Resiliensi Nafkah Rumahtangga Petani Hutan Rakyat di Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri

RESILIENSI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI HUTAN
RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, WONOGIRI

YUDHISTIRA SARASWATI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Resiliensi Nafkah
Rumahtangga Petani Hutan Rakyat di Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Yudhistira Saraswati
NIM I34100068

iv

ABSTRAK
YUDHISTIRA SARASWATI. Resiliensi Nafkah Rumahtangga Petani Hutan
Rakyat di Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri. Dibimbing oleh ARYA HADI
DHARMAWAN
Hutan rakyat merupakan pengelolaan hutan yang tidak hanya
mempertimbangkan aspek ekologi namun juga aspek ekonomi, yaitu
meningkatkan peningkatan pendapatan, dan perbaikan kesejahteraan petani.
Rumahtangga petani hutan rakyat tidak hanya memanfaatkan modal alam dalam
aktivitas nafkahnya, melainkan modal lain yang dapat digunakan untuk

menghasilkan pendapatan. Penelitian ini menggunakan kombinasi pendekatan
kuantitatif dengan kuesioner dan kualitatif melalui wawancara mendalam. Tujuan
dari penelitian ini adalah mengetahui resiliensi yang dibangun rumahtangga dari
modal nafkah yang dimilikinya. Resiliensi diartikan sebagai kemampuan individu
atau kelompok untuk bertahan dari guncangan dan krisis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa resiliensi dipengaruhi oleh kepemilikan modal nafkah dan
pendapatan rumahtangga. Modal nafkah yang dimanfaatkan sedemikian rupa
dalam wujud strategi nafkah yang dapat mendatangkan penghasilan, sehingga
dapat membentuk resiliensi nafkah rumahtangga.
Kata kunci: resiliensi, modal nafkah, strategi nafkah, hutan rakyat

ABSTRACT
YUDHISTIRA SARASWATI. The Livelihood Resilience of Forest Community
Farmer Household in Giriwoyo, Wonogiri. Supervised by ARYA HADI
DHARMAWAN
Community forest is forest management that not only considering the
aspect of ecology but also economic aspect, likely increasing income, and
improving the welfare of farmers. Community forest famer household not only
use natural capital in livelihood activities, but also used other livelihood asset that
can be used to produce income. The method used is a combination of quantitative

approach by asking questionnaires and qualitative with in-depth interviews. The
purpose of this research is knowing resilience built the household form livelihood
asset. Resilience defined as ability individual or group to survive of shocks and
crisis.The result showed that resilience affected by ownership of livelihood asset
and household incomes. Livelihood assets used by household to livelihood
strategy, untill can building livelihood resilience’s household.
Keywords : resilience, livelihood asset, livelihood strategy, community forest

vi

RESILIENSI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI HUTAN
RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, WONOGIRI

YUDHISTIRA SARASWATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat


DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

viii

Judul Skripsi
Nama
NIM

: Resiliensi Nafkah Rumahtangga Petani Hutan Rakyat di
Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri
: Yudhistira Saraswati
: I34100068

Disetujui oleh


Dr Ir Arya Hadi Dharmawan, MScAgr
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: ________________

x

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang masih
memberikan nikmat jasmani dan rohani serta waktu yang bermanfaat bagi penulis
sehingga skripsi dengan judul “Resiliensi Nafkah Rumahtangga Petani Hutan
Rakyat di Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri“ dapat diselesaikan. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima
kasih kepada:

1. Dr Ir Arya Hadi Dharmawan, MScAgr, dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak mencurahkan waktu, tenaga, pemikiran serta semangat yang sangat
berarti selama penulisan skripsi ini
2. Dr Ir Lala M.Kolopaking MS dan Dr Ir Dwi Sadono MSi selaku dosen
penguji yang telah memberikan banyak masukan
3. Ir Hadiyanto, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing dan memberi banyak masukan
4. Rizka Amalia, SKpm, Novia Fridayanti, SKpm, dan Agustina MP, MSi atas
diskusi dan masukannya
5. Mbak Maria, Mbak Icha, Mbak Dhiny, dan seluruh staf di KPM yang telah
membantu kelancaran selama kuliah
6. Keluarga besar Bapak H. A.Khamid, Bapak Rujimin, Mbak Atun, Bapak
Maryono, dan perangkat desa maupun kecamatan, serta warga atas dukungan,
kerjasama serta kebersamaan layaknya keluarga selama penelitian
7. Keluarga besar H. Suyatno atas bantuannya selama di Bogor
8. Teman-teman satu bimbingan: Nurul Maghfiroh, Sysilia Trinova, Faris
Rahmadian, dan Ganies Oktavia atas kebersamaan dan semangatnya
9. Teman-teman KPM 47: Putri Nurgandini, Sakinah Siregar, Dwi Izmi
Handayani, Gebyar Trisula Pinandita, Fadhianisa Pratiwi, Salis Rizka, Anggi
Pratama, Saefihim, dan Deslaknyo Wisnu Hanjagi atas kebersamaan, cerita,

dan pengalamannya selama kuliah
10. Asnidar Reni M.Nasir dan Risma Tri Kusuma yang telah menjadi sahabat
baik saat suka maupun duka
11. Seluruh responden maupun informan atas kerjasamanya
12. Dan yang terakhir tapi selalu yang pertama terimakasih kepada Bapak, Ibu,
Gilang Christian Wibisono, Pandu Murti Mahardhika, Ahimsa Sukma
Pamungkas, dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa, kasih
sayang, dan semangat yang tiada henti
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
dan pembaca dalam memahami lebih jauh tentang strategi nafkah dan resiliensi
Bogor, Juni 2014

Yudhistira Saraswati

vii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang ....................................................................................................1
Masalah Penelitian ..............................................................................................3
Tujuan Penelitian.................................................................................................4
Kegunaan Penelitian ............................................................................................4
PENDEKATAN TEORITIS ................................................................................... 5
Tinjauan Pustaka .................................................................................................5
Hutan rakyat................................................................................................... 5
Pengertian hutan rakyat ................................................................................. 5
Pengelolaan hutan rakyat ............................................................................... 6
Manfaat hutan rakyat ..................................................................................... 7
Rumahtangga petani ...................................................................................... 7
Strategi nafkah ............................................................................................... 8
Konsep strategi nafkah .................................................................................. 8
Strategi nafkah rumahtangga petani .............................................................. 8
Struktur nafkah ............................................................................................ 10
Kontribusi kayu dalam pendapatan rumahtangga........................................ 11
Kemiskinan rumahtangga petani ................................................................. 12
Resiliensi...................................................................................................... 12
Kerangka Pemikiran ..........................................................................................13

