuju lokasi obyek, namun kondisi jalannya kurang baik ƒ Tersedia jalan menuju lokasi obyek dengan kondisi jalan yang baik beraspal 1 2 3 3. Fasilitas Penunjang Obyek Wisata m. Ketersediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan fisik atau dasar wisatawan di lokasi obyek wisata: 1. Makanminum 2. Penginapan 3. Bangunan untuk menikmati obyek ƒ Obyek wisata yang belum memiliki fasilitas pemenuhan kebutuhan fisik atau dasar wisatawan ƒ Obyek wisata yang memiliki 1-2 fasilitas ƒ Obyek wisata yang memiliki lebih dari 2 fasilitas 1 2 3 n. Ketersediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan sosial wisatawan di lokasi obyek wisata: 1. Taman terbuka 2. Fasilitas seni budaya ƒ Obyek wisata yang belum memiliki fasilitas pemenuhan kebutuhan sosial wisatawan ƒ Obyek wisata yang hanya memiliki 1 jenis fasilitas ƒ Obyek wisata yang telah memiliki 2 jenis fasilitas 1 2 3 4. Ketersediaan Fasilitas Pelengkap o. Ketersediaan fasilitas pelengkap yang terdiri dari: • Tempat parkir • ToiletWC • Pusat informasi • Souvenir shop, dll ƒ Obyek wisata yang belum memiliki fasilitas pelengkap ƒ Obyek wisata yang hanya memiliki 1-2 jenis fasilitas pelengkap ƒ Obyek wisata yang memiliki lebih dari 2 jenis fasilitas pelengkap 1 2 3 Sumber: Heri Setyo Wibowo dengan beberapa modifikasi dari pengamatan langsung di lapangan. Lanjutan Tabel 1.4 e Pengklasifikasian berdasarkan skor variabel potensi internal yaitu nilai skor maksimum 14 yang diperoleh dari jumlah angka maksimal yang ada pada tiap skor variabel, dikurangi nilai skor minimum 6 yang diperoleh dari jumlah angka minimum dari tiap skor variabel sehingga diperoleh interval. Selanjutnya interval dibagi menjadi 3 tiga klasifikasi dengan formula sebagai berikut: • Kelas potensi rendah bila nilai total skor obyek wisata 8 • Kelas potensi sedang bila nilai total skor obyek wisata 8-11, dan • Kelas potensi tinggi bila nilai total skor obyek wisata 11. f Pengklasifikasian berdasarkan skor variabel potensi eksternal yaitu nilai skor maksimum 24 yang diperoleh dari jumlah angka maksimal yang ada pada tiap skor variabel, dikurangi skor minimum 9 yang diperoleh dari jumlah angka minimum dari tiap skor variabel, sehingga diperoleh interval. Selanjutnya interval dibagi menjadi 3 tiga klasifikasi dengan formula sebagaiberikut: • Kelas potensi rendah, bila nilai total skor obyek wisata 15 • Kelas potensi sedang, bila nilai total skor obyek wisata 15-19, dan • Kelas potensi tinggi,bila nilai total skor obyek wisata 19. g Klasifikasi gabungan berdasarkan variabel penelitian menggunakan penggabungan perhitungan antara skor maksimal potensi internal dan skor maksimal potensi eksternal dikurangi dengan penggabungan skor minimum, sehingga akan diperoleh interval. Selanjutnya interval tersebut dibagi menjadi 3 tiga klasifikasi dengan formula sebagai berikut: • Kelas potensi rendah, bila nilai total skor obyek wisata 23, • Kelas potensi sedang, bila nilai total skor obyek wisata 23-31, dan • Kelas potensi tinggi, bila nilai total skor obyek wisata 31.

9. Batasan Operasional