Hipotesis ............................................................................................................14
Definisi Konseptual ...........................................................................................14
Definisi Operasional ..........................................................................................14
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 19
Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................................19
Teknik Penentuan Responden dan Informan ....................................................19
Teknik Pengumpulan Data ................................................................................20
Teknik Pengolahan dan Analisis Data ..............................................................21
PROFIL KECAMATAN ...................................................................................... 23
Kondisi Geografis dan Demografis ...................................................................23
Kondisi Alam dan Fisik.....................................................................................23
Kondisi Sosial dan Ekonomi .............................................................................24
Ikhtisar ...............................................................................................................26
GAMBARAN UMUM HUTAN RAKYAT ......................................................... 27
Sejarah Hutan Rakyat ........................................................................................27
Klasifikasi Hutan Rakyat ..................................................................................28
Pemanfaatan Hutan Rayat .................................................................................31
Kayu Hutan Rakyat dalam Kehidupan Masyarakat ..........................................32
Ikhtisar ...............................................................................................................34


viii

KEPEMILIKAN LIVELIHOOD ASSET RUMAHTANGGA .............................. 35
Modal Manusia ................................................................................................. 35
Kelompok usia ............................................................................................. 36
Alokasi pekerja dalam rumahtangga ............................................................ 36
Pendidikan .................................................................................................... 37
Keterampilan ................................................................................................ 37
Modal Fisik ....................................................................................................... 38
Penguasaan lahan ......................................................................................... 38
Kepemilikan hewan ternak ........................................................................... 40
Kepemilikan kendaraan bermotor ................................................................ 41
Modal Alam ...................................................................................................... 42
Kepemilikan kayu ........................................................................................ 42
Modal Sosial ..................................................................................................... 43
Kekuatan hubungan ...................................................................................... 44
Keterlibatan dalam suatu perkumpulan ........................................................ 44
Kepemilikan jaringan ................................................................................... 45
Modal Finansial ................................................................................................ 46
Kemampuan menabung................................................................................ 46

Akses terhadap pinjaman ............................................................................. 47
Penerimaan remitan ...................................................................................... 48
Perbandingan Masing-Masing Modal Nafkah .................................................. 48
Ikhtisar .............................................................................................................. 50
STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA ......................................................... 51
Intensifikasi Pendapatan Pertanian ................................................................... 51
Mengolah lahan dengan tanaman pangan .................................................... 52
Mengolah lahan dengan tanaman kayu ........................................................ 52
Memaksimalkan fungsi pekarangan ............................................................. 53
Mengurus hewan ternak ............................................................................... 53
Menjadi buruh tani (Off-farm) ..................................................................... 53
Intensifikasi Pendapatan Non Pertanian ........................................................... 55
Diversifikasi Nafkah ......................................................................................... 56
Rekayasa Spasial .............................................................................................. 57
Pemanfaatan Modal Sosial ............................................................................... 58
Pemanfaatan Remitan ....................................................................................... 59
Investasi ............................................................................................................ 60
Hubungan Kepemilikan Modal Nafkah dengan Strategi Nafkah ..................... 61
Ikhtisar .............................................................................................................. 62
STRUKTUR NAFKAH RUMAHTANGGA........................................................ 65
Pendapatan Rumahtangga ................................................................................. 65
Pendapatan farm ........................................................................................... 66
Pendapatan non-farm ................................................................................... 67
Pendapatan kayu........................................................................................... 68
Total pendapatan .......................................................................................... 70
Tingkat pendapatan ...................................................................................... 73
Tingkat kemiskinan ...................................................................................... 73
Pengeluaran Rumahtangga ............................................................................... 75
Saving Capacity Rumahtangga ......................................................................... 77
Hubungan Strategi Nafkah dengan Struktur Nafkah ........................................ 79

ix

Ikhtisar ...............................................................................................................79
RESILIENSI NAFKAH RUMAHTANGGA ....................................................... 81
Tingkat Resiliensi Rumahtangga ......................................................................81
Bentuk-Bentuk Resiliensi Nafkah .....................................................................82
Penggunaan tabungan .................................................................................. 82
Pemanfaatan modal sosial............................................................................ 83
Pemanfaatan akses pekerjaan di dalam dan luar desa ................................. 83
Hewan ternak sebagai aset berharga ............................................................ 83
Pemanfaatan kiriman remitan ...................................................................... 84
Penjualan barang berharga ........................................................................... 84
Penjualan kayu ............................................................................................. 84
Hubungan Kepemilikan Modal Nafkah dan Pendapatan dengan Resiliensi .....85
Peranan Hutan Rakyat dan Modal Sosial dalam Resiliensi Nafkah..................86
Ikhtisar ...............................................................................................................88
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 90
Kesimpulan........................................................................................................91
Saran ..................................................................................................................92
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 93
LAMPIRAN .......................................................................................................... 97
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 99

x

xi

DAFTAR TABEL
2.1
3.1
4.1
4.2
4.3
4.4
5.1
5.2
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5
6.6
6.7
6.8
6.9
6.10
6.11
6.12
6.13
6.14
6.15

Bentuk strategi nafkah rumahtangga penelitian sebelumnya
Jenis dan teknik pengumpulan data
Kondisi demografi Desa Sejati dan Desa Selomarto tahun 2014
Luas penggunaan lahan Desa Sejati dan Desa Selomarto tahun
2013 (hektar)
Tingkat pendidikan penduduk Desa Sejati dan Desa Selomarto
tahun 2014
Pekerjaan penduduk Desa Sejati dan Desa Selomarto tahun 2014
(%)
Sejarah hutan rakyat di Kecamatan Giriwoyo
Luas sawah menurut sistem pengairannya di Desa Sejati dan Desa
Selomarto tahun 2012 (hektar)
Kelompok usia responden di Desa Sejati dan Desa Selomarto tahun
2013-2014
Tingkat alokasi pekerja dalam rumahtangga responden di Desa
Sejati dan Desa Selomarto tahun 2013-2014
Tingkat pendidikan responden di Desa Sejati dan Desa Selomarto
tahun 2013-2014
Tingkat kepemilikan keterampilan responden di Desa Sejati dan
Desa Selomarto tahun 2013-2014
Tingkat penguasaan lahan rumahtangga responden di Desa Sejati
dan Desa Selomarto tahun 2013-2014
Bentuk penguasaan lahan di Desa Sejati dan Desa Selomarto
Tingkat kepemilikan hewan ternak rumahtangga responden di Desa
Sejati dan Desa Selomarto tahun 2013-2014
Tingkat kepemilikan kendaraan bermotor rumahtangga responden
di Desa Sejati dan Desa Selomarto tahun 2013-2014
Tingkat kepemilikan kayu rumahtangga responden di Desa Sejati
dan Desa Selomarto tahun 2013-2014
Tingkat kekuatan hubungan rumahtangga rumahtangga responden
di Desa Sejati dan Desa Selomarto tahun 2013-2014
Tingkat keterlibatan dalam perkumpulan rumahtangga responden di
Desa Sejati dan Desa Selomarto tahun 2013-2014
Tingkat kepemilikan jaringan rumahtangga responden di Desa
Sejati dan Desa Selomarto tahun 2013-2014
Tingkat kemampuan menabung rumahtangga responden di Desa
Sejati dan Desa Selomarto tahun 2013-2014
Tingkat akses terhadap pinjaman rumahtangga responden di Desa
Sejati dan Desa Selomarto tahun 2013-2014
Tingkat penerimaan remitan rumahtangga responden di Desa Sejati
dan Desa Selomarto tahun 2013-2014

9
21
23
24
25
25
27
30
36
36
37
38
39
39
40
41
42
44
45
45
46
47
48

xii

7.1 Pemanfaatan modal nafkah dalam strategi nafkah
8.1 Pendapatan rata-rata rumahtangga responden per tahun berdasarkan
lapisan penguasaan lahan dan sumber pendapatan di Desa Sejati
dan Desa Selomarto tahun 2013-2014 (Rp)
8.2 Tingkat pendapatan rumahtangga responden di Desa Sejati dan
Desa Selomarto tahun 2013-2014
8.3 Perhitungan saving capacity rata-rata rumahtangga responden per
tahun berdasarkan lapisan penguasaan lahan dan sumber
pendapatan di Desa Sejati dan Desa Selomarto tahun 2013-2014
(Rp)
9.1 Tingkat resiliensi rumahtangga responden di Desa Sejati dan Desa
Selomarto tahun 2013-2014
9.2 Hasil uji Rank Spearman antara tingkat kepemilikan modal nafkah
dan tingkat pendapatan dengan tingkat resiliensi rumahtangga
responden di Desa Sejati dan Desa Selomarto tahun 2013-2014

61

70
73

77
81

85

DAFTAR GAMBAR
2.1
3.1
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
6.1

6.2
8.1

8.2

8.3

Kerangka pemikiran
Kurva sebaran normal
Hutan rakyat di pekarangan rumah
Hutan rakyat di sawah
Hutan rakyat di tegalan
Luas hutan menurut jenisnya di Kecamatan Giriwoyo tahun 2012
(hektar)
Rantai pemasaran kayu rakyat
Hubungan tingkat penguasaan lahan dan tingkat kepemilikan kayu
rumahtangga responden di Desa Sejati dan Desa Selomarto tahun
2013-2014 (%)
Perbandingan skor tingkat kepemilikan modal nafkah rumahtangga
responden di Desa Sejati dan Desa Selomarto tahun 2013-2014
Pendapatan rata-rata rumahtangga responden per tahun berdasarkan
lapisan penguasaan lahan di Desa Sejati dan Desa Selomarto tahun
2013-2014 (Rp)
Pendapatan rata-rata dari sektor farm rumahtangga responden per
tahun berdasarkan lapisan penguasaan lahan di Desa Sejati dan
Desa Selomarto tahun 2013-2014 (Rp)
Pendapatan rata-rata dari sektor non-farm rumahtangga responden
per tahun berdasarkan lapisan penguasaan lahan di Desa Sejati dan
Desa Selomarto tahun 2013-2014 (Rp)

13
22
28
29
30
31
33

43
49

65

66

68

xiii

8.4 Pendapatan rata-rata dari sektor kayu rumahtangga responden per
tahun berdasarkan lapisan penguasaan lahan di Desa Sejati dan
Desa Selomarto tahun 2013-2014 (Rp)
8.5 Persentase pendapatan rata-rata rumahtangga responden per tahun
berdasarkan lapisan penguasaan lahan dan sumber pendapatan di
Desa Sejati dan Desa Selomarto tahun 2013-2014 (%)
8.6 Kontribusi masing-masing sumber pendapatan rumahtangga
responden per tahun di Desa Sejati dan Desa Selomarto tahun
2013-2014 (%)
8.7 Pendapatan per kapita rata-rata rumahtangga responden
berdasarkan lapisan penguasaan lahan di Desa Sejati dan Desa
Selomarto tahun 2013-2014 (Rp)
8.8 Pengeluaran rata-rata rumahtangga responden per tahun
berdasarkan lapisan penguasaan lahan di Desa Sejati dan Desa
Selomarto tahun 2013-2014 (Rp)
8.9 Pengeluaran rata-rata rumahtangga responden per tahun
berdasarkan lapisan penguasaan lahan dan sektor pengeluaran di
Desa Sejati dan Desa Selomarto tahun 2013-2014 (Rp)
8.10 Saving capacity rata-rata rumahtangga responden per tahun
berdasarkan lapisan penguasaan lahan di Desa Sejati dan Desa
Selomarto tahun 2013-2014 (Rp)

69

70

72

74

75

76

78

DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta Lokasi
2 Rincian Waktu Penelitian
3 Hasil Uji Hubungan

97
97
98

xiv

1

PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini berisi latar belakang, masalah penelitian, tujuan
penelitian dan kegunaan penelitian. Latar belakang berisi hal–hal yang menjadi
alasan pemilihan topik penelitian. Masalah penelitian merupakan pemaparan
masalah-masalah apa yang ingin diteliti. Tujuan penelitian berisi jawaban dari
masalah penelitian dan kegunaan penelitian menjelaskan kegunaan penelitian ini
untuk berbagai pihak yang terkait dengan peneltian. Berikut uraian dari masingmasing bagian tersebut.

Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan alam yang sangat
melimpah dan beragam. Di sektor kehutanan khususnya, Indonesia memiliki
kawasan hutan seluas ±130 juta hektar. Salim (2004) menyatakan bahwa hutan di
Indonesia merupakan harta kekayaan yang tidak ternilai, maka dari itu hak-hak
negara atas hutan dan hasilnya perlu dijaga, dipertahankan, dan dilindungi agar
hutan dapat berfungsi dengan baik. Hutan rakyat menjadi salah satu alternatif
pengelolaan hutan. Wijiadi (2007) menyebutkan bahwa jika dilihat dari fungsi
dibangunnya, hutan rakyat merupakan bentuk pengelolaan lahan yang sangat
mempertimbangkan aspek kelestarian hasil dan aspek konservasi namun tetap
memberikan peluang untuk meningkatkan hasil tanaman pangan, peningkatan
pendapatan, dan perbaikan kesejahteraan petani. Hal tersebut searah dengan
Peraturan Menteri Nomor 1 Tahun 2004 yang mengeluarkan lima kebijakan
prioritas, dimana salah satunya berkaitan dengan pelestarian hutan rakyat yaitu
“menjadikan proyek-proyek hutan rakyat sebagai kebijakan untuk
memberdayakan ekonomi masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan”.
Pengelolaan hutan rakyat pada dasarnya bertujuan untuk melestarikan
sumber daya hutan agar tetap terjamin kesinambungan persediaannya di masa
yang akan datang (Marwoto 2012). Hutan rakyat di Jawa umumnya digunakan
oleh masyarakat sekitar untuk menanam pohon yang menghasilkan kayu untuk
diinvestasikan atau dijual seperti jati, mahoni, dan sengon yang bernilai ekonomis
tinggi. Tanaman lain non-kayu yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan
(palawija, buah-buahan, dan sayur-sayuran) atau komoditas seperti tanaman
apotik hidup. Selain itu hasil hutan dapat berupa karbon dan bermanfaat secara
ekologi. Hal ini menjadikan hutan sebagai sumber penghidupan masyarakat yang
harus dilestarikan. Masyarakat sekitar hutan menggantungkan hidupnya di hutan
sebagai cara bertahan hidup.
Strategi nafkah menurut Yuliandani (2011) didefinisikan sebagai cara
dimana orang memenuhi kebutuhan mereka atau peningkatan hidup, namun lebih
mendalam seperti yang diutarakan oleh Dharmawan (2007) strategi nafkah bukan
sekedar means of living yang bermakna sebagai mata pencaharian. Pengertian
strategi nafkah lebih mengacu pada pengertian livelihood strategy (strategi
penghidupan) yaitu strategi membangun sistem penghidupan, cara bertahan hidup
atau memperbaiki status kehidupan. Strategi nafkah akan dilakukan oleh

2

seseorang sepanjang mereka hidup. Pada saat seseorang atau suatu rumahtangga
mengalami krisis atau guncangan posisi mereka akan mengalami kegoyahan,
dalam hal ini mereka akan berusaha untuk bertahan dan mengembalikan ke posisi
semula. Kemampuan tersebut yang selanjutnya akan disebut dengan kelentingan
atau resiliensi nafkah. Strategi nafkah yang diterapkan oleh rumahtangga akan
berbeda pada saat kondisi normal dan kondisi krisis. Kondisi krisis akan memaksa
untuk berbuat lebih agar bisa menghadapi krisis tersebut.
Hutan sebagai salah satu sumber penghidupan masyarakat memiliki
peranan penting dalam menjamin kelangsungan hidup manusia. Kabupaten
Wonogiri merupakan salah satu wilayah yang berada di Provinsi Jawa Tengah
dengan luas wilayah hutan rakyat seluas 39.453 hektar pada akhir 2012. Hutan
menjadi salah satu prioritas utama pengembangan karena berhubungan dengan
kelestarian fungsi dan optimalisasi manfaat Waduk Gajah Mungkur. Di samping
itu, hutan rakyat di Wonogiri telah memberikan manfaat secara ekonomis yaitu
sebagai sumber mata pencaharian masyarakat sekitar. Hal tersebut juga
dipaparkan oleh Wardhana (2008) bahwa penerapan hutan rakyat dan pengelolaan
kepada masyarakat juga mampu mendorong suatu perubahan tingkat sosial yang
cukup besar di sekitar daerah atau areal hutan tersebut. Hutan rakyat
menyebabkan masyarakat dapat merasakan manfaatnya, di antaranya tersedianya
peluang kerja yang cukup besar sehingga masyarakat dapat terlibat terutama pada
saat adanya pemanenan kayu.
Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri merupakan wilayah yang
memiliki kawasan hutan rakyat seluas 4.968 hektar. Kondisi sosial di kecamatan
ini memperlihatkan bahwa mayoritas penduduk menggantungkan hidupnya dari
pengolahan lahan baik sebagai petani maupun buruh tani. Kegiatan pertanian
dilakukan pada sawah basah, lahan kering atau keduanya. Pada petani lahan basah
sangat rawan mengalami gagal panen karena daerah ini merupakan daerah rawan
kekeringan. Maka dari itu, banyak masyarakat di sana yang bertani pada lahan
kering atau petani hutan. Lahan-lahan petani sekarang banyak ditanami dengan
tanaman kayu seperti jati, mahoni, akasia, sonokeling, dan jambu mete. Secara
tidak langsung penanaman tanaman berkayu ini sangat membantu dalam
melindungi tanah dari bahaya longsor karena kayu memiliki sistem perakaran
yang kuat (Marwoto 2012).
Daerah Kecamatan Giriwoyo merupakan daerah yang dulunya sering
mengalami kekeringan. Kekeringan yang melanda daerah ini dikarenakan keadaan
topologinya yang berada pada posisi yang curam dengan kemiringan lahan
berkisar antara 15% sampai 40%. Kondisi ini kurang cocok untuk usaha pertanian
seperti sawah (pertanian basah), selain itu kegiatan untuk pertanian kurang
mendukung karena tanahnya yang berbatu dan kering. Hal tersebut
mengakibatkan produksi tamanan khususnya padi sawah kurang maksimal. Para
petani melakukan usaha tani di tegalan dengan tanaman palawija seperti jagung,
kedelai, dan kacang kadang juga harus menghadapi banyaknya hama seperti kera
dan celeng yang memakan tanaman mereka.
Banyak kendala yang dihadapi oleh masyarakat untuk menghadapi hidup,
selain karena faktor alam seperti bencana alam dan kondisi alam yang tidak
mendukung terdapat juga faktor lain seperti guncangan ekonomi seperti
kebutuhan hidup yang semakin meningkat dan kebutuhan mendesak rumahtangga.
Mereka harus mempunyai resiliensi untuk tetap dapat bertahan hidup. Resiliensi

3

dipandang sebagai kemampuan rumahtangga untuk bertahan dan menstabilkan
posisinya dari guncangan dan krisis. Berdasarkan pemaparan tersebut maka fokus
penelitian ini adalah bagaimana resiliensi nafkah rumahtangga petani hutan
rakyat di Kecamatan Giriwoyo. Kajian ini meliputi identifikasi apa saja modal
yang dimiliki oleh rumahtangga, bagaimana strategi dan struktur nafkah
rumahtangga petani hutan rakyat.

Masalah Penelitian
Strategi nafkah yang dilakukan seseorang atau rumahtangga bergantung
dengan sumber daya yang dimilikinya. Purnomo (2006) menyatakan bahwa
strategi nafkah merujuk pada suatu aktivitas pemanfaatan sumber daya dimana
sumber daya termasuk sumber daya hutan dimaknai dan digunakan untuk tujuan
bertahan hidup atau tujuan peningkatan status ekonomi. Beragam cara dilakukan
masyarakat sekitar hutan untuk bertahan hidup dengan sumber daya yang dimiliki.
Selain dari hutan berupa kayu sumber nafkah mereka juga berasal dari non hutan
yaitu pertanian secara luas dan non pertanian. Oleh karena itu, penelitian ini akan
mengetahui apa saja modal nafkah yang dimiliki rumahtangga petani hutan
rakyat?
Strategi nafkah yang dilakukan oleh suatu rumahtangga merupakan suatu
taktik yang disusun guna memenuhi kebutuhan. Strategi nafkah juga merupakan
sebuah usaha rumahtangga untuk mempertahankan eksistensi rumahtangganya
dari guncangan baik yang datang dari dalam maupun luar. Masalah tersebut
seperti halnya adanya bencana alam yang dapat merusak hingga menghilangkan
sumber daya mereka atau kebutuhan yang mendesak. Nasedi dan Mas’ud (1996)
dalam Hidayah (2012) menyatakan bahwa keadaan sosial ekonomi masyarakat
desa sekitar hutan relatif rendah. Hal ini disebabkan rendahnya tingkat
pendapatan, tingkat pendidikan, dan tingkat kesadaran akan fungsi hutan.
Rumahtangga akan berusaha mengakomodasi untuk menghadapi tekanan-tekanan
hidup. Akomodasi tersebut merupakan bentuk dari bagaimana mereka memainkan
modal yang dimiliki untuk melakukan aktivitas nafkah. Berdasarkan pemaparan
tersebut, maka lebih lanjut dilakukan penelitian mengenai bagaimana strategi
dan struktur nafkah rumahtangga petani hutan rakyat?
Kekuatan suatu rumahtangga dalam menghadapi krisis atau guncangan
berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa aspek
yang membuat rumahtangga dapat dikatakan kuat atu tidak. Wulan (2014)
menjelaskan bahwa resiliensi nafkah rumahtangga dipengaruhi oleh aspek saving
capacity, ketersediaan kesempatan kerja di luar, kemampuan akses terhadap
kesempatan kerja lain, ketersedian modal sosial, ketersediaan teknologi
pendukung, natural extraction activities, dan pengurangan jatah makanan. Secara
garis besar adalah bahwa resiliensi suatu rumahtangga dipengaruhi oleh modal
apa saja yang suatu rumahtangga miliki. Modal tersebut selanjutnya akan
dimanfaatkan rumahtangga dalam melakukan strategi nafkahnya agar menjadi
suatu hal yang dapat berguna secara maksimal yang berpengaruh terhadap
kelentingan. Selanjutnya yang menjadi bahan pertanyaan adalah bagaimana
resiliensi rumahtangga petani hutan rakyat?

4

Tujuan Penelitian

a.
b.
c.
d.

Penelitian ini bertujuan untuk:
Mengidentifikasi modal nafkah yang dimiliki rumahtangga petani hutan rakyat
Mengidentifikasi strategi nafkah yang diterapkan rumahtangga petani hutan
rakyat
Menganalisis struktur nafkah rumahtangga petani hutan rakyat
Menganalisis resiliensi rumahtangga petani hutan rakyat

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan berbagai pihak, antara
lain:
a. Bagi peneliti dan kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan tambahan bagi khasanah keilmuan khususnya yang berkaitan
dengan resiliensi, livelihood studies, pedesaan, dan juga bidang kehutanan.
b. Bagi pemerintah dan dinas terkait, penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan rujukan untuk merumuskan suatu kebijakan terkait pengelolaan sumber
daya hutan, perdagangan kayu rakyat dan pemberdayaan masyarakat yang
sesuai dengan kondisi masyarakat.
c. Bagi masyarakat umum, penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan
masyarakat mengenai kehidupan masyarakat pedesaan, strategi nafkah, dan
resiliensi.

5

PENDEKATAN TEORITIS

Bab pendekatan teoritis ini terdiri atas tinjauan pustaka, kerangka
pemikiran, hipotesis, definisi konseptual, dan definisi operasional. Tinjauan
pustaka berisi teori-teori dan konsep-konsep dasar untuk menganalisis hasil
penelitian. Kerangka pemikiran berisi alur pemikiran logis penelitian. Hipotesis
adalah dugaan sementara hasil penelitian. Definisi konseptual dan definisi
operasional berisi variabel-variabel dalam penelitian.

Tinjauan Pustaka
Hutan rakyat
Pengertian hutan rakyat
Yumi (2011) mendefinisikan hutan secara singkat dan sederhana yaitu
suatu ekosistem yang didominasi oleh pohon. Namun lebih lanjut dan mendalam
menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan
diartikan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan berisi sumber daya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,
yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Berdasarkan satusnya hutan
terdiri atas hutan hak dan hutan negara. Hutan negara adalah hutan yang berada
pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah. Hutan hak adalah hutan yang
berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah, disebut sebagi hutan rakyat.
Pendefinisian tentang hutan rakyat sangat beragam karena dapat ditinjau
dari beberapa aspek. Menurut Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 1967, hutan rakyat diklasifikasikan menurut kepemilikannya yaitu hutan
yang tumbuh atau ditanam di atas tanah milik dan dapat dimiliki oleh orang, baik
sendiri maupun bersama-sama orang lain atau badan hukum. Silalahi (2010)
dalam pengelolaannya hutan rakyat adalah hutan yang pengelolaannya
dilaksanakan oleh organisasi masyarakat baik pada lahan individu, komunal
(bersama), lahan adat, maupun lahan yang dikuasai oleh negara. Lebih dalam lagi
menurut Hinrichs et.al (2008) hutan rakyat dalam arti yang luas meliputi jaminan
atas akses dan kontrol terhadap sumber daya hutan untuk penghidupan masyarakat
di dalam dan di sekitar kawasan hutan dimana mereka tergantung terhadapnya
secara ekonomi, sosial, kultural dan spiritual.
Wijiadi (2007) menyebutkan bahwa jika dilihat dari fungsi dibangunnya,
hutan rakyat merupakan bentuk pengelolaan lahan yang sangat
mempertimbangkan aspek kelestarian hasil dan aspek konservasi namun tetap
memberikan peluang untuk meningkatkan hasil tanaman pangan, peningkatan
pendapatan, dan perbaikan kesejahteraan petani. Berdasarkan Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.04/Menhut-V/2004:III-2, proyek hutan rakyat adalah suatu
proyek pembinaan hutan di luar kawasan hutan yang sesuai dengan kondisi dan
situasi sosial budaya daerah setempat, dengan sasaran lokasi lahan milik rakyat,
tanah adat atau lahan di luar kawasan hutan yang memiliki potensi untuk
pengembangan.

6

Pengelolaan hutan rakyat
Pengelolaan hutan rakyat merupakan upaya menyeluruh dari kegiatankegiatan merumuskan, membina, mengembangkan, menilai serta mengawasi
pelaksanaan kegiatan produksi, pengolahan hasil dan pemasaran secara berencana
dan berkesinambungan. Pola dalam mengembangkan hutan rakyat, yaitu Silalahi
(2010):
a. Pola swadaya: hutan rakyat yang dibangun oleh kelompok atau perorangan
dengan kemampuan modal dan tenaga dari kelompok atau perorangan itu
sendiri. Melalui pola ini masyarakat didorong agar mau dan mampu untuk
melaksanakan pembuatan hutan rakyat secara swadaya dengan bimbingan
teknis kehutanan.
b. Pola subsidi: (model hutan rakyat): hutan rakyat yang dibangun melalui subsidi
atau bantuan sebagian atau keseluruhan biaya pembangunannya. Subsidi atau
bantuan diberikan oleh pemerintah (melalui Inpres Penghijauan, Padat Karya
dan dana bantuan lainnya) atau dari pihak lain yang peduli terhadap
pembangunan hutan rakyat.
c. Pola kemitraan (kredit usaha hutan rakyat): hutan rakyat dibangun atas
kerjasama masyarakat dan dan perusahaan swasta dengan insentif permodalan
berupa kredit kepada rakyat dengan bunga ringan. Dasar pertimbangan
kerjasam itu adalah pihak perusahaan perlu bahan baku dan masyarakat butuh
bantuan modal kerja. Pola kemitraan ini dilakukan dengan memberikan bantan
penuh melalui perencanaan sampai dengan membagi hasil usaha secara
bijaksana, sesuai kesepakatan antara perusahaan dan masyarakat.
Pola penanaman di hutan rakyat menurut Yumi (2011) dapat digolongkan
menjadi tiga kelompok yaitu: menaman tanaman keras seperti jati dan mahoni,
atau jenis lainnya hanya di sepanjang batas lahan milik, dan tanah di antara
pohon-pohon tersebut ditanami tanaman pangan; menaman tanaman keras di
seluruh lahan tegalan dan pekarangan tanpa ada tanaman pertanian semusim
seperti tanaman pangan; dan menanam tanaman keras di batas-batas dan di
sepanjang teras, untuk mengurangi erosi tanah serta di antara pohon-pohon
tersebut ditanam tanaman pangan dan sayur-sayuran. Secara garis besar dilihat
dari susunan dan jenisnya, pola tanam hutan rakyat dibagi menjadi:
a. Hutan rakyat monokultur atau sebagian besar didominasi satu jenis tanaman
keras saja. Pada kelompok ini cenderung tidak ada tanaman pangan dan
tanaman buah-buahan.
b. Hutan rakyat campuran yang memiliki 3-5 jenis tanaman keras. Pada kelompok
ini dapat dijumpai tanaman pangan, buah-buahan dan sayur-sayuran. Menurut
Suharjito dalam Marwoto (2012) pola hutan rakyat campuran ini masih dibagi
menjadi menjadi:
i. Hutan rakyat campuran (polyculture) dengan 2-5 jenis tanaman hutan yang
dikembangkan dan diusahakan. Cara ini lebih baik daripada hutan rakyat
murni, daya tahan terhadap hama penyakit dan angin lebih tinggi, perakaran
lebih berlapis dan dari segi ekonomi lebih fleksibel.
ii. Hutan rakyat campuran dengan sistem agroforestry/wanatani. Pola ini
merupakan kombinasi usaha tanaman kehutanan dengan cabang usaha
lainnya, seperti perkebunan, pertanian, peternakan dan lain-lain secara
terpadu. Pola ini berorientasi pada optimalisasi pemanfaatan lahan secara
rasional, baik dari aspek ekonomis maupun aspek ekologis.

7

Manfaat hutan rakyat
Hutan rakyat nyatanya telah banyak memberi keuntungan untuk berbagai
pihak. Departemen Kehutanan dalam Handoko (2007) menyebutkan bahwa
keuntungan yang diperoleh masyarakat dengan adanya usaha hutan rakyat adalah
memperoleh manfaat secara ekonomi, mendapat keterampilan untuk mengelola
areal, dan memperoleh kesempatan dalam kegiatan tumpang sari. Sedangkan
keuntungan bagi pemerintah sendiri adalah adanya penerimaan negara dari pajak
dan lain-lain dari kegiatan pengusahaan hutan rakyat, meningkatkan kesejahteraan
bagi masyarakat sehingga dapat mengurangi beban pemerintah, dan
menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam program-program pembangunan
Namun lebih dari itu, Aryadi (2012) menyatakan bahwa pemanfaatan dan
pengelolaan hutan bukan semata-mata merupakan persoalan teknis, tetapi lebih
menjadi persoalan sosial yang berpangkal dari pemenuhan kebutuhan dasar dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Interpretasi masyarakat terhadap program
hutan rakyat digolongkan ke tiga aspek:
a. Sosial ekonomi: penambahan penghasilan, memeperluas lapangan kerja,
meningkatkan produksi atau hasil sadapan, memberikan harapan atau prospek
ke depan, menciptakan lapangan kerja di desa, menyediakan kayu bangunan
rumah dan dijual.
b. Sosial budaya: meningkatkan kerjasama, meningkatkan etos kerja masyarakat,
mengenal bibit unggul, pengaturan jarak penanaman, dan pembakaran lahan
secara izin, merubah peladang berpindah menjadi menetap, masyarakat
mandiri, masyarakat menetap di desa, menguatkan sifat kegotong-royongan,
meningkatkan derajat keluarga, membuat desa dan masyarakat tentram.
c. Ekologi: mengurangi ancaman dan serangan hama, mencegah kebakaran hutan
dan lahan, memanfaatkan lahan kosong, menghijaukan desa, menyediakan air
yang cukup meskipun kemarau, memberi ruang kehidupan bagi makhluk
Tuhan lainnya.
Rumahtangga petani
Petani didefinisikan Wolf dalam Sunarsih (2004) adalah peseant yang
diterjemahkan menjadi petani pedesaan yaitu sebagai orang desa yang bercocok
tanam baik itu bercocok tanam atau berternak di daerah pedesaan. Peseant bukan
farmer atau pengusaha pertanian (agriculture enterpreneur), mereka tidak
melakukan usaha dalam arti ekonomi. Pandangan tersebut tidak jauh berbeda
dengan Redfield dalam Widiyanto (2009) mendefinisikan petani sebagai produsen
pertanian dengan skala kecil, peralatannya sederhana, dan tenaga kerja berasal
dari keluarga, produk utama yang dihasilkan sebagian besar untuk konsumsi
sendiri, dan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban kepada kekuatan ekonomi dan
politik. Ellis (2000) menggambarkan petani adalah rumahtangga yang sumber
nafkahnya utamanya berasal dari pertanian, tenaga kerja utama produksi
pertaniannya dari keluarga, dan berhubungan dengan pasar secara tidak sempurna.
Maka dari itu rumahtangga petani dianggap sebagai rumahtangga yang paling
rentan dengan kondisi perubahan pasar. Dalam hal ini yang termasuk dalam
rumahtangga petani adalah mereka yang masuk ke dalam tiga kategori di atas.
Intinya adalah mereka yang mengusahakan dan sumber pendapatan utamanya
berasal dari pertanian.

8

Strategi nafkah
Konsep strategi nafkah
Menurut Yuliandani (2011) strategi nafkah didefinisikan sebagai cara
dimana orang memenuhi kebutuhan mereka atau peningkatan hidup, namun lebih
mendalam Dharmawan (2007) menyebutkan strategi nafkah bukan sekedar means
of living yang bermakna sebagai mata-pencaharian. Pengertian strategi nafkah
lebih mengacu pada pengertian livelihood strategy (strategi penghidupan) yaitu
strategi membangun sistem penghidupan, cara bertahan hidup atau memperbaiki
status kehidupan. Strategi nafkah adalah taktik dan aksi yang dibangun oleh
individu maupun kelompok dalam rangka mempertahankan kehidupan mereka
dengan tetap memperhatikan eksistensi infrastruktur sosial, struktur sosial, dan
sistem nilai budaya yang berlaku.
Strategi nafkah pada suatu rumahtangga menyangkut keberlangsungan
hidup anggota rumahtangga tersebut. Rumahtangga dapat mempertahankan
eksistensinya dengan bekerja dan menghasilkan pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan. Strategi nafkah dipandang sebagai strategi untuk memperoleh
pekerjaan (Purnomo 2006). Ellis (2000) menuturkan bahwa strategi nafkah
merupakan serangkaian pilihan sumber nafkah dan aktivitas nafkah yang meliputi
beragam tindakan rasional yang diambil rumahtangga untuk mencapai tujuan
yang dirumuskan. Tindakan yang dilakukan berkaitan dengan pemanfaatan
penggunaan sumber daya atau aset.
Strategi nafkah rumahtangga petani
Strategi nafkah diterapkan pada level individu atau yang lebih besar seperti
rumahtangga. Rumahtangga petani menerapkan strategi nafkah yang berbedabeda berdasarkan kepemilikan lahan. Seperti yang dikemukan White dalam
Widiyanto (2009) membedakan rumahtangga petani sebagai berikut:
a. Rumahtangga yang atau mengusahakan tanah pertanian luas, menguasai
surplus produk pertanian diatas kebutuhan hidup. Surplus dimanfaatkan untuk
membiayai pekerjaan di luar sektor non pertanian, dengan imbalan penghasilan
yang relatif tinggi. Strategi nafkah yang mereka terapkan adalah strategi
akumulasi, dimana hasil pertaniannya mampu diinvestasikan kembali baik
pada sektor pertanian maupun sektor non pertanian.
b. Rumahtangga usaha tani sedang (usaha tani hanya mampu memenuhi
kebutuhan subsisten). Mereka bekerja pada sektor non pertanian dalam upaya
melindungi diri dari gagal panen atau memberikan sumber pendapatan yang
berkelanjutan mengingat usaha pertanian bersifat musiman. Strategi mereka ini
dapat disebut sebagai strategi konsolidasi.
c. Rumahtangga usaha tani gurem atau tidak bertanah. Biasanya mereka bekerja
dari usaha tani ataupun buruh tani, dimana penghasilannya tidak dapat
mencukupi kebutuhan dasar. Rumahtangga ini akan mengalokasikan sebagian
dari tenaga kerja mereka tanpa modal, dengan imbalan yang rendah ke dalam
kegiatan luar pertanian. Pada rumahtangga pada golongan ketiga ini
menerapkan strategi bertahan hidup (survival strategy).

9

Tabel 2.1 Bentuk strategi nafkah rumahtangga penelitian sebelumnya
No
1.

Judul
Strategi Nafkah
Rumahtangga
Petani Tembakau
di Lereng Gunung
Sumbing (Studi
Kasus di Desa
Wonotirto dan
Campursari
Kecamatan Bulu
Kabupaten
Temanggung)

Penulis
Widiyanto
(2009)

2.

Strategi Nafkah
Rumahtangga Desa
Sekitar Hutan
(Studi Kasus Desa
Peserta PHBM di
Kabupaten
Kuningan, Provinsi
Jawa Barat).
Analisis struktur
dan strategi nafkah
rumahtangga petani
sekitar kawasan
hutan konservasi di
Desa Cipeuteuy,
Kabupaten
Sukabumi.

Purnomo
AM
(2006)

3.

Fridayanti
N (2013)

Sumber: Diolah dari berbagai sumber

Hasil
Berdasar etika sosial-kolektif cara
yang diterapkan: 1). solidaritas
vertikal, 2). solidaritas horizontal, 3).
berhutang, dan 4). Patronase
Berdasar etika material-keuntungan
didapat cara seperti: 1). akumulasi, 2).
manipulasi komoditas
Berdasar pemenuhan kebutuhan
strategi yang diterapkan adalah: 1).
srabutan 2). migrasi temporer, dan 3).
strategi produksi.
Kelembagaan yang dibangun sebagai
implikasinya adalah sistem nitip,
royongan, gabung hasil panen, dan
maro.
Strategi nafkah basis modal alami
terdiri atas: ekstensifikasi, orientasi,
investasi, integrasi, dan asuransi.
Strategi nafkah basis modal bukan
alami terdiri atas: basis remittance,
basis modal sosial dan basis pekerjaan
dalam desa.
Intensifikasi strategi pertanian
dengan
memanfaatkan
sektor
pertanian secara efektif dan efisien.
Intensifikasi strategi non pertanian
memanfaatkan sektor non pertanian
dengan lebih efektif dan efisien
melalui penerapan beragam pekerjaan
di luar sektor pertanian.
Diversifikasi nafkah menerapkan
keanekaragaman pola nafkah dengan
cara mencari pekerjaan lain selain
pertanian
untuk
menambah
pendapatan, atau dengan mengerahkan
tenaga kerja keluarga.
Rekayasa spasial (migrasi) usaha
mobilitas ke daerah lain di luar
desanya, baik secara permanen
maupun sirkuler untuk memperoleh
pendapatan.

10

Rumahtangga petani Scoones dalam Wasito (2012) menggolongkan
strategi nafkah petani setidaknya menjadi:
a. Rekayasa sumber nafkah pertanian, artinya usaha pemanfaatan sektor pertanian
agar lebih efektif dan efisien, baik melalui penambahan input eksternal berupa
tenaga kerja, atau teknologi (intensifikasi), maupun dengan memperluas lahan
garapan pertanian (ekstensifikasi).
b. Pola nafkah ganda, artinya usaha yang dilakukan dengan cara mencari
pekerjaan lain selain sektor pertanian untuk menambah pendapatan
(diversifikasi pekerjaan).
c. Rekayasa spasial, artinya usaha yang dilakukan dengan cara mobilisasi/
perpindahan penduduk baik secara permanen maupun sirkuler atau komutasi
(migrasi).
Bentuk strategi nafkah berbeda antar satu tempat dengan tempat lain.
Mereka berupaya untuk memanfaatkan modal nafkah yang mereka kuasai untuk
bertahan hidup. Tak terkecuali bagi rumahtangga sekitar hutan. Rumahtangga
sekitar hutan memanfaatkan hutan itu sendiri dan beberapa aset lain yang
kemudian bisa memberi kehidupan.
Struktur nafkah
Prasetya (2013) menyebutkan bahwa struktur nafkah adalah komposisi
pendapatan rumahtangga petani dari berbagai aktivitas nafkah yang dilakukan
oleh seluruh anggota rumahtangga. Pendapatan mengacu pada keuntungan
(reward, advantages) yang dapat diperoleh rumahtangga dari aktivitas nafkah
yang dilakukan rumahtangga (Purnomo 2006). Ellis (2000) mengelompokkan
pendapatan menjadi pendapatan uang tunai (in cash) atau bentuk kontribusi lain
(in kind) untuk kesejahteraan material individu atau keluarga yang diperoleh dari
berbagai kegiatan memenuhi nafkah. Pendapatan tersebut berasal dari:
a. Berasal dari on-farm atau sektor pertanian dalam arti luas (pertanian,
perkebunan, kehutanan, peternakan, dll) yang terlibat secara langsung dalam
produksi.
b. Berasal dari off-farm masih dalam sektor pertanian namun lebih mengacu
berupa upah tenaga kerja pertanian, sistem bagi hasil, dan sebagainya.
c. Berasal dari non-farm yaitu sumber pendapatan yang berasal dari luar kegiatan
pertanian.
Pada kenyataanya klasifikasi tersebut hanya dibagi menjadi dua yaitu dari
sektor pertanian (on farm dan off farm) dan non pertanian (non-farm). Pada saat
sekarang rumahtangga mengandalkan pendapatan pada dua sumber atau lebih
yang sering disebut dengan pola nafkah ganda. Berdasarkan pada penelitian
Fridayanti (2013) rumahtangga petani di sekitar kawasan hutan konservasi
menunjukkan bahwa struktur pendapatan rumahtangga didominasi oleh
pendapatan dari sektor non-farm. Hal ini menunjukkan bahw